Share

Bab 19

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2024-09-15 17:49:37

"Rapikanpenampilanmu dan pulang," kata Pandu tak terbantahkan, tak sabar melihat Alisya yang masih saja diam, dia segera mendorong kursi roda wanita itu menuju kamar mandi. "Bagimanapun hubungan kita, kamu saat ini masih menyandang namaku." Alisya tak menjawab dia hanya tersenyum masam.

Tentu saja ini tentang reputasi keluarga suaminya yang terhormat, tapi dia tetap berterima kasih pada Pandu yang telah menyelamatkannya hari ini, jadi dia tidak akan membantah.

Alisya menatap wanita yang sedang balik menatapnya dari dalam cermin, make up yang tadi pagi dikerjakan oleh profesional memang tidak luntur, tapi wajahnya yang pucat masih terlihat jelas, apalagi tatanan rambutnya yang sudah berantakan tak karuan. Air mata langsung menggenang di matanya begitu dia menutup pintu kamar mandi. Aisya takut... sungguh takut, tidak ada ibunya yang bisa membelanya seperti dulu dan menguatkannya, memastikan semuanya baik-baik saja.

Cukup lama Alisya berada di dalam kamar mandi sampai ketukan terdeng
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Ade Murti
kalau menurut ku ini ada yg menyebarkan berita yg tak bener tentang alisya makanya semua orang pada benci sama dia
goodnovel comment avatar
Tth Im
jalan cerita dengan judul gak sesuai. Alisya dibikin bodoh kaya keledai,ada yg sanggup membantu pengobatan ibunya dan kakinya malah so kuat bertahan dikeluarga yg toxic
goodnovel comment avatar
Lita W
hadeuuh cerita gak masuk akal blas kaya terlalu kaya.... bodoh terlalu bodoh melebihi keledai
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 20

    Alisya menatap bahan-bahan yang telah dia siapkan untuk membuat sarapan bagi suaminya. Kemarin dia pulang agak malam, tapi dia sama sekali tidak mendapati mobil Pandu di garasi. Perasaan iri memenuhi hatinya, dulu setelah menikah jangankan bulan madu bahkan Pandu tak sudi untuk sekedar menatapnya. Alisya menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin perasaan sentimentil ini menguasainya lagi, dia tahu Pandu tidak mencintainya dan dia tidak akan menyakiti dirinya sendiri dengan berharap pada sesuatu yang kosong. Dia pernah sangat berusaha dan hasilnya hanya kesakitan yang dia dapatkan. Alisya tak ingin lagi berharap yang membuatnya nanti merasakan sakit yang teramat sangat. Saat ini yang dia inginkan hanyalah kesembuhan ibunya dan mereka bisa memulai hidup berdua dengan bahagia. Alisya tidak butuh cinta yang hanya menyakitinya saja. "Nyonya mau masak apa?" Alisya menoleh dan tersenyum pada bibi yang sudah berdiri di depannya. "Mungkin hanya akan membuat roti isi saja," kat

    Last Updated : 2024-09-16
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 21

    “Dua minggu lagi Sekar juga akan tinggal di sini,” kata Pandu tenang. Alisya menatap suaminya dengan terbelalak. Dia sangat menyadari kalau ini memang rumah yang dibangun Pandu untuk istrinya, dan seperti yang laki-laki itu bilang Sekar istrinya juga, tapi bukan berarti mereka bisa hidup dalam satu atap. Membayangkan ada seseorang lagi dengan watak yanglicik dan culas di rumah ini dengan status yang sama dengannya membuat Alisya tak tahu penderitaan macam apa lagi yang akan dia jalani. “Baiklah aku mengerti, aku bisa tinggal ditempat lain,” kata Alisya berusaha bersikap tenang. “Rumah ini tidak kekurangan kamar meski penghuninya bertambah lima orang lagi,” kata Pandu tak habis pikir. Rumah ini memang tidak seluas rumah utama yang ditempati orang tua Pandu, tapi luar tanah yang mencapai satu hektar lebih lebih dari cukup untuk menampung keluarga kecil itu juga orang-orang yang bekerja di sana, apalagi pegawai yang menetap hanya beberapa orang sisanya merupakan bantuan dari rumah u

    Last Updated : 2024-09-17
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 22

    Alisya menatap terbebalak saat baru saja tiba di ruangan itu. Dia tak pernah menyangka akan melihat hal ini lagi. Sejak tadi pagi wajah Alisya sudah terlihat mendung, penyebabnya tentu saja suaminya yang sedang melakukan bulan madu dengan istri barunya.Alisya tentu tahu rencana ini dan berusaha untuk menata hatinya, tapi hal itu langsung ambyar saat dia mendapat kiriman kebersaaman keduanya saat bulan madu dari nomor tak dikenal. Alisya tidak tahu nomer siapa itu, tapi siapapun itu telah berhasil menghancurkan pertahanan yang coba dia bangun, dan kedatangan ke sini seperti biasa ingin mencari ketenangan. Tempat satu-satunya orang yang begitu sangat mencintainya dan juga dia cintai. Meski tak bisa menanggapinya. Akan tetapi Tuhan sepertinya sedang bermurah hati padanya, setelah kesakitan yang dia  alami melihat ibunya sudah bisa membuka mata dan duduk meski dengan wajah pucat membuatnya sangat senang. “Kenapa tak a

    Last Updated : 2024-09-17
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 23

    “Mas Alan bisa jalan-jalan sekitar sini, mungkin saya akan lama. Nanti saya hubungi jika sudah selesai,” kata Alisya begitu mereka sudah sampai di mall yang dimaksud. Seperti biasa Alan membantu wanita itu untuk menaiki kursi rodanya lagi. “Apa tidak sebaiknya saya menemani nyonya ke dalam? Mungkin nyonya perlu bantuan saya membawa barang,” kata laki-laki. Pertanyaan yang wajar memang, tapi hal itu tentu saja akan berpotensi menggagalkan rencananya.“Saya bisa sendiri,” kata Alisya dengan yakin. Alan terdiam dan menatap wanita di depannya dengan sedikt ragu. Sebuah pertanyaan melintas di otaknya dan dia tak tahan untuk tidak bertanya langsung. “Apa mas Pandu memintamu mengawasiku?” tanya Alisya. Alan langsung membelalak mendengar pertanyaan Alisya itu. “Bukankah itu tugas saya memang nyonya.” “Jadi benar selama ini kamu mengawasiku. Tunggu apa nomer baru yang-” “Nyonya salah paham,” potong Alan

    Last Updated : 2024-09-17
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 24

    Ini sudah dua minggu sejak kepergian Pandu waktu itu. Apa mereka akan kembali hari ini atau menambah waktu lagi? Alisya lebih sering menghabiskan waktunya dengan mengurung diri dalam kamar. Jika dulu dia melakukannya untuk menghindari hinaan dan juga pandangan sinis orang-orang di rumah ini, sekarang Alisya melakukannya untuk melatih kakinya. Iya dia memang nekad melakukannya seperti yang dikhawatirkan Pram waktu itu, tapi dia tak punya cara lain, dia tidak punya siapapun untuk dimintai bantuan di sini. Kadang Alisya melatih otot kakinya dengan berdiri dan duduk dari tempat tidurnya atau sofa empuk yang ada di sini. Sampai sekarang kamarnya memang masih ada di lantai bawah, lift yang dibangun Pandu belum juga selesai sampai sekarang, dan itu menambah tekad Alisya untuk sembuh. Dia ingin segera sembuh, paling tidak kakinya bisa digunakan lagi untuk menompang tubuhnya, sebelum bisa digunakan untuk menompang hidupnya lagi. “Ayo... sedikit... lagi.” Alisya berdiri dari tempat tidu

    Last Updated : 2024-09-18
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 25

    “Kamu tidak berencana untuk pergi bukan.” Alisya yang masih dengan susah payah menggeret koper besarnya langsung terdiam. Dia bingung akan menjawab apa. Dia tidak ingin dikatakan pengadu, tapi tidak mengatakan fakta benarnya jelas akan merugikan dirinya sendiri. “Ehm... hanya pindah kamar saja,” jawab Alisya beruisaha tenang. “Kenapa kamua harus pindah kamar?” tanya laki-laki itu lagi. “Ehm... saya... hanya ingin dekat dengan dapur.” “Dan untuk apa kamu ingin kamar yang dekat dengan dapur?” Alisya merasa sedang dintrogasi, dia melirik pada ibu mertua juga para pelayan yang masih sibuk entah apa di sana, melihat semua ini tanpa berani menyela. “Katakan, Nak. Apa yang terjadi?”Alisya memaksakan senyumnya, laki-laki paruh baya yang menjadi ayah mertuanya ini sudah berdiri di depannya dan menatapnya dengan menuntut. “Kamar itu akan ditempati mas Pandu dan istrinya,” jawab Alisya

    Last Updated : 2024-09-18
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 26

    “Bukankah kamu punya penhouse, kenapa mengajak Sekar tinggal di sini?” “Kamu mengadu pada papa?” Pandu menatap tajam Alisya yang masih menunduk, sungguh dia tidak mempermasalahkan semua ini. dia hanya ingn cepat sembuh dan bisa bekerja lagi, menompang hidupnya dan sang ibu. Tidak dengan menggantungkan hidup pada seseorang yang sama sekali tidak menginginkannya.  “Bukan Alisya tapi Papa, apa kamu tidak tahu dia menempati kamar pembantu. Atau memang kamu menjadikannya pembantumu dan istri barumu?” “Bukan begitu. apa yang kamu lakukan, Al? apa yang dimaksud papa dengan kamar pembantu bukankah aku sudah meminta kamu pindah ke lantai atas.” “Maaf,  mas aku tidak –“ “Kamu sengaja membuat kami bertengkar rupanya. Lihat, pa wanita yang papa bela ini malah membuat anak kita seperti orang jahat.” “Memang kenyataannya begitu kan,” kata sang ayah dengan tenang. Lalu menatap putranya dengan seksama. “Apa kamu lupa kalau Alisya

    Last Updated : 2024-09-18
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 27

    “Aku akan mengantarmu kontrol ke dokter besok,” kata Pandu yang tiba-tiba saja masuk ke kamar Alisya. “Mas Pandu apa yang mas lakukan!” Alisya yang sedang mengganti bajunya langsung menarik selimut di sampingnya untuk menutupi tubuh bagian atasnya, sungguh dia tidak rela tubuhnya dilihat oleh Pandu meski laki-laki itu adalah suaminya yang sah. Pandu mengangkat alisnya tak peduli melihat kepanikan Alisya. “Kamu berlebihan,” komentarnya datar.“Maaf, seharusnya mas bilang kalau mau masuk,” kata Alisya tak rela. “Kenapa aku harus melakukannya, ini juga kamarku bukan.” Alisya memejamkan matanya sejenak, berusaha meredakan emosinya. Dua hari setelah kedatangan Pandu, entah dengan cara apa lift untuknya akhirnya selesai dengan baik dan mau tak mau Alisya harus pindah ke lantai dua, sebenarnya ada tiga kamar di sini tapi Pandu kukuh menginginkan Alisya untuk menempati kamar miliknya. Dan yang membuat Alisya tidak nyaman adalah laki-laki itu yang bisa masuk seenaknya ke kamar ini, bahka

    Last Updated : 2024-09-19

Latest chapter

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 254

    Rasanya seperti sedang menikmati pemandangan indah di puncak gunung tiba-tiba didorong ke dasar jurang.Itulah yang Alisya rasakan sekarang.Seharusnya Alisya tidak menaruh harap, apalagi pada manusia Agar dia selalu terlindung dari rasa kecewa. Tapi apa boleh dikata nasi sudah menjadi bubur tak akan bisa kembali lagi. "Silvia." Nama itu seperti penyakit yang menggerogotinya. Orangnya memang sudah meninggal tapi masih mampu memberikan rasa sakit untuknya. Kemarin saat melihat suaminya berlumuran darah Alisya bahkan tak mampu untuk mengeluarkan air mata, dia terlalu terkejut dengan ini semua, sangat berharap kalau sang suami segera bangun tapi begitu harapannya terkabul kenapa rasanya begitu sakit saat mendengar sang suami menyebut nama itu.Andaikan bisa Alisya ingin menghapus ingatan sang suami pada nama itu, sayangnya itu tak mungkin dia lakukan.Bersamaan dengan bibi yang datang bersama dokter jaga, kaki Alisya melangkah mundur, dia butuh waktu untuk menenangkan diri. Bahkan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 253

    Alisya menghela napas lelah, dia menatap dua orang polisi di depannya dengan seksama. "Saya tidak tahu apa Silvia kecelakaan atau ada orang yang sengaja mensabotase mobilnya," kata Alisya tegas entah untuk yang ke berapa kalinya.Entah bukti apa yang sudah didapat oleh para polisi ini sampai mereka mencerca Alisya dengan berbagai pertanyaan yang nyudutkan, padahal bisa dibilang dia adalah korban dari keegoisan Silvia, meski wanita itu sudah meninggal sekarang, tapi sejak tadi tak ada pertanyaan kenapa suaminya bisa berakhir di rumah sakit seperti ini. "Apa ibu yakin tidak tahu akan hal itu?" tanya sang polisi lagi. Alisya tahu sih mereka hanya melakukan pekekerjaan mereka, tapi kok dia jadi kesal ya, kenapa seolah dia yang dijadikan tersangka, sedikit sesal di hati Alisya karena tidak menuruti saran bibi untuk menghubungi ayah mertuanya dan mendapatkan bantuan pengacara.Alisya pikir dia hanya perlu menceritakan kronologi kejadiannya saja, tapi ternyata... "Saat Silvia melajukan m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 252

    "Dasar pembawa sial!" Teriakan itu langsung menggema di ruang vip tempat Pandu dirawat saat Alisya baru saja membuka pintu. Dia tidak menyangka ada orang yang cukup gila berteriak di rumah sakit seperti ini, meski ruangan ini agak terpisah dengan ruangan lain tapi teriakan keras itu bahkan bisa membangunkan orang mati. Alisya menoleh ke belakang, dia sedikit berharap Pandu terganggu dengan teriakan itu dan membuka mata, dia tidak keberatan dimaki atau diomeli asal suaminya bisa bangun lagi, tapi nyatanya Pandu masih tetap anteng dalam tidurnya. "Jangan berisik tante ini rumah sakit," tegur Alisya pelan. Alisya pasti sudah gila kalau berpikir wanita di depannya ini akan menurut dengan kalimatnya, sang tante langsung meringsek masuk dan menatap Pandu dengan tatapan... Kesal. Sungguh manusia ajaib memang. "Semua ini gara-gara kamu, kalau kamu mau menerima Silvia semuanya tidak akan seperti ini!" "Ini tempat umum, anda pasti tahu apa yang akan terjadi jika saya memanggil satp

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 251

    Jika diberi pilihan hidup sekali lagi apa orang-orang itu akan memilih pilihan yang berbeda atau masih keras kepala kalau pilihannya sudah tepat. Meski pilihan itu mengorbankan orang lain atau bahkan dirinya sendiri?"Seharusnya saya tadi tidak bicara dengannya," kata Alisya lirih penuh penyesalan. Sungguh Alisya menyesal dengan apa yang terjadi pagi ini, wanita itu menunduk dengan kedua tangan saling menggenggam erat. Saat ini dia ada di ruang tunggu ruang perawatan Pandu, bersama sang ibu mertua tentu saja karena ayah mertuanya harus mengurus insiden yang terjadi pagi ini. "Seharusnya memang begitu." Alisya langsung mendongak mendengar suara dingin ibu mertuanya, suara yang sejak kemarin tidak dia dengar lagi. "Kamu memang bodoh, bukankah aku sudah bilang untuk menjauhinya tapi kamu sok baik dengan meladeninya bicara." Kalimat itu memang menyakitkan tapi Alisya tak bisa menyangkal kebenaran kalimat itu. "Maaf." Hanya itu yang bisa dia katakan, andaikan waktu bisa diputar lag

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 250

    Alisya menatap tetesan darah di lantai dengan tubuh bergetar. Dia selalu meyakinkan diri kalau dirinya adalah wanita yang mandiri dan kuat, akan tetapi saat ini dia tak yakin lagi dengan hal itu. Dia bahkan tak tahu bagaimana dia bisa ada di sini, yang dia tahu dia hanya sekuat tenaga mendekap luka di punggung sang suami dan berusaha menghentikan darah yang terus saja mengalir. Sedangkan Bisma seperti mengerti kalau sang ayah butuh pertolongan anak itu menangis begitu kencang dan berlari ke dalam rumah mencari pertolongan. "Pandu pasti akan baik-baik saja dia laki-laki yang kuat, dulu dia sendirian menghadapi segala ujian hidupnya mampu sekarang dia pasti sangat mampu dengan adanya kamu dan anak kalian." Kalimat itu diucapkan ayah mertuanya dengan mata berkaca-kaca. Alisya tahu bukan hanya dirinya yang shock, tapi juga semua orang yang ada di sana.Meski dia sama sekali tidak menyukai Silvia karena berusaha merusak rumah tangganya, tapi Alisya masih menghormati wanita itu sebaga

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 249

    "Mas."Ini kayak maling kolor terus ketahuan lagi sama orang sekampung, hasil curiannya nggak seberapa tapi malunya itu lho yang akan melekat erat selama hidupnya, entah tadi dia ngomong apa saja, Alisya saja sampai lupa. Mau bagaimana lagi dia yang biasanya terorganisir dan sangat realistis, hanya mengandalkan emosinya saja, yah mau bagaimana lagi pelakor di depannya ini sangat menyebalkan dan tak tahu malu. Bukan Alisya takut kalau sang suami akan membela pelakor ini sebenarnya tapi lebih kepada harga dirinya yang terbanting jatuh, jangan sampai deh suaminya ini besar kepala karena diperebutkan dua orang wanita, apalagi pelakor ini sangat gigih dan memiliki background yang luar biasa. Alisya sedang tidak menuduh suaminya akan tergoda oleh wanita ini sih, tapi tetap saja suaminya adalah laki-laki biasa dan bisa saja melakukan kesalahan. "Bisma mencarimu, Sayang," kata Pandu lembut. "Aku kira kamu di dapur." "Oh tadi memang ada di sana buatin makanan untuk mas sama Bisma tapi non

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 248

    "Bagaimana kamu melakukannya?" tanya Pandu takjub ketika mereka masuk ke dalam kamar. Malam ini adalah pesta ulang tahun Panji Wardhana, bukan pesta yang meriah memang hanya makan malam keluarga besar dan juga sedikit bertukar cerita, tapi hal yang sangat epik terjadi adalah, istri Panji Wardhan sekaligus ibu mertua Alisya yang dulu terlihat sangat anti dengan menantunya, tiba-tiba saja membela sang menantu, bahkan mengesankan mereka sudah akrab satu sama lain. "Melakukan apa?" "Menjadi soulmate mama," kata Pandu sambil menarik Alisya dalam pelukannya. "Mama hanya cerita masa lalunya saja, dan beliau juga bilang kalau hal yang sama terjadi padanya dulu, maksudku tante Agnes menjodohkan suaminya dengan wanita lain." "Iya pola yang sama untuk orang yang berbeda, tanteku sangat tidak kreatif bukan," kata Pandu sambil tertawa getir. "Dia hanya tidak mau kehilangan kendali pada keluarga." "Benar, tapi opa juga bukan orang bodoh dia tahu mana anaknya yang mampu menjadi pewaris kekaya

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 247

    "Jangan pergi jika ada yang harus pergi dari sini itu orang lain, ini pesta ayah kalian, sama halnya kalian tuan rumah di sini." Pandu yang terlihat sangat emosi sambil menggandeng tangan Alisya langsung menghentikan langkahnya.Sang mama tadi memang tidak ikut ada di sana tapi suara keras mereka pasti menarik perhatian semua orang, apa karena Pandu pernah mengkhianati pernikahannya dulu, bukan berarti dia akan mudah mengkhianati pernikahannya lagi. "Mama." "Apa kamu kira mama tidak pernah mengalaminya, jawabnya sering tapi mama bukan orang yang mudah menyerah," kata sang mama dengan pandangan penuh tekad."Mama tahu kamu selama ini sudah sangat menderita, dan sekarang buktikan kamu memang layak untuk menjadi pewaris bukan hanya karena kamu anak papamu." Pandu menatap mamanya kaget, ada kesedihan, penyesalan juga rasa bersalah di mata wanita yang telah melahirkannya itu, tapi dia tahu mamanya memang menyesal sudah menelantarkannya dulu, tapi bukan berarti mamanya berubah menjadi l

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 246

    "Maaf, mbak hanya kamar itu yang masih tersisa, aku kira tadi mbak hanya datang bersama keluarga seperti biasa."Alisya melihat ayah mertuanya menghela napas dalam, sementara ibu mertuanya memilih memalingkan muka, terlihat sekali kalau wanita itu sama sekali tidak menyukai saudara iparnya ini. "Kamu bagaimana sih, Ji. seharusnya sebagai tuan rumah kamu sudah memperkirakan hal seperti ini," omel sang tante. Sebagai seorang pewaris utama semua aset keluarga tentu saja ayah mertuanya tidak ingin nama baik keluarga besarnya menjadi tercoreng, memang sih di sini sama sekali tidak ada orang lain, tapi ada para saudara serta anak menantu mereka yang tentu akan menilai sang pewaris bukan orang yang cakap untuk menghandle keluarga besarnya. "Maaf, mbak. Untuk sementara nona... ehm.. Silvia, benar namamu itu bukan kamu anak hakim Raharja?" Silvia lalu mengangguk dengan tak enak hati. "Kamu tidak masalahkan, menempati kamar tamu di belakang, maaf kalau kesannya malah tidak sopan.""Tidak apa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status