Setelah berada di dalam restoran, mereka bertiga menyantap makan siang dengan keheningan, hanya ada suara sendok dan garpu yang saling bersahutan.
Setelah selesai, Zemora pun berpamitan pada ayahnya.
"Ayah...Mora duluan ya, Mora mau ke Mall dulu, ingin mencari baju untuk acara sebentar malam," Tutur nya, sembari berdiri dari tempat duduk nya.
"Ya sudah kalau begitu, kamu hati-hati ya dijalan. Ingat jangan ngebut."
"Baik Ayah, kalau begitu Mora pergi dulu ya bye."
Zemora pun berjalan meninggalkan restoran, ia berjalan ke arah mobilnya. Saat berada di dalam mobil, Zemora pun segera melajukan mobilnya.
Mobil mewah yang kendarai oleh Zemora, berjalan dengan kecepatan rata-rata,
"Wow...tidak biasanya aku mengemudikan mobil dengan kecepatan seperti ini, tapi tidak apa toh Mall nya juga dekat." Zemora berucap sambil memutar musik favoritnya.
Saat tiba di Mall Zemora segera memarkirkan mobilnya, kemudian ia berjalan memasuki pusat perbelanjaan tersebut.
Setelah berada di dalam Zemora segera memasuki toko pakaian, ia mulai memperhatikan setiap pakaian yang ada di hadapannya.
"Hm...kira-kira yang mana ya?" tanya Zemora pada diri sendiri.
Lelah melihat semua model baju yang menurutnya tidak menarik, ia pun melangkah lebih dalam untuk melihat-lihat.
"Hm, sepertinya ini cocok. Warnanya juga cukup menggoda," gumam Zemora kemudian mengangkat tinggi-tinggi mini dress yang berwarna merah ceri. Mini dress tanpa lengan serta panjangnya hanya satu jengkal dari atas lutut menjadi pilihannya.
Setelah menemukan pakaian yang cocok, Zemora segera melangkah menuju kasir untuk melakukan pembayaran.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Langit malam yang di selimuti awan hitam tak menurunkan semangat Zemora, bahkan ia berpikir saat hujan turun adalah waktu yang sangat cocok untuk memulai malam panas, bersama dengan kliennya.
"Wow, cuaca yang sangat mendukung," gumam Zemora yang berjalan menuruni anak tangga.
"Kamu mau kemana Sayang?" tanya ayahnya.
"Mora mau keluar sebentar Ayah," jawab Zemora yang berjalan ke arah sang ayah.
"Tapi sebentar lagi mau hujan, apa tidak bisa di tunda?"
"Tidak Ayah, teman-temanku sudah menunggu. Aku pergi dulu, bye," Zemora melambaikan tangan tanda perpisahan pada ayahnya, sembari berjalan menuju mobilnya.
Setelah berada di dalam, Zemora pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Tanpa menunggu waktu tempuh yang cukup lama, akhirnya Zemora pun sampai di Club tempatnya melakukan janji dengan kliennya.
Pemandangan yang pertama kali di lihat oleh Zemora saat melangkah memasuki Club adalah lautan manusia, baik yang sedang berada di lantai dansa, maupun yang sedang duduk bersantai menikmati minuman.
"Ck, ini orangnya dimana sih? Bukannya dia mengatakan akan menjemput ku jam tujuh malam. Padahal ini sudah hampir jam delapan," gerutu Zemora, kemudian mengeluarkan ponsel untuk menghubungi sahabatnya.
Namun, belum sempat Zemora menekan nomor telepon Sisca, tiba-tiba ia di kejutkan dengan sebuah sentuhan dari belakang tepat di pundaknya. Zemora sontak berbalik saat merasakan pundaknya di sentuh.
"Siapa ya?" tanya Zemora.
"Kamu Zemora kan?" bukannya menjawab orang tersebut malah melayangkan pertanyaan padanya.
"Iya, Anda siapa?"jawab Zemora sekaligus bertanya.
"Saya Damian Stevano," jawab Damian dengan tangan terulur.
Zemora yang melihat Damian mengulurkan tangan pun menyambutnya sebagai tanda perkenalan.
"Sudah siap?" tanya nya lagi, yang di balas dengan kedipan mata dari Zemora.
Damian segera mengulurkan tangannya pada Zemora,Zemora yang mengerti segera memberikan tangannya pada Damian.
Melihat respon dari Zemora, Damian pun langsung memberi kecupan manis tepat di punggung tangan Zemora. Kemudian membawa nya keluar dari Club.
Setelah berada di luar, Damian segera menuntun Zemora memasuki mobilnya, dan membawanya menuju salah satu hotel bintang lima.
"Can I call you Baby?" tanya Damian membuka pembicaraan.
"Up to you," jawab Zemora nyaris seperti desahan, yang membuat Damian tambah frustasi.
"Oh Baby, jangan sekarang aku sedang menyetir," aku Damian yang hanya di balas dengan tawa oleh Zemora.
"Apa kau sepayah itu, hm?" bisik Zemora tepat di telinga Damian. Kemudian Zemora meniup telinga Damian dengan perlahan, yang membuat sesuatu dalam diri Damian semakin bergejolak.
Tanpa bisa berfikir jernih lagi, Damian segera mempercepat laju mobilnya, agar mereka segera sampai di tempat tujuan. Sebab ia sudah tidak tahan dengan godaan dari Zemora.
Setelah tiba di tempat tujuan, Damian segera membawa Zemora menuju kamar yang telah di pesan sebelumnya.
Saat berada didalam kamar, Damian segera memeluk tubuh ramping Zemora dari belakang.
"Ayolah Baby, aku sudah tidak tahan," bisik Damian dengan suara serak.
Zemora yang mendengarnya segera melepaskan diri dari pelukan Damian, kemudian melangkah menuju tempat tidur.
"Berapa harga yang akan kau berikan padaku?" tanya Zemora yang kini telah duduk ditepi tempat tidur dengan menyilangkan kaki.
"Berapapun yang kau inginkan Sayang," ucap nya kemudian berjalan mendekati Zemora.
Zemora yang melihat Damian mendekat segera mengangkat salah satu kakinya, lalu menepelkan nya tepat didada bidang Damian. Kemudian, kedua tangannya ia gunakan untuk menahan tubuhnya.
"Satu hal yang harus kamu ketahui, aku tidak menerima harga rendahan, jadi jika kau ingin menikmati ku, persiapkan uangmu sebanyak mungkin. Karna aku bukan pe***ur murahan yang menerima harga rendah."
"Baiklah, lima ratus juta untukmu, puaskan aku malam ini," Kata Damian yang membuat Zemora tertawa.
"What! Lima ratus juta katamu? asal kau tahu, lima ratus juta hanyalah harga ciumanku," jawab Zemora yang tersenyum miring.
"Katakan saja berapapun hargamu, yang jelas puaskan aku malam ini." ucap Damian, kemudian segera menindih tubuh Zemora.
Untuk adegan selanjutnya, silahkan di bayangkan sendiri ya.
Zemora dan Damian benar-benar menciptakan malam yang begitu panas, bahkan malam yang begitu dingin tak dapat mereka rasakan.
Suara desahan serta erangan penuh kenikmatan dari mereka berdua, mengisi keheningan malam.
_ _ _ _ _ _
Suara kicauan burung yang saling bersahutan membangunkan Zemora dari tidur nyenyak nya, saat Zemora membuka matanya, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah wajah Damian yang masih tertidur pulas.
"Astaga, rasanya badanku sudah remuk." ucap Zemora kemudian ia berbalik menatap jam yang berada di ponselnya, yang menunjukkan angka enam.
"Ternyata baru jam enam, sebaiknya aku lanjut tidur saja," gumam Zemora.
Namun, saat Zemora hendak memejamkan mata kembali, getaran dari ponselnya membuat ia menoleh. Diraihnya benda pipih itu untuk mengetahui siapa yang telah mengganggunya sepagi ini.
"Ayah!" ucap Zemora saat melihat layar ponselnya. Ia segera menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan.
"Halo, Ayah," sapa Zemora.
"Sayang, apa Kamu belum pulang?" tanya Reinhard.
"Ayah kenapa? apa Ayah baik-baik saja?" bukannya menjawab, Zemora malah balik melayangkan pertanyaan pada ayahnya.
"Ayah baik-baik saja Sayang, Ayah hanya kelelahan," jawab Reinhard.
"Cepat pulang ya Sayang," sambungnya dengan nada memohon.
"Baiklah Ayah, Mora akan segera pulang," ucap Zemora, mematikan sambungan telepon.
Zemora segera menuruni tempat tidur, kemudian memungut pakaiannya yang berserakan di lantai, lalu berjalan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai, ia segera memakai pakaiannya, kemudian melangkah keluar. Saat Zemora keluar dari kamar mandi, ia disambut oleh tatapan penuh damba dari Damian.
"Rupanya kau sudah bangun Baby, kemarilah," ucap Damian yang menepuk pahanya.
Zemora yang menatapnya pun tersenyum miring.
"Apa kau mengharapkan kejadian semalam terulang?" tanya Zemora langsung pada intinya.
"Yes, Baby. Apalagi!" jawabnya antusias.
"Buang jauh-jauh harapan mu itu, sebab aku tidak akan menikmati klien ku dua kali dalam satu kali pertemuan, atau lebih tepatnya. Aku tidak mau memberikan tubuhku untuk dinikmati malam dan pagi nya, dengan orang yang sama. Jika kau menginginkan tubuhku kembali, datanglah minggu depan, tentunya dengan harga yang lebih tinggi dari hari ini. Maka akan ku pertimbangkan," papar Zemora.
"Sekarang, berikan bayaran ku. Aku harus pergi, aku ada urusan lain," lanjutnya kemudian.
"Baiklah, ini!" ucap Damian mengalah, kemudian menyodorkan selembar Cek yang nilainya cukup fantastis.
"Thanks," balas Zemora yang meraih Cek tersebut, tak lupa ia memberikan kecupan tepat di b***r Damian sebagai tanda terima kasih.
"Aku pergi dulu, bye," ucap Zemora yang melambaikan tangan.
"Aku pastikan, aku akan memelukmu kembali Baby," teriak Damian, saat melihat tubuh Zemora sedikit lagi akan menghilang.
Zemora hanya mampu tertawa mendengar teriakan Damian.
Setelah mendapat panggilan dari sang ayah, dan juga telah mendapatkan bayarannya. Zemora segera keluar dari hotel. Saat berada diluar, ia melebarkan senyumnya ketika melihat mobilnya terparkir rapih.“Hm, rupanya dia membawa mobilku kemari,” gumam Zemora yang berjalan menuju mobilnya.Setelah berada di dalam mobil, Zemora segera melajukan mobilnya.Mobil mewah yang digunakan Zemora melaju dengan kecepatan sedang, sebab jalanan sudah mulai di padati kendaraan.“Oh SHIIT, ini kenapa harus macet sih,”gerutu Zemora.Saat Zemora ingin kembali mengumpat, getaran dari ponselnya membuat ia terpaksa menahan umpatan itu.Zemora mengerutkan kening saat matanya menatap layar ponsel.‘Ayah! Ada apa ya? Tidak biasanya ayah menelfon ku berturut-turut begini,’ batin Zemora.Tak ingin menebak dan membuat ayahnya menunggu jawaban, ia segera mengangkat telfon tersebut.“Halo Ayah,” sapa Zemor
Zemora seketika terdiam mendengar permintaan ayahnya.Menikah? Yang benar saja, itu adalah hal yang sangat dihindari nya selama ini."A-apa? Ayah memintaku menikah?" tanya Zemora memastikan."Iya Sayang, Ayah ingin kamu menikah," jawab Reinhard dengan suara yang begitu lemah."Tapi untuk apa Mora menikah Ayah?" tanya Zemora yang membuat Arkhan tertawa, dan tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan."Apa! Nona serius tidak mengetahui tujuan dari pernikahan? Hahaha," ledek Arkhan tanpa sadar yang membuat Zemora emosi seketika."Diam kau sialan, aku tidak meminta jawabanmu," ucap Zemora murka.Melihat perubahan wajah putrinya, Reinhard segera mengambil alih pembicaraan."Sudah Sayang, tidak usah diperpanjang ya," bujuk Reinhard dengan mengelus kepala Zemora dengan penuh kasih sayang."Tapi Ayah, Mora tidak terima dia udah meledek Mora," ucap Zemora dengan nada manjanya.Reinhard tersenyum lembut melihat tingkah manja p
Arkhan terdiam mendengar apa yang di inginkan oleh Reinhard. Ia ragu untuk menjawab, ingin menolak namun janji yang di ucapnya dulu terus saja terngiang-ngiang."Aku harap kau menepati janji yang pernah kau ucapkan dulu padaku."Mendengar kembali kata-kata Reinhard membuat Arkhan semakin bingung, apakah ia akan menerima atau menolak.Ingin menjawab, namun Zemora lebih dulu membuka suara."Mm...Ayah apa Mora boleh bicara berdua dengan Arkhan?"Reinhard tersenyum sembari menganggukan kepala. Zemora yang mendapat persetujuan pun segera melangkah keluar yang di ikuti oleh Arkhan.Mereka terus berjalan hingga tiba di kantin rumah sakit, setelah mereka berada di dalam Zemora segera mengambil tempat untuk duduk begitupun dengan Arkhan. Mereka duduk dengan saling berhadapan."Katakan padaku, apa kau akan menerima perjodohan ini?" tanya Zemora tanpa basa basi."Iya Nona." Arkhan menjawab dengan menunduk.Mata Zemora terbelalak me
Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan baik, Zemora melenggang memasuki Club. Tanpa ia sadari seseorang tengah memperhatikan dirinya sejak ia tiba tadi."Mora...!" teriak seseorang, yang tak lain ialah Sisca.Sisca melambaikan tangannya saat Zemora menoleh, berharap Zemora akan menghapirinya. Tetapi, Zemora hanya menatap sekilas ke arah Sisca kemudian ia berjalan menuju salah satu sofa.Merasa di abaikan Sisca pun beranjak turun dari pangkuan seorang laki-laki, kemudian berjalan ke arah Zemora setelah ia memberi kecupan pada laki-laki yang bersamanya."Mora! Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat sangat kacau?" pekik Sisca saat melihat penampilan Zemora yang terlihat seperti orang frustasi.Bukannya menjawab Zemora lebih memilih menenggak minuman beralkohol langsung dari botolnya, tak ada jawaban dari Zemora membuat Sisca berinisiatif untuk mengejutkan nya."Zemoraaaa...!" Teriak Sisca."Diiaaammm...!" Balas Zemora tak kala
"Apa semuanya sudah selesai?" tanya Reinhard pada sekretaris sekaligus calon menantunya. "Iya Ayah, semuanya sudah selesai." Arkhan menjawab dengan tangan yang masih sibuk memasukkan barang-barang Reinhard ke dalam tas yang berukuran sedang. "Baiklah kalau begitu, ayo kita pulang." "Mm...apa Ayah tidak memberitahu Nona Zemora, jika hari ini Ayah akan pulang?" Arkhan bertanya saat melihat calon mertuanya begitu bersemangat untuk kembali ke rumahnya. "Tidak usah, jam segini dia masih tidur, jangan mengganggu tidurnya jika kau tidak ingin melihat dia mengamuk," ucap Reinhard kemudian berlalu meninggalkan Arkhan yang terdiam. Tersadar akan sesuatu, Arkhan dengan cepat berlari menyusul Reinhard yang sudah menjauh. "Ayah...tunggu!" teriak Arkhan. Reinhard terus saja berjalan ke luar menuju tempat parkir di mana mobilnya berada, sementara Arkhan terus berlari mengejar calon mertuanya. "Ckck...kau lambat sekali nak," sahut Rein
Zemora melangkah keluar dari kamar ayahnya, dengan membawa kekecewaan.Namun, baru beberapa langkah Zemora harus menghentikan langkahnya. Saat melihat pelayannya membawa sesuatu."Apa ini?"Zemora bertanya dengan tatapan yang begitu tajam, membuat pelayannya menunduk takut. Tidak mendapat jawaban dari pelayannya, membuat Zemora berteriak murka."JAWAB!""I-ini Ga-gaun pengantin anda, Nona," jawab pelayannya dengan nada bergetar.Zemora tersentak kaget, sebab ayahnya tidak pernah memberi tahu kapan ia akan menikah."Gaun ku?" tanya Zemora yang di balas dengan anggukan dari pelayan."Kenapa kau bawa kemari, bukankah pernikahannya masih lama?"Lagi-lagi Zemora kembali melayangkan pertanyaan."Apa Nona tidak tahu kalau besok adalah hari pernikahan, Nona?""B-besok?" ucap Zemora memastikan."Iya, Nona.""Tapi kenapa harus besok?" tanya Zemora yang kini suda
Dentuman musik DJ begitu memekakkan telinga, namun hal itu tidak berpengaruh apa pun pada seorang wanita yang begitu cantik dan memakai pakaian yang serba kekurangan bahan.Wanita yang memiliki mata coklat, hidung mancung dan bibir tipis, serta tubuh padat berisi, yang mampu membuat siapa saja yang melihat nya akan terpesona.Wanita tersebut tak lain ialah Zemora Havensky, wanita blasteran Jerman Indonesia tersebut sangat menyukai pekerjaan yang sudah hampir lima bulan ini dia kerjakan, yaitu menjadi wanita malam.Di saat para wanita di luaran sana berlomba-lomba untuk menjadi pegawai di perusahaan-perusahaan besar, maka berbeda pula dengan Zemora yang bahkan dengan senang hati memilih pekerjaan tersebut.Sebenarnya, pekerjaan nya itu sangat tentang oleh ayahnya, tuan Reinhard Havensky. Namun, tuan Reinhard pun tidak bisa menghentikan putri semata wayangnya, sebab ia tahu mengapa putri nya bertingkah seperti itu.Mulai dari kematian ibunya, b
Setelah kepergian sang ayah, Zemora pun beranjak dari duduknya. Ia berjalan menuju kamarnya berniat untuk istirahat, sebab rasa kantuk yang mendera sudah begitu besar, mengingat dari semalam dia tidak tidur, sebab ia dan Sisca mendapat orderan.Setelah berada di dalam kamar, Zemora segera menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur."Selamat istirahat, Zemora yang cantik, semoga mimpi indah ya," ucap Zemora kemudian tertawa.Baru saja matanya akan tertutup, getaran dari ponselnya membuat ia menoleh. Saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya, ia pun segera menggeser tombol yang berwarna hijau."Halo, Ra,"sapa seseorang dari balik telepon, orang tersebut tak lain ialah Sisca."Hm, ada apa sih ganggu orang aja," jawab Zemora dengan malas."Memangnya kamu ngapain, sampai-sampai aku ganggu.""Aku mau tidur, Sis.""Uupssttt...sorry, kalau aku ganggu kamu, aku cuma mau bilang sebentar malam kamu dapat orderan," ucap Sisc
Zemora melangkah keluar dari kamar ayahnya, dengan membawa kekecewaan.Namun, baru beberapa langkah Zemora harus menghentikan langkahnya. Saat melihat pelayannya membawa sesuatu."Apa ini?"Zemora bertanya dengan tatapan yang begitu tajam, membuat pelayannya menunduk takut. Tidak mendapat jawaban dari pelayannya, membuat Zemora berteriak murka."JAWAB!""I-ini Ga-gaun pengantin anda, Nona," jawab pelayannya dengan nada bergetar.Zemora tersentak kaget, sebab ayahnya tidak pernah memberi tahu kapan ia akan menikah."Gaun ku?" tanya Zemora yang di balas dengan anggukan dari pelayan."Kenapa kau bawa kemari, bukankah pernikahannya masih lama?"Lagi-lagi Zemora kembali melayangkan pertanyaan."Apa Nona tidak tahu kalau besok adalah hari pernikahan, Nona?""B-besok?" ucap Zemora memastikan."Iya, Nona.""Tapi kenapa harus besok?" tanya Zemora yang kini suda
"Apa semuanya sudah selesai?" tanya Reinhard pada sekretaris sekaligus calon menantunya. "Iya Ayah, semuanya sudah selesai." Arkhan menjawab dengan tangan yang masih sibuk memasukkan barang-barang Reinhard ke dalam tas yang berukuran sedang. "Baiklah kalau begitu, ayo kita pulang." "Mm...apa Ayah tidak memberitahu Nona Zemora, jika hari ini Ayah akan pulang?" Arkhan bertanya saat melihat calon mertuanya begitu bersemangat untuk kembali ke rumahnya. "Tidak usah, jam segini dia masih tidur, jangan mengganggu tidurnya jika kau tidak ingin melihat dia mengamuk," ucap Reinhard kemudian berlalu meninggalkan Arkhan yang terdiam. Tersadar akan sesuatu, Arkhan dengan cepat berlari menyusul Reinhard yang sudah menjauh. "Ayah...tunggu!" teriak Arkhan. Reinhard terus saja berjalan ke luar menuju tempat parkir di mana mobilnya berada, sementara Arkhan terus berlari mengejar calon mertuanya. "Ckck...kau lambat sekali nak," sahut Rein
Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan baik, Zemora melenggang memasuki Club. Tanpa ia sadari seseorang tengah memperhatikan dirinya sejak ia tiba tadi."Mora...!" teriak seseorang, yang tak lain ialah Sisca.Sisca melambaikan tangannya saat Zemora menoleh, berharap Zemora akan menghapirinya. Tetapi, Zemora hanya menatap sekilas ke arah Sisca kemudian ia berjalan menuju salah satu sofa.Merasa di abaikan Sisca pun beranjak turun dari pangkuan seorang laki-laki, kemudian berjalan ke arah Zemora setelah ia memberi kecupan pada laki-laki yang bersamanya."Mora! Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat sangat kacau?" pekik Sisca saat melihat penampilan Zemora yang terlihat seperti orang frustasi.Bukannya menjawab Zemora lebih memilih menenggak minuman beralkohol langsung dari botolnya, tak ada jawaban dari Zemora membuat Sisca berinisiatif untuk mengejutkan nya."Zemoraaaa...!" Teriak Sisca."Diiaaammm...!" Balas Zemora tak kala
Arkhan terdiam mendengar apa yang di inginkan oleh Reinhard. Ia ragu untuk menjawab, ingin menolak namun janji yang di ucapnya dulu terus saja terngiang-ngiang."Aku harap kau menepati janji yang pernah kau ucapkan dulu padaku."Mendengar kembali kata-kata Reinhard membuat Arkhan semakin bingung, apakah ia akan menerima atau menolak.Ingin menjawab, namun Zemora lebih dulu membuka suara."Mm...Ayah apa Mora boleh bicara berdua dengan Arkhan?"Reinhard tersenyum sembari menganggukan kepala. Zemora yang mendapat persetujuan pun segera melangkah keluar yang di ikuti oleh Arkhan.Mereka terus berjalan hingga tiba di kantin rumah sakit, setelah mereka berada di dalam Zemora segera mengambil tempat untuk duduk begitupun dengan Arkhan. Mereka duduk dengan saling berhadapan."Katakan padaku, apa kau akan menerima perjodohan ini?" tanya Zemora tanpa basa basi."Iya Nona." Arkhan menjawab dengan menunduk.Mata Zemora terbelalak me
Zemora seketika terdiam mendengar permintaan ayahnya.Menikah? Yang benar saja, itu adalah hal yang sangat dihindari nya selama ini."A-apa? Ayah memintaku menikah?" tanya Zemora memastikan."Iya Sayang, Ayah ingin kamu menikah," jawab Reinhard dengan suara yang begitu lemah."Tapi untuk apa Mora menikah Ayah?" tanya Zemora yang membuat Arkhan tertawa, dan tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan."Apa! Nona serius tidak mengetahui tujuan dari pernikahan? Hahaha," ledek Arkhan tanpa sadar yang membuat Zemora emosi seketika."Diam kau sialan, aku tidak meminta jawabanmu," ucap Zemora murka.Melihat perubahan wajah putrinya, Reinhard segera mengambil alih pembicaraan."Sudah Sayang, tidak usah diperpanjang ya," bujuk Reinhard dengan mengelus kepala Zemora dengan penuh kasih sayang."Tapi Ayah, Mora tidak terima dia udah meledek Mora," ucap Zemora dengan nada manjanya.Reinhard tersenyum lembut melihat tingkah manja p
Setelah mendapat panggilan dari sang ayah, dan juga telah mendapatkan bayarannya. Zemora segera keluar dari hotel. Saat berada diluar, ia melebarkan senyumnya ketika melihat mobilnya terparkir rapih.“Hm, rupanya dia membawa mobilku kemari,” gumam Zemora yang berjalan menuju mobilnya.Setelah berada di dalam mobil, Zemora segera melajukan mobilnya.Mobil mewah yang digunakan Zemora melaju dengan kecepatan sedang, sebab jalanan sudah mulai di padati kendaraan.“Oh SHIIT, ini kenapa harus macet sih,”gerutu Zemora.Saat Zemora ingin kembali mengumpat, getaran dari ponselnya membuat ia terpaksa menahan umpatan itu.Zemora mengerutkan kening saat matanya menatap layar ponsel.‘Ayah! Ada apa ya? Tidak biasanya ayah menelfon ku berturut-turut begini,’ batin Zemora.Tak ingin menebak dan membuat ayahnya menunggu jawaban, ia segera mengangkat telfon tersebut.“Halo Ayah,” sapa Zemor
Setelah berada di dalam restoran, mereka bertiga menyantap makan siang dengan keheningan, hanya ada suara sendok dan garpu yang saling bersahutan.Setelah selesai, Zemora pun berpamitan pada ayahnya."Ayah...Mora duluan ya, Mora mau ke Mall dulu, ingin mencari baju untuk acara sebentar malam," Tutur nya, sembari berdiri dari tempat duduk nya."Ya sudah kalau begitu, kamu hati-hati ya dijalan. Ingat jangan ngebut.""Baik Ayah, kalau begitu Mora pergi dulu ya bye."Zemora pun berjalan meninggalkan restoran, ia berjalan ke arah mobilnya. Saat berada di dalam mobil, Zemora pun segera melajukan mobilnya.Mobil mewah yang kendarai oleh Zemora, berjalan dengan kecepatan rata-rata,"Wow...tidak biasanya aku mengemudikan mobil dengan kecepatan seperti ini, tapi tidak apa toh Mall nya juga dekat." Zemora berucap sambil memutar musik favoritnya.Saat tiba di Mall Zemora segera memarkirkan mobilnya, kemudian ia berjalan memasuki pusa
Setelah kepergian sang ayah, Zemora pun beranjak dari duduknya. Ia berjalan menuju kamarnya berniat untuk istirahat, sebab rasa kantuk yang mendera sudah begitu besar, mengingat dari semalam dia tidak tidur, sebab ia dan Sisca mendapat orderan.Setelah berada di dalam kamar, Zemora segera menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur."Selamat istirahat, Zemora yang cantik, semoga mimpi indah ya," ucap Zemora kemudian tertawa.Baru saja matanya akan tertutup, getaran dari ponselnya membuat ia menoleh. Saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya, ia pun segera menggeser tombol yang berwarna hijau."Halo, Ra,"sapa seseorang dari balik telepon, orang tersebut tak lain ialah Sisca."Hm, ada apa sih ganggu orang aja," jawab Zemora dengan malas."Memangnya kamu ngapain, sampai-sampai aku ganggu.""Aku mau tidur, Sis.""Uupssttt...sorry, kalau aku ganggu kamu, aku cuma mau bilang sebentar malam kamu dapat orderan," ucap Sisc
Dentuman musik DJ begitu memekakkan telinga, namun hal itu tidak berpengaruh apa pun pada seorang wanita yang begitu cantik dan memakai pakaian yang serba kekurangan bahan.Wanita yang memiliki mata coklat, hidung mancung dan bibir tipis, serta tubuh padat berisi, yang mampu membuat siapa saja yang melihat nya akan terpesona.Wanita tersebut tak lain ialah Zemora Havensky, wanita blasteran Jerman Indonesia tersebut sangat menyukai pekerjaan yang sudah hampir lima bulan ini dia kerjakan, yaitu menjadi wanita malam.Di saat para wanita di luaran sana berlomba-lomba untuk menjadi pegawai di perusahaan-perusahaan besar, maka berbeda pula dengan Zemora yang bahkan dengan senang hati memilih pekerjaan tersebut.Sebenarnya, pekerjaan nya itu sangat tentang oleh ayahnya, tuan Reinhard Havensky. Namun, tuan Reinhard pun tidak bisa menghentikan putri semata wayangnya, sebab ia tahu mengapa putri nya bertingkah seperti itu.Mulai dari kematian ibunya, b