Setelah kepergian sang ayah, Zemora pun beranjak dari duduknya. Ia berjalan menuju kamarnya berniat untuk istirahat, sebab rasa kantuk yang mendera sudah begitu besar, mengingat dari semalam dia tidak tidur, sebab ia dan Sisca mendapat orderan.
Setelah berada di dalam kamar, Zemora segera menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur.
"Selamat istirahat, Zemora yang cantik, semoga mimpi indah ya," ucap Zemora kemudian tertawa.
Baru saja matanya akan tertutup, getaran dari ponselnya membuat ia menoleh. Saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya, ia pun segera menggeser tombol yang berwarna hijau.
"Halo, Ra,"sapa seseorang dari balik telepon, orang tersebut tak lain ialah Sisca.
"Hm, ada apa sih ganggu orang aja," jawab Zemora dengan malas.
"Memangnya kamu ngapain, sampai-sampai aku ganggu."
"Aku mau tidur, Sis."
"Uupssttt...sorry, kalau aku ganggu kamu, aku cuma mau bilang sebentar malam kamu dapat orderan," ucap Sisca dari seberang.
"Serius?" Tanya Zemora antusias.
"Iya, katanya sih, dia itu direktur dari perusahaan besar juga."
"Oh, ya?"
"Iya."
"Kamu tahu, namanya siapa?" Tanya Zemora lagi.
"Mm...kalau gak salah sih namanya pak Damian."
"Terus, kita ketemuan dimana?"
"Dia akan jemput kamu di club kemarin, jam tujuh malam."
"Ok, kalau begitu aku mau tidur dulu, mau siapin tenaga buat nanti malam. Byee,"ucap Zemora, kemudian mematikan sambungan telepon.
Setelah sambungan telepon nya terputus, Zemora berniat melanjutkan tidur yang sempat terganggu, akibat telpon dari Sisca.
Namun, saat matanya kembali terpejam, Lagi-lagi getaran dari ponselnya membuat Zemora membuka mata.
"Astaga, siapa lagi sih, senang banget ganggu orang yang lagi istirahat," gerutu Zemora, kemudian tangannya ter ulur untuk mengambil ponsel.
Dilihatnya nama yang tertera di layar ponselnya. Zemora mengerutkan kening saat melihat nama pemanggil yaitu 'Ayah'. Buru-buru Zemora menggeser tombol hijau.
"Halo, Ayah," sapa Zemora.
"Halo Sayang," jawab ayahnya.
"Ada apa Ayah menelfon?"
"Kamu sibuk nggak?"
"Sepertinya tidak, memangnya ada apa Ayah?" tanya Zemora lagi.
"Sebentar siang kamu datang ya, kekantor. Kita makan siang bareng," Jawab ayahnya.
"Oh...oke Ayah."
"Tapi ingat, pakai pakaian yang tertutup," peringat ayahnya.
"Iya, Ayah, Mora akan cari baju yang sedikit tertutup."
"Baiklah, kalau begitu Ayah tutup ya teleponnya."
"Ok, Ayah, byee."
Setelah, telepon terputus. Akhirnya, Zemora pun bisa tertidur dengan nyenyak.
Saat jam menunjukkan angka sebelas, Zemora terbangun dari tidurnya. Ia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, lima belas menit waktu yang di perlukan Zemora untuk mandi, akhirnya Zemora keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar.
Zemora melangkah menuju walk in closet, untuk mencari baju yang menurutnya sedikit tertutup.
"Ya, ampun bagaimana aku bisa mendapatkan baju yang tertutup, jika semua bajuku kekurangan bahan?" Tanya Zemora lebih kepada dirinya sendiri.
Zemora membongkar semua lemari pakaian yang ada di dalam walk in closet nya.
"Yes...dapat," Seru Zemora saat mendapatkan baju yang di carinya.
Pilihannya jatuh pada dress maroon dengan lengan panjang ketat, yang menampilkan lekuk tubuhnya. Di bagian dada hanya dilapisi dengan kain tile transparan, di tambah dengan belahan dari bawah sampai ke paha.
Sehingga, jika ia berjalan maka paha mulusnya akan terekspos.
"Hm...di antara baju-baju ku yang lain, hanya ini yang paling tertutup," Gumam Zemora.
Tanpa pikir panjang, Zemora segera memakai pakaiannya, kemudian berjalan menuju meja rias.
"Ok, saatnya kita memoles wajah secantik mungkin."
Lima menit berkutat dengan alat Make-up, akhirnya Zemora pun selesai dengan semua kegiatannya.
Zemora melangkah menuruni anak tangga sambil menelfon ayahnya, pada dering ketiga akhirnya panggilan nya jawab oleh sang ayah.
"Halo, Sayang, ada apa?" Tanya ayahnya dari seberang telpon.
"Mora udah mau berangkat yah," Jawab Zemora.
"Oh...ya sudah, Ayah tunggu ya."
"Iya Ayah, byee."
Setelah mematikan sambungan telepon, Zemora pun melangkah keluar menuju mobilnya. Zemora kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Kurang lebih sepuluh menit, akhirnya Zemora pun sampai di depan gedung perusahaan ayahnya.
"Huuft, akhirnya sampai juga," ucap Zemora kemudian melangkahkan kakinya memasuki gedung perusahaan.
Saat berada di dalam, semua mata para karyawan memandang dengan penuh kagum, bahkan mulai dari bisikan sampai sapaan pun di berikan untuk Zemora.
"Siapa dia? Cantik sekali," ucap karyawan,A.
"Sepertinya,dia itu anak dari pak Reinhard," jawab karyawan, B.
Zemora yang mendengar dirinya di bicarakan, hanya memasang wajah datar yang terkesan angkuh.
'Ternyata, orang cantik bisa membuat mata semua orang menjadi haus,' batin Zemora, kemudian melangkah memasuki lift.
Setelah lift terbuka, Zemora pun berjalan menuju ruangan ayahnya. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia langsung membukanya dan di saat bersamaan, Arkhan juga membukanya dari dalam.
Sehingga tanpa sengaja mereka bertabrakan.
"Awww," Rintih Zemora, yang menabrak dada bidang Arkhan.
"Maaf Nona, saya tidak sengaja," Ucap Arkhan sembari berjongkok untuk memungut berkas yang berserakan saat bertabrakan tadi dengan Zemora.
Bukannya membantu, Zemora malah melangkah kan kakinya melewati Arkhan yang sedang membereskan berkas yang berserakan di lantai.
"Ayah," panggil Zemora.
"Kamu sudah datang sayang," jawab ayahnya yang mengalihkan tatapannya dari layar komputer ke arah putrinya.
"Iya Ayah, Ayah masih bekerja ya?" tanya Zemora dengan nada manja.
"Kamu tunggu sebentar ya, Ayah selesaikan ini dulu. Sedikit lagi, ok?"
"Ok Ayah," Ucap Zemora kemudian berjalan menuju sofa yang ada di dalam ruangan.
Zemora menyalakan TV untuk membunuh rasa bosan. Beberapa menit kemudian, Reinhard mematikan layar komputernya lalu berjalan menghampiri putrinya.
"Ayo, kita makan siang, Ayah sudah lapar sekali."
Zemora yang mendengar suara ayahnya, segera mematikan TV kemudian berdiri.
"Sudah selesai?" tanya Zemora.
"Sudah Sayang, kita makan siang sekarang?" tanya Reinhard pada putrinya, yang di balas anggukan oleh Zemora.
Reinhard tersenyum manis melihat tingkah putri kesayangannya yang menggemaskan, namun detik berikutnya, Reinhard memicingkan mata saat melihat pakaian yang di gunakan oleh Zemora.
"Apa ini?" Tanya Reinhard dengan tajam, serta telunjuknya yang bergerak naik turun.
"Ini baju Ayah, kan Ayah yang menyuruhku untuk memakai pakaian tertutup," Jelas Zemora pada sang ayah.
"Ini yang kamu bilang tertutup? Bagian mananya yang tertutup?" Reinhard menggeleng kan kepala melihat pakaian putrinya, yang katanya tertutup.
"Iya Ayah, di antara semua baju Mora, hanya ini yang sangat tertutup."
"Ini bukan tertutup tapi terekspos, kenapa kamu begitu senang mempertontonkan tubuh mu di depan banyak orang?" Lirih ayahnya.
Saat Zemora berniat menjawab, pintu lebih dulu diketuk dari luar, di detik berikutnya pintu pun terbuka, dan menampilkan sosok Arkhan.
"Maaf Pak, ini laporan yang bapak minta tadi," Ucap Arkhan.
"Letakkan saja di atas meja."
Setelah meletakkan berkas yang di minta oleh Reinhard, Arkhan segera keluar dari ruangan.
Namun, saat Arkhan menyentuh gagang pintu, tiba-tiba Reinhard memanggilnya dari arah belakang.
"Arkhan, apa kamu sudah makan siang?" tanya Reinhard.
"Belum Pak, ini saya baru mau ke kantin untuk makan siang," Jawab Arkhan dengan sangat sopan.
"Baiklah, kalau begitu makan siang lah bersama kami," tawar Reinhard, berharap Arkhan akan menerima ajakannya.
"M-maaf Pak, tapi saya tidak bisa, saya tidak enak dengan karyawan yang lain" Tolak Arkhan dengan halus.
"Saya tidak menerima bantahan dan juga alasan kamu," Tegas Reinhard.
"S-saya tidak enak dengan Nona Zemora."
Zemora yang mendengarnya hanya memutar bola mata malas.
"Sayang kamu tidak keberatan kan kalau kita makan siang bersama dengan Arkhan?"
"Hm...terserah Ayah," jawab Zemora kemudian, iya melangkah lebih dulu meninggalkan ruangan kerja milik ayahnya.
Reinhard hanya menghembuskan nafas berat saat mendengar jawaban dari putri tercintanya.
Setelah berada di dalam restoran, mereka bertiga menyantap makan siang dengan keheningan, hanya ada suara sendok dan garpu yang saling bersahutan.Setelah selesai, Zemora pun berpamitan pada ayahnya."Ayah...Mora duluan ya, Mora mau ke Mall dulu, ingin mencari baju untuk acara sebentar malam," Tutur nya, sembari berdiri dari tempat duduk nya."Ya sudah kalau begitu, kamu hati-hati ya dijalan. Ingat jangan ngebut.""Baik Ayah, kalau begitu Mora pergi dulu ya bye."Zemora pun berjalan meninggalkan restoran, ia berjalan ke arah mobilnya. Saat berada di dalam mobil, Zemora pun segera melajukan mobilnya.Mobil mewah yang kendarai oleh Zemora, berjalan dengan kecepatan rata-rata,"Wow...tidak biasanya aku mengemudikan mobil dengan kecepatan seperti ini, tapi tidak apa toh Mall nya juga dekat." Zemora berucap sambil memutar musik favoritnya.Saat tiba di Mall Zemora segera memarkirkan mobilnya, kemudian ia berjalan memasuki pusa
Setelah mendapat panggilan dari sang ayah, dan juga telah mendapatkan bayarannya. Zemora segera keluar dari hotel. Saat berada diluar, ia melebarkan senyumnya ketika melihat mobilnya terparkir rapih.“Hm, rupanya dia membawa mobilku kemari,” gumam Zemora yang berjalan menuju mobilnya.Setelah berada di dalam mobil, Zemora segera melajukan mobilnya.Mobil mewah yang digunakan Zemora melaju dengan kecepatan sedang, sebab jalanan sudah mulai di padati kendaraan.“Oh SHIIT, ini kenapa harus macet sih,”gerutu Zemora.Saat Zemora ingin kembali mengumpat, getaran dari ponselnya membuat ia terpaksa menahan umpatan itu.Zemora mengerutkan kening saat matanya menatap layar ponsel.‘Ayah! Ada apa ya? Tidak biasanya ayah menelfon ku berturut-turut begini,’ batin Zemora.Tak ingin menebak dan membuat ayahnya menunggu jawaban, ia segera mengangkat telfon tersebut.“Halo Ayah,” sapa Zemor
Zemora seketika terdiam mendengar permintaan ayahnya.Menikah? Yang benar saja, itu adalah hal yang sangat dihindari nya selama ini."A-apa? Ayah memintaku menikah?" tanya Zemora memastikan."Iya Sayang, Ayah ingin kamu menikah," jawab Reinhard dengan suara yang begitu lemah."Tapi untuk apa Mora menikah Ayah?" tanya Zemora yang membuat Arkhan tertawa, dan tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan."Apa! Nona serius tidak mengetahui tujuan dari pernikahan? Hahaha," ledek Arkhan tanpa sadar yang membuat Zemora emosi seketika."Diam kau sialan, aku tidak meminta jawabanmu," ucap Zemora murka.Melihat perubahan wajah putrinya, Reinhard segera mengambil alih pembicaraan."Sudah Sayang, tidak usah diperpanjang ya," bujuk Reinhard dengan mengelus kepala Zemora dengan penuh kasih sayang."Tapi Ayah, Mora tidak terima dia udah meledek Mora," ucap Zemora dengan nada manjanya.Reinhard tersenyum lembut melihat tingkah manja p
Arkhan terdiam mendengar apa yang di inginkan oleh Reinhard. Ia ragu untuk menjawab, ingin menolak namun janji yang di ucapnya dulu terus saja terngiang-ngiang."Aku harap kau menepati janji yang pernah kau ucapkan dulu padaku."Mendengar kembali kata-kata Reinhard membuat Arkhan semakin bingung, apakah ia akan menerima atau menolak.Ingin menjawab, namun Zemora lebih dulu membuka suara."Mm...Ayah apa Mora boleh bicara berdua dengan Arkhan?"Reinhard tersenyum sembari menganggukan kepala. Zemora yang mendapat persetujuan pun segera melangkah keluar yang di ikuti oleh Arkhan.Mereka terus berjalan hingga tiba di kantin rumah sakit, setelah mereka berada di dalam Zemora segera mengambil tempat untuk duduk begitupun dengan Arkhan. Mereka duduk dengan saling berhadapan."Katakan padaku, apa kau akan menerima perjodohan ini?" tanya Zemora tanpa basa basi."Iya Nona." Arkhan menjawab dengan menunduk.Mata Zemora terbelalak me
Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan baik, Zemora melenggang memasuki Club. Tanpa ia sadari seseorang tengah memperhatikan dirinya sejak ia tiba tadi."Mora...!" teriak seseorang, yang tak lain ialah Sisca.Sisca melambaikan tangannya saat Zemora menoleh, berharap Zemora akan menghapirinya. Tetapi, Zemora hanya menatap sekilas ke arah Sisca kemudian ia berjalan menuju salah satu sofa.Merasa di abaikan Sisca pun beranjak turun dari pangkuan seorang laki-laki, kemudian berjalan ke arah Zemora setelah ia memberi kecupan pada laki-laki yang bersamanya."Mora! Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat sangat kacau?" pekik Sisca saat melihat penampilan Zemora yang terlihat seperti orang frustasi.Bukannya menjawab Zemora lebih memilih menenggak minuman beralkohol langsung dari botolnya, tak ada jawaban dari Zemora membuat Sisca berinisiatif untuk mengejutkan nya."Zemoraaaa...!" Teriak Sisca."Diiaaammm...!" Balas Zemora tak kala
"Apa semuanya sudah selesai?" tanya Reinhard pada sekretaris sekaligus calon menantunya. "Iya Ayah, semuanya sudah selesai." Arkhan menjawab dengan tangan yang masih sibuk memasukkan barang-barang Reinhard ke dalam tas yang berukuran sedang. "Baiklah kalau begitu, ayo kita pulang." "Mm...apa Ayah tidak memberitahu Nona Zemora, jika hari ini Ayah akan pulang?" Arkhan bertanya saat melihat calon mertuanya begitu bersemangat untuk kembali ke rumahnya. "Tidak usah, jam segini dia masih tidur, jangan mengganggu tidurnya jika kau tidak ingin melihat dia mengamuk," ucap Reinhard kemudian berlalu meninggalkan Arkhan yang terdiam. Tersadar akan sesuatu, Arkhan dengan cepat berlari menyusul Reinhard yang sudah menjauh. "Ayah...tunggu!" teriak Arkhan. Reinhard terus saja berjalan ke luar menuju tempat parkir di mana mobilnya berada, sementara Arkhan terus berlari mengejar calon mertuanya. "Ckck...kau lambat sekali nak," sahut Rein
Zemora melangkah keluar dari kamar ayahnya, dengan membawa kekecewaan.Namun, baru beberapa langkah Zemora harus menghentikan langkahnya. Saat melihat pelayannya membawa sesuatu."Apa ini?"Zemora bertanya dengan tatapan yang begitu tajam, membuat pelayannya menunduk takut. Tidak mendapat jawaban dari pelayannya, membuat Zemora berteriak murka."JAWAB!""I-ini Ga-gaun pengantin anda, Nona," jawab pelayannya dengan nada bergetar.Zemora tersentak kaget, sebab ayahnya tidak pernah memberi tahu kapan ia akan menikah."Gaun ku?" tanya Zemora yang di balas dengan anggukan dari pelayan."Kenapa kau bawa kemari, bukankah pernikahannya masih lama?"Lagi-lagi Zemora kembali melayangkan pertanyaan."Apa Nona tidak tahu kalau besok adalah hari pernikahan, Nona?""B-besok?" ucap Zemora memastikan."Iya, Nona.""Tapi kenapa harus besok?" tanya Zemora yang kini suda
Dentuman musik DJ begitu memekakkan telinga, namun hal itu tidak berpengaruh apa pun pada seorang wanita yang begitu cantik dan memakai pakaian yang serba kekurangan bahan.Wanita yang memiliki mata coklat, hidung mancung dan bibir tipis, serta tubuh padat berisi, yang mampu membuat siapa saja yang melihat nya akan terpesona.Wanita tersebut tak lain ialah Zemora Havensky, wanita blasteran Jerman Indonesia tersebut sangat menyukai pekerjaan yang sudah hampir lima bulan ini dia kerjakan, yaitu menjadi wanita malam.Di saat para wanita di luaran sana berlomba-lomba untuk menjadi pegawai di perusahaan-perusahaan besar, maka berbeda pula dengan Zemora yang bahkan dengan senang hati memilih pekerjaan tersebut.Sebenarnya, pekerjaan nya itu sangat tentang oleh ayahnya, tuan Reinhard Havensky. Namun, tuan Reinhard pun tidak bisa menghentikan putri semata wayangnya, sebab ia tahu mengapa putri nya bertingkah seperti itu.Mulai dari kematian ibunya, b
Zemora melangkah keluar dari kamar ayahnya, dengan membawa kekecewaan.Namun, baru beberapa langkah Zemora harus menghentikan langkahnya. Saat melihat pelayannya membawa sesuatu."Apa ini?"Zemora bertanya dengan tatapan yang begitu tajam, membuat pelayannya menunduk takut. Tidak mendapat jawaban dari pelayannya, membuat Zemora berteriak murka."JAWAB!""I-ini Ga-gaun pengantin anda, Nona," jawab pelayannya dengan nada bergetar.Zemora tersentak kaget, sebab ayahnya tidak pernah memberi tahu kapan ia akan menikah."Gaun ku?" tanya Zemora yang di balas dengan anggukan dari pelayan."Kenapa kau bawa kemari, bukankah pernikahannya masih lama?"Lagi-lagi Zemora kembali melayangkan pertanyaan."Apa Nona tidak tahu kalau besok adalah hari pernikahan, Nona?""B-besok?" ucap Zemora memastikan."Iya, Nona.""Tapi kenapa harus besok?" tanya Zemora yang kini suda
"Apa semuanya sudah selesai?" tanya Reinhard pada sekretaris sekaligus calon menantunya. "Iya Ayah, semuanya sudah selesai." Arkhan menjawab dengan tangan yang masih sibuk memasukkan barang-barang Reinhard ke dalam tas yang berukuran sedang. "Baiklah kalau begitu, ayo kita pulang." "Mm...apa Ayah tidak memberitahu Nona Zemora, jika hari ini Ayah akan pulang?" Arkhan bertanya saat melihat calon mertuanya begitu bersemangat untuk kembali ke rumahnya. "Tidak usah, jam segini dia masih tidur, jangan mengganggu tidurnya jika kau tidak ingin melihat dia mengamuk," ucap Reinhard kemudian berlalu meninggalkan Arkhan yang terdiam. Tersadar akan sesuatu, Arkhan dengan cepat berlari menyusul Reinhard yang sudah menjauh. "Ayah...tunggu!" teriak Arkhan. Reinhard terus saja berjalan ke luar menuju tempat parkir di mana mobilnya berada, sementara Arkhan terus berlari mengejar calon mertuanya. "Ckck...kau lambat sekali nak," sahut Rein
Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan baik, Zemora melenggang memasuki Club. Tanpa ia sadari seseorang tengah memperhatikan dirinya sejak ia tiba tadi."Mora...!" teriak seseorang, yang tak lain ialah Sisca.Sisca melambaikan tangannya saat Zemora menoleh, berharap Zemora akan menghapirinya. Tetapi, Zemora hanya menatap sekilas ke arah Sisca kemudian ia berjalan menuju salah satu sofa.Merasa di abaikan Sisca pun beranjak turun dari pangkuan seorang laki-laki, kemudian berjalan ke arah Zemora setelah ia memberi kecupan pada laki-laki yang bersamanya."Mora! Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat sangat kacau?" pekik Sisca saat melihat penampilan Zemora yang terlihat seperti orang frustasi.Bukannya menjawab Zemora lebih memilih menenggak minuman beralkohol langsung dari botolnya, tak ada jawaban dari Zemora membuat Sisca berinisiatif untuk mengejutkan nya."Zemoraaaa...!" Teriak Sisca."Diiaaammm...!" Balas Zemora tak kala
Arkhan terdiam mendengar apa yang di inginkan oleh Reinhard. Ia ragu untuk menjawab, ingin menolak namun janji yang di ucapnya dulu terus saja terngiang-ngiang."Aku harap kau menepati janji yang pernah kau ucapkan dulu padaku."Mendengar kembali kata-kata Reinhard membuat Arkhan semakin bingung, apakah ia akan menerima atau menolak.Ingin menjawab, namun Zemora lebih dulu membuka suara."Mm...Ayah apa Mora boleh bicara berdua dengan Arkhan?"Reinhard tersenyum sembari menganggukan kepala. Zemora yang mendapat persetujuan pun segera melangkah keluar yang di ikuti oleh Arkhan.Mereka terus berjalan hingga tiba di kantin rumah sakit, setelah mereka berada di dalam Zemora segera mengambil tempat untuk duduk begitupun dengan Arkhan. Mereka duduk dengan saling berhadapan."Katakan padaku, apa kau akan menerima perjodohan ini?" tanya Zemora tanpa basa basi."Iya Nona." Arkhan menjawab dengan menunduk.Mata Zemora terbelalak me
Zemora seketika terdiam mendengar permintaan ayahnya.Menikah? Yang benar saja, itu adalah hal yang sangat dihindari nya selama ini."A-apa? Ayah memintaku menikah?" tanya Zemora memastikan."Iya Sayang, Ayah ingin kamu menikah," jawab Reinhard dengan suara yang begitu lemah."Tapi untuk apa Mora menikah Ayah?" tanya Zemora yang membuat Arkhan tertawa, dan tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan."Apa! Nona serius tidak mengetahui tujuan dari pernikahan? Hahaha," ledek Arkhan tanpa sadar yang membuat Zemora emosi seketika."Diam kau sialan, aku tidak meminta jawabanmu," ucap Zemora murka.Melihat perubahan wajah putrinya, Reinhard segera mengambil alih pembicaraan."Sudah Sayang, tidak usah diperpanjang ya," bujuk Reinhard dengan mengelus kepala Zemora dengan penuh kasih sayang."Tapi Ayah, Mora tidak terima dia udah meledek Mora," ucap Zemora dengan nada manjanya.Reinhard tersenyum lembut melihat tingkah manja p
Setelah mendapat panggilan dari sang ayah, dan juga telah mendapatkan bayarannya. Zemora segera keluar dari hotel. Saat berada diluar, ia melebarkan senyumnya ketika melihat mobilnya terparkir rapih.“Hm, rupanya dia membawa mobilku kemari,” gumam Zemora yang berjalan menuju mobilnya.Setelah berada di dalam mobil, Zemora segera melajukan mobilnya.Mobil mewah yang digunakan Zemora melaju dengan kecepatan sedang, sebab jalanan sudah mulai di padati kendaraan.“Oh SHIIT, ini kenapa harus macet sih,”gerutu Zemora.Saat Zemora ingin kembali mengumpat, getaran dari ponselnya membuat ia terpaksa menahan umpatan itu.Zemora mengerutkan kening saat matanya menatap layar ponsel.‘Ayah! Ada apa ya? Tidak biasanya ayah menelfon ku berturut-turut begini,’ batin Zemora.Tak ingin menebak dan membuat ayahnya menunggu jawaban, ia segera mengangkat telfon tersebut.“Halo Ayah,” sapa Zemor
Setelah berada di dalam restoran, mereka bertiga menyantap makan siang dengan keheningan, hanya ada suara sendok dan garpu yang saling bersahutan.Setelah selesai, Zemora pun berpamitan pada ayahnya."Ayah...Mora duluan ya, Mora mau ke Mall dulu, ingin mencari baju untuk acara sebentar malam," Tutur nya, sembari berdiri dari tempat duduk nya."Ya sudah kalau begitu, kamu hati-hati ya dijalan. Ingat jangan ngebut.""Baik Ayah, kalau begitu Mora pergi dulu ya bye."Zemora pun berjalan meninggalkan restoran, ia berjalan ke arah mobilnya. Saat berada di dalam mobil, Zemora pun segera melajukan mobilnya.Mobil mewah yang kendarai oleh Zemora, berjalan dengan kecepatan rata-rata,"Wow...tidak biasanya aku mengemudikan mobil dengan kecepatan seperti ini, tapi tidak apa toh Mall nya juga dekat." Zemora berucap sambil memutar musik favoritnya.Saat tiba di Mall Zemora segera memarkirkan mobilnya, kemudian ia berjalan memasuki pusa
Setelah kepergian sang ayah, Zemora pun beranjak dari duduknya. Ia berjalan menuju kamarnya berniat untuk istirahat, sebab rasa kantuk yang mendera sudah begitu besar, mengingat dari semalam dia tidak tidur, sebab ia dan Sisca mendapat orderan.Setelah berada di dalam kamar, Zemora segera menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur."Selamat istirahat, Zemora yang cantik, semoga mimpi indah ya," ucap Zemora kemudian tertawa.Baru saja matanya akan tertutup, getaran dari ponselnya membuat ia menoleh. Saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya, ia pun segera menggeser tombol yang berwarna hijau."Halo, Ra,"sapa seseorang dari balik telepon, orang tersebut tak lain ialah Sisca."Hm, ada apa sih ganggu orang aja," jawab Zemora dengan malas."Memangnya kamu ngapain, sampai-sampai aku ganggu.""Aku mau tidur, Sis.""Uupssttt...sorry, kalau aku ganggu kamu, aku cuma mau bilang sebentar malam kamu dapat orderan," ucap Sisc
Dentuman musik DJ begitu memekakkan telinga, namun hal itu tidak berpengaruh apa pun pada seorang wanita yang begitu cantik dan memakai pakaian yang serba kekurangan bahan.Wanita yang memiliki mata coklat, hidung mancung dan bibir tipis, serta tubuh padat berisi, yang mampu membuat siapa saja yang melihat nya akan terpesona.Wanita tersebut tak lain ialah Zemora Havensky, wanita blasteran Jerman Indonesia tersebut sangat menyukai pekerjaan yang sudah hampir lima bulan ini dia kerjakan, yaitu menjadi wanita malam.Di saat para wanita di luaran sana berlomba-lomba untuk menjadi pegawai di perusahaan-perusahaan besar, maka berbeda pula dengan Zemora yang bahkan dengan senang hati memilih pekerjaan tersebut.Sebenarnya, pekerjaan nya itu sangat tentang oleh ayahnya, tuan Reinhard Havensky. Namun, tuan Reinhard pun tidak bisa menghentikan putri semata wayangnya, sebab ia tahu mengapa putri nya bertingkah seperti itu.Mulai dari kematian ibunya, b