Pagi-pagi buta, Arion bangun berniat ingin membuat sarapan untuknya dan Airyn. Anggap saja sebagai rasa simpati Arion kepada gadis itu setelah menerima perlakuan tidak baik. Namun, setibanya di lantai bawah, Arion tidak menemukan siapa pun di ruang tengah.Keadaan sekitarnya sudah rapi dan wangi, termasuk selimut yang dikenakan Airyn semalam. “Loh, ke mana dia?” Arion mengambil sepucuk surat yang Airyn tinggalkan di meja.—Terima kasih, Pak Arion. Aku udah beberes, dan siapin sarapan. Aku pulang—“Bisa-bisanya anak ini bertindak di luar dugaan saya terus.”Arion mengecek rekaman cctv, ingin melihat apa saja yang Airyn lakukan sepanjang pagi ini.Pada layar komputer itu terlihat jika Airyn sedang buru-buru bangun, lalu menyiapkan sarapan sambil beberes. Beberapa kali Airyn lari-larian ke dapur, mengejar penggorengan agar tidak gosong dan cuci piring juga.Selesai masak dan semua bersih, Airyn mengecek dompet, dia kelihatannya sedang berdecak sebal karena tidak menemukan uang sepersen p
Gawat!Hari pertama Airyn magang dia sudah mendapat masalah. Semalam di dekat rumah Airyn terjadi kebakaran, alhasil hampir semua tetangga termasuk Airyn begadang untuk saling memadamkan api dan berjaga-jaga agar api tidak semakin menjalar. Sialnya, pagi ini Airyn bangun terlambat—padahal alarm berdering sejak jam lima pagi, belum lagi harus membuat sarapan dan mengantarkannya ke rumah sakit. Airyn terlanjur berjanji pada sang papa untuk membuatkan sarapan sehat, sebab nanti siang atau sore Guntur sudah boleh pulang.Arion Harrison: Airyn, ini sudah jam berapa?Airyn mengabaikan pesan itu, berlarian di lorong rumah sakit menuju ruangan Guntur. Airyn tidak peduli dia terlambat, yang penting papanya senang dulu. Urusan dengan Arion, Airyn akan mencari alasan dan meminta maaf.“Ai, kenapa lari-larian? Sampai keringetan gini.”Napas Airyn tidak beraturan, berusaha mengulas senyum dan menggeleng. “Pa, ini sarapan buat Papa. Dihabisin, ya! Hari ini aku magang dan udah telat, jadi aku buru-b
Airyn Gershon: Pak Arion, ini pizza dari Bapak?Arion Harrison: Habiskan!Airyn Gershon: Besar dan banyak bangettttttttt, Bapak Arion. Bisa jebol perut aku.Arion Harrison: Banyak ngeluhnya kamu ini.Airyn menatap layar ponselnya jengah. “Aku makan secukupnya aja, nanti sisanya biarin Pak Arion sama Pak Bagas yang habiskan.” Dia menggembungkan pipi, menghela berat. Aroma pizza sangat menggugah selera, Airyn tidak sabar melahapnya. “Aish! Enak banget sih makanan orang kaya. Aku tambah yakin Pak Arion yang beneran kirim makanan waktu itu, soalnya menunya juga hampir sama aja.” Mata Airyn berbinar, mengangguk-angguk riang sambil bersenandung. Dia sedang memperbanyak dokumen yang Arion suruh, sesekali sambil memisahkannya agar tidak tercampur dengan dokumen lain.Impian Airyn sekali bisa bekerja di kantor sebesar ini setelah lulus kuliah, semoga nanti dia bisa berkesempatan mendapatkan posisinya di sini.Kurang lebih setengah jam Airyn memperbanyak beberapa dokumen itu, akhirnya selesai
“Bapak mau bilang apa, kok harus ketemuan dulu, sih?” Airyn tidak senang jika Arion memintanya datang dengan cara memaksa dan dadakan. Airyn tadi sedang menikmati waktu merawat Guntur sambil menemani bercerita, tiba-tiba Bagas datang. Kesal sekali, untung Guntur sudah waktunya beristirahat.Hanya sekarang Airyn merasa sangat dekat dengan papanya, sebelumnya mereka selalu ketemu sebentar dan jarang duduk bersama untuk sekadar bercerita hal-hal sederhana. Ini juga menjadi kesempatan emas Airyn memberi wejangan sedikit demi sedikit agar setelah ini Guntur mengurangi kebiasaan buruknya, sebab saat sakit kemarin benar-benar butuh perjuangan hingga sampai di keadaan yang sekarang. Sehat itu mahal!“Ada yang mau saya bicarakan. Ini penting bagi saya, Airyn.” Arion memerhatikan penampilan Airyn, ternyata gadis itu memang senang sekali menggunakan jepit rambut. Meski rambutnya sedang digerai, dikepang, dikunci, pasti ada jepit yang menghiasinya.“Ngomong aja. Aku nggak bisa lama-lama. Papa
Sesampainya Arion di ruangan, dia sudah melihat jika Airyn tengah sibuk membereskan buku-buku dalam rak. Kemudian di meja Arion tersedia segelas kopi, bekal yang Airyn masak, dan komputer Arion pun siap digunakan. Pemandangan indah yang akan Arion dapatkan selama tiga bulan ke depan sebelum memulai hari dengan setumpuk kerjaan."Pagi, Pak Arion." Airyn menyapa hangat, mataya sedikit sipit sisa menangis semalam. "Aku udah masakin bekal makan siang dan camilan sehat. Semoga sesuai selera Bapak.""Kenapa mata kamu?""Enggak kok, Pak.""Gara-gara saya kamu menangis?""Enggak, kemarin aku mimpi buruk.""Seburuk apa sampai sembab begitu? Kamu kayak anak kecil yang mimpi ketemu setan." Airyn hanya tersenyum. "Nanti kompres pakai es, ampuh mengurangi sembab.""Bapak juga sering nangis?"Arion mengerutkan kening. "Saya tidak cengeng.""Saya kira, soalnya Bapak tau banget cara mengatasi sembab.""Saya banyak belajar dan membaca, jadi pengetahuan saya luas." Arion mengambil tempat bekal yang kel
Percaya tidak percaya, sekarang Airyn sedang berada di sebuah butik bersama Arion. Pria itu menjemputnya tanpa mengatakan apa pun, lalu memaksa Airyn ikut sebentar. Dan mengejutkan, saat Arion izin pada Guntur untuk membawa Airyn, papanya tiba-tiba mengizinkan. Bayangkan bagaimana terkejutnya Airyn, karena dia tahu sejak dulu Guntur tak pernah mempercayai orang lain untuk menjadi temannya. Arion pengecualian yang luar biasa. Apa Guntur bisa merasakan jika Arion adalah orang yang baik?"Pilih kamu suka dress yang mana, nanti langsung cobain ke ruang aganti.""Buat apa?""Kita akan menghadiri makan malam di kediaman orang tua saya. Tidak mungkin kamu lupa."Airyn menganga. "Pak Arion, aku 'kan udah bilang nggak mau. Antarin pulang lagi aja.""Lebih baik saya yang ajakin, atau nunggu bunda yang undang kamu secara pribadi? Saya rasa jika bunda yang pinta, kamu semakin tidak bisa menolak. Sama saja pada akhirnya, Airyn, kamu akan tetap datang.""Bapak sengaja mau permaluin aku?" gereget A
Pagi-pagi Airyn sudah emosi ketika melihat pembaruan status Sera di salah satu media sosialnya. Semalam tampaknya wanita itu mengadakan acara kecil-kecilan bersama Deri di rumah, terlihat beberapa botol alkohol dan makanan yang berserakan di meja. Padahal Sera baru kecelakaan, tapi sudah bisa bersenang-senang.Apa kecelakaan itu hanya rekayasa untuk memoroti Arion lagi?"Bukannya disimpan uang sisa berobat semalam, malah langsung dihabisin buat sesuatu yang nggak ada manfaatnya. Ai takut mama juga sakit kayak papa!" decaknya sambil menyiapkan bekal. Kenapa pikiran Sera sesempit ini? Hidupnya seolah hanya untuk kesenangan semata."Kalau mama sakit, aku harus gimana cari uangnya? Nggak bisa kalau ngeharapin orang terus.""Ai, kenapa ngomong sendiri?" Guntur mendatangi Airyn, duduk di kursi. "Kesal sama mama kamu? Apa lagi yang dia lakukan pada kamu?""Mama kecelakaan semalam, Pa, terus dikasih uang sama Pak Arion sejuta. Bukannya disimpan sisanya, malah bikin pesta miras sama Om Deri.
Setelah berkeliling kantor bersama Arion, kini Airyn sedang menuju lantai ruangan CEO. Dia membawa berkas untuk diserahkan, sementara Arion katanya hanya mengantarkan sampai depan saja. Mental Airyn langsung kena, dia khawatir jadi bodoh setelah berhadapan dengan orang tertinggi di kantor ini.“Tunggu apa lagi? Cepat masuk, berkas ini ditunggu dan harus diserahkan segera.”Airyn menatap Arion, memegangi ujung jas pria itu. “Kenapa nggak kita berdua aja, Pak? Aku takut, belum pernah juga ke dalam dan ketemu CEO. Aku nggak tahu harus ngapain, nanti salah.” Memperlihatkan jurus memelas andalannya, siapa tahu Arion iba.“Tinggal serahkan berkas ini, kemudian bilang tanda tangani, dan pergi.”“Beneran?”“Iya. Cepat masuk, jangan buat saya marah.”Airyn menghela berat, kemudian menempelkan kartu akses pada alat sensor agar pintu bisa terbuka secara otomatis. Arion beneran pergi, dia tidak ingin berurusan dengan ayahnya. Kalau Airyn yang menemui, Tuan Harrison tak mungkin mencecar sembaranga