"Hati-hati, sayang!" teriak Edward yang mengikuti Jennifer berlari mengejar penyu yang sedang berlarian di pinggir pantai. Edward tertawa kecil, ia bahagia melihat Jennifer sangat ceria berlarian mengejar penyu-penyu yang merupakan penghuni tetap pulau itu. Edward memang memilih pulau yang unik itu karena hanya pulau itulah yang mempunyai pemandangan yang masih alami dan merupakan rumah bagi penyu-penyu yang akan bertelur. "Ed, ayo ke sini," Jennifer menarik James untuk mendekati penyu-penyu tersebut. "Mereka sangat lucu," Jennifer tak henti-hentinya memamerkan senyum manisnya ketika memandangi penyu penyu kecil yang baru saja menetas. "Boleh aku menangkapnya?" tanya Jennifer. "Tentu saja, mereka juga adalah milikmu, Jen." Jennifer membelalakkan matanya, ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Edward. "Tapi ini adalah penyu-penyu langka yang keberadaan mereka dilindungi oleh WFPA.Edward mengangkat bahunya. "Karena pulau ini sudah kubeli, otomatis apapun yang berada di d
"Ed," Jennifer masih ragu untuk menerima ajakan Edward bercinta di alam terbuka. Walaupun Edward mengatakan jika pulau privat itu tidak berpenghuni alias hanya terdapat mereka berdua saja. Namun Jennifer masih ragu-ragu dan merasa malu jika bercinta di alam terbuka tanpa penutup. "Sebaiknya kita lakukan di dalam villa saja." protes Jennifer yang mengambil kain pantai untuk menutupi tubuhnya. "Ayolah, Jen." Seminggu ini aku ingin berbulan madu dan melakukan hal-hal yang tidak pernah kulakukan sebelumnya hanya denganmu." "Sungguh kau tidak pernah melakukan ini dengan wanita lain sebelum aku?" tanya Jennifer ragu-ragu. Walaupun sebenarnya ia membenci untuk membahas wanita lain yang pernah ada dalam hidup Edward. Namun Jennifer juga merasa penasaran jika Edward pernah bercinta dengan wanita lain di alam terbuka seperti keinginan Edward saat ini. Edward tertawa kecil, "kau tahu. Wku tidak pernah melakukan hal-hal gila seperti yang pernah aku lakukan denganmu. Aku memang suka berganti-ga
"Sebaiknya kau di atas saja," Edward tidak tega untuk menempatkan Jennifer di posisi yang du baweh. Edward membayangkan ketika mereka bercinta di atas bebatuan yang sangat keras. Ia takut kehilangan kendali lalu memompanya dengan sekuat tenaga maka tubuh Jennifer mungkin akan memar-memar karena terantuk dengan beton yang sangat keras itu. "Kau yakin?" tanya Jennifer yang tubuhnya ditarik oleh Edward agar terduduk. "Aku yakin, karena aku tidak ingin tubuhmu memar-memar jika aku kehilangan kendali." ucap Edward jujur. Jennifer tersipu malu saat membayangkan Edward akan sangat bersemangat. Nafsu Edward sangat besar bahkan suaminya itu tidak puas hanya dengan satu kali pelepasan. Apalagi fantasi bercinta di alam terbuka adalah keinginannya. Mungkin Edward kali ini akan melakukannya berkali-kali "Hei, kau sudah berpikiran mesum, ya?" goda Edward ketika melihat kedua pipi tembam Jennifer yang berwarna kemerahan. "Kau ini," Jennifer tertawa kecil sambil memukul lengan Edward. "Ayo, t
"Ed," Jennifer mendesis saat kejantanan Edward mulai masuk ke dalam kewanitaannya. Sebelumnya Edward sudah menempatkan sebuah kain untuk mengganjal lutut dan telapak tangan Jennifer agar tidak terluka. Perhatian itu tidak luput dari Edward karena kenyamanan Jennifer adalah yang utama. Baginya Jennifer adalah sesuatu yang sangat berharga di atas segalanya. Edward memegang pinggang lebar Jennifer lalu mulai memompanya dari belakang. Memaju mundurkan pinggulnya untuk mencari kepuasan sehingga cairan pelepasan dari dalam kejantanannya bisa keluar. Jennifer memejamkan matanya, ia merasakan kewanitaannya berkedut. Menandakan jika sebentar lagi akan klimaks. "Ed, a-aku …." tubuh Jennifer bergetar. "Keluarkan saja, Jen." Edward menunduk memeluk tubuh Jennifer lalu menciumi punggungnya. Menyalurkan kasih sayang hanya kepada wanita bertubuh gempal itu dengan segenap jiwa raganya. "Ed… ward," akhirnya Jennifer mendesah panjang saat dirinya mengalami klimaks. Edward berhenti sejenak memberi
Setelah satu minggu berbulan madu, Jennifer dan Edward kembali ke kota New York. Tepatnya di Mansion keluarga William. Sesuai perjanjian dengan mommynya, Edward setuju untuk meluangkan waktunya selama satu hari dari seminggu di Mansion dan sisanya Edward dan Jennifer akan tinggal di apartemen milik Edward.Karena saat ini mereka baru saja pulang dari berbulan madu, Jennifer meminta Edward untuk kembali ke Mansion keluarga Williams untuk memenuhi jatah tinggal di Mansion sekaligus membagikan oleh-oleh yang dibeli oleh Jennifer saat berada di pulau privat milik Edward. Jennifer menyempatkan diri mampir di pulau sekitar yang berpenghuni penduduk lokal. Jennifer membeli beberapa kerajinan tangan yang unik sebagai buah tangan saat mereka bulan madu."Selamat datang, Sayang." Cassandra memeluk Jennifer yang baru saja masuk ke dalam ruang tamu."Mom, apa kabar?" Jennifer membalas pelukan Cassandra dengan hangat."Baik, bagaimana bulan madu kalian? Apakah Edward memperlakukanmu dengan baik? Di
Alex segera menghubungi orang-orangnya agar segera mencari keberadaan Jessica. Ia takut jika gadis itu akan berbuat nekat. Walau bagaimanapun, Edward mempunyai koneksi yang lebih banyak darinya. Perusahaan Williams lebih sukses dan kaya. Jika laki-laki itu merasa terganggu akan ulah Jessica, tidak ada yang bisa menghalangi Edward untuk memenjarakan Jessica."Cepat cari Nona Jessica, jangan berhenti sebelum menemukannya." titah Alex di telepon saat berkomunikasi dengan orang kepercayaannya."Mungkinkah dia pergi untuk mencari si Williams itu?" gumam Alex. Ia kembali menelpon orang kepercayaannya. "Cari Nona Jessica di sekitar Mansion, kantor dan apartemen milik Edward Williams. Sekarang juga.""Sial, harusnya aku memasang GPS di ponselnya Jessica." Alex memukul stir mobilnya, ia bergegas menuju ke apartemen milik Edward. Instingnya mengatakan jika Jessica berada di sekitar apartemen milik Edward.***"Akhirnya, kita kembali ke sini." Edward mendorong kopernya ke kamar tidur utama."Kau
"Kita akan mencari rumah spa ke mana?" tanya Edward setelah mereka keluar sebuah restoran yang lokasinya berdekatan dengan apartemen mereka."Sebaiknya cari yang dekat-dekat sini saja, Ed. Kita simpan energi kita, jarak yang jauh akan membuat kita lelah.""Aku setuju, Sayang. Energi kita sangat berharga." Edward menyapukan lidahnya di telinganya Jennifer."Ya Tuhan, Ed." kulit Jennifer meremang."Kita berada di tempat umum, Ed." Jennifer tidak habis pikir dengan kelakuan suami tampannya."Besok aku harus mulai bekerja, pekerjaanku pasti sudah menggunung. Dan lusa, aku harus terbang ke LA. Kita tidak akan punya waktu bermesraan lagi." Edward memeluk tubuh Jennifer dari belakang lalu menelusupkan wajahnya di ceruk leher wanita itu."Oh itu alasannya," Jennifer mengulum senyum. "Aku akan mengikutimu saat kau pergi ke LA. Itu pun jika kau mengizinkanku.""Benarkah? Kau serius, Jen?" tanya Edward dengan wajah yang luar biasa ceria. "Tentu aku mau membawamu ikut serta. Dari dulu, aku bermimp
"Sudah Ed, aku baik-baik saja. Kau jangan terlalu khawatir."Baik-baik saja bagaimana? Lihat, kau terluka gara-gara kecerobohanku. Padahal dulu sebelum bersamaku tidak ada seorang pun yang menyakitimu."Jennifer tersenyum, "ya, memang sebelum bersamamu tidak ada orang yang menyakiti fisikku. Tapi hatiku lah yang tersakiti. Dan bersamamu aku merasa sangat bahagia. Setiap hari hatiku berbunga-bunga.""Benarkah?" Edward mendekat lalu menempelkan dahi mereka. Terima kasih kalau kau merasa berbahagia denganku," ucap Edward lalu mencium bibir Jennifer. "Ini di rumah sakit, Ed. Pintu pun tidak tertutup. Malu jika ada seseorang yang melihat kita.""Malu? Kenapa harus malu? Aku mencium istriku sendiri.""Iya saat ini cuma mencium. Tapi beberapa menit kemudian entah apa yang terjadi.' batin Jennifer. Dan Jennifer pun bisa menebak apa yang ada di pikiran Edward saat ini. Karena saat itu tangan suaminya itu sudah menyelinap ke dalam kaosnya."Nah kan, tadi apa aku bilang," ucap Jennifer yang meng