"Maaf, Ed," Jennifer merasa bersalah. Malam pertama mereka berakhir tidak mengenakkan."Tapi tadi …." Edward tidak melihat darah keluar dari kewanitaannya Jennifer. Bahkan tadi saat menjilatnya juga tidak menemukan apapun kecuali cairan pelepasannya Jennifer yang berwarna bening."Ya, tadi belum. Tapi sekarang …."Jennifer menyentuh kewanitaannya. Ia mengangkat telapak tangannya lalu memperlihatkannya kepada Edward."Lihat ini, maaf." entah berapa kali Jennifer mengucapkan kata maaf dalam.waktu kurang dari sepuluh menit kebersamaan mereka."Hai, hai, cukup. Kau tidak bersalah.""Tapi ….""Aku yang seharusnya minta maaf, aku tidak mempedulikanmu dan terus fokus untuk memuaskan diriku malam ini." Edward setengah duduk lalu menarik Jennifer dalam pelukannya. Ia menciumi puncak kepala Jennifer dengan sayang."Bolehkah aku ke kamar mandi? Aku ingin membersihkan ….""Ayo aku antar," Edward bangkit dari tidurnya lalu menarik tangan Jennifer."Kenapa kau tersenyum?" Jennifer heran dengan Edwa
Edward terkesiap dengan pertanyaan Jennifer. Otaknya mencoba mencari kenangan tentang dirinya yang pernah make out dengan pramugari.Jennifer menunggu jawaban dari Edward dengan harap-harap cemas. Seharusnya ia tidak bertanya tentang hal konyol ini. Bukankah ia tahu masa lalu Edward yang dipenuhi dengan berbagai macam wanita. Edward tampan dan kaya raya. Kekuasaannya tak terbatas, suaminya itu bisa mendapatkan teman tidur hanya dengan satu kedipan mata."Hei," Edward tersenyum lalu menangkup wajah Jennifer dengan kedua tangannya. "Dengar, Jeny sayang. Jujur aku tidak pernah mengingat wanita yang pernah kukencani karena aku hanya menyalurkan kebutuhan biologisku. Aku tidak pernah pakai hati, bahkan dengan Jessica, gadis yang mengambil keperjakaanku. Aku hanya membutuhkannya karena aku kecanduan. Setelah putus dengan Jessica, aku tidak akan tidur dengan wanita yang sama untuk kedua kalinya. Karena aku bosan dan tidak ingin membuat mereka jatuh cinta. Ketika selesai bercinta, selesai pula
"Dan laki-laki tampan ini hanya mencintai satu wanita." Edward memeluk Jennifer lalu menciumnya balik. Di tengah kerumunan orang yang berada di pusat kota. Mereka berciuman panas seperti di film-film romantis. Edward terbawa suasana, tangannya sudah menelusup masuk ke dalam kaosnya Jennifer. "Ed, jangan," Jennifer mendesah saat Edward mengelus puncak dadanya. Namun ia juga enggan melepaskan pelukan Edward.Nafas Edward memburu, tiba-tiba saja ia bergairah. Padahal posisi mereka berada di keramaian."Jen, aku …." Edward menarik tangannya dari dalam kaosnya Jennifer lalu merapikannya. Hampir saja ia tidak bisa mengendalikan nafsunya.Jennifer tersipu malu setelah melihat ada beberapa orang yang memperhatikan mereka.Edward terkekeh sambil meremas rambutnya. "Sudah lama saya berpisah dengan istri, saya terlalu merindukannya. Maaf semuanya," Edward mengangkat topinya sebagai tanda minta maaf."Andai kau sedang tidak datang bulan. Aku ingin menyewa kamar motel di sana." Bisik Edward samb
"Hotel?" gumam Edward sambil mengernyitkan keningnya."Ya Tuhan … mungkin Jeny telah …." Edward membekap mulutnya lalu tersenyum riang. Jika Jennifer telah selesai masa menstruasinya. Ini artinya istri tercintanya mengundangnya ke hotel untuk …? James tersenyum lebar. Dirinya sudah tidak sabar untuk bertemu Jennifer."Tian, saya pulang dulu. Rapikan dokumen-dokumen yang berada di meja saya. Besok pagi baru akan saya teruskan.""Tapi, Bos. Itu dokumen terpenting yang harus segera diselesaikan. Sudah satu minggu lebih dokumen itu menunggu antrian untuk diperiksa oleh Bos." protes Bastian yang pusing karena diteror oleh klien yang mengajukan proposal itu."Katakan pada mereka. Jika ingin bekerja sama denganku. Turuti apa mauku, jika tidak. Mereka boleh mengambil proposal ini kembali." Jawab Edward santai."Bos …." Bastian terdiam setelah melihat Edward mengangkat tangannya. "Saya punya urusan penting, Tian. Dan kau sudah digaji dengan mahal. Kini tunjukan pada saya jika kau bisa bekerja
"Benarkah?" Edward semakin intens menggerakkan jarinya di depan kewanitaan Jennifer yang terhalang kain tipis. Celana dalam, lingerie yang membuat Edward ingin merobeknya. Ia lalu menarik tubuh Jennifer hingga tubuhnya terbaring di atas ranjang. Edward menarik tali-tali kecil di punggung dan pinggang Jennifer. Sehingga tubuh berisi itu kini telah polos tanpa sehelai benang pun.Jantung Jennifer berdebar menantikan Edward untuk menyatukan tubuh mereka.Selesai melucuti lingerienya Jennifer. Edward membuka sabuk lalu melepasnya. Membuka pengait pada celana kainnya lalu melepasnya. Tinggal celana bokser yang sudah terlihat menggembung karena kejantanan Edward sudah mengeras dari tadi."K-kau tidak ingin blow job?" tanya Jennifer malu-malu."Nanti saja, biarkan aku memuaskanmu." Edward membuka kedua kaki Jennifer lalu menundukkan kepalanya. Lidah basahnya langsung menelusup di antara lipatan daging berwarna merah muda itu."Ed," Jennifer mendesah saat Edward menusuk kewanitaannya dengan l
Jennifer membuka matanya lalu mengangguk pelan. "Astaga…." Edward mendesah. Ini rasanya … Tuhan sangat baik padanya. Dirinya sangat berengsek selama bertahun-tahun berpetualang dengan banyak wanita. Meniduri mereka tanpa melibatkan perasaan. Banyak yang mengejarnya setelah one-night stand dengannya. Namun Edward sudah berprinsip bahwa hubungan akan berakhir setelah selesai bercinta. Tapi kini, istri yang berstatus janda ternyata masih suci. Belum terjamah oleh laki-laki lain. "Ed," panggil Jennifer yang melihat Edward termenung. Edward terkesiap, "Iya sayang," Edward mengecup kening Jennifer. "Ed, sakit." keluh Jennifer. "Ya Tuhan," Edward lupa jika ia baru saja menembus selaput dara Jennifer lalu mendiamkannya. Harusnya ia harus pelan-pelan bergerak agar Jennifer bisa klimaks dan mengurangi rasa sakit di kewanitaannya. "Maafkan aku, sayang." Edward mengulum puncak dada Jennifer lalu menggerakkan pinggulnya secara perlahan. Jennifer pun mendesah karena kepintaran Edward mengalih
Ponsel Edward bergetar menandakan sebuah panggilan masuk. Ia pelan-pelan menarik tangannya yang melingkar di tubuh Jennifer. Jennifer tertidur sangat lelap setelah malam pertama mereka yang mereka lakukan satu minggu setelah pernikahan mereka.Edward mengambil boksernya yang berada di atas lantai lalu memakainya. "Halo," ucap Edward lirih, ia pergi ke balkon agar tidak membangunkan Jennifer.[ Bos, saya sudah mengirimkan nama pulau, harga dan gambar-gambar pulau. Lengkap dengan fasilitas dan data-data kekurangan dan kelebihan pulau tersebut. ]"Oke, akan kuperiksa sekarang. Segera beli pulau yang kupilih. Keluarkan kemampuanmu dalam nego suatu barang. Aku percaya padamu."[ Baik, Bos. ]"Oh ya, untuk satu minggu ke depan. Aku akan pergi berbulan madu ke pulau yang akan kubeli nanti. Semua pekerjaan aku serahkan padamu. Tony juga akan membantumu setelah urusan di LA telah selesai."[ Tapi, Bos …. ]"Jangan membantah, di sini bosnya aku atau dirimu?" ucap Edward ketus.[ Oke, Bos. Saya
"Kenapa malam-malam begini kita naik jet?" Jennifer merasa aneh karena Edward mengajaknya naik jet pribadi pada malam hari. Walaupun ia mengatakan bahwa mereka akan pergi berbulan madu, tapi malam-malam begini ke mana Edward akan mengajaknya berbulan madu? Sedangkan Edward dari tadi itu hanya mengatakan jika ada kejutan untuknya. "Kalau aku mengatakannya kepadamu itu bukan kejutan, sayang." Edward memeluk Jennifer lalu menciumi pipinya. "Ed, hentikan, geli." "Apa masih terasa sakit?" Edward mengelus kewanitaannya Jennifer. Kalau masih sakit sebaiknya kau minum obat pereda sakit." "Aku rasa tidak perlu, aku takut terlalu banyak minum obat tidak baik untuk kesehatanku." "Tapi kalau kau masih sakit bagaimana aku tega untuk menyentuhmu?" tanya Edward yang terlihat khawatir namun matanya juga mengisyaratkan jika ia sangat menginginkan Jennifer. "Oke aku akan meminum obat," Jennifer rela meminum obat pereda nyeri karena bagaimanapun setelah sekian lama Edward bisa menyentuh wanita. D