“Jadi, Kamu belum punya rencana apa pun untuk membawa ayahmu kembali?” Andro memberhentikan mobil box dengan gambar sayur di bagian sampingnya itu tak jauh dari perempatan gedung Robotic Tech.Hana menghela napas dalam. “Semua masih bersimpang siur di otakku, aku harus menatanya agar semua yang terlibat dalam upaya ini selamat.” Ia membuka matanya.Andro mengangguk. “Aku mempercayakan semua padamu. Dan aku akan terus membantumu.”Hana mengangguk, tersenyum dan menegakan tubuhnya. Ia menoleh ke arah samping ketika sebuah mobil dari Robotic Tech tiba di samping mobil box sayur itu.“Aku akan menghubungimu lebih lanjut, Andro. Dan terima kasih.” Hana keluar dari mobil.Lalu, mobil box sayur dan mobil dari Robortic itu bergerak dengan mengambil jalan yang berbeda.Beberapa saat kemudian mobil yang menjemput Hana memasuki halaman gedung Robotic Tech. Dan ketika mobil itu berhenti di sebuah pintu khusus, dengan cepat Hana keluar dari mobil dan memasuki pintu itu.Beberapa menit kemudian Han
“Nak, tak bisakah Kamu pikirkan sekali lagi?” Suara Neo mengusik telinga Hana. Suara yang keluar dari earpiece kecil yang terselip di lubang telinganya itu membuat kecepatan mobil yang tengah dikemudikannya melambat.“Hana?” tegur Neo yang merasa jawaban Hana tak kunjung ia dengar.“Aku sudah memikirkannya. Dan aku nggak menemukan cara untuk mengetahuinya selain datang langsung dan menanyakannya.” Hana bersikeras.Neo menghela napas panjang. “Hana, meskipun Pemilik Teta Tech itu, entah dengan alasan apa pun, terkesan sedang menunggumu. Tapi, menurutku, menggeruduk ke sana secara terang-terangan seorang diri itu sangat bahaya. Apa pun bisa terjadi padamu.”“Aku tahu,” jawab Hana tak berdaya. “Tapi, aku nggak punya pilihan lain.”“Kita bisa pelan-pelan mengungkap siapa saja yang terlibat dalam kasus itu, tapi kita hanya butuh waktu, bukankah sistem di Teta Tech sudah kita pegang.” Neo mencoba membatalkan niat Hana.“Aku tahu Neo, tapi Teta Tech bekerja sama dengan sekian ribu komunitas
“Duduklah!” perintah Zan pelan.Tapi, Hana bergeming. Ia tetap berdiri dan melancarkan tatapan tajamnya pada Zan yang sedang mendongak menatapnya.Zan menggerekan kepala ke arah kursi yang ada di belakang Hana sebagai isyarat perintah.Sekilas Hana bergeming, lalu, “Oke.” Gadis itu menghempaskan tubuhnya di kursi yang dtunjuk.“Oke, apa yang ingin Kamu sampaikan setelah membuat Teta Tech ini seolah nggak memiliki pintu dan penjaga keamaan yang kuat.” Zan menatap tajam.Hana membalas dengan tatapan yang tak kalah tajam. “Berapa jumlah yang diperoleh ayahku ketika itu?”“Ha? Kenapa Kamu ingin mengetahui itu?” Sudut-sudut mata Zan sedikit memicing.“Karena aku ingin mengganti itu untuk membuat ayahku bebas.” Suara Hana tegas dan tak terbantahkan.Tapi, Zan tersenyum menyeringai. “Jadi, menurutmu, aku dan orang-orang yang dirugikan membutuhkan uang pengganti itu? Ayolah, Dear! Jangan terlalu naive!”Hana bersedekap. “Aku tahu jumlah seperti itu nggak ada artinya untuk kalian. Tapi, menuru
“Selamat pagi!” Salam sapa pagi itu dari CEO di salah satu ruang meeting yang ada di Tower Teta Tech itu membuat para peserta meeting ternganga.Semua yang ada di ruangan itu memandang pada seorang gadis muda yang berdiri di samping pemilik Teta Tech yang berdiri dengan tenang dengan memeluk beberapa file.“Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melongo seperti itu? Em, aku akan menunggu kesiapan kalian untuk melanjutkan agenda meeting kita hari ini.” Zan berjalan menuju kursi dengan sandaran tinggi yang berapa di tengah-tengah meja oval yang besar itu.Sedangkan, gadis muda itu dengan santai berjalan mengikuti Zan dan berhenti di samping CEO Teta Tech itu.“Zan, apa yang terjadi?” Max menjadi orang yang pertama kali sadar. Ia mengarahkan pandangannya pada gadis muda itu.“Apa ada persengkongkolan yang nggak kuketahui, Zan?” Arnold menyipit sinis.“Zan! Hal gila apa yang sedang terjadi saat ini?” Veronica mengatakan itu dengan mata membelalak penuh amarah.Sedangkan, tiga laki-laki l
“Aku akan mengurus semua file.” Hana tak mengubris dua orang top Teta Tech yang sedang saling pandang itu. Ia berjalan mengitari meja oval untuk memungut berkas-berkas yang ditinggalkan oleh segelintir peserta meeting itu.“Zan apa yang terjadi?” protes Max heran. Ia mengalihkan pandangan antara Zan dan Hana.Zan mengembuskan napas panjang. “Sorry, Max.” Ia baru sadar jika baru saja kelepasan bertindak.Max melihat Zan dengan bingung.Hana melintas di dekat Zan dan Max. Lalu, “Aku akan membawa berkas ini pada orang yang tepat. Jika kalian berdua ingin lanjut bertengkar, waktu dan tempat, dipersilakan!”Dan dengan tenang, gadis muda itu meninggalkan dua orang yang masih saling terdiam itu.“Zan, aku nggak tahu lagi apa yang terjadi denganmu? Apa Kamu semenjaga itu pada gadis bar-bar itu? Itu aneh, tahu?” Max berdiri.“Aku nggak sengaja, Max. Itu tindakan spontan. Aku hanya nggak ingin reaksi balik dari gadis itu akan menimbulkan kekacauan yang lain.” Zan berusaha menutupi itu.Max meng
“Melanie!” seru Zan menahan gadis muda itu.Tapi, gadis muda itu tetap beranjak dari sofa dan berjalan ke arah pintu keluar.Zan terpaksa ikut beranjak untuk mengejar Melanie. “Melanie, tunggu!” Ia memegang lengan gadis itu.Melanie berbalik dan dengan sedikit mendongak menantang mata Zan. Kemarahan di wajahnya tergambar jelas.“Jangan melakukan hal bodoh!” Zan menggoncang lengan gadis itu.“Bodoh?!” Kemarahan Melanie memuncak. “Jadi, aku harus membiarkan saja gadis nggak jelas itu bertindak seenaknya?!”“Melanie ....” Suara Zan melembut. “Dengar!” Ia memegang kedua lengan Melanie. “Jika Kamu mencelekai gadis itu, itu artinya Kamu menciptakan masalah baru yang lebih besar.”“Huh!” dengkus Melanie sambil melepaskan lengannya dari tangan Zan.“Lebih baik Kamu fokus pada kariermu, syuting, pemotretan dan semua kegiatan sehari-harimu. Lupakan gadis itu! Biarkan kami yang mengurusnya,” bujuk Zan lembut.“Lupakan?!” Melanie tambah melotot. “Aku adalah pewaris dan pemegang saham dari Tencez
“Panggil Hana ke sini!” Zan melepas salah satu tombol di interphone di atas mejanya begitu sekretaris pribadinya menyahut dengan kata siap.Lalu, tak berapa lama, gadis muda yang dipanggil itu sudah setor muka di ruangan yang berada di lantai tertinggi Tower Teta Tech itu.“Ada yang penting?” Hana berdiri tepat di depan meja kerja Zan yang berukuran besar.“Duduklah!” pinta Zan lembut.Tapi, gadis itu menggeleng dan memilih untuk terus berdiri.Zan tersenyum melihat gadis yang keras kepala itu. “Oke, jika Kamu nyaman bicara dengan berdiri, silakan saja!”“Apa yang harus dibicarakan?” Hana tak sabar.“Sudah berapa lama Kamu menggantikan ayahmu di sini?” Zan tersenyum tipis.“Yah.” Gadis muda itu mengedikan bahu. “Mungkin sekitar satu bulan.”Zan mengangguk pelan. “Waktu berlalu dengan cepat.” lalu, ia kembali tersenyum. “Jadi, apa Kamu ingin permintaanmu segera terpenuhi?”“Untuk ayahku?” Hana makin mendekat ke arah meja, sampai tubuhnya menempel ke pinggiran meja.Zan mengangguk denga
“Jalan!” pinta Hana datar.Tapi, laki-laki yang di belakang kemudi itu justru bengong. Ia beringsut hingga duduknya menyerong. Ia menatap Hana dengan bingung.“Nunggu apalagi?” Hana heran.“Kenapa kita membiarkan orang dari bangunan ini ikut?” Laki-laki terlihat enggan.“Dia syarat.” Hana mengedikan bahu tanda tak berdaya.“Agh!” dengkus laki-laki di belakang kemudi itu paham. Lalu, ia menoleh dan menatap tajam ke arah laki-laki berambut ala army itu.“Aku Dans. Dans Howard.” Ia mengangguk pelan.“Dan aku nggak tanya.” Lalu, laki-laki di belakang kemudi itu berbalik dan mulai menjalankan mobil yang menyamar jadi mobil pengantar bahan makanan di Blue Mansion itu.Laki-laki yang dikirim Zan Ducan untuk memata-matai Henry itu menoleh ke arah Hana dengan tatapan penuh tanya.Hana mengedikan bahu. “Namanya Andro.”“O.” Dan mengangguk pelan.Dan kemudian semua yang berada dalam mobil itu diam, semua sibuk berkutat degan keriuhan pikiran masing-masing.Hana memeluk Henry yang berada di sampi