“Jalan!” pinta Hana datar.Tapi, laki-laki yang di belakang kemudi itu justru bengong. Ia beringsut hingga duduknya menyerong. Ia menatap Hana dengan bingung.“Nunggu apalagi?” Hana heran.“Kenapa kita membiarkan orang dari bangunan ini ikut?” Laki-laki terlihat enggan.“Dia syarat.” Hana mengedikan bahu tanda tak berdaya.“Agh!” dengkus laki-laki di belakang kemudi itu paham. Lalu, ia menoleh dan menatap tajam ke arah laki-laki berambut ala army itu.“Aku Dans. Dans Howard.” Ia mengangguk pelan.“Dan aku nggak tanya.” Lalu, laki-laki di belakang kemudi itu berbalik dan mulai menjalankan mobil yang menyamar jadi mobil pengantar bahan makanan di Blue Mansion itu.Laki-laki yang dikirim Zan Ducan untuk memata-matai Henry itu menoleh ke arah Hana dengan tatapan penuh tanya.Hana mengedikan bahu. “Namanya Andro.”“O.” Dan mengangguk pelan.Dan kemudian semua yang berada dalam mobil itu diam, semua sibuk berkutat degan keriuhan pikiran masing-masing.Hana memeluk Henry yang berada di sampi
“Aku hanya menjalankan tugas.” Dans berjalan dengan santai ke dekat dapur. Ia meletakan kotak yang ia bawa di dekat tempat itu. Lalu, ia duduk dengan santai. “Silakan minta bosku untuk menarikku dari sini. Jika Kamu melakukan itu, dalam semenit, aku akan enyah dari sini.”“Heh! Daripada repot ngomong sama bosmu, kenapa nggak kuselesaikan saja Kamu sekarang?” Andro hendak merangsek ke arah Dans.“Andro, tenang!” cegah Hana dengan tenang.Andro menghela napas dalam dan duduk di dekat Dans, matanya mengawasi dengan sengit. Sedangkan Dans justru sibuk memperhatikan robot humanoid yang membawakan mereka minuman.“Bagaimana aku bisa tenang, Hana? Ketika melihatnya, aku merasa terancam.” Andro melirik sinis.“Aku nggak mengancammu. Aku hanya ditugaskan untuk mengikuti, mengawasi dan melaporkan apa yang ada di sekitar Hana. Itu saja,” balas Dans enteng.“Hana! Lihat! Dengar ‘kan apa yang dia katakan?” Andro menyiapkan tinjunya.“Itu memang tugasnya, Andro. Jadi, tenanglah!” Hana malah merebah
“Tut!” Suara yang diiringi dengan nyala lampu indikator dari interphone yang berada di meja kerja Zan terdengar.Zan meletakan pena yang baru digunakan untuk menandatangi satu berkas. Ia menekan satu tombol pada alat komunikasi itu.“Saya membawa laporan yang Anda minta, Bos.” Suara asisten pribadi terdengar dari speaker interphone itu.“Masuk!” seru Zan antusias.Dan sesaat kemudian, seorang laki-laki muda masuk. Lalu, ia duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Zan.“Saya sudah menyiapkan laporannya di layar Anda, Bos.” Lalu, ia menyalakan televisi layar datar yang berada pada satu sisi dinding.“Lanjutkan!” Zan menggeser kursi rodanya hingga posisi duduknya menyerong menghadap ke arah layar.“Ini laporan awal tentang Nona Hana dan orang-orang dekatnya yang Anda inginkan. Sepertinya tidak banyak yang kami temukan tentang itu, Bos.” Sekretaris pribadi itu mengawali laporannya.Mendengar itu mengubah raut wajah Zan yang terlihat makin antusias.Layar menyala.Layar itu menampilkan
“Pakai ini!” Hana memberikan sebuah tas kertas pada Hans. Sore itu Hana juga memberikan dua tas kertas dengan ukuran besar pada ayahnya, sementara dia sendiri membawa tiga tas kertas dengan ukuran yang sama ke kamarnya. Sedangkan, Andro yang baru datang terlihat memakai baju yang lebih rapi dari biasanya. Dans yang masih belum mengerti rencana Hana hari itu terlihat bingung. Ia berjalan ke arah jendela dan mengintip ke arah luar. Dan ia melihat mobil MVP hitam di depan rumah kecil di pinggir danau itu.” “Kenapa mobilnya diganti?” Dans menoleh ke arah Andro yang tengah duduk di sofa sambil minum minuman kaleng. “Kita nggak mungkin pergi makan malam dengan mobil sayur,” jawab Andro dengan santai. Dengan tergesa Dans mendekat ke arah Andro. “Makan malam? Siapa?” “Hana. Siapa lagi?” Andro malah melihat Dans dengan heran. “Hana?! Dengan?” Dans makin tertarik, ia duduk di dekat Andro. Andro melemparkan tatapan asing pada Dans. “Henry. Siapa lagi?” “Oh,” sahut Dans seraya mengangguk
“Aaa!” “Teng!” Veronica menjerit saat tiba-tiba dari lorong yang berada di sampingnya seorang laki-laki berambut gondrong menabraknya. Dan itu membuat tembakannya meleset mengenai rangka besi yang ada di pintu masuk pada sisi samping hotel itu. “Setan!” umpat Veronica ketika kembali berdiri dengan imbang setelah hampir saja menabrak tembok lorong. Beruntung salah satu bodyguard yang ada di belakangnya menangkap bahunya. “Apa yang Kau lakukan?!” terika berang Veronica pada seorang laki-laki berambut gondrong yang mengenakan kaca mata hitam. Noda bekas tumpahan makanan terlihat mengotori kemeja putih laki-laki itu. “U uh, uh u- uh.” Laki-laki itu menjawab gagap, membungkuk dan menunjuk beberapa arah secara acak untuk memberitahukan apa yang ia amali. “Agh!” dengkus Veronica ketika mengetahui penabrak yang menggagalkan rencananya itu seorang yang nggak bisa bicara. “Hus! Sudah! Sana pergi!” Ia mengibas-nginbaskan tangan. “U uh. U uh.” Laki-laki gondrong itu berulang kali membungkuk
“Andro!” Kesabaran Hana terkikis.“Belum ada.” Andro menjawab dengan tegang. Ia duduk menyerong untuk melihat jarak di antara mereka dan mobil-mobil pengejar.“Agh!” Hana berusaha menyusup di antara mobil-mobil lain yang berada di jalan itu untuk menghilangkan jejak, berharap menemukan jalan tikus yang bisa mengecoh pengejaran lawan.Kini di depan mereka terlihat simpang empat. Hana berspekulasi dan berbelok ke kanan. “Aduh!” serunya saat menemukan fakta bahwa jalan itu lebih lengang dari jalan sebelumnya.Sialnya, dua mobil pengejar itu dengan cepat menyusul mereka. Dan jalanan yang lengang membuat posisi mobil-mobil itu tanpa jarak.“Dor!”“Dor!”Dan kondisi jalan yang lengang dimanfaatkan orang-orang Veronica untuk membabat habis bagian belakang mobil hitam itu dengan hujan peluru.Hana melepas sepatu berhak tingginya dengan satu tangan, lalu menginjak gas sampai mentok.Sayangnya, itu nggak membuat jarak itu menjadi jauh. Karena dengan kecepatan yang sama pengejar-pengejar itu ber
“Ugh!” Seketika Hana menahan napasnya ketika bau menyengat yang menguar dari truk sampah di dekatnya masuk ke hidungnya.“Andro, ini benar harus menyalib truk bau ini?” Suara Hana berubah menjadi sengau.“Ya. Gas!” Andro juga menjawab dengan suara sengau karena melakukan yang sama.Hana terpaksa terus menahan napas dan melakukan apa yang diperintahkan Andro. Dan ia heran ketika truk sampah itu terlihat pelan-pelan bergeser untuk memberikan jalan untuknya.“Hufft!” Hana yang baru saja melewat truk itu terus bernapas melalui mulutnya.Ia juga harus kembali menahan kesal ketika di depan truk sampah itu ternyata ada truk lain yang membawa besi-besi berukuran panjang hingga ujung-ujungnya keluar dari baknya.“Terus?” Tanpa menoleh Hana kembali bertanya dengan suara sengau.“Salip truk besi itu!” Sekilas Andro melihat ke arah truk yang memuat besi itu dan kembali memelototi layar telepon genggam.Hana kembali melakukan perintah itu dan sekali lagi ia melihat bagaimana pelan-pelan truk besi
“Andro! Lepaskan dia!” Hana mendekat dan berdiri di dekat ketiganya.Dengan kesal, terpaksa Andro melepas cekalan tangannya dari baju Hans. Tapi, wajahnya bersungut-sungut. Sedangkan, Alex menepuk bahu Dans dengan kasar.“Biarkan Dans melakukan tugasnya di sini. Ia juga diperintah. Dia nggak punya pilihan lain,” ucap Hana dengan tenang.“Tapi, dia membahayakan Kamu dan Henry,” balas Alex kesal.Hana tersenyum, lalu menggeleng pelan. “Tidak. Dia orang baik.”“A?” Andro dan Alex ternganga seraya menatap Hana dengan heran. Lalu, keduanya menoleh ke arah Dans dan menemukan laki-laki muda berambut cepak itu sedang tersipu.“Woi!” Alex memukul bahu Dans sedikit keras. “Nggak usah mikir macam-macam!”“Hufft.” Andro menghela napas dalam. “Dia memang menyebalkan!”Dans tersenyum. “Aku nggak mikir macam- macam. Aku hanya kaget karena nggak pernah ada yang mengatakan aku baik.”“Uu!” Andro dan Alex memukul kedua bahu Hans dengan pelan.“Sudah! Sudah!” Hana kemudian kembali duduk di dekat ayahnya