“Tok! Tok!”Zan mengetuk pintu yang memang telah terbuka. Ia berdiri di depan pintu dan menatap ke dalam salah satu ruangan di Blue Mansion di mana Melanie sedang duduk ke arah pintu.“Dan setelah sekian abad setelah seseorang berlaku seenaknya padaku, Kamu baru datang menemuiku.” Melanie bersungut-sungut.Zan tersenyum, masuk ke dalam ruangan dan duduk di samping Melanie. “Ada beberapa hal yang harus aku lakukan, dan aku nggak tahu jika Kamu masih berada di Blue Mansion.”Melanie melirik kesal, ekspresi wajahnya terlihat tak percaya.“Huft.” Zan mengembuskan napas pelan. “Sungguh! Aku pikir Kamu sudah pulang bersama ayahmu. Kata salah satu orangku, dia terlihat pergi dengan terburu setelah meeting itu selesai.”Tapi, jawaban Zan tak membuat wajah tak percaya Melanie pudar.“Masih nggak percaya? Aku nggak bohong.” Zan mengedikan bahu.“Bukan itu yang membuatku tak percaya,” balas Melanie dengan cepat.Zan sedikit menelengkan kepala. “Lalu?”“Huh,” dengkus Melanie pelan. “Apa yang Kamu
“Jadi, Kamu belum punya rencana apa pun untuk membawa ayahmu kembali?” Andro memberhentikan mobil box dengan gambar sayur di bagian sampingnya itu tak jauh dari perempatan gedung Robotic Tech.Hana menghela napas dalam. “Semua masih bersimpang siur di otakku, aku harus menatanya agar semua yang terlibat dalam upaya ini selamat.” Ia membuka matanya.Andro mengangguk. “Aku mempercayakan semua padamu. Dan aku akan terus membantumu.”Hana mengangguk, tersenyum dan menegakan tubuhnya. Ia menoleh ke arah samping ketika sebuah mobil dari Robotic Tech tiba di samping mobil box sayur itu.“Aku akan menghubungimu lebih lanjut, Andro. Dan terima kasih.” Hana keluar dari mobil.Lalu, mobil box sayur dan mobil dari Robortic itu bergerak dengan mengambil jalan yang berbeda.Beberapa saat kemudian mobil yang menjemput Hana memasuki halaman gedung Robotic Tech. Dan ketika mobil itu berhenti di sebuah pintu khusus, dengan cepat Hana keluar dari mobil dan memasuki pintu itu.Beberapa menit kemudian Han
“Nak, tak bisakah Kamu pikirkan sekali lagi?” Suara Neo mengusik telinga Hana. Suara yang keluar dari earpiece kecil yang terselip di lubang telinganya itu membuat kecepatan mobil yang tengah dikemudikannya melambat.“Hana?” tegur Neo yang merasa jawaban Hana tak kunjung ia dengar.“Aku sudah memikirkannya. Dan aku nggak menemukan cara untuk mengetahuinya selain datang langsung dan menanyakannya.” Hana bersikeras.Neo menghela napas panjang. “Hana, meskipun Pemilik Teta Tech itu, entah dengan alasan apa pun, terkesan sedang menunggumu. Tapi, menurutku, menggeruduk ke sana secara terang-terangan seorang diri itu sangat bahaya. Apa pun bisa terjadi padamu.”“Aku tahu,” jawab Hana tak berdaya. “Tapi, aku nggak punya pilihan lain.”“Kita bisa pelan-pelan mengungkap siapa saja yang terlibat dalam kasus itu, tapi kita hanya butuh waktu, bukankah sistem di Teta Tech sudah kita pegang.” Neo mencoba membatalkan niat Hana.“Aku tahu Neo, tapi Teta Tech bekerja sama dengan sekian ribu komunitas
“Duduklah!” perintah Zan pelan.Tapi, Hana bergeming. Ia tetap berdiri dan melancarkan tatapan tajamnya pada Zan yang sedang mendongak menatapnya.Zan menggerekan kepala ke arah kursi yang ada di belakang Hana sebagai isyarat perintah.Sekilas Hana bergeming, lalu, “Oke.” Gadis itu menghempaskan tubuhnya di kursi yang dtunjuk.“Oke, apa yang ingin Kamu sampaikan setelah membuat Teta Tech ini seolah nggak memiliki pintu dan penjaga keamaan yang kuat.” Zan menatap tajam.Hana membalas dengan tatapan yang tak kalah tajam. “Berapa jumlah yang diperoleh ayahku ketika itu?”“Ha? Kenapa Kamu ingin mengetahui itu?” Sudut-sudut mata Zan sedikit memicing.“Karena aku ingin mengganti itu untuk membuat ayahku bebas.” Suara Hana tegas dan tak terbantahkan.Tapi, Zan tersenyum menyeringai. “Jadi, menurutmu, aku dan orang-orang yang dirugikan membutuhkan uang pengganti itu? Ayolah, Dear! Jangan terlalu naive!”Hana bersedekap. “Aku tahu jumlah seperti itu nggak ada artinya untuk kalian. Tapi, menuru
“Selamat pagi!” Salam sapa pagi itu dari CEO di salah satu ruang meeting yang ada di Tower Teta Tech itu membuat para peserta meeting ternganga.Semua yang ada di ruangan itu memandang pada seorang gadis muda yang berdiri di samping pemilik Teta Tech yang berdiri dengan tenang dengan memeluk beberapa file.“Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melongo seperti itu? Em, aku akan menunggu kesiapan kalian untuk melanjutkan agenda meeting kita hari ini.” Zan berjalan menuju kursi dengan sandaran tinggi yang berapa di tengah-tengah meja oval yang besar itu.Sedangkan, gadis muda itu dengan santai berjalan mengikuti Zan dan berhenti di samping CEO Teta Tech itu.“Zan, apa yang terjadi?” Max menjadi orang yang pertama kali sadar. Ia mengarahkan pandangannya pada gadis muda itu.“Apa ada persengkongkolan yang nggak kuketahui, Zan?” Arnold menyipit sinis.“Zan! Hal gila apa yang sedang terjadi saat ini?” Veronica mengatakan itu dengan mata membelalak penuh amarah.Sedangkan, tiga laki-laki l
“Aku akan mengurus semua file.” Hana tak mengubris dua orang top Teta Tech yang sedang saling pandang itu. Ia berjalan mengitari meja oval untuk memungut berkas-berkas yang ditinggalkan oleh segelintir peserta meeting itu.“Zan apa yang terjadi?” protes Max heran. Ia mengalihkan pandangan antara Zan dan Hana.Zan mengembuskan napas panjang. “Sorry, Max.” Ia baru sadar jika baru saja kelepasan bertindak.Max melihat Zan dengan bingung.Hana melintas di dekat Zan dan Max. Lalu, “Aku akan membawa berkas ini pada orang yang tepat. Jika kalian berdua ingin lanjut bertengkar, waktu dan tempat, dipersilakan!”Dan dengan tenang, gadis muda itu meninggalkan dua orang yang masih saling terdiam itu.“Zan, aku nggak tahu lagi apa yang terjadi denganmu? Apa Kamu semenjaga itu pada gadis bar-bar itu? Itu aneh, tahu?” Max berdiri.“Aku nggak sengaja, Max. Itu tindakan spontan. Aku hanya nggak ingin reaksi balik dari gadis itu akan menimbulkan kekacauan yang lain.” Zan berusaha menutupi itu.Max meng
“Melanie!” seru Zan menahan gadis muda itu.Tapi, gadis muda itu tetap beranjak dari sofa dan berjalan ke arah pintu keluar.Zan terpaksa ikut beranjak untuk mengejar Melanie. “Melanie, tunggu!” Ia memegang lengan gadis itu.Melanie berbalik dan dengan sedikit mendongak menantang mata Zan. Kemarahan di wajahnya tergambar jelas.“Jangan melakukan hal bodoh!” Zan menggoncang lengan gadis itu.“Bodoh?!” Kemarahan Melanie memuncak. “Jadi, aku harus membiarkan saja gadis nggak jelas itu bertindak seenaknya?!”“Melanie ....” Suara Zan melembut. “Dengar!” Ia memegang kedua lengan Melanie. “Jika Kamu mencelekai gadis itu, itu artinya Kamu menciptakan masalah baru yang lebih besar.”“Huh!” dengkus Melanie sambil melepaskan lengannya dari tangan Zan.“Lebih baik Kamu fokus pada kariermu, syuting, pemotretan dan semua kegiatan sehari-harimu. Lupakan gadis itu! Biarkan kami yang mengurusnya,” bujuk Zan lembut.“Lupakan?!” Melanie tambah melotot. “Aku adalah pewaris dan pemegang saham dari Tencez
“Panggil Hana ke sini!” Zan melepas salah satu tombol di interphone di atas mejanya begitu sekretaris pribadinya menyahut dengan kata siap.Lalu, tak berapa lama, gadis muda yang dipanggil itu sudah setor muka di ruangan yang berada di lantai tertinggi Tower Teta Tech itu.“Ada yang penting?” Hana berdiri tepat di depan meja kerja Zan yang berukuran besar.“Duduklah!” pinta Zan lembut.Tapi, gadis itu menggeleng dan memilih untuk terus berdiri.Zan tersenyum melihat gadis yang keras kepala itu. “Oke, jika Kamu nyaman bicara dengan berdiri, silakan saja!”“Apa yang harus dibicarakan?” Hana tak sabar.“Sudah berapa lama Kamu menggantikan ayahmu di sini?” Zan tersenyum tipis.“Yah.” Gadis muda itu mengedikan bahu. “Mungkin sekitar satu bulan.”Zan mengangguk pelan. “Waktu berlalu dengan cepat.” lalu, ia kembali tersenyum. “Jadi, apa Kamu ingin permintaanmu segera terpenuhi?”“Untuk ayahku?” Hana makin mendekat ke arah meja, sampai tubuhnya menempel ke pinggiran meja.Zan mengangguk denga
“Zan, para pengunjung adalah orang-orang penting yang juga pemeganga saham Teta Tech Corporation. Apa Kamu nggak khawatir jika mereka menganggap Victory ini salah kelola?” Melanie duduk di sofa tunggal yang ada di samping Zan.Zan diam, sedangkan pendapat itu direspon oleh Max dengan tawa sinis.“Melanie, meskipun Victory terkait dengan Teta Tech, tapi klub ini sepenuhnya ada dalam pengelolaanku. Siapa di antara pengunjung yang berani menghujatku sebagai si salah kelola.” Max menunjukkan telunjukanya dari tangan yang sedang memegang gelas.Melanie mengedikan bahu. “Kalau begitu, bisakah dijelaskan kenapa klub dengan pengelolaan top ini bisa mati lampu.”“Itu karena kesalahan teknis,” sahut Zan dengan cepat.Dan dengan cepat juga Max menoleh ke arah Zan, ia ternganga tak percaya dengan apa yang didengarnya karena ia yakin lampu mati itu berkaitan dengan penggerudukan yang dilakukan oleh gadis bernama Hana itu. “Zan!”“Ah ... Max.” Zan sedikit menelengkan kepala seraya menatap penuh art
Kenangan itu membuat mata Hana merebak dan air mata mengalir tanpa bisa ditahan lagi.Ia terisak.“Hana ....” Zan meregangkan pelukannya dan melihat wajah Hana dengan bingung. “Apa yang membuatmu menangis?”Hana menatap mata Zan. Kesedihan menggayut di wajahnya. “Kamu tahu? Bahkan, Henry bukan ayah kandungku.”“Ah, itu kenapa catatan tentang hubungan darah kalian nggak ditemukan oleh orang-orangku,” ucap Zan dalam hati di tengah keterkejutannya.“Tapi, lihat apa yang ayah lakukan untukku!” Hana menangis.Zan memeluk gadis itu.Hana mengusap air matanya. “Setelah menemukanku, ia berusaha mencari orang tuaku. Tapi, karena cinta yang ia berikan, aku meminta ia menghentikan itu dan memilih untuk menjadi anaknya.”Zan mempererat pelukannya.“Dan setelah aku dewasa, ia nggak hanya berjuang untuk membuat aku meraih cita-citaku, tapi juga mengorbankan nyawanya untukku.” Hana kembali menangis.“Meskipun fakta bahwa Kamu bukan anak biologis Henry, tapi sekarang aku paham kenapa Kamu merobohkan
Hana bergeming ketika pintu ruang operasi terbuka.Petugas medis mendorong ranjang yang membawa Zan yang masih belum sadar.Max menyambut Zan dan mengikuti para petugas medis itu ke bangsal rawat yang akan ditempati laki-laki itu.Hana menatap wajah Zan yang masih terlihat seperti sedang tertidur pulas dan bahu yang dibebat perban ketika ranjang itu lewat di depannya.Max berhenti dan menatap Hana yang masih bergeming di tempatnya.Gadis itu sadar dan segera mengikuti para petugas medis yang membawa Zan. Dan ia harus menahan diri untuk mengatakan apa yang ia tahu karena suaminya itu belum sadar.Gadis menunggu di sofa dengan memeluk lututnya. Sedangkan, Max duduk di samping ranjang pasien.Menit berlalu.Zan tersadar.Max menyambutnya dengan senyum. “Apa karena sekarang sudah punya istri jadi satu peluru saja membuatmu terlihat lemah?” Ia tersenyum mengejek.Zan tersenyum. Ia mengedarkan pandangan untuk mencari Hana. Dan ia tersenyum ketika melihat gadis itu sedang duduk seraya menatap
Zan melihat Max yang berusaha mengejar mobil yang kedua daun pintu bagian belakangnya belum itu.“Zara, kita selesaikan urusan kita nanti!” Zan menjatuhkan diri seraya mengambil pistol di lantai. Dan ia menodongkan pistol itu ke arah Zara.Zara yang kembali hendak menerjang mengurungkan niat.“Aku nggak punya waktu untuk main-main.” Zan beranjak dan berjalan dengan tergesa.“Set!”Sebuah pisau melesat ke arah Zan. Pisau itu menyasar punggung laki-laki itu.Dengan cepat Zan menoleh, merunduk dan-“Dor!”Peluru dari pistol Zan menyasar dada Zara.“Agh!”Zara menghindar, tapi peluru itu menembus bahunya.Zan tahu jika luka tembak itu nggak akan menghentikan mantan pembunuh bayaran itu.“Dor!”“Dor!”Zan menembak kedua paha Zara.“Agh!”Mantan kepala The Bodyguard itu ambruk.“Orang kita akan segera mengurusmu Zara.” Dan Zan bergerak ke arah mobil anak buahnya yang semula membawa Hana ke tempat itu.Ia melarikan mobil itu dengan kecepatan penuh.Dan sekian meter dari gedung terbengkelai i
“Dor!”Tembakan dari orang-orang yang menghindar dengan panik itu mengenai kaca depan mobil Zan.Kondisi tanpa pembatas itu justru dimanfaatkan Max untuk menghabisi para penyerang yang berada dalam jangkauan tembaknya.“Dor!”“Dor!”“Agh!”Beberapa penyerang itu roboh di jalan ketika peluru-peluru Max menembus kepala mereka.“Dor!”“Agh! Setan!” Max mengumpat ketika sebuah peluru mengenai bingkai jendela mobil di dekatnya.Dan sisi lain, Zan juga menyasar beberapa penyerang yang berada dalam jangkauan tembaknya.“Dor!”“Agh!”Peluru-peluru Zan tidak terbuang sia-sia. Mangsa-mangsanya bertumbangan di jalan.Dan-“Brak!!”Mobil Zan menabrak sebuah mobil penyerang yang merintangi jalan tanpa ampun. Mobil itu bergeser ke samping jalan.Dan mobil Zan berhasil lolos dari rintangan.“Kejar!” Perintah pengejaran itu terdengar dari arah belakang.Zan mempercepat laju mobilnya.Max menekan earpiece-nya. Lalu, “Orang-orang kita sudah dekat.”“Bagus!” Tapi, kekhawatiran di wajah Zan makin pekat.
“Segera, Mr. Ducan. Dan saya meminta Anda terhubung secara khusus dengan saya dan tim untuk perkembangannya,” balas Neo tegas.Zan menyanggupi itu.Max mengamati ketegangan di wajah Zan. “Apa yang terjadi?”“Zara menghilang bersama dengan hilangnya Hana.” Zan menjelaskan itu seraya berjalan keluar ruangan. Langkahnya tergesa menuju lift.Max mengejarnya. “Aku agak bingung. Zara bukan jenis orang yang memiliki dendam pribadi.”“Tapi, dia jenis orang yang akan menjalankan apa yang diperintahkan oleh penyuruhnya dengan sempurna,” timpal Zan cepat.Lift bergerak pelan ke lantai dasar.Zan berharap lift itu bisa lebih cepat bergerak.Lalu, keduanya masuk ke mobil tanpa bicara.Zan memacu mobil itu dengan kecepatan penuh.“Kita akan ke mana?” Max yang berada di samping kemudi menatap Zan yang mengemudi dengan tegang.“The Bodyguard. Aku nggak tahu apa mungkin kita dapat sesuatu di sana. Hanya saja aku nggak tahu harus ke mana kita untuk menemukan titik awal mencari Hana.” Mendung menggelap
Wanita berwajah dingin itu berdiri tepat di hadapan Hana. Ia menatap sinis. “Kali ini kupastikan nggak akan ada lagi yang menolongmu,” sumbarnya dengan penuh keyakinan.Hana mencoba tetap tenang.Tapi-“Hat!” Mendadak tendangan sabit wanita itu menyasar kepala Hana.Dengan cepat Hana mengelak.Wanita itu tak membiarkan serangannya tanpa hasil. Ia terus melancarkan serangan pada titik-titik kritis di tubuh gadis itu.Hana terus berusaha mengelak tanpa bisa membalas serangan bertubi-tubi itu. Ia tak mampu mengimbangi kecepatan serangan maut itu.Gadis itu harus mengakui bahwa perkelahian itu cukup membuatnya ketar-ketir karena ia sama sekali tak memiliki back up seperti perkelahian sebelumnya.Hana terus berusaha bertahan. Tapi, wanita yang memang bukan tandingannya itu menghabiskan energinya dengan cepat. Dan-“Aaa!” Hana menjerit ketika satu tendangan membobol pertahanannya. Tendangan itu membuatnya terlempar beberapa langkah.Gadis itu menahan sakit ketika tubuhnya mendarat di lantai
Hana menahan keterkejutannya. Ia makin mencondongkan badannya ke depan untuk lebih memastikan temuan itu.Tapi, berapa kali pun ia memastikan itu, gadis itu makin yakin kalau pengawal yang sedang membawa mobil mewah itu adalah wanita yang dokter Ann sebut sebagai The Black Poisson.Hana kembali menyandarkan tubuhnya dengan tegang. Ia mulai bertanya-tanya dalam hati apakah pengawal Zan yang duduk di depannya mengetahui fakta itu atau ia juga salah satu dari kaki tangan Si Racun Hitam itu.Alarm tanda bahaya di hati gadis itu menyala.Gadis itu menyentuh layar di gelang pipihnya untuk mengaktifkan alat pelacak. Ia juga mengirim tanda bahaya pada Xenon.Mobil hitam mewah itu menambah kecepatannya hingga dalam waktu sekian menit kendaraan roda empat itu meninggalkan kota.Hana meminta sopir itu untuk membuka jendelanya begitu mobil itu memasuki kota yang berada di tepi pantai itu.Jantung gadis itu berdetak tak karuan seiring dengan angin laut yang menerpa wajahnya.Ia memperhatika bangun
Zan menelisik wajah Hana. Ia menyeringai penuh arti dan segera menarik tangan gadis itu dengan lembut.Tarikan lembut itu membuat gadis itu terpaksa berdiri.Lalu, Zan memeluknya dari belakang dan mendekatkan mulutnya di telinga gadis itu. “Jangan sekali pun berpikir untuk berlari dari pernikahan ini! Orang-orang yang mendukungmu itu jaminannya,” bisik Zan lirih.Seketika mata Hana terbelalak. Ia menoleh ke arah dengan cepat ke arah suami barunya itu. “Bagaimana Kamu tahu?!”“Aku bisa membaca pikiranmu,” seloroh Zan santai.Hana hanya bisa menatapnya dengan heran.Lalu, Zan membawa gadis itu ke arah teman-temanya. “Maaf atas ketidaknyamanan ini. Resepsi akan diadakan di Victory beberapa waktu lagi. Aku harap kalian bisa menghadirinya.”Ia mengangguk hormat.Orang-orang Hana beranjak dan membalas anggukan hormat itu.Zan menyentuh puncak kepala Hana dengan lembut. “Aku akan meninggalkan Kamu bersama dengan teman-temanmu. Ada hal penting yang harus kulakukan.”Lalu, ia mengkode Max. Tan