Home / Romansa / MY BABY / 07 : Chocho Home Schooling

Share

07 : Chocho Home Schooling

Author: Valent C
last update Last Updated: 2021-06-20 16:01:17

TITI POV

            Aku sedang menggandeng Chocho saat berpapasan dengan perawat bisu Mas Aro yang keluar dari kamar tuannya sambil menyusut airmatanya.  Siapa ya nama perawat ini?  Adam?  Alam?  Ih, aku emang susah mengingat nama orang. 

Paling si Adam abis dimarahin Mas Aro.  Ih, si jutek itu!  Bisa gak betah tuh si Alam kena judesnya dia, emang bibir seksinya perlu di sambel!  Eh, ntar makin pedes dong.  Lagian, ngapain coba aku membatin bibir seksi Mas Aro?!

            "Kak Titi!  Sekolah!" ucap Chocho membuatku tersadar.

Chocho menarik tanganku, kami berjalan menjauhi kamar kakaknya.  Aku tersenyum padanya.

            "Yuk, kita main sekolahan dulu.."

Memang aku suka mengajak Chocho main sekolahan.  Sebenarnya lebih mirip home schooling.  Aku ingin kemampuan intelektual Chocho juga berkembang.  Sebenarnya dia bukan anak bodoh, daya serapnya sangat bagus.  Terbukti beberapa kata bahasa Inggris yang kuajarkan padanya bisa diterapin olehnya.  Terutama kata 'I love you', dia sering banget mengungkapkan itu padaku.  Dasar bocah, mungkin dia gak mengerti maksud sebenarnya, dia pakai kata itu untuk mengungkapkan sayangnya padaku sebagai baby sitternya. 

Aku telah mendandani Chocho seperti pelaut.  Kami akan mengadakan mini show dengan iringan lagu 'Baby Shark'.  Begitu lagu itu kusetel, Chocho mulai bergoyang dengan mulut komat-kamit.  Aku melongo menyaksikannya.  Kok gayanya seksi abis?!  Dia bergaya seperti oppa-oppa boyband Korea yang video musiknya sering kusetel itu.  Chocho bisa menirunya dengan keren!  Bahkan tatapan matanya berubah menjadi lebih matang, sensual, dan cool.  Astaga, astaga, hatiku berdebar kencang memperhatikannya.

            "Chocho keren!!  Chocho cool!"

Spontan aku memeluknya saking senangnya diriku.  My baby..  Sesaat dia nampak normal seperti cowok seumurnya.

            "Baby Shark!  Baby shark!"  Dia melonjak kegirangan sambil menunjuk dirinya.  Aku mengangguk sedih.  Kini ia terlihat seperti bocah tuna grahita lagi.

            "Mommy Shark! Mommy Shark!" 

Dia menunjuk diriku.  Whatever lah, batinku sembari menyusut airmataku.  Miris melihat tingkah polos yang tak sesuai dengan umurnya itu.  padahal dia begitu tampan, keren, manis, dan sangat penyayang.

            "Grandpa Shark!  Grandpa Shark!" teriak Chocho, jarinya menuding seseorang.

Pandanganku langsung bertabrakan dengan orang itu.  Dia menatapku begitu dalam hingga aku tak bisa mengalihkan mataku darinya.  Tahu-tahu dia sudah ada di depanku.  Kapan dia mendorong kursi rodanya?  Aku ta menyadarinya karena fokus pada matanya doang.  Mas Aro menghapus airmata yang menetes di pipiku.  Kami saling menatap tanpa kata.  Kurasa aku bisa tenggelam dalam tatapan mata Mas Aro yang begitu membius.  Bibir Mas Aro mulai mendekati bibirku.  Apa dia akan menciumku?  Jantungku berdetak kencang menunggu ciumannya. 

Namun mendadak Chocho menyeretku menjauh sambil berteriak, "sekolah!  Sekolah!"

Aku tertawa, sembari menghembuskan napas lega.  Yaelah didekat Mas Aro membuat pasokan oksigenku menipis seketika!

            "Yuk, kita mulai belajar!" kataku bersemangat.

Berhubung cuaca lagi panas banget, kulepaskan kostum pelaut Chocho.  Kini dia mengenakan tshirt putih polos plus topi merah yang menutupi rambutnya.  Murid super tampanku itu tampak serius mengikuti pelajarannya.

            "Jadi Dedek, kalau ada orang asing kita mesti bagaimana?  Boleh gak langsung ngikut?" tanyaku menegaskan.

Chocho menggeleng.

            "Terus kalau si Om asing menawarkan coklat, Chocho mau?" aku sengaja memancing Chocho dengan sesuatu yang disukainya.

Chocho mengangguk antusias.

            "Coklat!  Choco suka!  Mau!  Mau!"

Haishhhhh!!!  Susah deh kalau begini, Chocho kan maniak coklat.  Sebaiknya jangan memakai coklat sebagai contoh.

            "Kalau si Om menawarkan donat, Chocho mau diajak pergi?" pancingku lagi.

Dia mengernyitkan dahi seakan tengah berpikir keras.

            "Kak Titi ikut?" tanyanya polos.

            "Ya enggaklah!  Ngapain si Om ngajak Kak Titi?!  Kak Titi bukan anak orang kaya!"

Chocho menggeleng tegas, "Kalau Kak Titi gak ikut Chocho gak mau!"

            "Kalau Kak Titi gak ikut tapi Chocho dikasih coklat sama si Om, apa Chocho mau ikut  Om asing?"

Chocho menggeleng berkali-kali.

            "Kak Titi harus ikut!  Chocho mau coklat!  Kak Titi ikut!"

Tepok jidat deh.  Gak mudah mengajar anak tunagrahita, walau dengan masalah sosial yang sangat umum.  Pemikiran mereka terlalu sederhana.  Tapi aku gak bakal menyerah, aku akan berjuang mengentas Chocho dari dunia mirisnya!

            "Gak boleh Chocho, meskipun ditawarin coklat Chocho tetap gak boleh ikut orang asing sembarangan.  Terlepas Kak Titi ikut atau tidak."

Chocho mengangguk, entah dia paham atau enggak.  Mungkin dia sekedar patuh pada omonganku.  Entah sejak kapan, semua omonganku ditelan mentah-mentah olehnya.  So sweet emang, tapi itu juga membuatku takut jika aku mengajarnya kurang tepat.  Mudah-mudahan itu tak terjadi karena aku tulus ingin memberikan yang terbaik bagi Chocho.  Bocah itu telah merebut semua simpati dan perhatianku. 

Aku menyayangimu, Chocho..

==== >(*~*)< ====

           

"Selesai!"  Aku berseru riang selesai menyisir rambut Chocho.  

Kutambahkan aksesoris topi yang kupasang terbalik di kepalanya.  Dia nampak keren, wangi, dan ganteng banget setelah kudandani seusai mandi sore.  Ih, Chochoku memang sempurna tampilannya.  Dia seperti boneka ganteng bagiku.  Akhir-akhir ini aku suka merubah style dandanan Chocho mengikuti moodku.  Kadang style imut seperti bocah, kadang style punk, kadang style ala boyband korea, kadang ala bisnisman.  Hehehe..  Gak masalah sih, diapain aja Chocho selalu terlihat ganteng... meski dengan dandanan sekonyol apapun! 

Aku mengagumi hasil dandananku.  Chocho terlihat menggemaskan!  Cup.  Kukecup pipinya gemas.

            "Saatnya Pangeran keluar dari sarangnya.  Yuk, kita keluar!" ajakku padanya.

Cup. 

Sekonyong-konyong Chocho mengecup bibirku sambil berkata, "i love you!"

Aku terdiam sejenak.  Akhir-akhir ini Chocho sering mencium bibirku.  Apa aku harus memberitahunya kalau dia tak boleh mengecup bibir orang sembarangan?  Tapi dia hanya mengecup bibirku saja, tak pernah bibir orang lain.  Bahkan akhir-akhir ini dia hampir gak pernah mencium orang lain selain aku, meskipun itu di pipi doang.  Ah, kurasa itu karena semua kasih sayangnya ditumpahkan padaku yang notabene adalah pengasuh yang merawatnya selama 24 jam.  Sudahlah, biarkan saja Chocho dengan caranya mengekspresikan rasa sayangnya. 

Aku membawa Chocho keluar kamarnya dan bertemu dengan Mas Aro yang sedang mengantar dokter pribadinya keluar.  Kurasa dokter itu hendak pulang seusai memeriksa Mas Aro.  Begitu melihat Chocho, dokter itu menyapa dengan ramah.

            "Halo, Chocho ya?  Manis sekali kamu, Nak."

Dia menepuk kepala Chocho pelan.  Chocho menatapku penuh arti.

            "Om asing," ucapnya pelan.

Bocah pintar!  Dia bisa menyerap ajaranku dengan baik.

            "Tak apa, Dek.  Om ini dokter yang memeriksa Kak Ander," kataku menjelaskan.

Chocho mengamati dokter itu dengan raut wajah khawatir.  Aku tahu Chocho tak mudah menerima kehadiran orang lain.  Aku menggengam tangan Chocho dan mengecup punggung tangannya lembut.

            "Tak apa, ada Kak Titi.  Dedek gak usah takut.  Lagian, Om dokter gak gigit kok."

Dokter itu tersenyum kecut mendengar komentarku.  Kusadari tatapan tajam Mas Aro tertuju kearah tautan tanganku dan Chocho.  Aku jadi jengah dan hendak melepas tanganku, namun Chocho justru balik menggenggam tanganku erat.

            "Chocho mau coklat?" dokter itu mengiming-imingi sambil menunjukkan coklat di depan wajah Chocho.

Mata Chocho berbinar menatap coklat itu, dia bimbang, dan menatapku galau.  Sengaja aku diam saja karena ingin tahu respon Chocho.  Dia menggigit bibirnya sambil menatap coklat itu penuh minat.

            "Om asing.  Tak mau coklat!  Chocho jangan dibawa pergi!"  Tiba-tiba Chocho berteriak sambil menepis kasar tangan dokter yang memegang coklat itu.

            "Chocho!!" bentak Mas Aro kesal.

Chocho kaget dibentak kakaknya, dia ketakutan dan meringkuk dalam pelukanku.  Aku jadi serba salah menghadapi situasi ini.  Yang aku lakukan hanya mengelus rambut Chocho untuk menenangkannya. 

Mas Aro menghembuskan napas panjang, lalu berkata tegas pada adiknya, "Chocho, minta maaf sama Pak Dokter."

Chocho menggeleng keras.

            "Chocho gak salah!  Gak minta maaf.  Minta maaf cuma kalau salah.  Chocho gak salah!"  Dia terus mengulang kata-kata itu hingga membuat Mas Aro semakin tersulut emosinya.

            "Patuh pada Kakak!  Minta maaf sekarang atau...."

            "Chocho gak mau!"

Plak!  Aku terkejut ketika Mas Aro mendadak menampar pipi Chocho.  Chocho juga syok, mungkin ini pertama kalinya Mas Aro memukul adiknya.  Airmata Chocho mengalir deras tanpa suara.  Dapat kurasakan perasaannya yang hancur.  Tak tahan aku melihatnya.  Kupeluk Chocho erat dan kukecup airmatanya.  Kulihat Mas Aro mengepalkan tangannya menahan emosi.

            "Sudahlah Tuan Xander, lupakan saja.  Dia masih kecil," Dokter itu berusaha menengahi.  Mungkin dia merasa tak enak hati sendiri.

            "Bawa masuk Chocho ke kamarnya!" perintah Mas Aro dingin.

Aku tahu ucapannya itu ditujukan padaku.  Tanpa berkata apapun aku menggandeng Chocho masuk ke kamarnya.  Dua jam kemudian aku keluar dari kamar Chocho setelah berhasil menenangkan bayi malangku itu.  Chocho telah tertidur setelah capek menangis.

            "Titi, aku mau bicara," terdengar suara seseorang memanggilku.

Kali ini dia memanggil namaku dengan benar, kurasa dia sedang serius.  Aku mendekatinya dan berdiri di depannya.  Mas Aro menatapku tajam dan dingin.

            "Bagaimana keadaan Chocho?" tanyanya singkat.

            "Tidur setelah capek menangis.  Dia sakit hati padamu," sindirku kesal.

            "Hari ini untuk pertama kalinya aku memukul adikku," katanya seakan pada dirinya sendiri sambil menatap telapak tangannya.

Aku trenyuh melihatnya.  Kurasa dia memang sangat menyayangi adiknya.

            "Maaf..." 

Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, dia sudah memotongnya dengan dingin, "ini semua salahmu!!"

Aku terhenyak mendengarnya.  Dia secara terang-terangan menimpakan semua kesalahan padaku.  Tapi aku mau menerimanya karena merasa bersalah pada Chocho.  Anggap aja aku yang salah, biar Chocho gak disalahin lagi hingga jadi sedih.

            "Ya ini salahku.  Aku kurang hati-hati dalam mengajar Chocho.  Pemikirannya terlalu sederhana, aku kurang mengantisipasi hingga terjadi hal ini."  Aku menghela napas panjang.

            "Aku minta maaf," ucapku lesu.

Grepppp.  Aku kaget, mendadak Mas Aro menarik pinggangku dan menekan ke tubuhnya.

            "Kau.....!  Sihir apa yang kau pakai hingga membuat kami seperti ini, hah?!" desisnya tajam.

            "Aku tak pakai sihir atau pelet!  Chocho bisa merasakannya, aku tulus menyayangi....."

Ucapanku terhenti saat aku menyadari sesuatu.  Kami?  Apa itu termasuk dirinya?  Aku menatapnya bingung.

            "Jangan melihatku seperti itu, Titi!!  Kau membuatku kehilangan akal sehat!!"

Apa arti semua ini?  Tengah aku kebingungan, Mas Aro menyambar bibirku dan menciumnya dengan ganas.  Aku gelagapan.  Lagi-lagi dia menciumku.  Perasaanku bergetar, spontan aku mengalungkan lengan ke lehernya.  Kami berciuman sangat lama dan menghentikannya saat merasa pasokan oksigen kami telah menipis.  Mas Aro menatapku dengan pandangan galau.

            "Ini salahmu, kau membuat semuanya kacau!" ucapnya ketus.

            "Apa?!  Aku tak berbuat apapun," protesku.

            "Aku cemburu.. pada adikku sendiri!  Ini gila!!" teriaknya frustasi.

Aku terdiam.  Perasaanku kacau banget.  Dia menyukaiku?  Tapi mengapa justru terkesan dia membenciku?!

            "Titi, sepertinya kau tak cocok bekerja disini.  Aku sudah memanggil Pak Frans untuk kembali mengasuh Chocho sementara waktu ini.  Saat Pak Frans datang kau boleh pergi dari sini," putus Mas Aro.

Aku dipecat?!  Setelah dia menciumku dan mengakui kalau cemburu padaku, lalu dia memecatku?!  Apa-apaan ini?!  Dasar orang kaya brengsek!  Seenaknya saja dia mempermainkan nasib orang lain!!  Tapi aku masih punya harga diri.

            "Baik, kalau Mas memecatku tolong bayar pesangonku.  Juga tentang hutangku.."

            "Akan kuatur semuanya!" potongnya dingin sebelum ia menyeret kursi rodanya meninggalkanku.

Dasar pria arogan!!  Nyaris kulempar dia dengan sandalku, lalu aku teringat aku lagi gak pakai sandal.  Mendadak hatiku menjadi sedih begitu teringat sebentar lagi aku tak bisa melihat Chocho. 

Chocho, sebentar lagi Kak Titi akan pergi.  Chocho harus tetap menjadi anak yang baik, ceria, dan bahagia ya.  

Airmataku menetes tanpa terasa.

==== >(*~*)< ====

Bersambung

                                   

Related chapters

  • MY BABY    08 : Where is Chocho?

    TITI POV Aku tak sanggup mengatakannya.Ucapan itu selalu kutunda dan kutunda terus. Melihat wajah polos Chocho yang selalu memandangku berbinar-binar dengan senyum manisnya, membuatku tak tega menyampaikannya.Hei Chocho, pagi yang cerah. Bentar lagi Kak Titi pergi loh. Masa aku mesti bilang begitu? Atau.. Dedek, walau Kak Titi udah pergi harus tetap minum susu sehari tiga kali ya. Ah, sepertinya kata-kata perpisahanku gesrek semua! Lah, disaat aku tengah bingung bin galau, Chocho tiba-tiba memperagakan kiss bye di depanku. Gayanya cool dan seksi abis, apalagi tatapan matanya itu.. membuat hatiku meriang. Rasanya jantungku bisa kolaps nih. Aku tahu pasti dia menirukan gaya oppa-oppa korea di klip video yang sering kutonton. Tapi tetap aku baperrrrrr dibuatnya.&n

    Last Updated : 2021-06-20
  • MY BABY    09 : Choco's Day Out

    TITI POV Kami sedang duduk di halte bis. Menunggu bis yang akan membawa kami menjelajah kota. Chocho nampak gak sabar menanti petualangannya. Maklum, ini baru pertama kalinya bocah itu naik bis. Dia mengamati bis-bis yang lalu lalang dengan mata berbinar. Jika ada bis yang berhenti di depan kami, dia bertepuk tangan girang. Lalu bangkit berdiri. "Belum Dek, Itu bukan bis kita," aku menariknya duduk sambil tersenyum geli.Mulutnya mencebik kecewa. Tapi sesaat kemudian dia kembali tersenyum menatap sekelilingnya. Ada aja yang membuatnya geli. Kucing dikejar anjing. Orang jalan terhantuk tiang. Orang nyaris terpeleset. Ibu-ibu gendut yang roknya tertiup angin. Chocho mengamati penuh minat dan tertawa terus sedari tadi. Bagaikan

    Last Updated : 2021-06-20
  • MY BABY   10 : Chocho sick

    REBECCA POV Kehidupanku sempurna di mata semua orang. Suamiku tampan dan sukses, kehidupan bergelimang harta, anak yang tampan dan pandai. Dan keluarga kami tampak harmonis. Terlihat sempurna! Memang betul, hingga kelahiran anak keduaku. Aku sungguh tak menduganya, bahkan saat itu aku sedang rutin mengkonsumsi obat pelangsing yang digembar-gemborkan bisa menurunkan berat badan dengan cepat. Begitu tahu aku hamil aku sangat khawatir bila ada apa-apa dengan janinku. Sempat ingin menggugurkannya, tapi dokter kandunganku tak mau mengaborsinya. Jadilah aku menjalani kehamilanku dengan perasaan kacau, was-was bila anak yang akan kulahirkan cacat atau tak sempurna.Ternyata saat dilahirkan dia terlihat sempurna, tampan sekali! Bahkan lebih tampan dari kakaknya. Aku sangat menyayanginya saat itu karena merasa bersalah semp

    Last Updated : 2021-06-20
  • MY BABY   11 : Mas Aro, Wo ai ni

    TITI POV Aku berlari mengejar Chocho. Napasku sampai tersenggal-senggal. Sial, kencang sekali lari bocah itu! Sepertinya perlu siasat khusus untuk menangkapnya. "Aargghh!!" aku menjerit pura-pura jatuh.Chocho sontak berhenti lari dan menatapku panik. Dia menghampiriku dengan tergesa-gesa. "Kak Titi! Kak Titi!" dia memanggilku khawatir.Aku pura-pura memejamkan mataku sambil berbaring di lantai. Chocho berlutut di dekatku. Dia membungkukkan badannya, wajahnya nyaris bersentuhan dengan wajahku. Gotcha! Ku dekap tubuhnya erat-erat dan kubalikkan tubuhku. Kini aku ganti menindih tubuh Chocho. "Kak

    Last Updated : 2021-06-23
  • MY BABY   12 : Hug me please...

    TITI POV Aku baru saja akan masuk ke kamar Mas Aro ketika pintu kamarnya dibuka dari dalam. Jadi ternganga melihat penampilan Mas Aro yang berdiri di pintu kamarnya. Itu, itu kan baju yang dulu kupilihkan buatnya dan ditolaknya mentah-mentah. Kaus tanpa lengan dan celana selutut sobek-sobek. Astaga, sekseh-nya Mas Aro memakai baju pilihanku ini!Mas Aro jadi jengah kupandangi mulu, dengan salting dia berkata, "sepertinya aku salah mengambil baju."Dia hendak berbalik masuk kamarnya, tapi kutahan. "Eh Mas, kenapa mau diganti? Bagus kok," cengirku lebar.Mas Aro tersenyum kaku menanggapiku. "Mas Aro seksi," bisikku nakal.Mata Mas Aro membulat kaget. Aku te

    Last Updated : 2021-06-23
  • MY BABY   13 : Manjanya Chocho

    CHOCHO POV Kak Titi sekarang gak pelit waktu. Chocho senang! Senang sekali. Kak Titi bisa nemenin. Meski sebentar. Sebal! Kak Ander udah curi Kak Titi! Chocho sebal. Dulu Kak Titi punya Chocho. Sekarang punya Kak Ander juga. Chocho gak suka Kak Titi di kamar Kak Ander. Chocho ikut masuk. "Chocho!" Kak Titi kaget.Dia berdiri cepat. Dari ranjang Kak Ander. Kak Ander duduk. Rambut Kakak kacau. "Kalian ngapain?" Chocho tanyaPipi Kak Titi merah. Kak Ander rapiin rambutnya. "Kak Titi bobokin Kak Ander?" Chocho tanya. Gak seneng! Sebal!

    Last Updated : 2021-06-23
  • MY BABY   14 : Down...

    XANDER POV Kakiku semakin membaik. Dad dan Mom sering mendesakku agar segera kembali ke rumah. Dengan berbagai alasan yang logis, aku selalu menunda kepulanganku. Sebenarnya memang sudah saatnya aku kembali ke 'dunia' ku yang dulu, tapi ada sesuatu yang membuatku enggan melakukannya. Sesuatu yang bernama 'Titi'. Dia yang telah mewarnai hari-hariku belakangan ini dengan keceriaan, kepolosan dan tingkah antiknya. Dia membuatku sangat bahagia hingga aku tak bisa mengenali diriku sendiri. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta, dan membuat hidupku jadi lebih semarak.Kami menjalin kasih secara sembunyi-sembunyi, tapi sepertinya Pak Frans mencurigai kami meski ia tak berani mengungkapkannya langsung padaku. Sedang Chocho, adikku itu akan mencemburui siapapun yang dekat dengan Titi. Duh posesif sekali. Yang jadi cowoknya

    Last Updated : 2021-06-23
  • MY BABY   15 : On The Beach

    TITI POV "Masih lama?" Lagi-lagi Chocho bertanya tak sabar. "Sebentar lagi, Sayang," jawabku menenangkannya. "Oke!" kata Chocho sambil mengedipkan matanya.Chocho duduk dengan gelisah didalam mobil. Kakinya bergoyang terus seakan tak sabar ingin meloncat keluar saat mobil berhenti tiba di tujuan. Wajahnya nampak sangat antusias! Berbeda ketika dia bertanya padaku, apa aku cinta Mas Aro. Saat itu aku bingung harus menjawab apa. Akhirnya aku hanya berkata bahwa Mas Aro sudah ada yang punya. Anehnya Chocho diam saja dan bisa menerimanya. Entah dia mengerti atau tidak aku juga tak tahu. "Mana pantainya? Gak kelih

    Last Updated : 2021-06-23

Latest chapter

  • MY BABY   52 : Selamat Jalan (Tamat)

    SETAHUN KEMUDIAN... TITI POV Akhirnya setelah setahun, hati Chocho luluh juga. Dia mau menemui Mommy, di rumah sakit. Yah, penyakit Mommy semakin kronis, dia sedang kritis dan ingin bertemu Chocho di penghujung hidupnya. Meski bersedia datang, Chocho masih terlihat enggan. “Haruskah kita kemari?” tanya sembari menggigit kuku tangannya. Aku menghela napas panjang. Ini ketiga kalinya dia bertanya hal yang sama padaku. “Hanya sekali, temui dia sebentar Chocho. Please..” Aku memohon padanya bukan hanya sekedar demi Mommy mertua, tapi demi Chocho. Supaya di kemudian hari tak ada peny

  • MY BABY   51 : No Turning Back

    XANDER POV “Om...” panggil Gladhys yang langsung meralatnya begitu aku melotot padanya, “Xander, aku cuma sekedar mengingatkan.. tak memaksa. Jika kamu ada waktu, kamu boleh mendampingiku kontrol ke dokter kandungan.” Dia mengangkat dagunya angkuh saat aku menatapnya datar. Ck, lagaknya seperti nyonya besar saja. Tapi bukannya kesal, aku justru gemas padanya. Kutowel dagunya hingga wajahnya menghadap padaku. “Apa yang kau harapkan? Aku mengantarmu atau tidak?!” desisku sembari menatapnya lekat. Bibir mungilnya bergerak seakan ingin mengatakan sesuatu yang frontal, namun kembali ter

  • MY BABY   50 : Yang Kembali Hadir

    TITI POV Belakangan ini Chocho sibuk sekali. Entah apa yang dikerjakannya. Dia sering mengadakan meeting bersama orang-orang kepercayaannya. Di satu pihak aku bangga melihat kesuksesan Chocho, tapi di lain pihak aku nyaris tak mengenali Chocho yang sekarang. Bukan berarti cintanya padaku berubah. Aku yakin dia masih mencintaiku seperti dulu. Hanya saja, aku kehilangan sosok Chocho yang polos dan berhati hangat. Dia menjadi keras, dingin, dan sulit mempercayai orang lain. Hanya padaku Chocho masih bisa bersikap hangat dan penuh kasih. Malam ini dia pulang larut, dan segera menemukanku yang tertidur di sofa menungguinya. Dia memandangku penuh cinta, lalu mengecup dahiku.&

  • MY BABY   49 : Trick n Trick

    GLADHYS POVAku hamil.Tapi tak ada yang menyambut kehamilanku dengan riang gembira. Papa mertuaku hanya mengucapkan selamat dengan wajah datarnya. Sebelas duabelas dengan anaknya yang sekaligus suamiku."Jaga kandunganmu baik-baik."Uni mengangkat sebelas alisnya, gemas."Hanya itu yang dia ucapkan?" cetus Uni menanggapi ucapanku sebelumnya.Aku mengangguk, "mending. Awalnya kupikir dia tak menghendaki bayi kami."Bukan aku yang kesal, malah Uni yang panas hati."Eyke dah bilang, jangan bucin Say. Keluarga suami lo emang gak beres semua! But btw, dimana mom mertua lo. Mestinya dia yang antusias kalau tahu lo hamil."Seharusnya begitu. Tapi udah lama aku gak melihat Mommy."Itulah, dia menghilang. Aku juga heran. Kemana dia gerangan?""Jangan-jangan..." Uni men

  • MY BABY   48 : It's too late (2)

    XANDER POV Kabar itu sangat mengagetkanku. Titikoma mengalami musibah. Aku juga tak jelas musibah seperti apa yang menimpanya, tapi sepertinya ada kaitannya dengan keterlibatan Mommy di dalamnya. Kali ini Mommy sungguh keterlaluan! Aku harus menegurnya. Namun untuk saat ini aku memutuskan untuk memastikan keadaan Titi. Apakah Chocho dapat mengurusnya dengan baik? Bergegas aku meraih kunci mobilku dan melangkah meninggalkan rumah. Menuju ke mobilku. "Tunggu!" Aku mendengus mendengar seseorang yang berusaha menahan kepergianku. "Om, aku ikut!" Eh, dia bukan berniat memintaku tinggal? Aku tersenyum sinis padanya. "Jangan sembarangan meminta ikut bila kau tak tahu tujuanku hendak kemana! Bagaimana seandainya aku berniat pergi ke tempat pelacuran?" Gladhys balas tersenyum mencemooh, bibirnya yang manyun membuatku gemas ingin meng

  • MY BABY   47 : It's too late (1)

    TITI POVSudah malam.Chocho masih belum menyusul tidur. Aku penasaran, apa sih yang dilakukannya sedari tadi? Main game di laptop? Secara Chocho asik sekali berkutat dengan laptopnya sejak siang tadi.Kuhampiri Chocho sambil membawakannya camilan tengah malamnya, sate buah."Hei cowok gantengku, bisakah kau berhenti sebentar dari apapun yang kau kerjakan untuk menikmati sate buah manis ini bersamaku?" tanyaku dengan mata mengerling kenes.Chocho melirik dengan gaya menggoda."Ya, buahnya terlihat manis dan menantang."Menantang? Sepertinya itu bukan istilah yang tepat untuk menggambarkan sate buah yang kubawa. Kecuali yang Chocho maksud.. Aku melirik dadaku sendiri. Buah dada? Chocho tertawa terbahak melihat respon yang kutunjukkan. Ohhhhhh, pasti itu yang dimaksudnya!! Astaga, bocah ini berubah jadi mesum sekali! Dengan gemas k

  • MY BABY   46. Intimidasi Licik

    TITI POVChocho pulang dengan wajah muram. Aku balas memeluknya ketika ia memelukku dan menaruh kepalanya di bahuku. Pasti ada sesuatu yang terjadi, seharusnya ia belum saatnya pulang."Chocho, ada sesuatu yang terjadi?" tanyaku lembut."Yang kukhawatirkan terjadi juga, mereka sudah bertindak."Maksudnya mereka itu siapa?"Chocho, siapa yang menganggumu?" tanyaku to the point."Siapa lagi? Mommy!" dengus Chocho kesal.Dia mengangkat wajahnya dan menatapku galau."Titi, apapun yang terjadi jangan lepaskan aku.. seperti Titi melepas Kak Xander!"Oh, dia mulai ketakutan lagi gegara masalah ini. Perpisahanku dengan Mas Aro begitu membekas di hatinya dan menimbulkan trauma. Aku mengelus rambutnya lembut, kutatap dia intens."Kali ini aku akan berjuang, Chocho. Demi cinta kita!" tandasku mantap.Mata Chocho berpijar penuh kebahagiaan men

  • MY BABY   45 : Ambigu Chocho

    XANDER POVHari ini Gladhys nampak beda. Dia yang biasanya bersikap acuh padaku, kini berlagak mau jadi istri yang baik. Aku hanya tersenyum sinis menanggapinya. Ada mommy datang menginap ke rumah kami, paling dia hanya pencitraan didepan mertua. Tapi biarlah, kuikuti saja permainannya. Aku menikmati perlakuan manis nan munafik dari istriku.Hari ini Mommy minta diantar ke supermarket, Gladhys merayuku mengantar mereka. Dan disinilah kami, berada di supermarket yang cukup jauh dari rumah kami."Apa tidak ada supermarket yang buka di sekitar rumah kita?" dengusku sinis.Gladys tersenyum manis seraya menepuk pelan pahaku."Sayang, aku sengaja mencari yang lokasinya jauh. Supaya bisa menikmati perjalanan penuh kemesraan bersamamu."Mesra apanya, hah! Istriku sungguh munafik. Namun aku juga tak kalah munafiknya."Baiklah, Sayang. Aku akan menikm

  • MY BABY   44 : Pindah

    TITI POVKehidupan kami mulai membaik. Berkat pendapatan yang diperoleh Chocho sebagai model, kami bisa menyewa rumah dengan kondisi yang lebih baik. Hari ini kami pindahan, Mas Gino dan Ginuk khusus datang membantu proses pindahan kami. Tapi barang-barang kami gak banyak, jadinya Ginuk malah bantuin makan doang. Hehehe.."Haishhhh, iki toh jajanan yang ta lihat di tivi. Ternyata begini rasanya, enakan jemblem!" komentar Ginuk sambil mengunyah telo kekinian yang diolah secara modern."Bilangnya ndak enak, tapi ya kamu abisno, Dek," timpal Mas Gino, meledek adiknya yang gembul."Eman toh, daripada mubazir! Yang kurus-kurus macam Chocho sama Titi pasti ndak sanggup makan banyak," kilah Ginuk."Halah, alasan! Bilang aja doyan," aku ikut menggoda Ginuk.Kucubit pipi tembemnya, hingga dia greget. Ginuk mengejarku yang berlari menghindari cubitan balasannya. Jiahhhh, aku

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status