Setelah menemukan sebuah pohon besar yang terasa cukup nyaman juga terlindungi akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di bawahnya. Kemudian, Archer pergi sejenak untuk mencari kayu bakar.
Sesaat kemudian...
Dia mendengar seseorang menjatuhkan tumpukan kayu di belakangnya dan berbalik untuk menemukan Archer. Namun, ketika dia sepenuhnya berbalik yang ada dihadapannya adalah manusia dan bukan Centaur, jadi dimana Archer? Dan siapa manusia ini?
Saat itu suasananya sudah menjelang malam dan sekeliling mereka mulai terlihat suram dan gelap, wajar jika dia merasa tidak yakin dengan orang di hadapannya.
“Kau...Siapa?!”
“Gunakan bola yang kuberikan padamu, kurasa hanya tubuhku yang berubah tapi wajahku tidak. Kau pasti masih mengenalku.” Sosok itu hanya tergelak dengan tingkah irisha.
Benar saja, Archer memberinya bola yang akan mengeluarkan cahaya saat berada dalam gelap, dia lupa menggunakannya dan malah menaruhnya di atas tanah. Ketika dia berhasil mengambil bola itu dan mengarahkannya ke arah sosok itu. dia menemukan...
“Mustahil, Archer!! Bagaimana kau bisa menjadi manusia?” irisha benar-benar terkejut melihat Archer di hadapannya, tidak ada tubuh kuda, yang ada hanya manusia dengan dua kaki, tangan dan badan yang sangat tegap dan tinggi. Dia tidak pernah tahu bahwa Centaur bisa mengubah wujudnya menjadi manusia sebelumnya. Apakah dunia ini berbeda?
“Kami bisa menjadi manusia jika kami ingin, hanya saja kami tetaplah Centaur dan akan lebih nyaman jika kami menggunakan wujud asli kami, jadi kami jarang berubah menjadi manusia.”
Dia mengerjapkan matanya, “Lalu kenapa sekarang kau menjadi wujud manusia?”
“Karena kita sedang istirahat jadi kurasa akan lebih nyaman jika aku menggunakan tubuh manusia ku.” Jawab Archer tenang sambil mulai membuat Api unggun.
“Baiklah, aku mengerti.” Dia juga mulai menyaksikan Archer membuat api unggun.
“Kau membuat Api dari tanganmu? Bukankah itu kekuatan elemen?” irisha terkejut saat menyadari bahwa Archer memunculkan api itu melalui telapak tangannya. Jadi dunia ini juga memiliki elemental?
“Kau masih mengingat tentang kekuatan elemen?” Archer menoleh padanya.
“Ah, bukankah elemen adalah pemahaman dasar? Aku sedikit familiar dengan mengingatnya jadi paham tentang hal itu. jadi, bagaimana kalian para Centaur bisa menguasai elemen api?” dia berusaha mengalihkan percakapan secepat mungkin karena dia tidak mau Archer berpikir yang tidak-tidak.
“Ah, begitu. Kami para prajurit dari Ras Centaur pada awalnya terbiasa mengandalkan kekuatan dan ketangkasan tubuh kami yang sebagian kuda. Tapi kemudian seorang Dewi dari Asgard muncul diantara kami dan mengajarkan pada leluhur kami untuk mengunakan elemen sebagai senjata tambahan, meskipun kami tidak bisa menguasai elemen secara sempurna karena kami bukan murni seorang Elemental, tapi kami sudah cukup terbantu dengan elemen dasar seperti ini.” Terang Archer dengan pelan dan jelas.
Irisha terdiam mendengar perkataan Archer dan kemudian merasa kagum, “Seorang Dewi... siapa Dewi ini hingga begitu baik hati?”
Archer terdiam sebentar, “leluhur kami bilang Dewi ini tidak ingin menyebutkan namanya dan tidak mengharapkan apapun, dan hanya berharap bahwa kami Ras Centaur dapat terus tumbuh serta tetap berkembang dan tidak lupa selalu menghormati dan membantu para Dewa dan Dewi bangsa Asgard.”
Dia merasa terpaku dengan penuh kekaguman, “Bagaimana mungkin... bukankah Dewa-Dewi membutuhkan penyembah?”
Dia hanya tidak bisa menangkap apa tujuan dari Sang Dewi, dia pernah membaca sebuah cerita dimana para Dewa-Dewi menentukan kekuatan dan gelar mereka di bangsanya, berdasarkan jumlah penyembah mereka. Seharusnya dunia ini sama. Lantas, mengapa Sang Dewi ini membantu Ras Centaur untuk mempelajari elemen tanpa meminta mereka untuk menjadi penyembahnya, Ras Centaur adalah ras yang besar, dia akan menjadi cukup kuat jika disembah oleh mereka.
Archer menatap wajah gadis di depannya dan tahu bahwa dia memiliki pertanyaan yang sama dengan apa yang selama ini dia pikirkan.
“Kau pasti ingin tahu, mengapa Sang Dewi tidak meminta kami untuk menjadi penyembahnya. Leluhur kami bahkan sudah menawarkan dirinya dan seluruh Ras Centaur untuk menyembahnya sampai akhir dunia. Tapi... Sang dewi menolak.”
“Mengapa?... Mengapa dia menolak berkah yang paling diinginkan dewa dan dewi yang lain?”
Tanpa sadar dia benar-benar tertarik dengan Sang Dewi, seperti apa dia? Apakah dia begitu mulia dan bijaksana hingga bisa menolak penyembah besar seperti ini?
“Karena dia Istimewa...”
Tiba-tiba suara halus namun dalam khas seorang pria muda terdengar menjawab pertanyaan irisha yang begitu bersemangat. Irisha mengalihkan tatapannya ke arah datangnya suara dan melihat bayangan dua orang pria yang berjarak sekitar sepuluh langkah dari tempat mereka duduk.
Archer langsung bangkit dan memasang postur tubuh siaga, bahkan menarik irisha untuk berdiri dibelakangnya.
“Siapa disana?!”
Dua orang pemuda berumur sekitar dua puluhan segera muncul dan entah bagaimana dia merasa bahwa cahaya bulan sengaja menerangi mereka dan menimbulkan kesan seakan mereka bukan orang biasa. Tapi sepertinya mereka memang bukan orang biasa. Lebih tepatnya lagi, mereka bukan makhluk biasa tentunya.
Pemuda yang berada satu langkah didepan, memiliki tinggi yang hampir sama dengan Archer, dengan baju dari kain dan celana biasa dan jubah panjang berwarna hitam di bagian luar, dia juga memiliki rambut sebahu seperti Archer namun rambut ini berwarna silver. Dia menghela nafas, pakaiannya yang biasa tidak bisa menyembunyikan pesonanya yang luar biasa.
Pemuda di belakangnya memiliki penampilan yang hampir sama, namun jubahnya dikancing kan lebih rapi dan rambutnya memiliki potongan yang rapi dan panjangnya hanya mencapai leher.
Pemuda di depan angkat bicara, “Calm down, Centaur. We are not your enemy. We just a Rover.”
“Seorang Rover? Bagaimana kau tahu aku seorang Centaur?! Pastinya kau bukan Rover biasa!” Archer masih bersikap waspada.
Pemuda dibelakangnya melangkah maju, “Kami Rover dari Ras Vampire dan kami masih bisa mencium darah Ras Centaur darimu, meskipun kamu sedang mengunakan wujud manusiamu.”
Kemudian dia melanjutkan, “Kami hanya datang untuk bergabung untuk menjaga api unggun itu, apakah kalian keberatan?”
Pemuda itu hanya mengatakan apa yang harus dia katakan dan tidak berusaha membujuk ataupun melakukan tindakan yang berbahaya serta mencurigakan. Irisha yang sejak tadi diam saja akhirnya meraih lengan Archer dan berkata dengan pelan, “Tidak apa-apa, sepertinya mereka tidak berbahaya.”
Archer akhirnya menurunkan kewaspadaannya, “Kalian bisa bergabung, tapi kuharap kalian mengerti untuk tidak melewati batasan kami. Gadis dibelakangku adalah manusia, kalian tentu saja sudah mencium darahnya bahkan sebelum mencium darahku, bukan? Kakinya terluka, aku harap kalian memiliki pengendalian diri yang tinggi.”
Kedua pemuda itu menatapnya dan menganggukan kepala, “Kami mengerti. Kau bisa menyimpan kata-kata kami."
Kedua pemuda itu akhirnya maju dan duduk dengan jarak lima langkah berlawanan dari mereka. Pemuda yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara, “Kau bisa memanggilku Evander dan dia Lucien, boleh aku tahu nama kalian?”
Archer menatapnya sebentar untuk menjawab, “Kau bisa memanggilku Xantha, sedangkan gadis ini ....” Archer menatapnya.
Dia merasa dia perlu berbicara sendiri, “Aku tidak ingat siapa namaku sendiri karena aku kehilangan ingatanku jadi maafkan aku karena tidak bisa memberitahumu namaku.”
“Kamu kehilangan ingatanmu? Bahkan namamu sendiri kau lupa. Bagaimana bisa itu terjadi, apakah seseorang melakukan itu padamu dengan sengaja?” pemuda yang bernama Evander ini, tiba-tiba melontarkan pertanyaan secara langsung dan mengandung sedikit kemarahan, membuatnya sedikit kebingungan.
“Aku tidak tahu, aku terbangun di dalam hutan dan akhirnya bertemu Archer.”
“Archer?” Evander menaikkan alisnya sebagai tanda tanya.
Dia menepuk mulutnya, “Ah! maksudku Xantha yang sudah menolongku.”
Evander sendiri tidak tahu mengapa dia merasa hatinya terasa seperti diremas saat mendengar gadis mungil di samping pemuda Centaur itu mengatakan bahwa dia kehilangan ingatannya, bahkan kaki kanannya terluka begitu parah. Ini tidak seperti dia yang biasanya acuh dan bahkan tidak terlalu memikirkan orang lain, gadis ini hanya terasa berbeda.
Evander mengalihkan tatapannya ke arah Xantha, “Kupikir si Mungil ini tadinya adalah kekasihmu karena kau sangat melindunginya. Bukan begitu Lucien?”
Lucien langsung menjawab spontan, “Aku berpikir begitu sejak awal.”
Tunggu! Evander tadi menyebut dia sebagai apa? Si mungil?! Baiklah, mereka semua memang tinggi tapi dia merasa tubuhnya tidak semungil itu. Apakah dia memang terlihat kecil dimata orang lain? Dia menatap Evander, memang benar dia punya postur tubuh yang akan membuat orang lain harus mengangkat pandangan untuk melihatnya.
“Kau menyebutku si mungil?”
Evander menatapnya, “Karena kamu sangat kecil dan juga tampak rapuh.”
“Tapi aku tidak-“ sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, dia sudah lebih dulu ditarik oleh Archer dan memaksanya untuk berbaring di samping dia duduk.
“Sekarang sudah larut dan waktunya bagi manusia seperti kamu untuk tidur, kau bisa berdebat besok.” Kata Archer dengan tegas.
“Baiklah, aku tidur.” Dia merasa ingin tertawa dengan sikap Archer yang mirip seorang Ayah.
Evander tiba-tiba melepas jubah hitamnya dan mengulurkannya pada Archer, “Kau bisa memakai ini untuk menyelimutinya. Tidak baik untuk tubuh semungil itu dibiarkan kedinginan.” Kata Evander sambil menaikkan sudut mulutnya.
Sebelum Archer sempat mengambil ataupun menolak jubah itu, irisha sudah lebih dahulu menjawab. “Tidak, aku hanya akan berakhir dengan mengotori jubahmu. Apalagi jika itu tidak sengaja terkena darah di kakiku yang terluka, kau tidak perlu kasihan karena aku tidak masalah sedikit kedinginan seperti ini. Dan lagi aku juga tidak mungil.”
Evander tersenyum, “Xantha, aku yakin kau mengerti apa yang kurasakan, sebagai seorang pria aku yakin kau tidak ingin membiarkan gadis mungil ini kedinginan, bukan?” Evander masih mengulurkan jubah padanya.
Lucien akhirnya ikut bicara juga, “Atau kau lebih ingin memakai jubahku saja?”
Archer langsung mengambil jubah dari tangan Evander dengan setengah tertawa dan menutupkannya pada tubuh irisha yang sudah berbaring dari tadi. kemudian berbisik, “Terima kasih.”
Evander tersenyum, “tidak masalah.”
Irisha sebenarnya masih mendengar semuanya tapi dia merasa entah kenapa matanya terasa sangat berat dan akhirnya terpejam. Mungkin karena efek tekanan dan rasa terkejut seharian ini, dia dengan mudah tertidur dan jatuh ke dunia mimpi.
~//~
Isaura.
Siapa?
Isaura.
Siapa Isaura?
Kamulah Isaura.
Aku irisha.
Isaura.
Aku bukan...
Kamu akhirnya datang.
Apa..?!
~//~
Tiba-tiba dia merasa tubuhnya terguncang dengan sangat keras, dan akhirnya dia terbangun. Ternyata Archer yang sudah mengoyang-goyangkan tubuhnya dan wajahnya sedikit tersirat kecemasan.
“Kenapa kamu merintih? Apakah kamu mimpi buruk? Apakah kamu merasa sakit atau semacamnya?” Melihat wajah Archer seperti ini rasa pusing di kepalanya sedikit menghilang dan dia hanya ingin tertawa sekarang. Tapi, sebelum itu...
“Isaura ....”
Archer menatapnya kosong, dia tidak mengerti sama sekali. “Isaura apa?”
“Isaura itu namaku.”
Bahkan Evander dan Lucien juga terlambat merespon, dan hanya Archer yang akhirnya tersadar dan bereaksi terlebih dahulu. “Apakah itu yang membuatmu merintih? Apakah mendapatkan ingatan tentang namamu akan sangat menyakitkan?”
Evander juga menatapnya seakan juga menunggu jawaban dari pertanyaan Archer.
“Aku tidak kesakitan, aku hanya bermimpi dan mengetahui namaku.”
Evander menatapnya dengan tatapan mata yang sangat dalam, “Tapi kau terus meringis dan merintih bahkan wajahmu memucat, lucien bahkan tidak bisa melihat ke dalam pikiranmu tentang apa yang terjadi padamu.”
Dia terkejut, apakah dia seperti itu saat dia tidak sadar? Dan lagi, Lucien memiliki kemampuan masuk ke dalam pikiran? Dia bersyukur karena Lucien tidak bisa memasuki pikirannya, jika tidak maka dipastikan semua rahasianya bahwa dia manusia dari dunia lain akan terbongkar.
Lucien tiba-tiba bangkit berdiri, “Waspada, ada yang datang. Mereka memiliki aura kegelapan pekat.”
Evander dan Archer langsung berdiri dan waspada, bahkan Evander langsung bergegas ke samping kanan Irisha melupakan semua soal batas yang mereka sepakati sebelumnya dengan Archer, dan memastikan dia terlindungi. Jadi saat ini posisinya berada di antara Archer dan Evander, dia akhirnya mengakui bahwa dia memang pantas disebut mungil.
Lucien terlihat menutup matanya sebentar, “Mereka sudah ada disini tapi mereka masih ingin bersembunyi, tampaknya mereka berpikir untuk menunggu kita lengah untuk menampakan dirinya.” Lucien sedikit mendekat pada mereka dan mengatakan hal itu dengan pelan, untuk menghindari musuh mendengar dan menyadari bahwa sebenarnya kehadiran mereka sudah tercium sejak awal.
Evander hanya mengangkat sudut mulutnya sedikit untuk mengejek, “Mereka hanya sekumpulan pengecut.”
“Tidak diragukan lagi, mereka jelas pengecut. Kurasa mereka bahkan tidak sepadan untuk berhadapan dengan kita.” Lucien menganggukan kepala untuk menunjukkan persetujuan pada perkataan Evander.
Irisaha langsung saja memasang wajah terkejut dan tidak percaya saat memandang dua orang yang sedang berdiri dihadapannya, bagaimana bisa mereka begitu percaya diri untuk bisa mengalahkan musuh mereka disaat musuhnya sendiri belum menampakkan diri. Sepertinya apa yang dia pikirkan sebelumnya, bahwa mereka bukanlah Vampire ataupun sekedar Rover biasa seperti yang mereka tunjukan sebelumnya.
Eh, sebentar.
Dia bahkan tidak tahu apa itu Rover. Dia ingin menanyakan apa itu Rover pada Archer, tapi kemudian dia mengurungkan niatnya itu saat menyadari bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertanya mengenai hal sepele seperti apa itu Rover.
Archer meletakkan kedua tangannya dalam posisi bersedekap, lalu berkata: “Jika kalian cukup percaya diri untuk menghadapi mereka maka aku tidak perlu mengubah wujudku kembali menjadi Centaur untuk turun tangan, bukan?”
Evander yang berada di sebelah kanan irisha menatapnya untuk sejenak kemudian mengalihkan tatapan matanya pada Archer sebelum tersenyum, “Oh, kau tidak ingin menunjukkan kekutanmu pada gadis mungilmu ini?”
Irisha mendengus sebal, “Sudah kukatakan bahwa namaku Isaura, kenapa kamu masih menyebutku dengan sebutan mungil? Itu membuatku terlihat lemah.”
Evander tertawa kemudian menatapnya dengan tatapan yang dalam, “Karena nama mungil sangat cocok untuk mu, dan lagi bahkan jika kau merasa lemah, maka aku akan ada untuk selalu melindungimu.”
Deg.
Wajar saja jika dia merasa jantungnya agak berdebar, menanggapi perkataan Evander yang terdengar seperti janji yang tulus ketimbang godaan. Ketampanan evander memang dapat dikatakan sebagai idaman para kau hawa, cukup tambahan beberapa kedipan mata maka dia yakin wanita itu akan menyerahkan dirinya sendiri.
Tapi irisha tidak lantas merasa senang, justru dia merasa hatinya ini agak sedikit tidak tahu diri. Ini bukanlah dunianya, dan dia tidak bisa melibatkan perasaan apapun di dunia yang mana ini seharusnya bukan tempatnya. Dia tidak ingin terlibat dalam drama romansa dimana saat dia jatuh cinta kemudia dia dipaksa untuk kembali kedunianya, dia hanya akan mendapat oleh-oleh luka begitu mencapai dunia aslinya.
Archer mendekat pada lucien dan bertanya, “Apakah tidak ada cara untuk memancing mereka keluar? Jika tidak, ini akan memakan waktu yang lama bagi kita untuk menunggu mereka untuk menampakan diri, aku ingin segera istirahat.”Astaga, sepertinya Archer sudah tertular dengan sikap percaya dari dua orang Revor ini.Lucien terlihat berpikir sebentar, “Tentu saja ada-“ lucien berhenti sejenak kemudian melanjutkan dengan sebuah teriakan, “Kalian semua tidak mau keluar?! Sampai kapan kalian ingin menjadi pengecut?!”Irisha membulatkan matanya, bagaimana dia berteriak seperti itu seakan tidak ada beban sama sekali. Dia hanya sedkit khawatir, jika musuh mereka ternyata lebih kuat maka teriakan itu akan menjadi sebuah tindakan bunuh diri. Yang benar saja, dia tentu saja tidak ingin mati d
Lucien masih merasa bahwa dia tidak bisa menemukan apapun yang dapat menjawab pertanyaan mengenai kenapa Evander bisa tertawa begitu mudah dengan gadis mungil yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu. Bahkan dirinya yang sudah bersama Evander puluhan tahun tidak pernah benar-benar bisa membuat Evander tertawa.Lalu bagaimana gadis mungil ini bisa begitu mudah melakukannya?Apakah gadis mungil ini istimewa atau dia saja yang selama ini tidak pernah benar-benar dianggap berusaha? Lucien merasa dia bisa gila.Terlepas dari itu, dia sangat mengenal karakter seorang Evander dan sikap acuh tak acuh nya sudah diketahui bukan hanya oleh dirinya sendiri, tapi hampir semua orang yang sudah mengenalnya. Evander tidak pernah peduli dengan orang lain kecuali mereka yang sudah menjadi bagian dari hidupnya.Lantas, bagaimana dia bisa melihat s
Tepat pada saat matahari dengan malu-malu menampakan diri, mereka berempat akhirnya mencapai jalan masuk Arkadia yang begitu besar dan terhubung dengan dinding yang sama besarnya dan membentuk lingkaran yang menutupi seluruh wilayah Arkadia.Saat Irisha melihat jalan masuk menuju Arkadia ini, dia hanya ingin mengatakan mengapa plakat nama yang begitu besar bertuliskan 'Arkadia' ini terpampang nyata namun tidak ada gerbang atau penutup apapun dibawahnya. Jadi, apakah ini memang pintu masuk menuju Arkadia atau dia yang salah memahami sesuatu?Ataukah, memang semua ras bebas masuk ke Arkadia?Apakah karena Arkadia adalah wilayah dimana semua ras terbiasa berbaur bersama, jadi siapapun bisa masuk ke sana?Dia menatap Lucien dan Evander yang berjalan di sebelah kanan Archer, menimbang apakah dia harus menanyakan hal ini atau menyimpan pertanyaan ini sam
Rumahnya ini dapat dikatakan rumah yang cukup besar dibandingkan dengan rumahnya di dunia yang sebenarnya, dan juga tampilan rumah ini terkesan lebih mengarah pada kesederhanaan daripada kemewahan ataupun kemegahan. Dari tempatnya berdiri sekarang, dia bisa melihat bahwa rumah ini terdiri dari dua lantai.Jasindha membalikkan tubuhnya menghadap mereka, kemudian berkata : "Selamat datang di keluarga Maulvi dan juga selamat datang kembali dirumah, Putriku Isaura."Lucien mewakili mereka untuk menjawab, "Terima kasih nyonya Jasindha, kami sudah merepotkan Anda."Jasindha tersenyum, "Tidak ada yang merepotkan, pertolongan kalian untuk putriku benar-benar berkah besar yang tidak ternilai. Sekali lagi, terima kasih telah membantu putriku sampai kembali kemari dengan selamat.""Kami hanya kebetulan bertemu dengan Isaura dan Archer di pertengahan perjalanan mereka. Secara alami, Kami tidak mengambil andil besar."Jasindha
Perempuan yang sejak tadi berada dibelakang laki-laki itu akhirnya melangkah maju dan memegang bahu pria di hadapannya, "Neo, bersabarlah sebentar... Mengapa kami menjadi begitu impulsif, ah! Kau akan menyakiti Isaura dengan antusiasme yang kau miliki ini."Selanjutnya dia menatap ke arah Isaura dan tampaknya juga tidak mampu menahan dirinya untuk memeluk Isaura, merengkuh pelan dalam pelukan yang sangat erat, "Mengetahui bahwa kau kembali dengan selamat membuat kami sangat bahagia, sehingga kami sedikit lupa untuk menahan diri ataupun bertanya bagaimana keadaanmu saat ini. Maafkan kami. Tapi sungguh aku bahagia sekali bisa memelukmu sekali lagi, disaat aku berpikir aku tidak akan pernah bisa melakukannya jika kau tidak pernah kembali."Isaura yang hanya dalam waktu beberapa saat harus kembali menghadapi dua sosok baru dihadapannya dan juga mereka baru saja memeluknya tidak bisa tidak mengh
Neo berasal dari Ras Werewolf.Jadi sebenarnya Isaura yang asli sama sekali tidak membatasi dengan siapa dia berteman, dia tidak hanya berteman dengan sesama manusia, tapi sebenarnya teman baiknya sejak bayi adalah seorang Werewolf. Maka dari itu, Isaura yang dulu pastinya adalah anak yang baik dan sederhana, yang bahkan tidak perlu repot untuk memilah dengan siapa dia berteman.Tunggu!Jika Isaura dan Neo berteman sejak bayi, maka Jasindha seharusnya mengetahui bahwa Neo adalah seorang Werewolf, mengapa dia memutuskan untuk membiarkan mereka tumbuh bersama?Maksudnya, seorang ibu biasanya akan sangat protektif terhadap pergaulan anak mereka. Jadi, naluri seorang ibu mereka biasanya akan memilah dengan serius tentang dengan siapa buah hati mereka berteman.Isaura menghela nafas, tampaknya ibunda Jasindha ini benar-benar baik.Tiba-tiba d
"Mengapa kau justru duduk sendirian disini?"Isaura memandang kearah datangnya suara yang sebelumnya bertanya padanya, dia mendapati Neo yang sedang berjalan menuju ke arahnya.Saat ini dia sendiri sedang duduk di bangku taman bunga, yang menurut ibundanya merupakan taman bunga kesayangannya, ah, mungkin maksudnya kesayangan Isaura yang asli, bukan dirinya. Tapi mau tak mau dia harus mengakui bahwa taman bunga ini memang memiliki pesonanya sendiri."Aku hanya sedang ingin mencoba mencari kenangan ku di taman ini, aku tidak mengerti tapi aku sangat senang berada disini. Dan, mengapa kau kemari? Apakah ibunda sudah selesai denganmu?" Dia menatap ke arahnya."Yah, ibundamu terlalu antusias untuk membuat teman-teman baru yang kau bawa merasa senyaman mungkin disini, sehingga ia tidak memiliki waktu untuk memberi hukuman kecil padaku." Dia m
"Lepaskan aku!"Neo mengelengkan kepalanya, "Tidak, sebelum kau bersedia untuk memaafkan aku.""Aku bilang lepaskan aku! Kenapa kau sulit sekali di ajak bicara?! Aku tidak butuh permintaan maafmu sekarang. Hanya lepaskan saja aku dan tinggalkan aku sendiri."Neo masih mengeratkan pelukannya, "Kau baru saja kehilangan ingatanmu. Melihat kau bereaksi seperti ini membuatku yakin bahwa kau tidak sepenuhnya kehilangan semua ingatanmu. Kau sahabatku. Aku tidak akan melarikan diri dari masalahku apalagi ini terjadi denganmu."Melihat apa yang terjadi diantara mereka berdua, Cato yang sejak tadi terdiam untuk mencerna semua masalahnya mulai angkat bicara, "Kalian berdua ... Berhenti bertingkah kekanakan seperti ini, kalian hampir membuatku gila karena penasaran."Neo mengalihkan tatapannya ke arah Cato, "Jik
Hingga ratusan tahun kemudian, Moiroe masih akan menjadi Dewi yang paling dipuja. Meskipun mereka tidak menghendakinya, namun baik dewa ataupun manusia menghargai mereka begitu banyak. Kisah Sang dewi penengah yang menghilang selama tujuh ratus tahun untuk menghentikan musuhnya pun menjadi kisah yang diceritakan turun temurun dalam berbagai ras. Bangsa Centaur menjadi yang paling menghormati keberadaan sang dewi, sebab salah satu pemimpin mereka yang paling berani, dikenal sebagai Xantha Archer, menjadi yang pertama memegang teguh keyakinannya terhadap sang dewi, kemudian keyakinan ini akan berlangsung hingga generasi setelah dirinya. Niflheim masih terasa sangat dingin dan mencekam, tetapi setelah peristiwa penaklukan, sungai beracun yang ada di dalamnya tidak pernah lagi bergejolak, meninggalkan Ygdrassil dalam kedamaian. Perlahan, bangsa Dark Elf juga tidak lagi memangsa atau menghancurkan ras lain, meskipun keberadaan mereka masih mengalami penolakan oleh beberapa pihak. Kini
Ada suara kepakan burung di atas rumah, beberapa dari mereka nampaknya memutuskan untuk hinggap di jendela ataupun pagar rumah. Dari kejauhan terdengar gelak tawa anak-anak yang bermain dan berlarian di sepanjang jalan. Suara ketukan dari kuda yang berlarian dengan santai di Padang rumput juga ikut meramaikan suasana. Kupu-kupu berbagai warna sibuk terbang dan hinggap di antara puluhan bunga yang mekar dengan begitu indah. Salah satu kupu-kupu dengan sayap berwarna biru murni, dan garis-garis keperakan di sepanjang tepian sayapnya terbang sejenak menuju di puncak bunga berwarna putih bersih sebab tergoda oleh baunya yang begitu harum. Nampaknya itu tidak peduli bahwa bunga yang ia tempati tampaknya tengah berada pada tangan seseorang. "Isaura, setelah melewatkan tujuh ratus tahun perpisahan, aku masih tidak menyesal memiliki hatiku untukmu. Sudah begitu lama dan aku belum memiliki kesempatan untuk memberikannya, jadi, Isaura ... Sang dewi yang begitu ku cintai, maukah kau menerima h
Sejak kapan tepatnya ia mulai merasa iri terhadap saudaranya? Jika itu sejak kecil, ia sendiri tidak yakin. Sebab, sepanjang ingatannya, mereka berdua bergaul dengan sangat baik, karena hidup mereka bergantung kepada satu sama lain. "Saudaraku, suatu hari nanti kita akan tinggal di rumah yang hangat, dengan banyak bunga berbagai warna dan juga pepohonan, sehingga kita hanya akan merasakan angin yang segar bergulir, bukan dingin yang begitu mengigit seperti saat ini." Ia mengatakannya dengan penuh keyakinan saat itu, seakan-akan segala yang ia ucapkan sudah pasti. Saudaranya tidak banyak berbicara, tetapi masih mengiyakan. "Um, mari melakukannya." Sahut saudaranya saat itu. Meskipun tidak banyak berbicara, tetapi ia bisa melihat keyakinan yang sama ada di mata saudaranya. Mereka sama-sama ingin mewujudkannya. Mereka selalu tidur bersama, sebab Niflheim bukanlah tempat yang ramah, dan segala sesuatu dapat terjadi yang mungkin bisa memisahkan mereka berdua. Niflheim sangat keras. O
"Jadi, inikah yang kau katakan dengan tidak akan ragu-ragu lagi?" Isaura menatap pemandangan dihadapannya, mereka di kelilingi dengan salju yang terhampar di sepanjang mata memandang, udara dingin yang mengigit segera menyelimuti mereka. Tempat ini adalah Niflheim dimana Vidar dan juga Vilaevils pernah tinggal di sini. Tentu saja, Isaura segera berbalik ke arah Forseti, dengan raut penuh tanda tanya. Evander melangkah maju, dengan kewaspadaan di wajahnya, ia berdiri di depan Isaura, "mengapa kau membawa kami kesini?" Forseti menyadari kecurigaan pihak lain, bahkan ia juga melihat bahwa Nouna dan Morta yang mengikuti mereka juga menguarkan udara berbahaya di sekitar mereka. Ia segera angkat bicara, "tunggu dulu, biarkan aku menjelaskannya." Morta membalas ucapannya, "jangan bertele-tele, Forseti." Forseti segera melangkah sejauh sepuluh langkah di hadapan ketiganya, setelah memastikan bahwa jarak di antara mereka baik-baik saja, Forseti mulai berbicara, "alasan mengapa aku membaw
"Lakhesis, beraninya kau baru kembali saat ini!" Teriakan ini bergema bersamaan dengan satu sosok yang melesat dan menabrak Isaura, pelukan erat segera dirasakan olehnya saat itu. Membalas pelukan sosok di hadapannya, Isaura tertawa kecil sebelum kemudian berbicara, "Nouna, bagaimana kabarmu bisa memarahiku seperti ini?" Satu sosok lain yang baru saja muncul menyela keduanya, "meninggalkan kami selama tujuh ratus tahun tanpa ucapan selamat tinggal sama sekali, menurutmu apakah kami akan menyambutmu dengan perayaan?" Isaura melirik ke arah sosok yang baru saja berbicara, Isaura merentangkan satu tangannya dan memberikan isyarat mata kepada pihak lain untuk datang padanya. Sosok itu berjalan dengan teguh, tetapi pada akhirnya ia masih bergabung dalam pelukan itu. Dan mereka bertiga segera jatuh dalam keheningan guna melepaskan rindu yang telah menunggu selama tujuh ratus tahun. Sosok terakhir, Morta, dewi yang menentukan kematian mengusap puncak kepala Isaura setelah melepaskan pe
"Jadi kau bermaksud mengatakan, bahwa aku harus membangunkan saudariku sebelum aku memutuskan untuk menyelesaikan masalahku dengan Vilaevils?" Isaura bertanya, sembari meletakkan cangkir teh pada masing-masing dari mereka. "Kukira keduanya hanya mengasingkan diri dan bukannya tidur abadi." "Tadinya aku juga berpikir demikian," Sang Odin mengambil cangkir teh bagiannya ketika berbicara. "Setidaknya sampai mereka juga ikut menutup sumur Urd bersamanya." Keheningan jatuh untuk beberapa saat. Sampai Isaura bergumam kepada dirinya sendiri, "aku tidak menduga hal itu sama sekali." Sang Odin menanggapi dengan anggukan, "jadi itulah mengapa, sepertinya hanya kau yang bisa membuat mereka memiliki keinginan untuk bangun lagi. Sumur Urd juga sudah mencapai waktunya untuk dibuka kembali." "Um, kurasa juga begitu." Sahut Isaura. "Setelah ini, sepertinya aku harus kembali ke Asgard dan menemukan mereka." Sang Odin segera setuju, "kembalilah bersama denganku nanti." "Haruskah kau segera kembal
"Isaura, datang dan lihatlah, mereka berkata ingin bertemu denganmu!" Teriakan ini bergema saat Isaura tengah menyajikan beberapa hidangan yang telah ia selesaikan, ia segera menengok ke arah pintu dengan wajah ingin tahu. Siapa yang ingin bertemu dengannya hingga Lucien harus berteriak sedemikian rupa kepadanya? Tetapi, Isaura masih menanggapi, "baiklah, aku akan segera keluar." Beberapa waktu kemudian ketika Isaura akhirnya menunjukan dirinya, tidak ada siapapun di depan Lucien, yang membuat Isaura kebingungan, "Lucien? Bukankah baru saja kau berteriak tentang seseorang yang ingin bertemu denganku?" Lucien mengangguk, lalu ia berkata sambil menunjuk pada suatu arah, "yah, memang. Tetapi aku tidak mengatakan seseorang, aku mengatakan itu mereka." Isaura mengikuti ke arah mana jari telunjuk Lucien terarah, dan menemukan dua ekor burung gagak yang bertengger di salah satu dahan pohon yang berada di halaman rumah. Setelah mencoba mengingat siapa burung gagak itu, Isaura segera me
"Wahai, Maha bapa, apakah kau akan terus menjadi penonton dalam kisah Sang dewi utama ini?" Ratu Frigga, kekasih Sang Odin itu tersenyum kecil, tampaknya dia hanya sekedar memberikan pertanyaan yang serupa seperti sebuah basa-basi, namun sebagai pendampingnya, tentu saja Sang Odin merasakan petunjuk dalam perkataan ratunya itu. Sang Odin meraih jemari kekasihnya ketika ia bertanya-tanya dengan heran, "tidak biasa sekali bagimu, Frigga yang tersayang, untuk tiba-tiba mengangkat peristiwa semacam ini terhadapku?" Sang Ratu hanya tersenyum sembari menanggapi genggaman tangan kekasihnya. Namun hal itu membuat Sang Odin semakin bertanya-tanya, ia mengamati wajah Sang ratu dan menebak, "apakah aku telah melewatkan sesuatu yang penting, sayangku?" "Yah, jika ramalanku adalah sesuatu yang penting, maka memang benar kau telah melewatkannya, Maha bapa." Sang Odin segera menepuk dahinya dan tertawa kecil. "Oh, ternyata aku telah melewatkan ramalanmu, ratu yang tersayang. Sekarang, maukah k
"Apakah ada dari kalian yang menemukan jejak Neo?" Lucien menanyakan hal itu ketika Cato dan beberapa anggota pack Sethmolf datang mengunjungi rumah Isaura guna memastikan keadaannya. Mereka kini berkumpul di ruang tamu, dan Lucien akhirnya bergabung bersama mereka, menggantikan tuan rumah yang tidak dapat bergabung sementara waktu. Cato masih menunggu Evander dan Isaura yang berada di lantai atas, tetapi dia masih menanggapi pertanyaan pihak lain, "sejauh ini kami tidak merasakan jejaknya sama sekali, bahkan tidak di dekat pack. Tetapi sang alpha tetap meminta semua anggota untuk waspada, dan segera melaporkan selama melihat atau merasakan jejak Neo barang sedikitpun." "Itu bagus," sahut Lucien sembari mengangguk.Cato meliriknya, "apakah sihir yang merasuki Neo sangat berbahaya?" "Yah, dapat dikatakan begitu, sebab yang merasuki tubuh Neo itu, adalah musuh Isaura, mereka memiliki dendam yang cukup rumit."Cato memiliki kerutan di keningnya, "dendam macam apa itu? Mengapa aku tid