Beranda / Fantasi / MOIROE / CHAPTER 06 : ARKADIA

Share

CHAPTER 06 : ARKADIA

Penulis: Zhi
last update Terakhir Diperbarui: 2020-09-29 13:05:52

Tepat pada saat matahari dengan malu-malu menampakan diri, mereka berempat akhirnya mencapai jalan masuk Arkadia yang begitu besar dan terhubung dengan dinding yang sama besarnya dan membentuk lingkaran yang menutupi seluruh wilayah Arkadia.

Saat Irisha melihat jalan masuk menuju Arkadia ini, dia hanya ingin mengatakan mengapa plakat nama yang begitu besar bertuliskan 'Arkadia' ini terpampang nyata namun tidak ada gerbang atau penutup apapun dibawahnya. Jadi, apakah ini memang pintu masuk menuju Arkadia atau dia yang salah memahami sesuatu?

Ataukah, memang semua ras bebas masuk ke Arkadia?

Apakah karena Arkadia adalah wilayah dimana semua ras terbiasa berbaur bersama, jadi siapapun bisa masuk ke sana?

Dia menatap Lucien dan Evander yang berjalan di sebelah kanan Archer, menimbang apakah dia harus menanyakan hal ini atau menyimpan pertanyaan ini sampai dia mendapatkan jawaban saat di masuk ke Arkadia nanti. Lantas dia merasa tidak ada salahnya jika dia bertanya saja sekarang.

"Em, Lucien.."

Lucien menatap padanya, "Ya?"

"Itu.. kenapa tidak ada gerbang atau keamanan sama sekali? Apakah karena semua ras bebas masuk?"

"Oh, mereka yang belum pernah datang ke Arkadia akan menanyakan hal yang sama saat melihat jalan masuk ini, tidakkah ini lebih terlihat seperti papan nama saja, bukan pintu atau gerbang?"

Irisha mengangguk, "Itu benar, ini tidak terlihat seperti jalan masuk sebuah wilayah."

Lucien tersenyum, "Ini mungkin hanya terlihat seperti papan nama biasa, tapi jalan masuk ini satu-satunya cara untuk memasuki Arkadia, disini terdapat portal yang tidak bisa dimasuki bagi mereka yang terlarang bagi Arkadia."

Terlarang?

Dia menatap sungguh-sungguh pada Lucien, "ah, sebuah portal. Tunggu, Siapa yang terlarang bagi Arkadia, dan sebelum itu apa arti dari terlarang ini? Bukankah semua ras dapat berbaur di Arkadia ini?"

"Arkadia adalah wilayah damai, dan memiliki pemimpin yang dianggap sebagai raja disini, maka dari itu tentu saja Arkadia memiliki peraturan dan cara sendiri untuk menjaga keamanan seluruh Arkadia."

Lucien berhenti sebentar, sebelum melanjutkan : "Mereka yang terlarang bisa jadi adalah pelanggar yang dibuang dari Arkadia, sehingga mereka tidak bisa menggunakan portal lagi. Bisa juga, Hybird ataupun mahkluk lain yang belum memiliki kemampuan pengendalian diri tidak bisa melewati portal."

"Tunggu sebentar, pelanggar macam apa itu sampai mereka dibuang?"

Lucien berpikir sebentar, "Itu bisa berupa membunuh, melukai atau merugikan rakyat Arkadia, maka keputusan raja dapat berupa hukuman pengasingan atau pembuangan."

Irisha terdiam, "Lantas bagaimana cara memasuki portal ini?"

"Kau hanya perlu melewatinya, jika kau tidak terlarang maka dengan sendirinya kau akan masuk ke dalam Arkadia."

Dia tiba-tiba merasa takut. Bagaimana jika ternyata dia tidak bisa masuk ke dalam Arkadia? Karena dia sendiri sebenarnya bukan berasal dari dunia ini. Apa yang harus dia lakukan jika dia terlarang di Arkadia ini? Kemana dia harus pergi? Apakah dia akan membuat semua bantuan dan kebaikan Archer, Lucien juga Evander akan sia-sia?

Dia sedikit cemas.

Tanpa sadar dia mengeratkan genggaman tangannya di baju Archer, sementara Archer yang merasa bajunya sedikit tertarik menatap tangan di pinggangnya dan tersenyum, "Apakah kamu takut?"

Irisha tersadar dan mendongak, "A-apa?"

"Kau takut akan menjadi bagian dari yang terlarang karena kau tidak memiliki ingatan sama sekali?"

Secara logika mungkin memang begitu seharusnya.

"Bagaimana kau...?"

"Bukankah Evander pernah memberitahumu bahwa semua yang kamu pikirkan tergambar di wajahmu." Archer kemudian tertawa.

Sementara Evander tersenyum di sisi lain.

"Kau tidak berbakat untuk menyembunyikan apa yang kamu pikirkan." Sahut Evander.

Archer kemudian menambahkan, "Tidak ada yang perlu di khawatirkan, aku yakin kamu bisa memasuki portal ini."

Irisha terdiam sebentar, dia hanya merasa ragu. "Dan... Bagaimana jika aku tidak bisa melakukannya?"

Lucien tertawa, "Maka kau bisa bergabung menjadi seorang Rover seperti kami, aku dan Evander tidak keberatan melindungimu."

Dia juga ingin tertawa mengetahui bahwa itu bukanlah ide yang buruk, hanya saja kebaikan Archer yang rela mengantar dirinya sampai dengan selamat ke Arkadia tidak bisa menjadi sia-sia begitu saja karena dia tidak bisa memasuki Arkadia. Itu benar-benar tidak bisa.

Melihat gurat keraguan masih jelas terpampang di wajah Irisha, Archer tidak bisa tidak menghela nafas, "Kau takut apa yang aku lakukan untuk membantu mu akan sia-sia jika ternyata kau tidak bisa memasuki Arkadia?"

"A-anu.. aku hanya merasa ragu." Irisha menunduk.

"Apakah kau meragukan dirimu atau sebenarnya kau sedang meragukan ketulusan ku?" Archer bertanya dengan nada tegas.

Irisha mengangkat wajahnya dengan terkejut dan langsung menggelengkan kepala dengan cepat, "Ti-tidak.. tentu saja tidak. Aku tidak pernah meragukan kebaikanmu, justru aku sangat berterima kasih untuk itu."

"Lantas kenapa kau masih merasa ragu? Tidak ada yang akan menjadi sia-sia, bahkan jika kau tidak bisa memasuki Arkadia. Aku membantumu karena aku ingin, bukan karena aku ingin timbal balik apapun. Dan seperti yang dikatakan Lucien, kau bisa menjadi Rover jika kamu mau, kamu bisa kembali kapan pun untuk mengunjungiku"

Irisha mengangguk.

Evander angkat bicara setelahnya, "Sebelum itu, kita coba memasuki portal ini dulu."

Kemudian dia mengulurkan tangan untuk membantu Irisha turun dari belakang Archer, mengingat keadaan kakinya yang belum membaik sejauh ini. Tanpa ragu Irisha memegang tangan Evander dan turun dengan perlahan.

Mereka perlahan mendekati portal dan mengambil langkah untuk masuk, sebelum mereka benar-benar masuk dia merasa gugup dan menutup matanya. Tanpa sadar, dia juga mengeratkan pegangan pada tangan Evander.

Merasakan genggaman yang begitu erat pada tangannya, Evander menurunkan pandangannya dan menatap kedua tangan mereka yang sedang bertautan. Dia tersenyum.

Setelah beberapa langkah Evander memberitahunya, "Kau bisa membuka matamu."

Mendengar ucapan Evander, Irisha sangat ingin membuka matanya. Tapi dia masih merasa ragu, dia tidak merasakan perubahan apapun di sekelilingnya meskipun dia masih menutup matanya. Apakah mereka masih ditempat yang sama? Apakah itu berarti mereka tidak bisa melalui portal? Mereka tidak bisa masuk Arkadia?

Mau tidak mau dia harus membuka matanya untuk melihat kenyataan.

Saat matanya terbuka, "Ini... Kita berhasil..??"

Bukankah tempat ini berbeda dengan tempat mereka berada sebelumnya, dihadapan mereka saat ini adalah perumahan, dengan berbagai macam ukuran, dan juga bentuknya pun berbeda beda.

Namun, mengapa tidak ada manusia ataupun makhluk lain yang terlihat sejauh ini?

"Kenapa tidak ada satupun mahkluk selain kita?" Dia bertanya.

"Kau melupakan fakta bahwa ini masihlah waktu menjelang pagi, matahari belum muncul sama sekali, sedangkan penduduk Arkadia menandai waktu beraktifitas dengan munculnya cahaya matahari." Lucien menjelaskan.

"Ah, aku hanya terlalu gugup kurasa."

Lucien tergelak, "Yah, aku bisa melihat kegugupan mu, bahkan kau masih memegang tangan Evander sampai sekarang. Jadi, kau segugup itu?" Lucien menampilkan smirk menggoda pada Irisha, saat menatap kedua tangan yang masih bergandengan.

Irisha mengikuti arah pandangan Lucien dan mendapati kedua tangan mereka yang masih berpegangan. Dia segera melepaskan tangan nya dan merasa sedikit malu. Dia benar-benar melupakan tentang keadaan tangan mereka yang masih saling berpegangan, sejujurnya dia memang sangat gugup seperti dugaan Lucien sebelumnya.

Saat mereka masih sibuk untuk saling mengoda, sebuah teriakan terdengar menuju ke arah mereka.

"Isaura...!!! Kau akhirnya kembali." Sebelum Irisha sempat berpikir untuk menjawab ataupun menemukan sosok yang memanggil namanya di dunia ini itu, sebuah pelukan erat jatuh padanya.

Archer maupun Lucien dan Evander hanya tertegun untuk sesaat, mereka perlu beberapa saat untuk menyadari apa yang baru saja terjadi. Siapa yang tiba-tiba memeluk isaura?

Evander yang sebelumnya berencana untuk mengambil tindakan untuk menolong isaura mengurungkan niatnya saat mendapati bahwa sosok yang memeluk isaura adalah seorang perempuan yang cukup pantas untuk menjadi ibunya.

Sebenarnya Evander sedikit tenang menyadari itu bukanlah seorang laki-laki.

Sementara itu disisi Irisha, yang mungkin sekarang dia merasa harus terbiasa menyebut dirinya dengan nama Isaura. Dia yang dipeluk sedemikian rupa tanpa mengetahui siapa yang melakukannya, merasa tidak tau harus melakukan apa. Namun, dia merasa lega mengetahui bahwa yang memeluknya adalah seorang manusia dan bukan mahkluk apapun yang bisa saja memiliki pemikiran untuk menjadikan dia sebagai bahan untuk sarapan.

Dia mengarahkan pandangannya pada Archer, meminta bantuan.

Archer menatap wanita yang memeluk isaura di depannya itu, "Ekhem, maaf boleh aku tau siapa anda? gadis yang saat ini kau peluk... Dia mengalami sesuatu di hutan dan dia kehilangan ingatan saat aku menemukannya."

Wanita yang semula memeluk isaura segera mengangkat kepalanya dan memandang Archer, kemudian memandang wajah gadis di hadapannya yang penuh dengan kebingungan.

"Isaura... Bagaimana ini bisa terjadi padamu? Apa yang sudah terjadi kepadamu? Kau tidak ingat dengan aku...  ibundamu?"

Dia terkejut, wanita yang sebelumnya memeluknya ini adalah ibundanya? Bagaimana bisa dari sekian banyak kebetulan, dia harus ditakdirkan bertemu dengan ibunda nya terlebih dahulu, jelas ibundanya ini adalah sosok yang paling mengenal sosok isaura. Bagaimana jika dia menyadari bahwa putrinya ini berbeda dengan sebelumnya? Bagaimana jika dia tahu bahwa dirinya bukanlah putrinya?

"Aku sudah menunggu selama berhari-hari, aku meminta bantuan teman-teman ku untuk menemukan mu, tapi tidak ada yang bisa menemukan keberadaanmu. Aku hampir putus asa dan hanya mampu bersujud memohon sang Odin mendengar doaku, sampai akhirnya aku merasakan keberadaanmu yang sangat dekat. Kau ada disini akhirnya, Isaura anakku akhirnya kembali dengan selamat. Bahkan jika kamu kehilangan ingatanmu, kamu tetap anak ku."

Dia tidak tau lagi harus mengatakan apa, "Anu... Ibunda.. maafkan aku karena melupakan semuanya. Aku hanya tau bahwa namaku Isaura."

Wanita yang menyebut dirinya sebagai ibundanya itu menggelengkan kepalanya, "Tidak masalah, kita bisa memulai semuanya lagi dari awal. Mengetahui kau kembali dengan selamat, itu sudah sangat cukup untukku."

Wanita itu kemudian mengalihkan pandangannya pada ketiga laki-laki yang berada di samping putrinya sebelumnya, "Dan mereka adalah... ?"

Isaura akhirnya teringat dengan keberadaan mereka, "Mereka orang yang sudah menolongku, sekarang mereka teman-temanku."

Lucien angkat bicara, "Namaku Lucien, aku seorang Rover, senang mengetahui isaura memiliki Ibunda sepertimu."

Wanita itu tersenyum, "Kau cukup berbakat untuk membuat seseorang merasa tersanjung."

Evander juga melangkah maju, "Aku Evander, juga seorang Rover."

Archer mau tidak mau juga melangkah maju, "Aku Archer, Dan aku seorang Centaur."

Wanita itu menganggukan kepala, "kalian bisa memanggilku Jasindha, dan seperti yang kalian dengar, aku Ibunda Isaura. Aku sungguh berterima kasih pada kalian karena sudah berbaik hati untuk menolong anakku. Kalian harus singgah sebentar di rumah kami yang sederhana. Setidaknya biarkan aku menunjukan rasa terima kasihku."

Mereka sudah berniat untuk menolak, tetapi mereka mendapati tatapan memaksa dari isaura, yang jelas sekali tidak menerima penolakan.

"Kami rasa tidak masalah, kami juga tidak sedang buru-buru. Kurasa kami akan sedikit merepotkan mu."

Jasindha tersenyum, "Tentu saja tidak. Kemarilah, kalian bisa mengikuti aku. Rumah kami tidak begitu jauh. Hanya berjalan sebentar."

Mereka berlima akhirnya berjalan bersama menuju rumah Isaura.

Isaura sendiri bisa merasakan bahwa wanita yang disebut jasindha, atau ibundanya ini memang sangat menyayangi putrinya. Dia memegang tangan isaura dengan erat untuk membantunya berjalan, karena keadaan kakinya. Dan dia merasa bersalah lagi.

Dia muncul di dunia ini, menempati tubuh ini, memiliki semua yang dimiliki oleh sosok Isaura ini. Lalu bagaimana dengan Isaura yang asli? Kemana dia pergi? Atau apakah dia sudah meninggalkan dunia ini?

Isaura berusaha mengalihkan pikirannya dan memandangi Arkadia yang akan menjadi tempat tinggalnya selanjutnya.

Arkadia ini sangat indah, rumah-rumah sederhana namun sangat menyenangkan untuk dilihat oleh mata. Pepohonan juga tumbuh dengan subur di sekeliling mereka. Bunga-bunga berterbangan terbawa angin yang sejak tadi terasa berhembus di sekitar mereka.

Lucien yang melihat Isaura terdiam sejak tadi kemudian bertanya, "Kenapa kau diam saja? Bukanya kamu harus senang karena akhirnya kamu memiliki keluarga. Kamu tidak perlu merasa cemas harus menjadi Rover bukan?"

"Ah, aku hanya terlalu senang. Jadi aku tidak tahu harus berkata apa."

"Jadi kau sangat senang, hm?" Lucien mengoda.

Kemudian melanjutkan, "Kami akan segera pergi setelah mengantarmu kemari, kau tidak sedih?"

Isaura terkejut, "Kalian akan segera pergi? Kalian tidak ingin tinggal selama beberapa hari? Ku mohon kalian harus tinggal setidaknya satu atau dua hari."

Josindha mengangguk setuju, "Isaura benar. Tinggallah untuk beberapa hari."

Lucien berpikir sebentar, sebelum menjawab ajakan dari Isaura dan ibundanya. "Aku dan Evander adalah seorang Rover, secara alami kami bisa datang dan pergi sesuka hati. Kami tidak dikejar oleh tugas atau apapun itu. Kami bisa tinggal selama kami mau dan pergi selama kami ingin. Tapi biar aku bertanya dulu apakah Evander memiliki tujuan selanjutnya atau tidak untuk memutuskan apakah kami bisa tinggal."

Isaura dan jasindha mengangguk, "Tentu saja, silakan."

Lucien beralih pada Evander yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka, kemudian bertanya. "Bagaimana?"

Evander berpikir untuk sesaat sebelum dia menganggukkan kepala, "Tidak masalah."

Isaura yang sejak tadi menunggu jawaban Evander menghela nafas lega kemudian senyum mengembang di wajahnya. "Itu bagus. Bagaimana dengan mu Archer? Apakah kau bisa meminta pada pemimpinmu untuk diberi liburan selama beberapa hari?"

Archer menutup matanya untuk sesaat, "Aku sedang bertanya padanya... Baiklah, kurasa tidak masalah untuk beberapa hari saja."

Isaura tersenyum senang, "Setidaknya pemimpinmu mengerti bahwa aku harus menunjukan rasa terima kasih atas pertolonganmu. Kau meninggalkan tugasmu hanya untuk mengantarku kembali ke Arkadia, itu tidak boleh di sia-siakan. Kau mengatakan bahwa kau jarang datang ke Arkadia, bukankah ini waktu yang tepat?"

Jasindha menyela, "Tunggu, dia meninggalkan tugasnya? Jadi siapakah Centaur baik hati ini?"

"Ah, aku lupa memberitahumu ibu... Archer seorang prajurit."

Archer menambahkan, "Hanya prajurit penjaga perbatasan Magnesia."

"Apa bedanya... Kau masih tetap seorang prajurit."

Jasindha tertawa kecil melihat interaksi mereka dan memutuskan untuk menengahi mereka, "baiklah kalian bisa melanjutkan perdebatan itu nanti, kita sudah sampai di rumah."

Dan didepan mereka berdirilah rumah keluarga Isaura.

✓✓✓

Bab terkait

  • MOIROE   CHAPTER 07 : MEMORI ATAU ILUSI

    Rumahnya ini dapat dikatakan rumah yang cukup besar dibandingkan dengan rumahnya di dunia yang sebenarnya, dan juga tampilan rumah ini terkesan lebih mengarah pada kesederhanaan daripada kemewahan ataupun kemegahan. Dari tempatnya berdiri sekarang, dia bisa melihat bahwa rumah ini terdiri dari dua lantai.Jasindha membalikkan tubuhnya menghadap mereka, kemudian berkata : "Selamat datang di keluarga Maulvi dan juga selamat datang kembali dirumah, Putriku Isaura."Lucien mewakili mereka untuk menjawab, "Terima kasih nyonya Jasindha, kami sudah merepotkan Anda."Jasindha tersenyum, "Tidak ada yang merepotkan, pertolongan kalian untuk putriku benar-benar berkah besar yang tidak ternilai. Sekali lagi, terima kasih telah membantu putriku sampai kembali kemari dengan selamat.""Kami hanya kebetulan bertemu dengan Isaura dan Archer di pertengahan perjalanan mereka. Secara alami, Kami tidak mengambil andil besar."Jasindha

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-29
  • MOIROE   CHAPTER 08 : PERTEMANAN SEMACAM INI

    Perempuan yang sejak tadi berada dibelakang laki-laki itu akhirnya melangkah maju dan memegang bahu pria di hadapannya, "Neo, bersabarlah sebentar... Mengapa kami menjadi begitu impulsif, ah! Kau akan menyakiti Isaura dengan antusiasme yang kau miliki ini."Selanjutnya dia menatap ke arah Isaura dan tampaknya juga tidak mampu menahan dirinya untuk memeluk Isaura, merengkuh pelan dalam pelukan yang sangat erat, "Mengetahui bahwa kau kembali dengan selamat membuat kami sangat bahagia, sehingga kami sedikit lupa untuk menahan diri ataupun bertanya bagaimana keadaanmu saat ini. Maafkan kami. Tapi sungguh aku bahagia sekali bisa memelukmu sekali lagi, disaat aku berpikir aku tidak akan pernah bisa melakukannya jika kau tidak pernah kembali."Isaura yang hanya dalam waktu beberapa saat harus kembali menghadapi dua sosok baru dihadapannya dan juga mereka baru saja memeluknya tidak bisa tidak mengh

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-29
  • MOIROE   CHAPTER 09 : CHILDHOOD

    Neo berasal dari Ras Werewolf.Jadi sebenarnya Isaura yang asli sama sekali tidak membatasi dengan siapa dia berteman, dia tidak hanya berteman dengan sesama manusia, tapi sebenarnya teman baiknya sejak bayi adalah seorang Werewolf. Maka dari itu, Isaura yang dulu pastinya adalah anak yang baik dan sederhana, yang bahkan tidak perlu repot untuk memilah dengan siapa dia berteman.Tunggu!Jika Isaura dan Neo berteman sejak bayi, maka Jasindha seharusnya mengetahui bahwa Neo adalah seorang Werewolf, mengapa dia memutuskan untuk membiarkan mereka tumbuh bersama?Maksudnya, seorang ibu biasanya akan sangat protektif terhadap pergaulan anak mereka. Jadi, naluri seorang ibu mereka biasanya akan memilah dengan serius tentang dengan siapa buah hati mereka berteman.Isaura menghela nafas, tampaknya ibunda Jasindha ini benar-benar baik.Tiba-tiba d

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-29
  • MOIROE   CHAPTER 10 : DIA GILA

    "Mengapa kau justru duduk sendirian disini?"Isaura memandang kearah datangnya suara yang sebelumnya bertanya padanya, dia mendapati Neo yang sedang berjalan menuju ke arahnya.Saat ini dia sendiri sedang duduk di bangku taman bunga, yang menurut ibundanya merupakan taman bunga kesayangannya, ah, mungkin maksudnya kesayangan Isaura yang asli, bukan dirinya. Tapi mau tak mau dia harus mengakui bahwa taman bunga ini memang memiliki pesonanya sendiri."Aku hanya sedang ingin mencoba mencari kenangan ku di taman ini, aku tidak mengerti tapi aku sangat senang berada disini. Dan, mengapa kau kemari? Apakah ibunda sudah selesai denganmu?" Dia menatap ke arahnya."Yah, ibundamu terlalu antusias untuk membuat teman-teman baru yang kau bawa merasa senyaman mungkin disini, sehingga ia tidak memiliki waktu untuk memberi hukuman kecil padaku." Dia m

    Terakhir Diperbarui : 2020-09-29
  • MOIROE   CHAPTER 11 : SECOND ENEMY

    "Lepaskan aku!"Neo mengelengkan kepalanya, "Tidak, sebelum kau bersedia untuk memaafkan aku.""Aku bilang lepaskan aku! Kenapa kau sulit sekali di ajak bicara?! Aku tidak butuh permintaan maafmu sekarang. Hanya lepaskan saja aku dan tinggalkan aku sendiri."Neo masih mengeratkan pelukannya, "Kau baru saja kehilangan ingatanmu. Melihat kau bereaksi seperti ini membuatku yakin bahwa kau tidak sepenuhnya kehilangan semua ingatanmu. Kau sahabatku. Aku tidak akan melarikan diri dari masalahku apalagi ini terjadi denganmu."Melihat apa yang terjadi diantara mereka berdua, Cato yang sejak tadi terdiam untuk mencerna semua masalahnya mulai angkat bicara, "Kalian berdua ... Berhenti bertingkah kekanakan seperti ini, kalian hampir membuatku gila karena penasaran."Neo mengalihkan tatapannya ke arah Cato, "Jik

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-27
  • MOIROE   CHAPTER 12 : ARGUMENT

    Mereka semua masih terpaku di tempat yang sama.Neo hanya mengelengkan kepalanya pelan, "Aku sulit untuk mengakuinya tapi bagaimana bisa kau mengatakan kebohongan dengan wajah serius seperti itu?"Cato juga mengangguk, "Aku juga sangat ingin menanyakan hal yang sama, maksudku itu terlalu nyata untuk menyebutnya sebagai sebuah kebohongan."Evander hanya menatap mereka berdua tanpa mengatakan apa-apa.Lucien melihat interaksi diantara mereka dan tidak bisa untuk tidak ikut menambahkan beberapa kata, "Tentu saja dia bisa melakukannya, karena memang seperti itulah bentuk wajahnya. Dia bahkan tidak tau bagaimana caranya bercanda, haha."Evander melontarkan lirikan tajam padanya.Lucien merasa seluruh bulu kuduk di belakang lehernya berdiri, ini pertanda bahaya! "Ahaha, Maksudku adalah aku ingin mengatakan betapa tampan dirimu dengan sikap serius seperti itu."Evander tampaknya tid

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-28
  • MOIROE   CHAPTER 13 : BERPISAH (Part 01)

    Di pagi hari yang cerah, saat sinar matahari mulai menyinari ruangan yang menjadi kamar dari isaura, akhirnya seorang gadis mulai membuka matanya. Tampaknya sinar matahari berhasil membangunkannya karena rasa tidak nyaman dari cahaya yang mengarah tepat ke arah wajahnya. Gadis itu adalah Irisha atau Isaura yang lain.Dia terdiam sebentar, mengusap kedua matanya, dan tentu saja menguap karena meskipun dia seorang gadis, bangun pagi bukanlah kebiasaan dalam hidupnya. Dia terbiasa kelelahan karena pekerjaan yang terus menerus bertumpuk, dia bahkan sering terlambat masuk pekerjaan karena kelelahan yang luar biasa.Lalu dia berpikir sebentar, dia belum benar-benar menyadari keberadaannya saat ini.Dia melihat sekeliling, "dimana ini?"Sesaat kemudian dia menepuk dahinya, "ah, bagaimana bisa aku lupa bahwa aku tidak lagi berada di dunia yang sama. Apa yang orang lain aka

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-08
  • MOIROE   CHAPTER 14 : BERPISAH (Part 02)

    Diluar kediaman keluarga Maulvi. Isaura dan Archer Masih berdiri disana tanpa suara, mereka masih asyik menikmati udara pagi yang cerah dan begitu menyegarkan ini, ditambah kicauan burung tampaknya ikut memeriahkan suasana diantara mereka."Bukankah suasana yang menyenangkan ini agak salah untuk dijadikan sebagai latar perpisahan?" Canda Archer dengan sedikit senyuman di sudut mulutnya.Isaura yang sebelumnya mendongak untuk melihat langit yang cerah langsung menunduk, "Aku ingin mengatakan bahwa ini adalah hari yang indah, tapi aku benci mengakui bahwa saat inijuga kau akan segera pergi."Archer tersenyum, "apa kau benar-benar sedih jika aku pergi?"Isaura langsung mengangkat wajahnya, "Tentu saja! Walaupun kita baru saja saling mengenal beberapa hari yang lalu, kau sudah menjadi teman yang sangat penting bagiku. Tidak salah bu

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-08

Bab terbaru

  • MOIROE   EPILOG

    Hingga ratusan tahun kemudian, Moiroe masih akan menjadi Dewi yang paling dipuja. Meskipun mereka tidak menghendakinya, namun baik dewa ataupun manusia menghargai mereka begitu banyak. Kisah Sang dewi penengah yang menghilang selama tujuh ratus tahun untuk menghentikan musuhnya pun menjadi kisah yang diceritakan turun temurun dalam berbagai ras. Bangsa Centaur menjadi yang paling menghormati keberadaan sang dewi, sebab salah satu pemimpin mereka yang paling berani, dikenal sebagai Xantha Archer, menjadi yang pertama memegang teguh keyakinannya terhadap sang dewi, kemudian keyakinan ini akan berlangsung hingga generasi setelah dirinya. Niflheim masih terasa sangat dingin dan mencekam, tetapi setelah peristiwa penaklukan, sungai beracun yang ada di dalamnya tidak pernah lagi bergejolak, meninggalkan Ygdrassil dalam kedamaian. Perlahan, bangsa Dark Elf juga tidak lagi memangsa atau menghancurkan ras lain, meskipun keberadaan mereka masih mengalami penolakan oleh beberapa pihak. Kini

  • MOIROE   CHAPTER 68 : AKHIR KISAH

    Ada suara kepakan burung di atas rumah, beberapa dari mereka nampaknya memutuskan untuk hinggap di jendela ataupun pagar rumah. Dari kejauhan terdengar gelak tawa anak-anak yang bermain dan berlarian di sepanjang jalan. Suara ketukan dari kuda yang berlarian dengan santai di Padang rumput juga ikut meramaikan suasana. Kupu-kupu berbagai warna sibuk terbang dan hinggap di antara puluhan bunga yang mekar dengan begitu indah. Salah satu kupu-kupu dengan sayap berwarna biru murni, dan garis-garis keperakan di sepanjang tepian sayapnya terbang sejenak menuju di puncak bunga berwarna putih bersih sebab tergoda oleh baunya yang begitu harum. Nampaknya itu tidak peduli bahwa bunga yang ia tempati tampaknya tengah berada pada tangan seseorang. "Isaura, setelah melewatkan tujuh ratus tahun perpisahan, aku masih tidak menyesal memiliki hatiku untukmu. Sudah begitu lama dan aku belum memiliki kesempatan untuk memberikannya, jadi, Isaura ... Sang dewi yang begitu ku cintai, maukah kau menerima h

  • MOIROE   CHAPTER 67 : VILAEVILS

    Sejak kapan tepatnya ia mulai merasa iri terhadap saudaranya? Jika itu sejak kecil, ia sendiri tidak yakin. Sebab, sepanjang ingatannya, mereka berdua bergaul dengan sangat baik, karena hidup mereka bergantung kepada satu sama lain. "Saudaraku, suatu hari nanti kita akan tinggal di rumah yang hangat, dengan banyak bunga berbagai warna dan juga pepohonan, sehingga kita hanya akan merasakan angin yang segar bergulir, bukan dingin yang begitu mengigit seperti saat ini." Ia mengatakannya dengan penuh keyakinan saat itu, seakan-akan segala yang ia ucapkan sudah pasti. Saudaranya tidak banyak berbicara, tetapi masih mengiyakan. "Um, mari melakukannya." Sahut saudaranya saat itu. Meskipun tidak banyak berbicara, tetapi ia bisa melihat keyakinan yang sama ada di mata saudaranya. Mereka sama-sama ingin mewujudkannya. Mereka selalu tidur bersama, sebab Niflheim bukanlah tempat yang ramah, dan segala sesuatu dapat terjadi yang mungkin bisa memisahkan mereka berdua. Niflheim sangat keras. O

  • MOIROE   CHAPTER 66 : PENAKLUKAN

    "Jadi, inikah yang kau katakan dengan tidak akan ragu-ragu lagi?" Isaura menatap pemandangan dihadapannya, mereka di kelilingi dengan salju yang terhampar di sepanjang mata memandang, udara dingin yang mengigit segera menyelimuti mereka. Tempat ini adalah Niflheim dimana Vidar dan juga Vilaevils pernah tinggal di sini. Tentu saja, Isaura segera berbalik ke arah Forseti, dengan raut penuh tanda tanya. Evander melangkah maju, dengan kewaspadaan di wajahnya, ia berdiri di depan Isaura, "mengapa kau membawa kami kesini?" Forseti menyadari kecurigaan pihak lain, bahkan ia juga melihat bahwa Nouna dan Morta yang mengikuti mereka juga menguarkan udara berbahaya di sekitar mereka. Ia segera angkat bicara, "tunggu dulu, biarkan aku menjelaskannya." Morta membalas ucapannya, "jangan bertele-tele, Forseti." Forseti segera melangkah sejauh sepuluh langkah di hadapan ketiganya, setelah memastikan bahwa jarak di antara mereka baik-baik saja, Forseti mulai berbicara, "alasan mengapa aku membaw

  • MOIROE   CHAPTER 65 : KEJUJURAN FORSETI

    "Lakhesis, beraninya kau baru kembali saat ini!" Teriakan ini bergema bersamaan dengan satu sosok yang melesat dan menabrak Isaura, pelukan erat segera dirasakan olehnya saat itu. Membalas pelukan sosok di hadapannya, Isaura tertawa kecil sebelum kemudian berbicara, "Nouna, bagaimana kabarmu bisa memarahiku seperti ini?" Satu sosok lain yang baru saja muncul menyela keduanya, "meninggalkan kami selama tujuh ratus tahun tanpa ucapan selamat tinggal sama sekali, menurutmu apakah kami akan menyambutmu dengan perayaan?" Isaura melirik ke arah sosok yang baru saja berbicara, Isaura merentangkan satu tangannya dan memberikan isyarat mata kepada pihak lain untuk datang padanya. Sosok itu berjalan dengan teguh, tetapi pada akhirnya ia masih bergabung dalam pelukan itu. Dan mereka bertiga segera jatuh dalam keheningan guna melepaskan rindu yang telah menunggu selama tujuh ratus tahun. Sosok terakhir, Morta, dewi yang menentukan kematian mengusap puncak kepala Isaura setelah melepaskan pe

  • MOIROE   CHAPTER 64 : BANGKITKAN SAUDARINYA

    "Jadi kau bermaksud mengatakan, bahwa aku harus membangunkan saudariku sebelum aku memutuskan untuk menyelesaikan masalahku dengan Vilaevils?" Isaura bertanya, sembari meletakkan cangkir teh pada masing-masing dari mereka. "Kukira keduanya hanya mengasingkan diri dan bukannya tidur abadi." "Tadinya aku juga berpikir demikian," Sang Odin mengambil cangkir teh bagiannya ketika berbicara. "Setidaknya sampai mereka juga ikut menutup sumur Urd bersamanya." Keheningan jatuh untuk beberapa saat. Sampai Isaura bergumam kepada dirinya sendiri, "aku tidak menduga hal itu sama sekali." Sang Odin menanggapi dengan anggukan, "jadi itulah mengapa, sepertinya hanya kau yang bisa membuat mereka memiliki keinginan untuk bangun lagi. Sumur Urd juga sudah mencapai waktunya untuk dibuka kembali." "Um, kurasa juga begitu." Sahut Isaura. "Setelah ini, sepertinya aku harus kembali ke Asgard dan menemukan mereka." Sang Odin segera setuju, "kembalilah bersama denganku nanti." "Haruskah kau segera kembal

  • MOIROE   CHAPTER 63 : FORSETI BERTAMU

    "Isaura, datang dan lihatlah, mereka berkata ingin bertemu denganmu!" Teriakan ini bergema saat Isaura tengah menyajikan beberapa hidangan yang telah ia selesaikan, ia segera menengok ke arah pintu dengan wajah ingin tahu. Siapa yang ingin bertemu dengannya hingga Lucien harus berteriak sedemikian rupa kepadanya? Tetapi, Isaura masih menanggapi, "baiklah, aku akan segera keluar." Beberapa waktu kemudian ketika Isaura akhirnya menunjukan dirinya, tidak ada siapapun di depan Lucien, yang membuat Isaura kebingungan, "Lucien? Bukankah baru saja kau berteriak tentang seseorang yang ingin bertemu denganku?" Lucien mengangguk, lalu ia berkata sambil menunjuk pada suatu arah, "yah, memang. Tetapi aku tidak mengatakan seseorang, aku mengatakan itu mereka." Isaura mengikuti ke arah mana jari telunjuk Lucien terarah, dan menemukan dua ekor burung gagak yang bertengger di salah satu dahan pohon yang berada di halaman rumah. Setelah mencoba mengingat siapa burung gagak itu, Isaura segera me

  • MOIROE   CHAPTER 62 : ASGARD BERTINDAK

    "Wahai, Maha bapa, apakah kau akan terus menjadi penonton dalam kisah Sang dewi utama ini?" Ratu Frigga, kekasih Sang Odin itu tersenyum kecil, tampaknya dia hanya sekedar memberikan pertanyaan yang serupa seperti sebuah basa-basi, namun sebagai pendampingnya, tentu saja Sang Odin merasakan petunjuk dalam perkataan ratunya itu. Sang Odin meraih jemari kekasihnya ketika ia bertanya-tanya dengan heran, "tidak biasa sekali bagimu, Frigga yang tersayang, untuk tiba-tiba mengangkat peristiwa semacam ini terhadapku?" Sang Ratu hanya tersenyum sembari menanggapi genggaman tangan kekasihnya. Namun hal itu membuat Sang Odin semakin bertanya-tanya, ia mengamati wajah Sang ratu dan menebak, "apakah aku telah melewatkan sesuatu yang penting, sayangku?" "Yah, jika ramalanku adalah sesuatu yang penting, maka memang benar kau telah melewatkannya, Maha bapa." Sang Odin segera menepuk dahinya dan tertawa kecil. "Oh, ternyata aku telah melewatkan ramalanmu, ratu yang tersayang. Sekarang, maukah k

  • MOIROE   CHAPTER 61 : PERASAAN CATO

    "Apakah ada dari kalian yang menemukan jejak Neo?" Lucien menanyakan hal itu ketika Cato dan beberapa anggota pack Sethmolf datang mengunjungi rumah Isaura guna memastikan keadaannya. Mereka kini berkumpul di ruang tamu, dan Lucien akhirnya bergabung bersama mereka, menggantikan tuan rumah yang tidak dapat bergabung sementara waktu. Cato masih menunggu Evander dan Isaura yang berada di lantai atas, tetapi dia masih menanggapi pertanyaan pihak lain, "sejauh ini kami tidak merasakan jejaknya sama sekali, bahkan tidak di dekat pack. Tetapi sang alpha tetap meminta semua anggota untuk waspada, dan segera melaporkan selama melihat atau merasakan jejak Neo barang sedikitpun." "Itu bagus," sahut Lucien sembari mengangguk.Cato meliriknya, "apakah sihir yang merasuki Neo sangat berbahaya?" "Yah, dapat dikatakan begitu, sebab yang merasuki tubuh Neo itu, adalah musuh Isaura, mereka memiliki dendam yang cukup rumit."Cato memiliki kerutan di keningnya, "dendam macam apa itu? Mengapa aku tid

DMCA.com Protection Status