"Lepaskan aku!"
"Aku bilang lepaskan aku! Kenapa kau sulit sekali di ajak bicara?! Aku tidak butuh permintaan maafmu sekarang. Hanya lepaskan saja aku dan tinggalkan aku sendiri."
Neo masih mengeratkan pelukannya, "Kau baru saja kehilangan ingatanmu. Melihat kau bereaksi seperti ini membuatku yakin bahwa kau tidak sepenuhnya kehilangan semua ingatanmu. Kau sahabatku. Aku tidak akan melarikan diri dari masalahku apalagi ini terjadi denganmu."
Melihat apa yang terjadi diantara mereka berdua, Cato yang sejak tadi terdiam untuk mencerna semua masalahnya mulai angkat bicara, "Kalian berdua ... Berhenti bertingkah kekanakan seperti ini, kalian hampir membuatku gila karena penasaran."
Neo mengalihkan tatapannya ke arah Cato, "Jik
Mereka semua masih terpaku di tempat yang sama.Neo hanya mengelengkan kepalanya pelan, "Aku sulit untuk mengakuinya tapi bagaimana bisa kau mengatakan kebohongan dengan wajah serius seperti itu?"Cato juga mengangguk, "Aku juga sangat ingin menanyakan hal yang sama, maksudku itu terlalu nyata untuk menyebutnya sebagai sebuah kebohongan."Evander hanya menatap mereka berdua tanpa mengatakan apa-apa.Lucien melihat interaksi diantara mereka dan tidak bisa untuk tidak ikut menambahkan beberapa kata, "Tentu saja dia bisa melakukannya, karena memang seperti itulah bentuk wajahnya. Dia bahkan tidak tau bagaimana caranya bercanda, haha."Evander melontarkan lirikan tajam padanya.Lucien merasa seluruh bulu kuduk di belakang lehernya berdiri, ini pertanda bahaya! "Ahaha, Maksudku adalah aku ingin mengatakan betapa tampan dirimu dengan sikap serius seperti itu."Evander tampaknya tid
Di pagi hari yang cerah, saat sinar matahari mulai menyinari ruangan yang menjadi kamar dari isaura, akhirnya seorang gadis mulai membuka matanya. Tampaknya sinar matahari berhasil membangunkannya karena rasa tidak nyaman dari cahaya yang mengarah tepat ke arah wajahnya. Gadis itu adalah Irisha atau Isaura yang lain.Dia terdiam sebentar, mengusap kedua matanya, dan tentu saja menguap karena meskipun dia seorang gadis, bangun pagi bukanlah kebiasaan dalam hidupnya. Dia terbiasa kelelahan karena pekerjaan yang terus menerus bertumpuk, dia bahkan sering terlambat masuk pekerjaan karena kelelahan yang luar biasa.Lalu dia berpikir sebentar, dia belum benar-benar menyadari keberadaannya saat ini.Dia melihat sekeliling, "dimana ini?"Sesaat kemudian dia menepuk dahinya, "ah, bagaimana bisa aku lupa bahwa aku tidak lagi berada di dunia yang sama. Apa yang orang lain aka
Diluar kediaman keluarga Maulvi. Isaura dan Archer Masih berdiri disana tanpa suara, mereka masih asyik menikmati udara pagi yang cerah dan begitu menyegarkan ini, ditambah kicauan burung tampaknya ikut memeriahkan suasana diantara mereka."Bukankah suasana yang menyenangkan ini agak salah untuk dijadikan sebagai latar perpisahan?" Canda Archer dengan sedikit senyuman di sudut mulutnya.Isaura yang sebelumnya mendongak untuk melihat langit yang cerah langsung menunduk, "Aku ingin mengatakan bahwa ini adalah hari yang indah, tapi aku benci mengakui bahwa saat inijuga kau akan segera pergi."Archer tersenyum, "apa kau benar-benar sedih jika aku pergi?"Isaura langsung mengangkat wajahnya, "Tentu saja! Walaupun kita baru saja saling mengenal beberapa hari yang lalu, kau sudah menjadi teman yang sangat penting bagiku. Tidak salah bu
Keesokan harinya."Hoamm ... mmm ... Aku masih sangat mengantuk. Memikirkan tentang Archer yang sedang berada dalam perjalanan dan apakah ia selamat sampai ke Magnesia membuatku terbangun sampai larut malam? Aku tidak menyadarinya sampai tiba-tiba sudah tengah malam, benar-benar membuat jam tidurku banyak berkurang ... Hoamm." Isaura masih menguap dan berusaha untuk membuka matanya yang terasa sangat berat.Dia merasa sepertinya dia akan segera memiliki mata panda. Jam tidurnya sudah banyak mengalami kekacauan sejak ia masih berada di dunianya yang sebenarnya. Dan kali ini, tampaknya akan terulang lagi di dunia ini.Setelah menunggu selama beberapa saat, akhirnya dia benar-benar bisa membuka matanya sepenuhnya. Sepertinya hari masih sangat pagi, sebelumnya dia berpikir bahwa dia
Dia siapa?Isaura dan bahkan juga Evander dan Lucien memiliki pertanyaan yang sama tentang hal ini, meskipun samar-samar Lucien maupun Evander mungkin mengetahui siapa yang disebut oleh pria bernama Adante itu.Mereka hanya menebak, karena sejarah Dewi Moiroe dengan begitu banyak pengikut juga musuhnya hanya diturunkan dari mulut ke mulut karena hal itu telah terjadi ratusan tahun yang lalu. Mereka tidak bisa mengingat dengan baik siapa "Dia" yang disebutkan oleh pria itu.Tentu saja itu tidak berlaku dengan Jasindha.Dia jelas mengetahui dengan baik siapa yang dimaksud oleh Adante, dia segera memegang tangan Adante yang mencengkram erat pada pergelangan tangannya, "Adante, kau harus tenang."Adante melepaskan tangannya namun dia tetap mengelengkan tangannya, "Bagaimana bisa kau memintaku untuk tenang, kau tahu dengan baik siapa yang aku bi
©©©'CKLEKK!'Lucien akhirnya membuka pintu secara perlahan dengan sikap yang waspada, karena mau tidak mau mereka yang tidak diharapkan bisa saja datang dan menyerang tanpa peringatan.ketika pintu belum terbuka sepenuhnya, sebuah gerakan keras tiba-tiba mendorong pintu itu agar segera terbuka."Isaura? Dimana Isaura?!" Wajah panik Neo adalah hal pertama yang tampak setelah pintu itu terdorong dan memperlihatkan siapa tamu yang mereka duga-duga sebelumnya.Seperti yang telah dilihat oleh Lucien sebelumnya, itu adalah Neo dan Cato, dua pengacau di mata seorang Evander.PLAKK!Sebuah pukulan lebih dahulu mendarat di kepala Neo sebelum dia mendapatkan jawaban yang dia inginkan, "Kau bisa merusak pintunya, bodoh!"Tidak
©©©"Jadi, dimana keberadaan paman Adante sekarang?" Cato bertanya setelah mengalihkan tatapan kekesalannya dari wajah Neo dan Lucien yang tidak bisa bersikap serius sejak tadi.Isaura mengangkat wajahnya dan menjawab, "Paman Adante sedang berada di kamar tamu, bersama dengan ibunda."Cato terdiam sejenak, dia masih mempertimbangkan tentang apakah dia harus menemui paman Adante sekarang atau menunggunya untuk pulih terlebih dahulu.Dia menatap ke arah Isaura untuk bertanya, "Apakah tidak masalah jika aku menemuinya disana? Apakah itu akan mengganggunya?""Kurasa tidak, paman Adante hanya perlu berisitirahat sambil menunggu tabib, dia pasti tidak akan keberatan untuk menemui kalian. Apalagi kalian mengingat dirinya." Jawab Isaura.Cato memahami perasaan Isaura.Di
💫 HAPPY READING 💫"Isaura! Apakah kau baik-baik saja? Apa yang terjadi padamu?!" Neo dengan gusar segera bergerak ke arah ranjang tempat Isaura berbaring dan membuka matanya beberapa saat yang lalu.Sesaat setelah Isaura tidak sadarkan diri Evander segera membawanya menuju kamar miliknya dan membaringkannya disana, mereka semua menunggu dalam cemas dan tidak tenang.Bahkan Neo berkali-kali tidak bisa berhenti untuk berjalan kesana kemari hanya karena khawatir yang dia rasakan tidak bisa dibendung.Isaura terbangun dengan wajah kebingungan, dia tidak merasa terluka sama sekali hanya saja rasa sakit yang sebelumnya menyerang kepalanya masih tertinggal dan memberikan rasa nyeri yang samar, selain itu baginya tidak ada yang perlu dikhawatirkan."Aku baik-baik saja. Hanya saja kepalaku terasa sedikit tidak nyaman. Ah! Lalu bag
Hingga ratusan tahun kemudian, Moiroe masih akan menjadi Dewi yang paling dipuja. Meskipun mereka tidak menghendakinya, namun baik dewa ataupun manusia menghargai mereka begitu banyak. Kisah Sang dewi penengah yang menghilang selama tujuh ratus tahun untuk menghentikan musuhnya pun menjadi kisah yang diceritakan turun temurun dalam berbagai ras. Bangsa Centaur menjadi yang paling menghormati keberadaan sang dewi, sebab salah satu pemimpin mereka yang paling berani, dikenal sebagai Xantha Archer, menjadi yang pertama memegang teguh keyakinannya terhadap sang dewi, kemudian keyakinan ini akan berlangsung hingga generasi setelah dirinya. Niflheim masih terasa sangat dingin dan mencekam, tetapi setelah peristiwa penaklukan, sungai beracun yang ada di dalamnya tidak pernah lagi bergejolak, meninggalkan Ygdrassil dalam kedamaian. Perlahan, bangsa Dark Elf juga tidak lagi memangsa atau menghancurkan ras lain, meskipun keberadaan mereka masih mengalami penolakan oleh beberapa pihak. Kini
Ada suara kepakan burung di atas rumah, beberapa dari mereka nampaknya memutuskan untuk hinggap di jendela ataupun pagar rumah. Dari kejauhan terdengar gelak tawa anak-anak yang bermain dan berlarian di sepanjang jalan. Suara ketukan dari kuda yang berlarian dengan santai di Padang rumput juga ikut meramaikan suasana. Kupu-kupu berbagai warna sibuk terbang dan hinggap di antara puluhan bunga yang mekar dengan begitu indah. Salah satu kupu-kupu dengan sayap berwarna biru murni, dan garis-garis keperakan di sepanjang tepian sayapnya terbang sejenak menuju di puncak bunga berwarna putih bersih sebab tergoda oleh baunya yang begitu harum. Nampaknya itu tidak peduli bahwa bunga yang ia tempati tampaknya tengah berada pada tangan seseorang. "Isaura, setelah melewatkan tujuh ratus tahun perpisahan, aku masih tidak menyesal memiliki hatiku untukmu. Sudah begitu lama dan aku belum memiliki kesempatan untuk memberikannya, jadi, Isaura ... Sang dewi yang begitu ku cintai, maukah kau menerima h
Sejak kapan tepatnya ia mulai merasa iri terhadap saudaranya? Jika itu sejak kecil, ia sendiri tidak yakin. Sebab, sepanjang ingatannya, mereka berdua bergaul dengan sangat baik, karena hidup mereka bergantung kepada satu sama lain. "Saudaraku, suatu hari nanti kita akan tinggal di rumah yang hangat, dengan banyak bunga berbagai warna dan juga pepohonan, sehingga kita hanya akan merasakan angin yang segar bergulir, bukan dingin yang begitu mengigit seperti saat ini." Ia mengatakannya dengan penuh keyakinan saat itu, seakan-akan segala yang ia ucapkan sudah pasti. Saudaranya tidak banyak berbicara, tetapi masih mengiyakan. "Um, mari melakukannya." Sahut saudaranya saat itu. Meskipun tidak banyak berbicara, tetapi ia bisa melihat keyakinan yang sama ada di mata saudaranya. Mereka sama-sama ingin mewujudkannya. Mereka selalu tidur bersama, sebab Niflheim bukanlah tempat yang ramah, dan segala sesuatu dapat terjadi yang mungkin bisa memisahkan mereka berdua. Niflheim sangat keras. O
"Jadi, inikah yang kau katakan dengan tidak akan ragu-ragu lagi?" Isaura menatap pemandangan dihadapannya, mereka di kelilingi dengan salju yang terhampar di sepanjang mata memandang, udara dingin yang mengigit segera menyelimuti mereka. Tempat ini adalah Niflheim dimana Vidar dan juga Vilaevils pernah tinggal di sini. Tentu saja, Isaura segera berbalik ke arah Forseti, dengan raut penuh tanda tanya. Evander melangkah maju, dengan kewaspadaan di wajahnya, ia berdiri di depan Isaura, "mengapa kau membawa kami kesini?" Forseti menyadari kecurigaan pihak lain, bahkan ia juga melihat bahwa Nouna dan Morta yang mengikuti mereka juga menguarkan udara berbahaya di sekitar mereka. Ia segera angkat bicara, "tunggu dulu, biarkan aku menjelaskannya." Morta membalas ucapannya, "jangan bertele-tele, Forseti." Forseti segera melangkah sejauh sepuluh langkah di hadapan ketiganya, setelah memastikan bahwa jarak di antara mereka baik-baik saja, Forseti mulai berbicara, "alasan mengapa aku membaw
"Lakhesis, beraninya kau baru kembali saat ini!" Teriakan ini bergema bersamaan dengan satu sosok yang melesat dan menabrak Isaura, pelukan erat segera dirasakan olehnya saat itu. Membalas pelukan sosok di hadapannya, Isaura tertawa kecil sebelum kemudian berbicara, "Nouna, bagaimana kabarmu bisa memarahiku seperti ini?" Satu sosok lain yang baru saja muncul menyela keduanya, "meninggalkan kami selama tujuh ratus tahun tanpa ucapan selamat tinggal sama sekali, menurutmu apakah kami akan menyambutmu dengan perayaan?" Isaura melirik ke arah sosok yang baru saja berbicara, Isaura merentangkan satu tangannya dan memberikan isyarat mata kepada pihak lain untuk datang padanya. Sosok itu berjalan dengan teguh, tetapi pada akhirnya ia masih bergabung dalam pelukan itu. Dan mereka bertiga segera jatuh dalam keheningan guna melepaskan rindu yang telah menunggu selama tujuh ratus tahun. Sosok terakhir, Morta, dewi yang menentukan kematian mengusap puncak kepala Isaura setelah melepaskan pe
"Jadi kau bermaksud mengatakan, bahwa aku harus membangunkan saudariku sebelum aku memutuskan untuk menyelesaikan masalahku dengan Vilaevils?" Isaura bertanya, sembari meletakkan cangkir teh pada masing-masing dari mereka. "Kukira keduanya hanya mengasingkan diri dan bukannya tidur abadi." "Tadinya aku juga berpikir demikian," Sang Odin mengambil cangkir teh bagiannya ketika berbicara. "Setidaknya sampai mereka juga ikut menutup sumur Urd bersamanya." Keheningan jatuh untuk beberapa saat. Sampai Isaura bergumam kepada dirinya sendiri, "aku tidak menduga hal itu sama sekali." Sang Odin menanggapi dengan anggukan, "jadi itulah mengapa, sepertinya hanya kau yang bisa membuat mereka memiliki keinginan untuk bangun lagi. Sumur Urd juga sudah mencapai waktunya untuk dibuka kembali." "Um, kurasa juga begitu." Sahut Isaura. "Setelah ini, sepertinya aku harus kembali ke Asgard dan menemukan mereka." Sang Odin segera setuju, "kembalilah bersama denganku nanti." "Haruskah kau segera kembal
"Isaura, datang dan lihatlah, mereka berkata ingin bertemu denganmu!" Teriakan ini bergema saat Isaura tengah menyajikan beberapa hidangan yang telah ia selesaikan, ia segera menengok ke arah pintu dengan wajah ingin tahu. Siapa yang ingin bertemu dengannya hingga Lucien harus berteriak sedemikian rupa kepadanya? Tetapi, Isaura masih menanggapi, "baiklah, aku akan segera keluar." Beberapa waktu kemudian ketika Isaura akhirnya menunjukan dirinya, tidak ada siapapun di depan Lucien, yang membuat Isaura kebingungan, "Lucien? Bukankah baru saja kau berteriak tentang seseorang yang ingin bertemu denganku?" Lucien mengangguk, lalu ia berkata sambil menunjuk pada suatu arah, "yah, memang. Tetapi aku tidak mengatakan seseorang, aku mengatakan itu mereka." Isaura mengikuti ke arah mana jari telunjuk Lucien terarah, dan menemukan dua ekor burung gagak yang bertengger di salah satu dahan pohon yang berada di halaman rumah. Setelah mencoba mengingat siapa burung gagak itu, Isaura segera me
"Wahai, Maha bapa, apakah kau akan terus menjadi penonton dalam kisah Sang dewi utama ini?" Ratu Frigga, kekasih Sang Odin itu tersenyum kecil, tampaknya dia hanya sekedar memberikan pertanyaan yang serupa seperti sebuah basa-basi, namun sebagai pendampingnya, tentu saja Sang Odin merasakan petunjuk dalam perkataan ratunya itu. Sang Odin meraih jemari kekasihnya ketika ia bertanya-tanya dengan heran, "tidak biasa sekali bagimu, Frigga yang tersayang, untuk tiba-tiba mengangkat peristiwa semacam ini terhadapku?" Sang Ratu hanya tersenyum sembari menanggapi genggaman tangan kekasihnya. Namun hal itu membuat Sang Odin semakin bertanya-tanya, ia mengamati wajah Sang ratu dan menebak, "apakah aku telah melewatkan sesuatu yang penting, sayangku?" "Yah, jika ramalanku adalah sesuatu yang penting, maka memang benar kau telah melewatkannya, Maha bapa." Sang Odin segera menepuk dahinya dan tertawa kecil. "Oh, ternyata aku telah melewatkan ramalanmu, ratu yang tersayang. Sekarang, maukah k
"Apakah ada dari kalian yang menemukan jejak Neo?" Lucien menanyakan hal itu ketika Cato dan beberapa anggota pack Sethmolf datang mengunjungi rumah Isaura guna memastikan keadaannya. Mereka kini berkumpul di ruang tamu, dan Lucien akhirnya bergabung bersama mereka, menggantikan tuan rumah yang tidak dapat bergabung sementara waktu. Cato masih menunggu Evander dan Isaura yang berada di lantai atas, tetapi dia masih menanggapi pertanyaan pihak lain, "sejauh ini kami tidak merasakan jejaknya sama sekali, bahkan tidak di dekat pack. Tetapi sang alpha tetap meminta semua anggota untuk waspada, dan segera melaporkan selama melihat atau merasakan jejak Neo barang sedikitpun." "Itu bagus," sahut Lucien sembari mengangguk.Cato meliriknya, "apakah sihir yang merasuki Neo sangat berbahaya?" "Yah, dapat dikatakan begitu, sebab yang merasuki tubuh Neo itu, adalah musuh Isaura, mereka memiliki dendam yang cukup rumit."Cato memiliki kerutan di keningnya, "dendam macam apa itu? Mengapa aku tid