Dunia ini disebut YggdrasilDi dunia ini terdapat Tiga Dewi yang dianggap sebagai Dewi-nya para dewa.Mereka dipuja dan dihormati sepenuh hati oleh para Dewa-Dewi di Asgard.Yang termuda, disebut Nouna, dialah Sang Dewi yang bertugas menentukan takdir Kelahiran. Yang tertua, disebut Mortha, dialah Sang Dewi yang bertugas menentukan takdir Kematian. Dan terakhir, Dialah Sang penengah, dia bukanlah yang termuda ataupun yang tertua.Dialah Lakhesis.Sang dewi yang bertugas menentukan umur dan takdir serta nasib kehidupan di dunia. Dia begitu keibuan, dengan kecantikan dan kekuatan serta kebijaksanaan yang selalu menjadi pujaan. Dia adalah Sang Dewi Utama. Mereka bersama disebut sebagai "Sang Pembawa Takdir"Atau,'MOIROE'~~~Namun, suatu kala Sang Dewi Utama Moiroe Lakhesis ... menghilang ...¤¤¤
Bagaimana bisa rasanya begitu dingin?Apakah dia mungkin saja tidak sengaja menendang jatuh selimutnya saat ia sedang bermimpi? Tapi dia mengingat dengan baik bahwa dirinya adalah orang yang tenang bahkan saat dia tidur, dan juga dia tidak pernah menemukan selimutnya menghilang dari tubuhnya setiap kali dia bangun di pagi hari. Jadi rasa dingin ini benar-benar membuatnya merasa tidak nyaman.Dan lagi, kenapa telapak tangannya terasa agak perih?Akhirnya dia memaksa matanya yang terasa sangat berat untuk terbuka.Setelah bekerja seharian penuh, dengan segala rutinitas biasa yang kadang terasa semakin membosankan, untuk terbangun karena kedinginan dan rasa perih seperti ini ... rasanya tidak pada tempatnya.Ketika matanya masih setengah terbuka, dia mengangkat telapak tangannya dengan asal untuk memeriksa mengapa telapak tangannya bisa terasa perih saat dia sedang tertidur, tidak mungkin kalau
Semenjak mereka mulai berjalan hingga saat ini mereka belum saling memulai percakapan, Irisha sendiri sibuk memikirkan tentang bagaimana cara menemukan keluarganya jika mereka sudah sampai di Arkadia, dia bahkan tidak yakin apakah dia memiliki keluarga disini. Bagaimana jika dia berusaha keras untuk mencari mereka, padahal kenyataannya dia tidak punya, itu buang-buang tenaga namanya.Untuk melupakan masalah yang membuatnya semakin pusing ini, Irisha memutuskan untuk memulai percakapan dengan Centaur yang sudah membantunya ini."Apakah kau tidak perlu meminta izin pada Centaur yang lain?"Centaur itu menjawab dengan santai sambil berjalan, "aku sudah menyampaikannya pada mereka.""Kapan?" Seingatnya Centaur ini belum pergi kemana pun sejak dia bertemu dengannya tadi."Sejak aku menawarkan padamu untuk pergi ke Arkadia, aku menyampaikannya melalui pikiranku.""Bisakah seperti itu? Itu hal yang hebat.
Setelah menemukan sebuah pohon besar yang terasa cukup nyaman juga terlindungi akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di bawahnya. Kemudian, Archer pergi sejenak untuk mencari kayu bakar.Sesaat kemudian...Dia mendengar seseorang menjatuhkan tumpukan kayu di belakangnya dan berbalik untuk menemukan Archer. Namun, ketika dia sepenuhnya berbalik yang ada dihadapannya adalah manusia dan bukan Centaur, jadi dimana Archer? Dan siapa manusia ini?Saat itu suasananya sudah menjelang malam dan sekeliling mereka mulai terlihat suram dan gelap, wajar jika dia merasa tidak yakin dengan orang di hadapannya.“Kau...Siapa?!”“Gunakan bola yang kuberikan padamu, kurasa hanya tubuhku yang berubah tapi wajahku tidak. Kau pasti masih mengenalku.” Sosok itu hanya tergelak dengan tingkah irisha.Benar saja, Archer memberinya bola yang akan mengeluarkan cahaya saat berada dalam gelap, dia lupa
Archer mendekat pada lucien dan bertanya, “Apakah tidak ada cara untuk memancing mereka keluar? Jika tidak, ini akan memakan waktu yang lama bagi kita untuk menunggu mereka untuk menampakan diri, aku ingin segera istirahat.”Astaga, sepertinya Archer sudah tertular dengan sikap percaya dari dua orang Revor ini.Lucien terlihat berpikir sebentar, “Tentu saja ada-“ lucien berhenti sejenak kemudian melanjutkan dengan sebuah teriakan, “Kalian semua tidak mau keluar?! Sampai kapan kalian ingin menjadi pengecut?!”Irisha membulatkan matanya, bagaimana dia berteriak seperti itu seakan tidak ada beban sama sekali. Dia hanya sedkit khawatir, jika musuh mereka ternyata lebih kuat maka teriakan itu akan menjadi sebuah tindakan bunuh diri. Yang benar saja, dia tentu saja tidak ingin mati d
Lucien masih merasa bahwa dia tidak bisa menemukan apapun yang dapat menjawab pertanyaan mengenai kenapa Evander bisa tertawa begitu mudah dengan gadis mungil yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu. Bahkan dirinya yang sudah bersama Evander puluhan tahun tidak pernah benar-benar bisa membuat Evander tertawa.Lalu bagaimana gadis mungil ini bisa begitu mudah melakukannya?Apakah gadis mungil ini istimewa atau dia saja yang selama ini tidak pernah benar-benar dianggap berusaha? Lucien merasa dia bisa gila.Terlepas dari itu, dia sangat mengenal karakter seorang Evander dan sikap acuh tak acuh nya sudah diketahui bukan hanya oleh dirinya sendiri, tapi hampir semua orang yang sudah mengenalnya. Evander tidak pernah peduli dengan orang lain kecuali mereka yang sudah menjadi bagian dari hidupnya.Lantas, bagaimana dia bisa melihat s
Tepat pada saat matahari dengan malu-malu menampakan diri, mereka berempat akhirnya mencapai jalan masuk Arkadia yang begitu besar dan terhubung dengan dinding yang sama besarnya dan membentuk lingkaran yang menutupi seluruh wilayah Arkadia.Saat Irisha melihat jalan masuk menuju Arkadia ini, dia hanya ingin mengatakan mengapa plakat nama yang begitu besar bertuliskan 'Arkadia' ini terpampang nyata namun tidak ada gerbang atau penutup apapun dibawahnya. Jadi, apakah ini memang pintu masuk menuju Arkadia atau dia yang salah memahami sesuatu?Ataukah, memang semua ras bebas masuk ke Arkadia?Apakah karena Arkadia adalah wilayah dimana semua ras terbiasa berbaur bersama, jadi siapapun bisa masuk ke sana?Dia menatap Lucien dan Evander yang berjalan di sebelah kanan Archer, menimbang apakah dia harus menanyakan hal ini atau menyimpan pertanyaan ini sam
Rumahnya ini dapat dikatakan rumah yang cukup besar dibandingkan dengan rumahnya di dunia yang sebenarnya, dan juga tampilan rumah ini terkesan lebih mengarah pada kesederhanaan daripada kemewahan ataupun kemegahan. Dari tempatnya berdiri sekarang, dia bisa melihat bahwa rumah ini terdiri dari dua lantai.Jasindha membalikkan tubuhnya menghadap mereka, kemudian berkata : "Selamat datang di keluarga Maulvi dan juga selamat datang kembali dirumah, Putriku Isaura."Lucien mewakili mereka untuk menjawab, "Terima kasih nyonya Jasindha, kami sudah merepotkan Anda."Jasindha tersenyum, "Tidak ada yang merepotkan, pertolongan kalian untuk putriku benar-benar berkah besar yang tidak ternilai. Sekali lagi, terima kasih telah membantu putriku sampai kembali kemari dengan selamat.""Kami hanya kebetulan bertemu dengan Isaura dan Archer di pertengahan perjalanan mereka. Secara alami, Kami tidak mengambil andil besar."Jasindha
Hingga ratusan tahun kemudian, Moiroe masih akan menjadi Dewi yang paling dipuja. Meskipun mereka tidak menghendakinya, namun baik dewa ataupun manusia menghargai mereka begitu banyak. Kisah Sang dewi penengah yang menghilang selama tujuh ratus tahun untuk menghentikan musuhnya pun menjadi kisah yang diceritakan turun temurun dalam berbagai ras. Bangsa Centaur menjadi yang paling menghormati keberadaan sang dewi, sebab salah satu pemimpin mereka yang paling berani, dikenal sebagai Xantha Archer, menjadi yang pertama memegang teguh keyakinannya terhadap sang dewi, kemudian keyakinan ini akan berlangsung hingga generasi setelah dirinya. Niflheim masih terasa sangat dingin dan mencekam, tetapi setelah peristiwa penaklukan, sungai beracun yang ada di dalamnya tidak pernah lagi bergejolak, meninggalkan Ygdrassil dalam kedamaian. Perlahan, bangsa Dark Elf juga tidak lagi memangsa atau menghancurkan ras lain, meskipun keberadaan mereka masih mengalami penolakan oleh beberapa pihak. Kini
Ada suara kepakan burung di atas rumah, beberapa dari mereka nampaknya memutuskan untuk hinggap di jendela ataupun pagar rumah. Dari kejauhan terdengar gelak tawa anak-anak yang bermain dan berlarian di sepanjang jalan. Suara ketukan dari kuda yang berlarian dengan santai di Padang rumput juga ikut meramaikan suasana. Kupu-kupu berbagai warna sibuk terbang dan hinggap di antara puluhan bunga yang mekar dengan begitu indah. Salah satu kupu-kupu dengan sayap berwarna biru murni, dan garis-garis keperakan di sepanjang tepian sayapnya terbang sejenak menuju di puncak bunga berwarna putih bersih sebab tergoda oleh baunya yang begitu harum. Nampaknya itu tidak peduli bahwa bunga yang ia tempati tampaknya tengah berada pada tangan seseorang. "Isaura, setelah melewatkan tujuh ratus tahun perpisahan, aku masih tidak menyesal memiliki hatiku untukmu. Sudah begitu lama dan aku belum memiliki kesempatan untuk memberikannya, jadi, Isaura ... Sang dewi yang begitu ku cintai, maukah kau menerima h
Sejak kapan tepatnya ia mulai merasa iri terhadap saudaranya? Jika itu sejak kecil, ia sendiri tidak yakin. Sebab, sepanjang ingatannya, mereka berdua bergaul dengan sangat baik, karena hidup mereka bergantung kepada satu sama lain. "Saudaraku, suatu hari nanti kita akan tinggal di rumah yang hangat, dengan banyak bunga berbagai warna dan juga pepohonan, sehingga kita hanya akan merasakan angin yang segar bergulir, bukan dingin yang begitu mengigit seperti saat ini." Ia mengatakannya dengan penuh keyakinan saat itu, seakan-akan segala yang ia ucapkan sudah pasti. Saudaranya tidak banyak berbicara, tetapi masih mengiyakan. "Um, mari melakukannya." Sahut saudaranya saat itu. Meskipun tidak banyak berbicara, tetapi ia bisa melihat keyakinan yang sama ada di mata saudaranya. Mereka sama-sama ingin mewujudkannya. Mereka selalu tidur bersama, sebab Niflheim bukanlah tempat yang ramah, dan segala sesuatu dapat terjadi yang mungkin bisa memisahkan mereka berdua. Niflheim sangat keras. O
"Jadi, inikah yang kau katakan dengan tidak akan ragu-ragu lagi?" Isaura menatap pemandangan dihadapannya, mereka di kelilingi dengan salju yang terhampar di sepanjang mata memandang, udara dingin yang mengigit segera menyelimuti mereka. Tempat ini adalah Niflheim dimana Vidar dan juga Vilaevils pernah tinggal di sini. Tentu saja, Isaura segera berbalik ke arah Forseti, dengan raut penuh tanda tanya. Evander melangkah maju, dengan kewaspadaan di wajahnya, ia berdiri di depan Isaura, "mengapa kau membawa kami kesini?" Forseti menyadari kecurigaan pihak lain, bahkan ia juga melihat bahwa Nouna dan Morta yang mengikuti mereka juga menguarkan udara berbahaya di sekitar mereka. Ia segera angkat bicara, "tunggu dulu, biarkan aku menjelaskannya." Morta membalas ucapannya, "jangan bertele-tele, Forseti." Forseti segera melangkah sejauh sepuluh langkah di hadapan ketiganya, setelah memastikan bahwa jarak di antara mereka baik-baik saja, Forseti mulai berbicara, "alasan mengapa aku membaw
"Lakhesis, beraninya kau baru kembali saat ini!" Teriakan ini bergema bersamaan dengan satu sosok yang melesat dan menabrak Isaura, pelukan erat segera dirasakan olehnya saat itu. Membalas pelukan sosok di hadapannya, Isaura tertawa kecil sebelum kemudian berbicara, "Nouna, bagaimana kabarmu bisa memarahiku seperti ini?" Satu sosok lain yang baru saja muncul menyela keduanya, "meninggalkan kami selama tujuh ratus tahun tanpa ucapan selamat tinggal sama sekali, menurutmu apakah kami akan menyambutmu dengan perayaan?" Isaura melirik ke arah sosok yang baru saja berbicara, Isaura merentangkan satu tangannya dan memberikan isyarat mata kepada pihak lain untuk datang padanya. Sosok itu berjalan dengan teguh, tetapi pada akhirnya ia masih bergabung dalam pelukan itu. Dan mereka bertiga segera jatuh dalam keheningan guna melepaskan rindu yang telah menunggu selama tujuh ratus tahun. Sosok terakhir, Morta, dewi yang menentukan kematian mengusap puncak kepala Isaura setelah melepaskan pe
"Jadi kau bermaksud mengatakan, bahwa aku harus membangunkan saudariku sebelum aku memutuskan untuk menyelesaikan masalahku dengan Vilaevils?" Isaura bertanya, sembari meletakkan cangkir teh pada masing-masing dari mereka. "Kukira keduanya hanya mengasingkan diri dan bukannya tidur abadi." "Tadinya aku juga berpikir demikian," Sang Odin mengambil cangkir teh bagiannya ketika berbicara. "Setidaknya sampai mereka juga ikut menutup sumur Urd bersamanya." Keheningan jatuh untuk beberapa saat. Sampai Isaura bergumam kepada dirinya sendiri, "aku tidak menduga hal itu sama sekali." Sang Odin menanggapi dengan anggukan, "jadi itulah mengapa, sepertinya hanya kau yang bisa membuat mereka memiliki keinginan untuk bangun lagi. Sumur Urd juga sudah mencapai waktunya untuk dibuka kembali." "Um, kurasa juga begitu." Sahut Isaura. "Setelah ini, sepertinya aku harus kembali ke Asgard dan menemukan mereka." Sang Odin segera setuju, "kembalilah bersama denganku nanti." "Haruskah kau segera kembal
"Isaura, datang dan lihatlah, mereka berkata ingin bertemu denganmu!" Teriakan ini bergema saat Isaura tengah menyajikan beberapa hidangan yang telah ia selesaikan, ia segera menengok ke arah pintu dengan wajah ingin tahu. Siapa yang ingin bertemu dengannya hingga Lucien harus berteriak sedemikian rupa kepadanya? Tetapi, Isaura masih menanggapi, "baiklah, aku akan segera keluar." Beberapa waktu kemudian ketika Isaura akhirnya menunjukan dirinya, tidak ada siapapun di depan Lucien, yang membuat Isaura kebingungan, "Lucien? Bukankah baru saja kau berteriak tentang seseorang yang ingin bertemu denganku?" Lucien mengangguk, lalu ia berkata sambil menunjuk pada suatu arah, "yah, memang. Tetapi aku tidak mengatakan seseorang, aku mengatakan itu mereka." Isaura mengikuti ke arah mana jari telunjuk Lucien terarah, dan menemukan dua ekor burung gagak yang bertengger di salah satu dahan pohon yang berada di halaman rumah. Setelah mencoba mengingat siapa burung gagak itu, Isaura segera me
"Wahai, Maha bapa, apakah kau akan terus menjadi penonton dalam kisah Sang dewi utama ini?" Ratu Frigga, kekasih Sang Odin itu tersenyum kecil, tampaknya dia hanya sekedar memberikan pertanyaan yang serupa seperti sebuah basa-basi, namun sebagai pendampingnya, tentu saja Sang Odin merasakan petunjuk dalam perkataan ratunya itu. Sang Odin meraih jemari kekasihnya ketika ia bertanya-tanya dengan heran, "tidak biasa sekali bagimu, Frigga yang tersayang, untuk tiba-tiba mengangkat peristiwa semacam ini terhadapku?" Sang Ratu hanya tersenyum sembari menanggapi genggaman tangan kekasihnya. Namun hal itu membuat Sang Odin semakin bertanya-tanya, ia mengamati wajah Sang ratu dan menebak, "apakah aku telah melewatkan sesuatu yang penting, sayangku?" "Yah, jika ramalanku adalah sesuatu yang penting, maka memang benar kau telah melewatkannya, Maha bapa." Sang Odin segera menepuk dahinya dan tertawa kecil. "Oh, ternyata aku telah melewatkan ramalanmu, ratu yang tersayang. Sekarang, maukah k
"Apakah ada dari kalian yang menemukan jejak Neo?" Lucien menanyakan hal itu ketika Cato dan beberapa anggota pack Sethmolf datang mengunjungi rumah Isaura guna memastikan keadaannya. Mereka kini berkumpul di ruang tamu, dan Lucien akhirnya bergabung bersama mereka, menggantikan tuan rumah yang tidak dapat bergabung sementara waktu. Cato masih menunggu Evander dan Isaura yang berada di lantai atas, tetapi dia masih menanggapi pertanyaan pihak lain, "sejauh ini kami tidak merasakan jejaknya sama sekali, bahkan tidak di dekat pack. Tetapi sang alpha tetap meminta semua anggota untuk waspada, dan segera melaporkan selama melihat atau merasakan jejak Neo barang sedikitpun." "Itu bagus," sahut Lucien sembari mengangguk.Cato meliriknya, "apakah sihir yang merasuki Neo sangat berbahaya?" "Yah, dapat dikatakan begitu, sebab yang merasuki tubuh Neo itu, adalah musuh Isaura, mereka memiliki dendam yang cukup rumit."Cato memiliki kerutan di keningnya, "dendam macam apa itu? Mengapa aku tid