Home / Fantasi / MOIROE / CHAPTER 02 : CENTAUR ARCHER

Share

CHAPTER 02 : CENTAUR ARCHER

Author: Zhi
last update Last Updated: 2020-08-30 13:08:12

Semenjak mereka mulai berjalan hingga saat ini mereka belum saling memulai percakapan, Irisha sendiri sibuk memikirkan tentang bagaimana cara menemukan keluarganya jika mereka sudah sampai di Arkadia, dia bahkan tidak yakin apakah dia memiliki keluarga disini. Bagaimana jika dia berusaha keras untuk mencari mereka, padahal kenyataannya dia tidak punya, itu buang-buang tenaga namanya. 

Untuk melupakan masalah yang membuatnya semakin pusing ini, Irisha memutuskan untuk memulai percakapan dengan Centaur yang sudah membantunya ini.

"Apakah kau tidak perlu meminta izin pada Centaur yang lain?"

Centaur itu menjawab dengan santai sambil berjalan, "aku sudah menyampaikannya pada mereka."

"Kapan?" Seingatnya Centaur ini belum pergi kemana pun sejak dia bertemu dengannya tadi.

"Sejak aku menawarkan padamu untuk pergi ke Arkadia, aku menyampaikannya melalui pikiranku."

"Bisakah seperti itu? Itu hal yang hebat."

"Kami Ras Centaur biasa melakukannya."

"Begitukah? Maafkan aku yang tidak mengetahuinya."

"Tenang saja. Jika ada yang ingin kau tahu, kau bisa bertanya padaku. Aku akan menjawabnya jika aku bisa."

"Baiklah, terima kasih."

"Tidak masalah, jika kamu merasa takut akan terjatuh kamu bisa berpegangan pada pinggangku, tidak perlu merasa canggung. Kurasa kita sekarang menjadi teman bukan?" Sembari mengatakan hal itu, Centaur ini meraih tangannya dan meletakkannya di pinggangnya.

"Teman? Tentu saja. Aku sangat beruntung bisa berteman denganmu."

Centaur itu tertawa, "Tapi aku hanya seorang Centaur biasa, kau yakin tidak akan merasa malu berteman denganku, apalagi dengan bentuk tubuhku ini?"

"Bukankah kamu mengatakan bahwa di Arkadia manusia dan makhluk-makhluk seperti kalian sudah biasa hidup bersama? Jadi seharusnya tidak ada masalah." Lagipula, dia juga sangat bersyukur memiliki Centaur baik ini untuk menolongnya, dan bahkan secara teknis juga menjadi teman pertamanya di dunia ini. Seandainya bukan dia dan justru makhluk tidak jelas lain yang bertemu dengannya, apakah dia masih bisa bernafas dan duduk di atas kuda seperti sekarang? Dia tidak yakin.

"Memang begitu. Hanya saja aku tidak biasa membaur dan jarang pergi ke Arkadia, jadi aku tidak seperti Centaur yang ada disana. Aku lebih sering berada di Magnesia."

"Kau cukup ramah menurutku, seharusnya tidak akan sulit untuk membaur di Arkadia. Dan juga, jika aku punya keluarga kau pasti akan disambut di sana."

"Begitukah? Mungkin aku akan sering ke Arkadia mulai dari sekarang karena ada teman seperti kamu di sana." Kata Centaur itu sambil tertawa.

"Tentu saja, aku akan dengan senang hati menyambutmu."

Kemudian mereka tertawa bersama.

Tanpa sadar mereka terus bercakap-cakap selama perjalanan, sesekali Irisha juga akan menikmati pemandangan di hutan yang tidak sepenuhnya menakutkan, terkadang dia menemukan beberapa bunga yang sangat indah, atau pohon yang unik dan menarik. Sejujurnya dunia ini tidak seburuk yang dia kira. 

Dia harus belajar untuk menerima dunia ini yang jelas berbeda dengan dunia darimana dia berasal, dan mulai untuk beradaptasi. Dia masih memiliki kepercayaan besar bahwa dia seharusnya masih bisa kembali, hanya saja ... jika mungkin dia tidak pernah bisa kembali maka dia tidak bokeh berakhir menyedihkan di dunia ini karena ketidaktahuannya.

Pada tengah hari, Centaur itu membantunya memetik beberapa buah di hutan untuk dimakan dan juga mengatasi rasa haus. Buah ini berwarna orange cerah dan juga ada yang sedikit kecoklatan, ukurannya hanya sekitar satu genggaman tangan dan berbentuk bulat.

"Buah ini, apa namanya?" Tanya Irisha sambil mengigit buah ini perlahan. Rasanya cukup manis dengan sedikit asam dan cukup segar. Air yang terkandung didalamnya juga cukup untuk mengatasi rasa hausnya.

"Oh, buah ini disebut Kauki, bukankah rasanya cukup baik? Setidaknya lebih baik daripada kita kelaparan."

"Ini sangat baik. Ini pertama kalinya aku makan buah segar seperti ini." Kata Irisha, sambil tersenyum.

"Baguslah, itu berarti seleraku tidak buruk."

"Apakah kau sering memakan buah ini?" tanya Irisha sambil menoleh ke arah Centaur itu.

"Ini buah favoritku," jawab Centaur itu sambil tersenyum.

"Astaga, sebuah kehormatan untuk bisa memakan buah favorit dari teman baruku."

"Tidak masalah. Jika kau suka, makanlah lebih banyak."

Irisha terdiam sebentar, kemudian dia langsung menatap Centaur yang berada tidak jauh darinya itu." Kita sudah menjadi teman sejauh ini, jadi bolehkah aku bertanya siapa namamu?"

"Oh, benar! Namaku Xantha Archer, kau bisa memanggilku Xantha."

"Apakah boleh jika aku ingin memanggilmu Archer?"

"Tentu saja, tidak masalah."

"Tentang namaku, aku akan memberitahumu saat aku ingat, bagaimana?" Irisha memutuskan untuk tidak mengatakan nama yang sebenarnya sampai dia memastikan apakah dia memiliki nama lain di dunia ini, karena jika benar dia menempati tubuh orang lain maka tubuh ini pasti memiliki namanya sendiri. 

"Tidak masalah. Aku akan menunggu sampai saat itu karena kita sudah berteman kurasa tidak ada masalah." Kata Archer sambil melempar biji Kauki yang berwarna coklat dan berukuran kecil ke sembarang arah.

"Archer?" Irisha menatap Archer dengan pandangan menyelidik.

"Ya? Kenapa kau melihatku seperti itu? Kau tidak mungkin menyukaiku secepat ini kan?" Canda Archer sambil mengedipkan matanya. Rasanya sangat menyenangkan untuk bercanda dengan teman barunya ini, karena biasanya dia hanya memasang wajah kaku saat berjaga di perbatasan. Bahkan saat berada di Magnesia, dia hanya bersikap santai saat bersama dengan keluarganya saja. Entah bagaimana gadis ini berbeda hingga dia bisa bersikap santai di hadapannya.

"Astaga, aku baru tahu bahwa para Centaur memiliki sikap percaya diri yang sangat tinggi." Irisha menjawab sambil tertawa. "Aku hanya merasa penasaran, kenapa kamu mau membantuku? Maksudku, aku hanya orang asing dan bahkan aku hampir menerobos perbatasan ras mu, bukankah seharusnya aku mendapat hukuman?"

Archer terdiam, "Kau hanya hampir dan belum sepenuhnya menerobos, dan pada awalnya aku ada di sana untuk mengingatkanmu karena itu sudah tugasku. Kemudian aku pikir, tidak masalah jika aku menolongmu karena aku tidak mungkin membiarkanmu terus berada di sana dan mendapat beberapa masalah dari rasku."

Dia mengangkat alisnya, "Tunggu, kau bilang itu tugasmu, jadi ... kau seorang prajurit?"

"Benar, aku prajurit penjaga perbatasan. Ya, hanya prajurit tingkat rendah sebenarnya."

Irisha terkejut, "Jadi kenapa kamu justru meninggalkan posisimu dan pergi membantuku? Bagaimana bisa pemimpin mu mengizinkan hal itu?"

"Kenapa tidak? aku bilang aku harus membantu seorang gadis manusia untuk kembali pulang. Kau terlalu menyedihkan untuk dibiarkan kembali sendirian." Archer menjawab sambil tertawa.

"Aku rasa pemimpin mu akan salah mengira kau akan mengantarkan kekasih manusia mu pulang." Kata Irisha sambil memasang wajah kesal, namun sebenarnya hatinya merasa terhibur karena candaan Archer setidaknya dia bisa melepaskan dirinya dari puluhan pertanyaan yang bertumpuk di kepalanya.

"Prajurit seperti kami jarang memikirkan tentang pasangan, apalagi pemimpinku sangat mengenalku jadi dia pasti tidak pernah terbesit untuk memikirkan tentang hal seperti 'aku mengantar kekasih manusia ku pulang' lagipula hubungan silang seperti ini masih jarang yang mencapai sakral." Jawab Archer dengan yakin sembari sedikit tersenyum.

Irisha tertawa, "apakah ternyata teman baruku ini seburuk itu dalam hal wanita?" 

"Apa kau baru saja mengejekku?" Tanya Archer sambil melirik dan pura-pura marah.

"Tentu saja tidak, Archer temanku adalah prajurit yang sangat tangguh." Irisha menahan tawa.

"Kita baru saling mengenal kurang dari sehari, bagaimana kau yakin aku prajurit yang tangguh?" Archer melirik gadis yang tidak jauh darinya itu, sepertinya dimasa yang akan datang dia merasa bahwa dia tidak akan menyesal telah berteman dengan gadis ini.

"Hanya tebakan, tapi aku yakin itu benar." Archer menemukan tatapan gadis itu penuh dengan keyakinan.

"Yah, aku hanya prajurit tingkat dasar, tapi karena aku temanmu tentu saja aku harus tangguh." Archer merasa suatu saat nanti dia harus membalas keyakinan gadis ini.

"Percayalah, takdirmu pasti akan menjadi orang yang tangguh kelak."

Entah mengapa, Irisha merasa sangat yakin bahwa Centaur sahabatnya akan menjadi seperti yang dia katakan. Apa karena dia sudah menolongnya? Ntah lah dia sendiri tidak mengerti tindakannya ini.

Waktu semakin beranjak mendekati waktu sore hari dan Archer memutuskan bahwa mereka harus segera berangkat dan melanjutkan perjalanan supaya mereka segera mencapai perbatasan Arkadia paling lambat esok hari.

"Seharusnya kita bisa mencapai Arkadia esok menjelang pagi, semoga saja kita tidak mengalami gangguan di malam hari." Archer merasa perlu memberitahu hal itu pada gadis di belakangnya.

"Gangguan ... di malam hari?" Apakah itu gangguan perampok atau gangguan dari makhluk lain? Dia sendiri tidak yakin.

"Ya, terkadang ada beberapa makhluk dari ras lain yang mencari masalah di malam hari sebab kita berada di area hutan yang bebas, semua bisa datang dan pergi, apapun itu."

Apapun? Memangnya ada berapa banyak lagi ras di dunia ini?

Archer masih melanjutkan, "Terkadang kita juga akan menghadapi perampok yang merasa memiliki sebuah wilayah di hutan atau merasa berhak mengambil barang siapapun yang melewatinya.

"Perampok ini, apakah mereka dari ras manusia seperti aku?"

"Oh itu belum pasti. Terkadang beberapa Lycan juga akan merampok, ada juga Orc. Tapi jangan khawatir dengan keselamatanmu, mereka biasanya dari kalangan rendah dan aku masih bisa mengatasinya selama jumlah mereka tidak melebihi sepuluh orang."

Irisha menatap punggung Centaur didepannya ini, dia tidak mengira Archer akan sebaik itu padanya. Dia tahu dengan baik bahwa karakter seperti Archer bukanlah orang yang akan dengan mudah mengulurkan bantuan pada orang lain, dia mengerti hal ini. Tapi katakanlah bahwa dia sangat beruntung  untuk menerima kebaikan dari Centaur yang satu ini. 

"Apakah kamu pikir aku meragukannya? Kau seorang prajurit, aku yakin kamu bahkan bisa mengalahkan dua kali lipatnya." Irisha cukup yakin dengan intuisinya.

"Kalau begitu, apakah kamu meragukan kemampuanku?" Tanya Archer sambil melirik ke belakang.

"Kau temanku. Dan aku tidak pernah meragukan orang yang sudah menjadi temanku bahkan jika pada akhirnya mereka akan mengkhianati aku sekalipun."

Tiba-tiba Archer merasa hatinya menegang, "Apakah kamu kehilangan ingatanmu mungkin saja karena seseorang yang telah mengkhianati kepercayaan mu ini?"

"Eh? Aku tidak tau, aku melupakan semuanya. Bahkan ini terasa seperti aku terlahir kembali." Kata Irisha sambil memegang kepalanya. Dia sebenarnya merasa agak tidak enak karena harus berbohong pada Archer yang sudah baik padanya, tapi untuk mengatakan semua kebenaran padanya akan lebih tidak mungkin lagi. 

"Aku katakan padamu, aku bisa melawan dua puluh orang jika aku terdesak. Tapi saat ini ada kau, aku akan melindunginya bagaimana pun caranya. Karena aku teman pertamamu setelah semua. Tidak masalah kalau kamu tidak bisa mengingat kembali apa yang sudah kamu lupakan, apapun yang terjadi aku adalah temanmu." Archer mengatakannya sambil sedikit menoleh kebelakang untuk menunjukan ketegasan dari kata-katanya.

Dia terkejut. Namun, dia merasa bahwa dia bisa mempercayai Archer apapun keadaannya, orang seperti Archer adalah orang yang selalu dia harapkan ada di dunia tempat ia berasal. Orang yang akan selalu mendukungnya apapun yang terjadi padanya, melindunginya tidak peduli apapun yang terjadi. 

Menemukan Archer membuatnya menyadari satu pertanyaan,

Apakah dunia ini justru tempatnya yang sesungguhnya?

Dia menggenggam erat pada baju dari kulit di pinggang Archer, "Archer ... terima kasih. Aku seperti menemukan seorang kakak laki-laki."

Archer tertawa, "Apakah aku sebaik itu?"

"Lupakan saja. Karena kau tertawa aku merasa bahwa aku harus memikirkannya kembali. " Dia pura-pura merajuk.

"Astaga, adik perempuanku merajuk ternyata." Archer masih setia tertawa.

"Aku rasa di kehidupan sebelumnya mungkin saja kita memang bersaudara, kita belum ada sehari saling mengenal tapi kita sudah seakrab ini, rasanya ini tidak seperti diriku yang biasanya." Archer mengatakannya sambil menatap menerawang langit. 

Irisha terdiam sambil berpikir, "Kau percaya pada kelahiran kembali?" 

"Kenapa tidak, aku yakin para dewa di Asgard beberapa di antara mereka bertugas mengurus siklus kelahiran kembali, beberapa dewa yang pernah datang ke Magnesia juga pernah mengatakan itu. Namun kelahiran kembali selalu terjadi setelah ratusan atau bahkan ribuan tahun lamanya. Itulah kenapa selain dewa sangat sedikit yang bisa membuktikannya."

"Asgard ... tempat para dewa?" Irisha merasa dia akan belajar banyak hal mulai hari ini, banyak sekali istilah yang harus dia ingat di otaknya yang berkapasitas pas-pasan saja. 

Archer sedikit tertawa, "Kau bahkan tidak tau tentang Asgard? Sepertinya kau memang terlahir kembali setelah kepalamu terbentur. Asgard adalah bangsa tempat para dewa, dan hanya ada dua kata yang dianggap bisa menggambarkan Asgard 'Sangat Indah!'"

"Kau pernah ke sana?" Irisha cukup penasaran dengan Asgard ini, karena sepertinya inilah tempat yang dikagumi oleh semua ras. 

"Tidak pernah, aku hanya mendengar dari tetua kami yang pernah ke Asgard, karena tidak semua orang yang bisa masuk ke Asgard. Asgard adalah tempat para dewa tentu saja mereka tidak ingin beresiko merusak tatanan dunia Ygdrassil dan membuat Tuhan murka."

Irisha menangkap sesuatu, "Kau ingin ke sana?" 

"Apakah aku terlihat terlalu bersemangat? Sejujurnya aku hanya ingin membuktikan apakah semua cerita tentang Asgard itu benar, dan jika bisa sekali saja dalam seumur hidup, aku ingin melihat Sang Odin. 

"Dan ... siapa itu sang Odin?" Irisha merasa sangat bodoh. 

"Sang Odin adalah pemimpin para dewa di Asgard. Dia terkenal dengan kekuatan dan kebijaksanaan yang tidak bisa ditandingi siapapun, dan dia adalah teladan untuk para raja dan pangeran maka dari itu aku ingin melihatnya walaupun hanya sekali."

Mendengar cerita Archer, dia menjadi berpikir bahwa sebaiknya dia tidak pernah ke Asgard ataupun bertemu para dewa. Karena jika dia sampai bertemu dengan mereka dan kemudian mereka menyadari bahwa dia adalah manusia dari dunia yang berbeda, maka dia tidak tahu bagaimana nasibnya. 

"Baiklah, kita akan melanjutkan ceritanya nanti. Langit sudah mulai gelap, sebaiknya kita mulai mencari tempat yang nyaman beristirahat sehingga kau bisa tidur dan aku akan membuat api unggun untuk menghangatkan kita nanti." 

"Baiklah."

Kemudian, mereka berdua mulai meneliti tempat di  sekitar mereka yang terlihat cukup nyaman dan terlindungi untuk dijadikan tempat istirahat. 

Related chapters

  • MOIROE   CHAPTER 03 : BANTUAN SANG ROVER (Part 01)

    Setelah menemukan sebuah pohon besar yang terasa cukup nyaman juga terlindungi akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di bawahnya. Kemudian, Archer pergi sejenak untuk mencari kayu bakar.Sesaat kemudian...Dia mendengar seseorang menjatuhkan tumpukan kayu di belakangnya dan berbalik untuk menemukan Archer. Namun, ketika dia sepenuhnya berbalik yang ada dihadapannya adalah manusia dan bukan Centaur, jadi dimana Archer? Dan siapa manusia ini?Saat itu suasananya sudah menjelang malam dan sekeliling mereka mulai terlihat suram dan gelap, wajar jika dia merasa tidak yakin dengan orang di hadapannya.“Kau...Siapa?!”“Gunakan bola yang kuberikan padamu, kurasa hanya tubuhku yang berubah tapi wajahku tidak. Kau pasti masih mengenalku.” Sosok itu hanya tergelak dengan tingkah irisha.Benar saja, Archer memberinya bola yang akan mengeluarkan cahaya saat berada dalam gelap, dia lupa

    Last Updated : 2020-09-05
  • MOIROE   CHAPTER 04 : BANTUAN SANG ROVER (Part 02)

    Archer mendekat pada lucien dan bertanya, “Apakah tidak ada cara untuk memancing mereka keluar? Jika tidak, ini akan memakan waktu yang lama bagi kita untuk menunggu mereka untuk menampakan diri, aku ingin segera istirahat.”Astaga, sepertinya Archer sudah tertular dengan sikap percaya dari dua orang Revor ini.Lucien terlihat berpikir sebentar, “Tentu saja ada-“ lucien berhenti sejenak kemudian melanjutkan dengan sebuah teriakan, “Kalian semua tidak mau keluar?! Sampai kapan kalian ingin menjadi pengecut?!”Irisha membulatkan matanya, bagaimana dia berteriak seperti itu seakan tidak ada beban sama sekali. Dia hanya sedkit khawatir, jika musuh mereka ternyata lebih kuat maka teriakan itu akan menjadi sebuah tindakan bunuh diri. Yang benar saja, dia tentu saja tidak ingin mati d

    Last Updated : 2020-09-29
  • MOIROE   CHAPTER 05 : MENUJU ARKADIA

    Lucien masih merasa bahwa dia tidak bisa menemukan apapun yang dapat menjawab pertanyaan mengenai kenapa Evander bisa tertawa begitu mudah dengan gadis mungil yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu. Bahkan dirinya yang sudah bersama Evander puluhan tahun tidak pernah benar-benar bisa membuat Evander tertawa.Lalu bagaimana gadis mungil ini bisa begitu mudah melakukannya?Apakah gadis mungil ini istimewa atau dia saja yang selama ini tidak pernah benar-benar dianggap berusaha? Lucien merasa dia bisa gila.Terlepas dari itu, dia sangat mengenal karakter seorang Evander dan sikap acuh tak acuh nya sudah diketahui bukan hanya oleh dirinya sendiri, tapi hampir semua orang yang sudah mengenalnya. Evander tidak pernah peduli dengan orang lain kecuali mereka yang sudah menjadi bagian dari hidupnya.Lantas, bagaimana dia bisa melihat s

    Last Updated : 2020-09-29
  • MOIROE   CHAPTER 06 : ARKADIA

    Tepat pada saat matahari dengan malu-malu menampakan diri, mereka berempat akhirnya mencapai jalan masuk Arkadia yang begitu besar dan terhubung dengan dinding yang sama besarnya dan membentuk lingkaran yang menutupi seluruh wilayah Arkadia.Saat Irisha melihat jalan masuk menuju Arkadia ini, dia hanya ingin mengatakan mengapa plakat nama yang begitu besar bertuliskan 'Arkadia' ini terpampang nyata namun tidak ada gerbang atau penutup apapun dibawahnya. Jadi, apakah ini memang pintu masuk menuju Arkadia atau dia yang salah memahami sesuatu?Ataukah, memang semua ras bebas masuk ke Arkadia?Apakah karena Arkadia adalah wilayah dimana semua ras terbiasa berbaur bersama, jadi siapapun bisa masuk ke sana?Dia menatap Lucien dan Evander yang berjalan di sebelah kanan Archer, menimbang apakah dia harus menanyakan hal ini atau menyimpan pertanyaan ini sam

    Last Updated : 2020-09-29
  • MOIROE   CHAPTER 07 : MEMORI ATAU ILUSI

    Rumahnya ini dapat dikatakan rumah yang cukup besar dibandingkan dengan rumahnya di dunia yang sebenarnya, dan juga tampilan rumah ini terkesan lebih mengarah pada kesederhanaan daripada kemewahan ataupun kemegahan. Dari tempatnya berdiri sekarang, dia bisa melihat bahwa rumah ini terdiri dari dua lantai.Jasindha membalikkan tubuhnya menghadap mereka, kemudian berkata : "Selamat datang di keluarga Maulvi dan juga selamat datang kembali dirumah, Putriku Isaura."Lucien mewakili mereka untuk menjawab, "Terima kasih nyonya Jasindha, kami sudah merepotkan Anda."Jasindha tersenyum, "Tidak ada yang merepotkan, pertolongan kalian untuk putriku benar-benar berkah besar yang tidak ternilai. Sekali lagi, terima kasih telah membantu putriku sampai kembali kemari dengan selamat.""Kami hanya kebetulan bertemu dengan Isaura dan Archer di pertengahan perjalanan mereka. Secara alami, Kami tidak mengambil andil besar."Jasindha

    Last Updated : 2020-09-29
  • MOIROE   CHAPTER 08 : PERTEMANAN SEMACAM INI

    Perempuan yang sejak tadi berada dibelakang laki-laki itu akhirnya melangkah maju dan memegang bahu pria di hadapannya, "Neo, bersabarlah sebentar... Mengapa kami menjadi begitu impulsif, ah! Kau akan menyakiti Isaura dengan antusiasme yang kau miliki ini."Selanjutnya dia menatap ke arah Isaura dan tampaknya juga tidak mampu menahan dirinya untuk memeluk Isaura, merengkuh pelan dalam pelukan yang sangat erat, "Mengetahui bahwa kau kembali dengan selamat membuat kami sangat bahagia, sehingga kami sedikit lupa untuk menahan diri ataupun bertanya bagaimana keadaanmu saat ini. Maafkan kami. Tapi sungguh aku bahagia sekali bisa memelukmu sekali lagi, disaat aku berpikir aku tidak akan pernah bisa melakukannya jika kau tidak pernah kembali."Isaura yang hanya dalam waktu beberapa saat harus kembali menghadapi dua sosok baru dihadapannya dan juga mereka baru saja memeluknya tidak bisa tidak mengh

    Last Updated : 2020-09-29
  • MOIROE   CHAPTER 09 : CHILDHOOD

    Neo berasal dari Ras Werewolf.Jadi sebenarnya Isaura yang asli sama sekali tidak membatasi dengan siapa dia berteman, dia tidak hanya berteman dengan sesama manusia, tapi sebenarnya teman baiknya sejak bayi adalah seorang Werewolf. Maka dari itu, Isaura yang dulu pastinya adalah anak yang baik dan sederhana, yang bahkan tidak perlu repot untuk memilah dengan siapa dia berteman.Tunggu!Jika Isaura dan Neo berteman sejak bayi, maka Jasindha seharusnya mengetahui bahwa Neo adalah seorang Werewolf, mengapa dia memutuskan untuk membiarkan mereka tumbuh bersama?Maksudnya, seorang ibu biasanya akan sangat protektif terhadap pergaulan anak mereka. Jadi, naluri seorang ibu mereka biasanya akan memilah dengan serius tentang dengan siapa buah hati mereka berteman.Isaura menghela nafas, tampaknya ibunda Jasindha ini benar-benar baik.Tiba-tiba d

    Last Updated : 2020-09-29
  • MOIROE   CHAPTER 10 : DIA GILA

    "Mengapa kau justru duduk sendirian disini?"Isaura memandang kearah datangnya suara yang sebelumnya bertanya padanya, dia mendapati Neo yang sedang berjalan menuju ke arahnya.Saat ini dia sendiri sedang duduk di bangku taman bunga, yang menurut ibundanya merupakan taman bunga kesayangannya, ah, mungkin maksudnya kesayangan Isaura yang asli, bukan dirinya. Tapi mau tak mau dia harus mengakui bahwa taman bunga ini memang memiliki pesonanya sendiri."Aku hanya sedang ingin mencoba mencari kenangan ku di taman ini, aku tidak mengerti tapi aku sangat senang berada disini. Dan, mengapa kau kemari? Apakah ibunda sudah selesai denganmu?" Dia menatap ke arahnya."Yah, ibundamu terlalu antusias untuk membuat teman-teman baru yang kau bawa merasa senyaman mungkin disini, sehingga ia tidak memiliki waktu untuk memberi hukuman kecil padaku." Dia m

    Last Updated : 2020-09-29

Latest chapter

  • MOIROE   EPILOG

    Hingga ratusan tahun kemudian, Moiroe masih akan menjadi Dewi yang paling dipuja. Meskipun mereka tidak menghendakinya, namun baik dewa ataupun manusia menghargai mereka begitu banyak. Kisah Sang dewi penengah yang menghilang selama tujuh ratus tahun untuk menghentikan musuhnya pun menjadi kisah yang diceritakan turun temurun dalam berbagai ras. Bangsa Centaur menjadi yang paling menghormati keberadaan sang dewi, sebab salah satu pemimpin mereka yang paling berani, dikenal sebagai Xantha Archer, menjadi yang pertama memegang teguh keyakinannya terhadap sang dewi, kemudian keyakinan ini akan berlangsung hingga generasi setelah dirinya. Niflheim masih terasa sangat dingin dan mencekam, tetapi setelah peristiwa penaklukan, sungai beracun yang ada di dalamnya tidak pernah lagi bergejolak, meninggalkan Ygdrassil dalam kedamaian. Perlahan, bangsa Dark Elf juga tidak lagi memangsa atau menghancurkan ras lain, meskipun keberadaan mereka masih mengalami penolakan oleh beberapa pihak. Kini

  • MOIROE   CHAPTER 68 : AKHIR KISAH

    Ada suara kepakan burung di atas rumah, beberapa dari mereka nampaknya memutuskan untuk hinggap di jendela ataupun pagar rumah. Dari kejauhan terdengar gelak tawa anak-anak yang bermain dan berlarian di sepanjang jalan. Suara ketukan dari kuda yang berlarian dengan santai di Padang rumput juga ikut meramaikan suasana. Kupu-kupu berbagai warna sibuk terbang dan hinggap di antara puluhan bunga yang mekar dengan begitu indah. Salah satu kupu-kupu dengan sayap berwarna biru murni, dan garis-garis keperakan di sepanjang tepian sayapnya terbang sejenak menuju di puncak bunga berwarna putih bersih sebab tergoda oleh baunya yang begitu harum. Nampaknya itu tidak peduli bahwa bunga yang ia tempati tampaknya tengah berada pada tangan seseorang. "Isaura, setelah melewatkan tujuh ratus tahun perpisahan, aku masih tidak menyesal memiliki hatiku untukmu. Sudah begitu lama dan aku belum memiliki kesempatan untuk memberikannya, jadi, Isaura ... Sang dewi yang begitu ku cintai, maukah kau menerima h

  • MOIROE   CHAPTER 67 : VILAEVILS

    Sejak kapan tepatnya ia mulai merasa iri terhadap saudaranya? Jika itu sejak kecil, ia sendiri tidak yakin. Sebab, sepanjang ingatannya, mereka berdua bergaul dengan sangat baik, karena hidup mereka bergantung kepada satu sama lain. "Saudaraku, suatu hari nanti kita akan tinggal di rumah yang hangat, dengan banyak bunga berbagai warna dan juga pepohonan, sehingga kita hanya akan merasakan angin yang segar bergulir, bukan dingin yang begitu mengigit seperti saat ini." Ia mengatakannya dengan penuh keyakinan saat itu, seakan-akan segala yang ia ucapkan sudah pasti. Saudaranya tidak banyak berbicara, tetapi masih mengiyakan. "Um, mari melakukannya." Sahut saudaranya saat itu. Meskipun tidak banyak berbicara, tetapi ia bisa melihat keyakinan yang sama ada di mata saudaranya. Mereka sama-sama ingin mewujudkannya. Mereka selalu tidur bersama, sebab Niflheim bukanlah tempat yang ramah, dan segala sesuatu dapat terjadi yang mungkin bisa memisahkan mereka berdua. Niflheim sangat keras. O

  • MOIROE   CHAPTER 66 : PENAKLUKAN

    "Jadi, inikah yang kau katakan dengan tidak akan ragu-ragu lagi?" Isaura menatap pemandangan dihadapannya, mereka di kelilingi dengan salju yang terhampar di sepanjang mata memandang, udara dingin yang mengigit segera menyelimuti mereka. Tempat ini adalah Niflheim dimana Vidar dan juga Vilaevils pernah tinggal di sini. Tentu saja, Isaura segera berbalik ke arah Forseti, dengan raut penuh tanda tanya. Evander melangkah maju, dengan kewaspadaan di wajahnya, ia berdiri di depan Isaura, "mengapa kau membawa kami kesini?" Forseti menyadari kecurigaan pihak lain, bahkan ia juga melihat bahwa Nouna dan Morta yang mengikuti mereka juga menguarkan udara berbahaya di sekitar mereka. Ia segera angkat bicara, "tunggu dulu, biarkan aku menjelaskannya." Morta membalas ucapannya, "jangan bertele-tele, Forseti." Forseti segera melangkah sejauh sepuluh langkah di hadapan ketiganya, setelah memastikan bahwa jarak di antara mereka baik-baik saja, Forseti mulai berbicara, "alasan mengapa aku membaw

  • MOIROE   CHAPTER 65 : KEJUJURAN FORSETI

    "Lakhesis, beraninya kau baru kembali saat ini!" Teriakan ini bergema bersamaan dengan satu sosok yang melesat dan menabrak Isaura, pelukan erat segera dirasakan olehnya saat itu. Membalas pelukan sosok di hadapannya, Isaura tertawa kecil sebelum kemudian berbicara, "Nouna, bagaimana kabarmu bisa memarahiku seperti ini?" Satu sosok lain yang baru saja muncul menyela keduanya, "meninggalkan kami selama tujuh ratus tahun tanpa ucapan selamat tinggal sama sekali, menurutmu apakah kami akan menyambutmu dengan perayaan?" Isaura melirik ke arah sosok yang baru saja berbicara, Isaura merentangkan satu tangannya dan memberikan isyarat mata kepada pihak lain untuk datang padanya. Sosok itu berjalan dengan teguh, tetapi pada akhirnya ia masih bergabung dalam pelukan itu. Dan mereka bertiga segera jatuh dalam keheningan guna melepaskan rindu yang telah menunggu selama tujuh ratus tahun. Sosok terakhir, Morta, dewi yang menentukan kematian mengusap puncak kepala Isaura setelah melepaskan pe

  • MOIROE   CHAPTER 64 : BANGKITKAN SAUDARINYA

    "Jadi kau bermaksud mengatakan, bahwa aku harus membangunkan saudariku sebelum aku memutuskan untuk menyelesaikan masalahku dengan Vilaevils?" Isaura bertanya, sembari meletakkan cangkir teh pada masing-masing dari mereka. "Kukira keduanya hanya mengasingkan diri dan bukannya tidur abadi." "Tadinya aku juga berpikir demikian," Sang Odin mengambil cangkir teh bagiannya ketika berbicara. "Setidaknya sampai mereka juga ikut menutup sumur Urd bersamanya." Keheningan jatuh untuk beberapa saat. Sampai Isaura bergumam kepada dirinya sendiri, "aku tidak menduga hal itu sama sekali." Sang Odin menanggapi dengan anggukan, "jadi itulah mengapa, sepertinya hanya kau yang bisa membuat mereka memiliki keinginan untuk bangun lagi. Sumur Urd juga sudah mencapai waktunya untuk dibuka kembali." "Um, kurasa juga begitu." Sahut Isaura. "Setelah ini, sepertinya aku harus kembali ke Asgard dan menemukan mereka." Sang Odin segera setuju, "kembalilah bersama denganku nanti." "Haruskah kau segera kembal

  • MOIROE   CHAPTER 63 : FORSETI BERTAMU

    "Isaura, datang dan lihatlah, mereka berkata ingin bertemu denganmu!" Teriakan ini bergema saat Isaura tengah menyajikan beberapa hidangan yang telah ia selesaikan, ia segera menengok ke arah pintu dengan wajah ingin tahu. Siapa yang ingin bertemu dengannya hingga Lucien harus berteriak sedemikian rupa kepadanya? Tetapi, Isaura masih menanggapi, "baiklah, aku akan segera keluar." Beberapa waktu kemudian ketika Isaura akhirnya menunjukan dirinya, tidak ada siapapun di depan Lucien, yang membuat Isaura kebingungan, "Lucien? Bukankah baru saja kau berteriak tentang seseorang yang ingin bertemu denganku?" Lucien mengangguk, lalu ia berkata sambil menunjuk pada suatu arah, "yah, memang. Tetapi aku tidak mengatakan seseorang, aku mengatakan itu mereka." Isaura mengikuti ke arah mana jari telunjuk Lucien terarah, dan menemukan dua ekor burung gagak yang bertengger di salah satu dahan pohon yang berada di halaman rumah. Setelah mencoba mengingat siapa burung gagak itu, Isaura segera me

  • MOIROE   CHAPTER 62 : ASGARD BERTINDAK

    "Wahai, Maha bapa, apakah kau akan terus menjadi penonton dalam kisah Sang dewi utama ini?" Ratu Frigga, kekasih Sang Odin itu tersenyum kecil, tampaknya dia hanya sekedar memberikan pertanyaan yang serupa seperti sebuah basa-basi, namun sebagai pendampingnya, tentu saja Sang Odin merasakan petunjuk dalam perkataan ratunya itu. Sang Odin meraih jemari kekasihnya ketika ia bertanya-tanya dengan heran, "tidak biasa sekali bagimu, Frigga yang tersayang, untuk tiba-tiba mengangkat peristiwa semacam ini terhadapku?" Sang Ratu hanya tersenyum sembari menanggapi genggaman tangan kekasihnya. Namun hal itu membuat Sang Odin semakin bertanya-tanya, ia mengamati wajah Sang ratu dan menebak, "apakah aku telah melewatkan sesuatu yang penting, sayangku?" "Yah, jika ramalanku adalah sesuatu yang penting, maka memang benar kau telah melewatkannya, Maha bapa." Sang Odin segera menepuk dahinya dan tertawa kecil. "Oh, ternyata aku telah melewatkan ramalanmu, ratu yang tersayang. Sekarang, maukah k

  • MOIROE   CHAPTER 61 : PERASAAN CATO

    "Apakah ada dari kalian yang menemukan jejak Neo?" Lucien menanyakan hal itu ketika Cato dan beberapa anggota pack Sethmolf datang mengunjungi rumah Isaura guna memastikan keadaannya. Mereka kini berkumpul di ruang tamu, dan Lucien akhirnya bergabung bersama mereka, menggantikan tuan rumah yang tidak dapat bergabung sementara waktu. Cato masih menunggu Evander dan Isaura yang berada di lantai atas, tetapi dia masih menanggapi pertanyaan pihak lain, "sejauh ini kami tidak merasakan jejaknya sama sekali, bahkan tidak di dekat pack. Tetapi sang alpha tetap meminta semua anggota untuk waspada, dan segera melaporkan selama melihat atau merasakan jejak Neo barang sedikitpun." "Itu bagus," sahut Lucien sembari mengangguk.Cato meliriknya, "apakah sihir yang merasuki Neo sangat berbahaya?" "Yah, dapat dikatakan begitu, sebab yang merasuki tubuh Neo itu, adalah musuh Isaura, mereka memiliki dendam yang cukup rumit."Cato memiliki kerutan di keningnya, "dendam macam apa itu? Mengapa aku tid

DMCA.com Protection Status