Share

BAB 3

Penulis: Maychan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-01 10:53:27

Para pengemudi ojek yang berpangkalan di mulut desa Baros, wilayah terjauh di kecamatan cililin kabupaten Bandung, menatap serempak pada bus kendaraan umum yang berhenti perlahan di bawah lampu jalan yang bersinar redup.

Tidak ada yang berdiri ataupun merebut calon penumpang. Karena mereka sudah terbiasa membiarkan calon penumpang memilih sendiri ojek yang di sukai. Mereka juga menyepakati perjanjian yang tidak tertulis, apabila salah satu ojek terpakai terus menerus sementara yang lain kebanyakan menganggur, maka ojek yang laku keras itu harus berbagi sedikit rezeki nya pada rekan-rekan yang kurang beruntung. Baik itu berupa uang, maupun beberapa batang rokok atau juga dengan berpura-pura mengutak-atik sepeda motornya yang tidak mengalami kerusakan apapun, seraya menganjurkan si calon penumpang untuk naik ojek yang lain saja.

Hanya satu penumpang yang turun dari kendaraan umum itu, dan kembali bus itupun melanjutkan perjalanannya. Seorang laki-laki yang berusia sekitar 30 tahun, berpakaian rapih dengan tas mewah berukuran sedang terjinjing di satu tangan, serta sebuah kantong plastik yang tampak terisi oleh-oleh di tangan satunya lagi.

Laki-laki itu melihat sekilas saja pada kumpulan ojek di pinggir jalan, dengan pandangan kurang berminat. Setelahnya ia kemudian melangkah lesu menuju warung yang tampak terang benderang.

Beberapa lelaki yang tengah sibuk mempelajari sejumlah kertas yang beraneka ragam berserakan di atas meja, menoleh memperhatikan si pendatang. Yang di perhatikan melempar senyum sopan. Sambil ekor matanya melirik pada kertas-kertas yang berserakan di atas meja. Ternyata kertas ramalan-ramalan, serta Carikan kertas yang di penuhi coretan angka, Apalagi kalau bukan rumus hitungan nomor judi Singapura yang di ramalkan bakal keluar pada putaran mendatang.

Si pendatang lalu memilih bangku kosong untuk meletakkan barang bawaannya, lantas ia duduk dengan perlahan, dan ia mulai memesan secangkir minuman pada wanita pemilik warung dengan bergumam lelah.

"Kopi buk, yang encer. Gulanya pun sedikit saja ...."

Para pecandu judi kembali menyibukkan diri dengan rumus-rumus hitungan mereka, sementara si pendatang meluruskan punggung dan menarik nafas dalam-dalam.

Agung Bratamangala memang butuh istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya.

Tidak ada masalah dengan punggungnya semenjak ia naik bus dari lahat ke Palembang di teruskan naik pesawat ke Jakarta. begitupun ketika ia menyambung naik bus lagi dari Jakarta sampai kemudian turun di Cimareme, dimana ia berganti kendaraan sampai ke cililin. Namun setelah sekian kalinya berpindah kendaraan menuju desa Baros, barulah tulang punggung Agung yang belum lama sembuh dari operasi, terasa sakit, itu di karenakan jalan rusak berat semenjak dari cililin tadi. Ditambah kondisi kendaraan yang ia tumpangi, selain sudah reot, shockbreaker pada kendaraan itu tidak berfungsi pula.

Si pemilik warung meletakkan minuman yang di pesan oleh Agung. Disertai dengan pertanyaan simpatik. "Capek, nak?"

"Yah ..." ucap Agung dengan tidak bersemangat.

"Habis menempuh perjalanan jauh ya?" tanya pemilik warung itu lagi.

Agung hanya mengangguk lesu.

"Kalau boleh tau, kamu dari mana?"

"Lahat." ucap Agung singkat.

"Lahat. di mana itu?" ucap pemilik warung dengan keheranan.

"Sumatera."

"Oh Sumatra, terus kesini mau kemana?" sambung pemilik warung dengan ramah.

"Rancabiuk."

"... wah!" Bersamaan dengan ucapan wahnya, sekilas tampak adanya perubahan di wajah si pemilik warung. Salah seorang dari si pecandu judi bahkan sampai menolah dan mengawasi Agung dengan seksama.

Agung dengan heran bertanya. "Kenapa rupanya, Bu?"

"Oh. bukan apa-apa. Hanya saja malam-malam begini jika ingin ke kampung rancabiuk, menurut ibu kurang begitu baik!" ucapnya pemilik warung menasehati.

"Sebabnya?" Agung dengan tenang bertanya.

"Bukan menakut-nakuti nak, tapi nyatanya, sudah beberapa orang yang pernah melihat dengan mata kepala sendiri." ucap ibu pemilik warung dengan nada khawatir.

"Melihat apa?"

"Wanita Rembulan!" Ucapnya dengan sedikit terkejut.

Agung merasa keheranan sampai-sampai ia mengerenyitkan dahi. "Siapa?" ucapnya dengan menyelidiki.

"Ceritanya panjang nak, ada sangkut pautnya dengan sebuah legenda dari jaman leluhur. Sebetulnya ibu sendiri kurang yakin, Pasti hanya karena ada beberapa persamaan dia dinamai dengan tokoh dari legenda wanita Rembulan."

"Siapa dia itu, Bu?" Agung bertanya penasaran.

"Istri juragan ikan Ariadi. Atau persisnya, arwah istrinya." ucap pemilik warung menjelaskan.

"Oh!" Desah agung, namun diam-diam ia terkesiap.

"Dia meninggal bulan lalu," si pemilik warung melanjutkan. "Katanya sih si patuk ular!"

Mendengar ucapan pemilik warung, Agung merasa keheranan. "Kok katanya?"

"Habis mana ada orang mati dipatuk ular, rohnya bergentayangan? maka banyak yang bilang kalau bukan bunuh diri, pasti wanita malang itu telah mati di bunuh!" ucap pemilik warung dengan serius.

Agung terdiam. pikiran Agung terus saja berputar. "Di patuk ular, bunuh diri, mati di bunuh. Mana yang benar? dan rohnya bergentayangan pula," ucapnya dalam hati, dan Agung kembali merasakan linu. Sampai-sampai Agung merasa sakitnya sampai merayap ke kepala, malah kemudian merembet ke ulu hati.

"Sudahlah!" Si pemilik warung memutuskan sendiri, begitu melihat wajah tamunya tampak gelisah.

"Merang kurang enak di ceritakan, apalagi tentang orang yang Judah mati dan ... ah, ibu lepas omong lagi!" ucap pemilik warung yang menyeringai tersipu. "Jadi sebaiknya menginap saja dulu di rumah ibu, besok setelah matahari terbit ...."

Agung menggelengkan kepalanya pelan. "Terimakasih bu. Tangung sudah dekat, aku akan meneruskan perjalanan ku!" ucapnya dengan sedikit senyum tipis.

"Hem, bila itu keputusan mu, ibu hanya bisa mendoakan saja!" Si pemilik warung berkata tulus. "Oh ya, ngomong-ngomong kamu mau mengunjungi siapa di rancabiuk?" tanya pemilik warung.

"Saudara ipar," Jawab agung lirih.

"Oh begitu, siapa ya? barangkali saja ibu kenal orang nya ...."

Agung menguatkan hati, lalu memberitahu. "Ariadi."

Deg ... jantung pemilik warung tersentak, rupanya yang ia bicarakan tadi adalah kerabat tamunya itu, mana sudah berkata yang tidak-tidak.

Kesibukan di meja judi pun terhenti, dan para pemain judi serempak menoleh ke arah Agung.

Pemilik warung terkejut bukan main sampai matanya membelalak lebar. dan ia segera mulai membuang nafasnya perlahan. "Jadi kamu ...."

Agung mengangguk tenang, tidak ada raut marah di wajahnya, dan dengan tenang ia menjawab. "Benar Bu, Aku adalah Abang nya Rina, almarhum istri juragan ikan Ariadi. yang rohnya bergentayangan!" ucapnya dengan wajah iba. linu di punggung Agung tidak dapat di cegah, sampai-sampai Agung merasa kesakitan.

****

Setelah mendengar siapa dan kemana tujuan akhir perjalanan sang calon penumpang, pada mulanya tidak seorang pun pengemudi ojek yang berserakan itu bersedia mengantarkan. Walau bagaimanapun Agung membujuk ... termasuk menawarkan ongkos lebih, jawaban yang ia terima tetap sama.

"Maaf om sudah terlalu malam untuk pergi ke rancabiuk!" ucap para pengemudi ojek.

Agung kesal, sangking kesal nya ia bahkan mendengus. "Apa sih yang kalian takut kan, ha?!"ucapan dengan nada kesal.

"Kami takut karena ...."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Jingga Violletha
malu campur takut ya pemilik warungnya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 4

    "karena apa?" Desak agung yang masih kesal.Kemudian para pengemudi ojek itu saling bertukar pandang, lalau salah seorang dari mereka memberanikan diri untuk membuka mulut."Jadi begini om, semenjak wanita rembulan itu muncul, sudah tiga orang yang jatuh sebagai korbannya. Dan tak satu orang pun dari kami yang mau menambah jumlah dari korban itu, konon lagi harus mati secara mengerikan!" ucap salah satu tukang ojek itu."Mengerikan bagaimana?" tanya agung dengan keheranan."Yah-" si pembicara tampak bimbang sejenak, lalu setelah mencoba menenangkan dirinya barulah ia meneruskan ucapannya. "Sudah tubuh tercabik-cabik leher robek menganga, serta darah pun di hisap habis pula." ucapnya dengan bergidik ngeri.Agung gemetar mendengarnya. Gemetar bukan karena ngeri. Melainkan karena marah bercampur perasaan yang amat perih di dalam hati.Agung memang sudah tau bahwa adiknya Rina sudah meninggal, dan maksud kedatangannya ketempat ini dengan maksud berziarah, tetapi apa yang ia dengar, sungg

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 5

    Agung baru saja ingin membuka mulut sebelum kendaraan berhenti perlahan-lahan. "Saya mengantar sampai di sini saja, om." ucap Hendra dengan lirih.Agung memperhatikan jalan di depan mereka yang diterangi oleh cahaya lampu sepeda motor Hendra. Tampak sebuah jembatan yang lumayan besar yang terbuat dari balok kayu yang di kombinasi dengan lempengan baja yang tebal di sisi-sisi jembatan itu. Di seberangnya tampak pula jalanan yang menanjak di antara pepohonan yang berdaun rapat dan rimbun.Sadar dengan Hendra yang mulai gelisah, mau tidak mau agung terpaksa harus turun. Barang bawaannya di simpan hati-hati di atas rerumputan liar yang tumbuh subur di pinggir jalan. Lalu dompet nya di cabut dari saku belakang celana. Belum juga dompet itu sempat dibuka, Hendra sudah memutar sepeda motornya ke arah semula seraya berkata tergesa-gesa. "Lupakan saja om!" ucapnya pada Agung."Hei ....""Yang pernah saya terima dari almarhumah, sudah lebih dari cukup," potong Hendra tegas. "Selamat malam om.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-02
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 6

    Agung terus melihat kearah menghilangnya sang mahluk. Seketika ia tersadar dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.Dengan perasaan berkecamuk dan campur aduk pistol yang masih dia pegang kini kembali di masukkan kedalam sarungnya. Sengaja tidak langsung dikuncikan begitu pun dengan bagian kemeja yang di biarkan setengah terbuka. Siapa tahu sewaktu-waktu senjata itu di pergunakan kembali. Tujuan perjalanan Agung memang tidak seberapa jauh lagi, tapi mungkin saja bahaya masih tetap mengintai.Tas yang tadinya berpindah ketangan kiri kini dipindah kembali ke tangan kanan. Setelah melewati tanjakan, Agung pun tiba di tempat tujuan yakni kampung Rancabiuk yang rumah-rumah penduduknya tampak berdampingan di kiri dan kanan jalan. Tampak lampu-lampu menyala lebih terang di bandingkan dengan sebelumnya yang terlihat di bawah sana. Namun suasana yang di temui masih tetap sama yakni sunyi senyap mencekam. Tidak tampak adanya manusia di jalan atau hanya sekedar duduk di teras rumah, tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 7

    Sebuah rumah besar model tradisional yang tampak begitu megah dan anggun di tengah pelataran yang maha luas, Disebut maha luas, karena tidak terlihat adanya pagar atau tembok yang membatasi dengan alam sekitar. Sehingga bagian belakang rumah tampak seperti bertabirkan dan di lindungi oleh dinding bukit. Lalau lembah terbuka sebagai latar depan. Di mana pusat desa Rancabiuk serta hamparan luas sejumlah tambak yang terlihat samar-samar dalam keremangan malam yang bermandikan sinar rembulan.Tok ... Tok ... Agung mengetuk pintu rumah, dan terdengar suara seorang wanita dari dalam."Siapa?" "Aku Agung ... Agung Bratamangala." jawabannya dari balik pintu rumah itu.Mendengar nama yang sangat ia kenal sang wanita bergegas berjalan menuju pintu rumahnya.Pintu rumah di buka oleh Astuti, rangkulan erat dan hangat dengan sekujur tubuh gemetar di tambah pula sesenggukan Isak tangis. Yang mau tidak mau membuat air mata agung ikut keluar. Boleh di bilang, sebenarnya Agung lebih menghibur diri se

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 8

    Pertanyaan itu terjawab sendiri sewaktu Asti melanjutkan kisahnya."Selama 3 tahun pernikahannya, tawa Ariadi terdengar langka. Dia berubah jadi pendiam dan sering menutup diri, alangkah mencolok perbedaannya setelah Ariadi bertemu dengan Rina, dia seperti menemukan hidupnya kembali. Ceria dan terbuka pada siapa saja. Bahkan semasih masa-masa remajanya pun belum pernah aku melihat Ariadi sebahagia hari-hari yang di lalui nya bersama Rina." Agung menghela nafas dan berkomentar dengan wajah yang di paksakan tersenyum. "Aku senang mendengarnya.""Itu pula sebabnya kak Agung, mengapa akang sewaktu diopname, kami tidak sempat berkunjung, akang tentunya masih ingat ketika akang tertimpa musibah, Rina justru baru saja meninggal," ucap Astuti dengan wajah murung. "Nah dan waktu itu pula Ariadi hampir gila karenanya. Aku lantas tak Minggu meninggalkan dia sendirian. Jangankan berkunjung kelahat, pekerjaan yang sebagai kewajiban ku pun terpaksa harus ku tinggalkan, bahkan dengan resiko di peca

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 9

    Agung Bratamanggala tiba-tiba merasa gelisah. "Apa sebenarnya yang sudah terjadi?" pikirnya. Kegelisahan dan di tambah udara malam yang gerah membuat Agung berkeringat ... seperti ketika tadi ia di paksa harus berjalan kaki sejak dari tanjakan. Segera agung turun dari tempat tidur, dan membuka kemejanya lalu di gantungkan pada kapsok yang tersedia di dekat pintu. Barulah ia menyadari bahwa senjatanya masih tetap ia sandang. Pistol beserta sarungnya itu ia lepas pula dan di gantung kan pada tempat yang sama.Senjata itu mengingatkan Agung pada sosok kera besar yang bermata merah darah yang kepergok dengannya di tanjakan gelap tadi. Mahluk itu bukanlah sekedar halusinasi, karena telah di kuatkan oleh penghuni rumah yang perdebatkan mereka secara kebetulan terdengar oleh telinga Agung. "Seperti nya mahluk itu sudah pergi buk!" lalu bantahan sang istri. "Belum tentu, mungkin saja ia bersembunyi... menunggu seseorang keluar untuk di mangsa!"Agung tidak di mangsa. Agung di biarkan tetap hi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 1

    Tahun 1995Jerit tangis bayi membangunkan Joko dari tidur pulas ya, kesal merasa terganggu, pundak istrinya yang sedang mengorok ia guncang tidak sabar."Hei! bangunlah, tuh anak mu mau nyusu!" ucap Joko dengan kesal.Sang istri yang masih setengah sadar, dengan terpaksa melangkah menuju box bayi, untuk melihat keadaan si bayi yang sedang menangis. Sementara Joko yang akan tertidur kembali, mendadak teringat bahwa malam ini ia harus membuka pintu air untuk mengisi tambak-tambak yang sudah di kosongkan dua Minggu sebelumnya. Tambak-tambak tersebut, sudah di betulkah serta di cuci hamakan, dan saat ini lumpur nya sudah cukup kering untuk di isi air dan sorenya akan di tabur bibit ikan di dalamnya."Popoknya basah!" ucap Ani memberi tahu, jelas dengan maksud agar si suami mau membantu untuk mengambilkan popok pengganti.Joko dengan cepat turun dari atas kasur, tetapi tidak untuk memenuhi permintaan sang istri, melainkan langsung menuju pintu kamar dan pergi menuju kamar mandi yang ada di

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 2

    "Hantu ya?" ucap wanita dengan lembut sekaligus tertawa kecil. "Apa memang kaki ku tidak menginjak tanah, Joko?" sambungannya dengan tersenyum kecil.Joko dengan reflek melihat ke arah si kaki wanita dan jelas saja, kaki wanita itu memang menyentuh tanah, Joko tersenyum malu bercampur segan. "Maaf, tapi mengapa juragan putri sampai di tempat yang sunyi ini? tengah malam buta lagi!" tanya Joko dengan sedikit segan."Suamiku mendengkur seperti kerbau," ucap wanita dengan raut wajah mengeluh. "Aku lantas tidak bisa tidur, mana udara di dalam rumah gerahnya bukan main," ucapnya dengan nada mengeluh. dan selanjutnya ia sedikit membuka gaun tidur di bagian pundaknya.Melihat pemandangan tersebut segera Joko menunduk dan dengan segan berkata, "Harusnya juragan putri ada yang menemani." ucapnya dengan dengan segan tanpa melihat ke arah si wanita.Dalam jilatan sinar rembulan samar-samar tampak mata si wanita melirik nakal dari arah sudut matanya."Sekarang sudah!" ucapnya dengan nada manja da

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30

Bab terbaru

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 9

    Agung Bratamanggala tiba-tiba merasa gelisah. "Apa sebenarnya yang sudah terjadi?" pikirnya. Kegelisahan dan di tambah udara malam yang gerah membuat Agung berkeringat ... seperti ketika tadi ia di paksa harus berjalan kaki sejak dari tanjakan. Segera agung turun dari tempat tidur, dan membuka kemejanya lalu di gantungkan pada kapsok yang tersedia di dekat pintu. Barulah ia menyadari bahwa senjatanya masih tetap ia sandang. Pistol beserta sarungnya itu ia lepas pula dan di gantung kan pada tempat yang sama.Senjata itu mengingatkan Agung pada sosok kera besar yang bermata merah darah yang kepergok dengannya di tanjakan gelap tadi. Mahluk itu bukanlah sekedar halusinasi, karena telah di kuatkan oleh penghuni rumah yang perdebatkan mereka secara kebetulan terdengar oleh telinga Agung. "Seperti nya mahluk itu sudah pergi buk!" lalu bantahan sang istri. "Belum tentu, mungkin saja ia bersembunyi... menunggu seseorang keluar untuk di mangsa!"Agung tidak di mangsa. Agung di biarkan tetap hi

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 8

    Pertanyaan itu terjawab sendiri sewaktu Asti melanjutkan kisahnya."Selama 3 tahun pernikahannya, tawa Ariadi terdengar langka. Dia berubah jadi pendiam dan sering menutup diri, alangkah mencolok perbedaannya setelah Ariadi bertemu dengan Rina, dia seperti menemukan hidupnya kembali. Ceria dan terbuka pada siapa saja. Bahkan semasih masa-masa remajanya pun belum pernah aku melihat Ariadi sebahagia hari-hari yang di lalui nya bersama Rina." Agung menghela nafas dan berkomentar dengan wajah yang di paksakan tersenyum. "Aku senang mendengarnya.""Itu pula sebabnya kak Agung, mengapa akang sewaktu diopname, kami tidak sempat berkunjung, akang tentunya masih ingat ketika akang tertimpa musibah, Rina justru baru saja meninggal," ucap Astuti dengan wajah murung. "Nah dan waktu itu pula Ariadi hampir gila karenanya. Aku lantas tak Minggu meninggalkan dia sendirian. Jangankan berkunjung kelahat, pekerjaan yang sebagai kewajiban ku pun terpaksa harus ku tinggalkan, bahkan dengan resiko di peca

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 7

    Sebuah rumah besar model tradisional yang tampak begitu megah dan anggun di tengah pelataran yang maha luas, Disebut maha luas, karena tidak terlihat adanya pagar atau tembok yang membatasi dengan alam sekitar. Sehingga bagian belakang rumah tampak seperti bertabirkan dan di lindungi oleh dinding bukit. Lalau lembah terbuka sebagai latar depan. Di mana pusat desa Rancabiuk serta hamparan luas sejumlah tambak yang terlihat samar-samar dalam keremangan malam yang bermandikan sinar rembulan.Tok ... Tok ... Agung mengetuk pintu rumah, dan terdengar suara seorang wanita dari dalam."Siapa?" "Aku Agung ... Agung Bratamangala." jawabannya dari balik pintu rumah itu.Mendengar nama yang sangat ia kenal sang wanita bergegas berjalan menuju pintu rumahnya.Pintu rumah di buka oleh Astuti, rangkulan erat dan hangat dengan sekujur tubuh gemetar di tambah pula sesenggukan Isak tangis. Yang mau tidak mau membuat air mata agung ikut keluar. Boleh di bilang, sebenarnya Agung lebih menghibur diri se

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 6

    Agung terus melihat kearah menghilangnya sang mahluk. Seketika ia tersadar dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.Dengan perasaan berkecamuk dan campur aduk pistol yang masih dia pegang kini kembali di masukkan kedalam sarungnya. Sengaja tidak langsung dikuncikan begitu pun dengan bagian kemeja yang di biarkan setengah terbuka. Siapa tahu sewaktu-waktu senjata itu di pergunakan kembali. Tujuan perjalanan Agung memang tidak seberapa jauh lagi, tapi mungkin saja bahaya masih tetap mengintai.Tas yang tadinya berpindah ketangan kiri kini dipindah kembali ke tangan kanan. Setelah melewati tanjakan, Agung pun tiba di tempat tujuan yakni kampung Rancabiuk yang rumah-rumah penduduknya tampak berdampingan di kiri dan kanan jalan. Tampak lampu-lampu menyala lebih terang di bandingkan dengan sebelumnya yang terlihat di bawah sana. Namun suasana yang di temui masih tetap sama yakni sunyi senyap mencekam. Tidak tampak adanya manusia di jalan atau hanya sekedar duduk di teras rumah, tida

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 5

    Agung baru saja ingin membuka mulut sebelum kendaraan berhenti perlahan-lahan. "Saya mengantar sampai di sini saja, om." ucap Hendra dengan lirih.Agung memperhatikan jalan di depan mereka yang diterangi oleh cahaya lampu sepeda motor Hendra. Tampak sebuah jembatan yang lumayan besar yang terbuat dari balok kayu yang di kombinasi dengan lempengan baja yang tebal di sisi-sisi jembatan itu. Di seberangnya tampak pula jalanan yang menanjak di antara pepohonan yang berdaun rapat dan rimbun.Sadar dengan Hendra yang mulai gelisah, mau tidak mau agung terpaksa harus turun. Barang bawaannya di simpan hati-hati di atas rerumputan liar yang tumbuh subur di pinggir jalan. Lalu dompet nya di cabut dari saku belakang celana. Belum juga dompet itu sempat dibuka, Hendra sudah memutar sepeda motornya ke arah semula seraya berkata tergesa-gesa. "Lupakan saja om!" ucapnya pada Agung."Hei ....""Yang pernah saya terima dari almarhumah, sudah lebih dari cukup," potong Hendra tegas. "Selamat malam om.

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 4

    "karena apa?" Desak agung yang masih kesal.Kemudian para pengemudi ojek itu saling bertukar pandang, lalau salah seorang dari mereka memberanikan diri untuk membuka mulut."Jadi begini om, semenjak wanita rembulan itu muncul, sudah tiga orang yang jatuh sebagai korbannya. Dan tak satu orang pun dari kami yang mau menambah jumlah dari korban itu, konon lagi harus mati secara mengerikan!" ucap salah satu tukang ojek itu."Mengerikan bagaimana?" tanya agung dengan keheranan."Yah-" si pembicara tampak bimbang sejenak, lalu setelah mencoba menenangkan dirinya barulah ia meneruskan ucapannya. "Sudah tubuh tercabik-cabik leher robek menganga, serta darah pun di hisap habis pula." ucapnya dengan bergidik ngeri.Agung gemetar mendengarnya. Gemetar bukan karena ngeri. Melainkan karena marah bercampur perasaan yang amat perih di dalam hati.Agung memang sudah tau bahwa adiknya Rina sudah meninggal, dan maksud kedatangannya ketempat ini dengan maksud berziarah, tetapi apa yang ia dengar, sungg

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 3

    Para pengemudi ojek yang berpangkalan di mulut desa Baros, wilayah terjauh di kecamatan cililin kabupaten Bandung, menatap serempak pada bus kendaraan umum yang berhenti perlahan di bawah lampu jalan yang bersinar redup.Tidak ada yang berdiri ataupun merebut calon penumpang. Karena mereka sudah terbiasa membiarkan calon penumpang memilih sendiri ojek yang di sukai. Mereka juga menyepakati perjanjian yang tidak tertulis, apabila salah satu ojek terpakai terus menerus sementara yang lain kebanyakan menganggur, maka ojek yang laku keras itu harus berbagi sedikit rezeki nya pada rekan-rekan yang kurang beruntung. Baik itu berupa uang, maupun beberapa batang rokok atau juga dengan berpura-pura mengutak-atik sepeda motornya yang tidak mengalami kerusakan apapun, seraya menganjurkan si calon penumpang untuk naik ojek yang lain saja.Hanya satu penumpang yang turun dari kendaraan umum itu, dan kembali bus itupun melanjutkan perjalanannya. Seorang laki-laki yang berusia sekitar 30 tahun, berp

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 2

    "Hantu ya?" ucap wanita dengan lembut sekaligus tertawa kecil. "Apa memang kaki ku tidak menginjak tanah, Joko?" sambungannya dengan tersenyum kecil.Joko dengan reflek melihat ke arah si kaki wanita dan jelas saja, kaki wanita itu memang menyentuh tanah, Joko tersenyum malu bercampur segan. "Maaf, tapi mengapa juragan putri sampai di tempat yang sunyi ini? tengah malam buta lagi!" tanya Joko dengan sedikit segan."Suamiku mendengkur seperti kerbau," ucap wanita dengan raut wajah mengeluh. "Aku lantas tidak bisa tidur, mana udara di dalam rumah gerahnya bukan main," ucapnya dengan nada mengeluh. dan selanjutnya ia sedikit membuka gaun tidur di bagian pundaknya.Melihat pemandangan tersebut segera Joko menunduk dan dengan segan berkata, "Harusnya juragan putri ada yang menemani." ucapnya dengan dengan segan tanpa melihat ke arah si wanita.Dalam jilatan sinar rembulan samar-samar tampak mata si wanita melirik nakal dari arah sudut matanya."Sekarang sudah!" ucapnya dengan nada manja da

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 1

    Tahun 1995Jerit tangis bayi membangunkan Joko dari tidur pulas ya, kesal merasa terganggu, pundak istrinya yang sedang mengorok ia guncang tidak sabar."Hei! bangunlah, tuh anak mu mau nyusu!" ucap Joko dengan kesal.Sang istri yang masih setengah sadar, dengan terpaksa melangkah menuju box bayi, untuk melihat keadaan si bayi yang sedang menangis. Sementara Joko yang akan tertidur kembali, mendadak teringat bahwa malam ini ia harus membuka pintu air untuk mengisi tambak-tambak yang sudah di kosongkan dua Minggu sebelumnya. Tambak-tambak tersebut, sudah di betulkah serta di cuci hamakan, dan saat ini lumpur nya sudah cukup kering untuk di isi air dan sorenya akan di tabur bibit ikan di dalamnya."Popoknya basah!" ucap Ani memberi tahu, jelas dengan maksud agar si suami mau membantu untuk mengambilkan popok pengganti.Joko dengan cepat turun dari atas kasur, tetapi tidak untuk memenuhi permintaan sang istri, melainkan langsung menuju pintu kamar dan pergi menuju kamar mandi yang ada di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status