Share

BAB 5

Author: Maychan
last update Last Updated: 2023-12-02 09:40:30

Agung baru saja ingin membuka mulut sebelum kendaraan berhenti perlahan-lahan.

"Saya mengantar sampai di sini saja, om." ucap Hendra dengan lirih.

Agung memperhatikan jalan di depan mereka yang diterangi oleh cahaya lampu sepeda motor Hendra. Tampak sebuah jembatan yang lumayan besar yang terbuat dari balok kayu yang di kombinasi dengan lempengan baja yang tebal di sisi-sisi jembatan itu. Di seberangnya tampak pula jalanan yang menanjak di antara pepohonan yang berdaun rapat dan rimbun.

Sadar dengan Hendra yang mulai gelisah, mau tidak mau agung terpaksa harus turun. Barang bawaannya di simpan hati-hati di atas rerumputan liar yang tumbuh subur di pinggir jalan. Lalu dompet nya di cabut dari saku belakang celana. Belum juga dompet itu sempat dibuka, Hendra sudah memutar sepeda motornya ke arah semula seraya berkata tergesa-gesa.

"Lupakan saja om!" ucapnya pada Agung.

"Hei ...."

"Yang pernah saya terima dari almarhumah, sudah lebih dari cukup," potong Hendra tegas. "Selamat malam om. Dan berhati-hatilah ...!" ucapnya dan kemudian Hendra pun tancap gas mengebut seperti orang kesurupan.

Suara sepeda motornya terdengar begitu membahana, dan nyaris memekakkan telinga. Dalam tempo singkat ojek itu sudah lenyap di jalanan berbelok di kejauhan. Tinggal suara sepeda motor saja yang terdengar, yang semakin Lamat-lamat dan di sekitar Agung berdiri, suasana perlahan-lahan mendadak sunyi sepi. Tinggallah ia seorang diri tanpa penerangan, kecuali sinar rembulan.

Hanya satu dua rumah penduduk yang tampak di pinggir jalan, letaknya pun berjauhan. Selebihnya sawah yang menghampar luas. Seingat Agung, nanti setelah melewati tanjakan, diseberang sana barulah ia akan menemukan lebih banyak rumah, yang semakin kesananya semakin rapat satu sama lain.

Yang agung heran adalah riuh rendah mesin sepeda motor Hendra tadi, tampaknya tidak mengakibatkan reaksi apapun pada rumah yang ada di pinggir jalan di tempatnya sekarang berada.

Rumah-rumah itu seperti tidak berpenghuni, tetapi lampu rumah tersebut kelihatan menyala, dan jika memang berpenghuni tentulah sempat terbangun dari tidur. Tetapi seketika itu juga kembali menarik rapat-rapat selimutnya, jangankan untuk melihat keluar. Untuk turun dari tempat tidurnya pun sepertinya mereka tidak berani.

Agung menggelengkan kepala. Tas yang terletak di atas rerumputan kembali ia jemput, kemudian ia mulai berjalan menyebrangi jembatan, di iringi suara air sungai yang mengalir deras di bawahnya. Selain dari suara air ia tidak mendengar suara apapun lagi di sekitarnya. Seolah semua makhluk malam termasuk jangkrik bersembunyi ketakutan.

Agung tiba di awal tanjakan yang di kiri kanannya di tumbuhi pepohonan tinggi yang berdaun rimbun serta rapat pula, sangking rapatnya sampai-sampai sinar rembulan tidak bisa tembus sehingga yang tampak didepannya tidak lebih hanya Hitam nya malam semata, dan bias yang sama di ujung tanjakan, jalan yang menyerupai lorong raksasa itu terlihat juga walaupun sangat samar-samar.

Agung terus melangkah dengan ekstra hati-hati. dia tidak boleh terpeleset apalagi sampai terbanting dengan pinggul ataupun punggung lebih dulu menimpa tanah. Tulang-tulang punggungnya memang tidak terganggu tetapi sambungan tulang yang terluka oleh terjangan peluru yang bersarang, pastilah akan menimbulkan rasa linu yang tidak tertahankan. Dan ....

Sesuatu terdengar mengeram dari atasnya, terkejut dan dengan reflek Agung mendongakkan kepalanya lantas tertegun dengan seketika. Di puncak tanjakan, berlatar belakang sinar rembulan tampak sosok tubuh kehitaman berdiri tegak dengan posisi yang teramat ganjil. Seekor kera. Dengan sepasang matanya bersinar tajam. Dengan warna merah menyala Semerah darah.

Jantung Agung bagai tidak berdenyut. Sangking terkejutnya.

Seekor kera bukanlah pemandangan aneh buat dirinya, akan tetapi seekor kera di tempat gelap serta sunyi terasing ... tanpa kehadiran mahluk lain di sekitarnya, itu berbeda. Apalagi kera satu ini bermata merah darah. Lalu terdengar satu issue untuk melengkapinya, dan sudah jatuh tiga orang korban manusia, dengan tubuh tercabik-cabik, leher robek menganga, dan darah di hisap dengan habis.

Agung mencoba mengedip-ngedipkan matanya. Dengan berharap ia hanya terpengaruh oleh takhayul sehingga berkhayal yang bukan-bukan. Namun bagaimana pun ia mengedip-ngedipkan dan matanya pun sampai terbelalak hingga terasa perih, mahluk dunia asing itu masih tetap tampak di atas sana. Tegak dan sabar menunggu sang calon mangsa datang mendekat. Sepasang tangan kera itu terjuntai kaku, seperti akan menggapai tanah di bawah kakinya.

Sesaat, mahluk itu tampak seperti menggeliat resah.

Hanya ada dua pilihan buat kapten polisi Drs. Agung Bratamangala. Mundur teratur, atau maju sambil menembak. Tidak harus kena, tetapi cukup dengan menyemburkan peluru ke udara atau di sekitar mahluk itu berdiri. Sekedar menakut-nakuti saja kecuali jika keadaan memaksa.

Agung menguasai diri, secara perlahan dan sangat berhati-hati sehingga gerakannya tidak terlihat mencolok, tas di tangan kanan di pindahkan ke tangan yang berisi kantong plastik di tangan kiri. Salah satu kancing kemejanya di lepas dan segera meraba sarung pistol yang tergantung di sisi kiri tubuh. Kancing sarung pistol di sentak lepas dan dengan cepat tutup sarung pistol terbuka, dan secepat itu pula sepucuk cold otomatis kaliber 38 sudah tergenggam di tangan kanan Agung. Dengan posisi menembak

Seolah-olah mengetahui gelagat, sang mahluk tiba-tiba memperlihatkan gerakan aneh, sambil mengeram parau, sebelah tangan kera itu di tepuk-tepukkan ... oh bukan. Bukan! tangan itu seperti menunjuk-nunjuk, lalu setelah nya di tepuk-tepukkan dengan keras ke dadanya sendiri. Tak cukup hanya itu sang mahluk melompat-lompat di tempat. Sambil kedua telapak tangannya di ganti menepuk-nepuk kepala. Disertai geram keras dan parau.

Lompatan di tempat, gerakan dan suara-suara aneh itu membuat Agung sekali lagi sempat tertegun. Lalu, berprasangka sang mahluk sudah siap untuk menyerbu ke arahnya. Agung pun lantas mengangkat laras pistolnya sedikit keatas siap untuk menembak langsung ke arah sasaran. Tetapi sentuhan naluri melarang Agung untuk membunuh semena-mena. Sepersekian detik lamanya Agung sempat ragu-ragu.

Sang mahluk tiba-tiba melompat dengan kecepatan yang sukar di pandang mata biasa. Bukan ke arah Agung yang berbeda di bawahnya. Melainkan ke arah kegelapan malam di balik pepohonan pinggir jala. Dalam sekejap mahluk itu sudah menghilang, sambil mendengarkan jeritan panjang yang ... anehnya, terdengar lirih dan memelas. Sedemikian lirih dan memelasnya, sehingga perasaan ketakutan Agung berubah menjadi perasaan sedih yang mendalam. seakan ia baru saja kehilangan sesuatu yang teramat ia sayangi!

Jeritan aneh sang mahluk perlahan-lahan lenyap di kejauhan, Beberapa saat lamanya Agung termenung. "Ya Tuhan, ada apa dengan diri ku? mengapa naluri menahan ku untuk tidak membunuh! mengapa perasaan hatiku mendadak lirih dan pilu tanpa sebab? yang lebih dan mengherankan lagi mengapa kera bermata merah itu bukannya menerkam malah justru melarikan diri. disertai jeritan yang begitu menyayat hatiku." ucapnya dalam lamunannya.

Related chapters

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 6

    Agung terus melihat kearah menghilangnya sang mahluk. Seketika ia tersadar dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.Dengan perasaan berkecamuk dan campur aduk pistol yang masih dia pegang kini kembali di masukkan kedalam sarungnya. Sengaja tidak langsung dikuncikan begitu pun dengan bagian kemeja yang di biarkan setengah terbuka. Siapa tahu sewaktu-waktu senjata itu di pergunakan kembali. Tujuan perjalanan Agung memang tidak seberapa jauh lagi, tapi mungkin saja bahaya masih tetap mengintai.Tas yang tadinya berpindah ketangan kiri kini dipindah kembali ke tangan kanan. Setelah melewati tanjakan, Agung pun tiba di tempat tujuan yakni kampung Rancabiuk yang rumah-rumah penduduknya tampak berdampingan di kiri dan kanan jalan. Tampak lampu-lampu menyala lebih terang di bandingkan dengan sebelumnya yang terlihat di bawah sana. Namun suasana yang di temui masih tetap sama yakni sunyi senyap mencekam. Tidak tampak adanya manusia di jalan atau hanya sekedar duduk di teras rumah, tida

    Last Updated : 2024-01-29
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 7

    Sebuah rumah besar model tradisional yang tampak begitu megah dan anggun di tengah pelataran yang maha luas, Disebut maha luas, karena tidak terlihat adanya pagar atau tembok yang membatasi dengan alam sekitar. Sehingga bagian belakang rumah tampak seperti bertabirkan dan di lindungi oleh dinding bukit. Lalau lembah terbuka sebagai latar depan. Di mana pusat desa Rancabiuk serta hamparan luas sejumlah tambak yang terlihat samar-samar dalam keremangan malam yang bermandikan sinar rembulan.Tok ... Tok ... Agung mengetuk pintu rumah, dan terdengar suara seorang wanita dari dalam."Siapa?" "Aku Agung ... Agung Bratamangala." jawabannya dari balik pintu rumah itu.Mendengar nama yang sangat ia kenal sang wanita bergegas berjalan menuju pintu rumahnya.Pintu rumah di buka oleh Astuti, rangkulan erat dan hangat dengan sekujur tubuh gemetar di tambah pula sesenggukan Isak tangis. Yang mau tidak mau membuat air mata agung ikut keluar. Boleh di bilang, sebenarnya Agung lebih menghibur diri se

    Last Updated : 2024-04-18
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 8

    Pertanyaan itu terjawab sendiri sewaktu Asti melanjutkan kisahnya."Selama 3 tahun pernikahannya, tawa Ariadi terdengar langka. Dia berubah jadi pendiam dan sering menutup diri, alangkah mencolok perbedaannya setelah Ariadi bertemu dengan Rina, dia seperti menemukan hidupnya kembali. Ceria dan terbuka pada siapa saja. Bahkan semasih masa-masa remajanya pun belum pernah aku melihat Ariadi sebahagia hari-hari yang di lalui nya bersama Rina." Agung menghela nafas dan berkomentar dengan wajah yang di paksakan tersenyum. "Aku senang mendengarnya.""Itu pula sebabnya kak Agung, mengapa akang sewaktu diopname, kami tidak sempat berkunjung, akang tentunya masih ingat ketika akang tertimpa musibah, Rina justru baru saja meninggal," ucap Astuti dengan wajah murung. "Nah dan waktu itu pula Ariadi hampir gila karenanya. Aku lantas tak Minggu meninggalkan dia sendirian. Jangankan berkunjung kelahat, pekerjaan yang sebagai kewajiban ku pun terpaksa harus ku tinggalkan, bahkan dengan resiko di peca

    Last Updated : 2024-05-10
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 9

    Agung Bratamanggala tiba-tiba merasa gelisah. "Apa sebenarnya yang sudah terjadi?" pikirnya. Kegelisahan dan di tambah udara malam yang gerah membuat Agung berkeringat ... seperti ketika tadi ia di paksa harus berjalan kaki sejak dari tanjakan. Segera agung turun dari tempat tidur, dan membuka kemejanya lalu di gantungkan pada kapsok yang tersedia di dekat pintu. Barulah ia menyadari bahwa senjatanya masih tetap ia sandang. Pistol beserta sarungnya itu ia lepas pula dan di gantung kan pada tempat yang sama.Senjata itu mengingatkan Agung pada sosok kera besar yang bermata merah darah yang kepergok dengannya di tanjakan gelap tadi. Mahluk itu bukanlah sekedar halusinasi, karena telah di kuatkan oleh penghuni rumah yang perdebatkan mereka secara kebetulan terdengar oleh telinga Agung. "Seperti nya mahluk itu sudah pergi buk!" lalu bantahan sang istri. "Belum tentu, mungkin saja ia bersembunyi... menunggu seseorang keluar untuk di mangsa!"Agung tidak di mangsa. Agung di biarkan tetap hi

    Last Updated : 2024-05-10
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 1

    Tahun 1995Jerit tangis bayi membangunkan Joko dari tidur pulas ya, kesal merasa terganggu, pundak istrinya yang sedang mengorok ia guncang tidak sabar."Hei! bangunlah, tuh anak mu mau nyusu!" ucap Joko dengan kesal.Sang istri yang masih setengah sadar, dengan terpaksa melangkah menuju box bayi, untuk melihat keadaan si bayi yang sedang menangis. Sementara Joko yang akan tertidur kembali, mendadak teringat bahwa malam ini ia harus membuka pintu air untuk mengisi tambak-tambak yang sudah di kosongkan dua Minggu sebelumnya. Tambak-tambak tersebut, sudah di betulkah serta di cuci hamakan, dan saat ini lumpur nya sudah cukup kering untuk di isi air dan sorenya akan di tabur bibit ikan di dalamnya."Popoknya basah!" ucap Ani memberi tahu, jelas dengan maksud agar si suami mau membantu untuk mengambilkan popok pengganti.Joko dengan cepat turun dari atas kasur, tetapi tidak untuk memenuhi permintaan sang istri, melainkan langsung menuju pintu kamar dan pergi menuju kamar mandi yang ada di

    Last Updated : 2023-11-30
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 2

    "Hantu ya?" ucap wanita dengan lembut sekaligus tertawa kecil. "Apa memang kaki ku tidak menginjak tanah, Joko?" sambungannya dengan tersenyum kecil.Joko dengan reflek melihat ke arah si kaki wanita dan jelas saja, kaki wanita itu memang menyentuh tanah, Joko tersenyum malu bercampur segan. "Maaf, tapi mengapa juragan putri sampai di tempat yang sunyi ini? tengah malam buta lagi!" tanya Joko dengan sedikit segan."Suamiku mendengkur seperti kerbau," ucap wanita dengan raut wajah mengeluh. "Aku lantas tidak bisa tidur, mana udara di dalam rumah gerahnya bukan main," ucapnya dengan nada mengeluh. dan selanjutnya ia sedikit membuka gaun tidur di bagian pundaknya.Melihat pemandangan tersebut segera Joko menunduk dan dengan segan berkata, "Harusnya juragan putri ada yang menemani." ucapnya dengan dengan segan tanpa melihat ke arah si wanita.Dalam jilatan sinar rembulan samar-samar tampak mata si wanita melirik nakal dari arah sudut matanya."Sekarang sudah!" ucapnya dengan nada manja da

    Last Updated : 2023-11-30
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 3

    Para pengemudi ojek yang berpangkalan di mulut desa Baros, wilayah terjauh di kecamatan cililin kabupaten Bandung, menatap serempak pada bus kendaraan umum yang berhenti perlahan di bawah lampu jalan yang bersinar redup.Tidak ada yang berdiri ataupun merebut calon penumpang. Karena mereka sudah terbiasa membiarkan calon penumpang memilih sendiri ojek yang di sukai. Mereka juga menyepakati perjanjian yang tidak tertulis, apabila salah satu ojek terpakai terus menerus sementara yang lain kebanyakan menganggur, maka ojek yang laku keras itu harus berbagi sedikit rezeki nya pada rekan-rekan yang kurang beruntung. Baik itu berupa uang, maupun beberapa batang rokok atau juga dengan berpura-pura mengutak-atik sepeda motornya yang tidak mengalami kerusakan apapun, seraya menganjurkan si calon penumpang untuk naik ojek yang lain saja.Hanya satu penumpang yang turun dari kendaraan umum itu, dan kembali bus itupun melanjutkan perjalanannya. Seorang laki-laki yang berusia sekitar 30 tahun, berp

    Last Updated : 2023-12-01
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 4

    "karena apa?" Desak agung yang masih kesal.Kemudian para pengemudi ojek itu saling bertukar pandang, lalau salah seorang dari mereka memberanikan diri untuk membuka mulut."Jadi begini om, semenjak wanita rembulan itu muncul, sudah tiga orang yang jatuh sebagai korbannya. Dan tak satu orang pun dari kami yang mau menambah jumlah dari korban itu, konon lagi harus mati secara mengerikan!" ucap salah satu tukang ojek itu."Mengerikan bagaimana?" tanya agung dengan keheranan."Yah-" si pembicara tampak bimbang sejenak, lalu setelah mencoba menenangkan dirinya barulah ia meneruskan ucapannya. "Sudah tubuh tercabik-cabik leher robek menganga, serta darah pun di hisap habis pula." ucapnya dengan bergidik ngeri.Agung gemetar mendengarnya. Gemetar bukan karena ngeri. Melainkan karena marah bercampur perasaan yang amat perih di dalam hati.Agung memang sudah tau bahwa adiknya Rina sudah meninggal, dan maksud kedatangannya ketempat ini dengan maksud berziarah, tetapi apa yang ia dengar, sungg

    Last Updated : 2023-12-01

Latest chapter

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 9

    Agung Bratamanggala tiba-tiba merasa gelisah. "Apa sebenarnya yang sudah terjadi?" pikirnya. Kegelisahan dan di tambah udara malam yang gerah membuat Agung berkeringat ... seperti ketika tadi ia di paksa harus berjalan kaki sejak dari tanjakan. Segera agung turun dari tempat tidur, dan membuka kemejanya lalu di gantungkan pada kapsok yang tersedia di dekat pintu. Barulah ia menyadari bahwa senjatanya masih tetap ia sandang. Pistol beserta sarungnya itu ia lepas pula dan di gantung kan pada tempat yang sama.Senjata itu mengingatkan Agung pada sosok kera besar yang bermata merah darah yang kepergok dengannya di tanjakan gelap tadi. Mahluk itu bukanlah sekedar halusinasi, karena telah di kuatkan oleh penghuni rumah yang perdebatkan mereka secara kebetulan terdengar oleh telinga Agung. "Seperti nya mahluk itu sudah pergi buk!" lalu bantahan sang istri. "Belum tentu, mungkin saja ia bersembunyi... menunggu seseorang keluar untuk di mangsa!"Agung tidak di mangsa. Agung di biarkan tetap hi

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 8

    Pertanyaan itu terjawab sendiri sewaktu Asti melanjutkan kisahnya."Selama 3 tahun pernikahannya, tawa Ariadi terdengar langka. Dia berubah jadi pendiam dan sering menutup diri, alangkah mencolok perbedaannya setelah Ariadi bertemu dengan Rina, dia seperti menemukan hidupnya kembali. Ceria dan terbuka pada siapa saja. Bahkan semasih masa-masa remajanya pun belum pernah aku melihat Ariadi sebahagia hari-hari yang di lalui nya bersama Rina." Agung menghela nafas dan berkomentar dengan wajah yang di paksakan tersenyum. "Aku senang mendengarnya.""Itu pula sebabnya kak Agung, mengapa akang sewaktu diopname, kami tidak sempat berkunjung, akang tentunya masih ingat ketika akang tertimpa musibah, Rina justru baru saja meninggal," ucap Astuti dengan wajah murung. "Nah dan waktu itu pula Ariadi hampir gila karenanya. Aku lantas tak Minggu meninggalkan dia sendirian. Jangankan berkunjung kelahat, pekerjaan yang sebagai kewajiban ku pun terpaksa harus ku tinggalkan, bahkan dengan resiko di peca

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 7

    Sebuah rumah besar model tradisional yang tampak begitu megah dan anggun di tengah pelataran yang maha luas, Disebut maha luas, karena tidak terlihat adanya pagar atau tembok yang membatasi dengan alam sekitar. Sehingga bagian belakang rumah tampak seperti bertabirkan dan di lindungi oleh dinding bukit. Lalau lembah terbuka sebagai latar depan. Di mana pusat desa Rancabiuk serta hamparan luas sejumlah tambak yang terlihat samar-samar dalam keremangan malam yang bermandikan sinar rembulan.Tok ... Tok ... Agung mengetuk pintu rumah, dan terdengar suara seorang wanita dari dalam."Siapa?" "Aku Agung ... Agung Bratamangala." jawabannya dari balik pintu rumah itu.Mendengar nama yang sangat ia kenal sang wanita bergegas berjalan menuju pintu rumahnya.Pintu rumah di buka oleh Astuti, rangkulan erat dan hangat dengan sekujur tubuh gemetar di tambah pula sesenggukan Isak tangis. Yang mau tidak mau membuat air mata agung ikut keluar. Boleh di bilang, sebenarnya Agung lebih menghibur diri se

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 6

    Agung terus melihat kearah menghilangnya sang mahluk. Seketika ia tersadar dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.Dengan perasaan berkecamuk dan campur aduk pistol yang masih dia pegang kini kembali di masukkan kedalam sarungnya. Sengaja tidak langsung dikuncikan begitu pun dengan bagian kemeja yang di biarkan setengah terbuka. Siapa tahu sewaktu-waktu senjata itu di pergunakan kembali. Tujuan perjalanan Agung memang tidak seberapa jauh lagi, tapi mungkin saja bahaya masih tetap mengintai.Tas yang tadinya berpindah ketangan kiri kini dipindah kembali ke tangan kanan. Setelah melewati tanjakan, Agung pun tiba di tempat tujuan yakni kampung Rancabiuk yang rumah-rumah penduduknya tampak berdampingan di kiri dan kanan jalan. Tampak lampu-lampu menyala lebih terang di bandingkan dengan sebelumnya yang terlihat di bawah sana. Namun suasana yang di temui masih tetap sama yakni sunyi senyap mencekam. Tidak tampak adanya manusia di jalan atau hanya sekedar duduk di teras rumah, tida

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 5

    Agung baru saja ingin membuka mulut sebelum kendaraan berhenti perlahan-lahan. "Saya mengantar sampai di sini saja, om." ucap Hendra dengan lirih.Agung memperhatikan jalan di depan mereka yang diterangi oleh cahaya lampu sepeda motor Hendra. Tampak sebuah jembatan yang lumayan besar yang terbuat dari balok kayu yang di kombinasi dengan lempengan baja yang tebal di sisi-sisi jembatan itu. Di seberangnya tampak pula jalanan yang menanjak di antara pepohonan yang berdaun rapat dan rimbun.Sadar dengan Hendra yang mulai gelisah, mau tidak mau agung terpaksa harus turun. Barang bawaannya di simpan hati-hati di atas rerumputan liar yang tumbuh subur di pinggir jalan. Lalu dompet nya di cabut dari saku belakang celana. Belum juga dompet itu sempat dibuka, Hendra sudah memutar sepeda motornya ke arah semula seraya berkata tergesa-gesa. "Lupakan saja om!" ucapnya pada Agung."Hei ....""Yang pernah saya terima dari almarhumah, sudah lebih dari cukup," potong Hendra tegas. "Selamat malam om.

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 4

    "karena apa?" Desak agung yang masih kesal.Kemudian para pengemudi ojek itu saling bertukar pandang, lalau salah seorang dari mereka memberanikan diri untuk membuka mulut."Jadi begini om, semenjak wanita rembulan itu muncul, sudah tiga orang yang jatuh sebagai korbannya. Dan tak satu orang pun dari kami yang mau menambah jumlah dari korban itu, konon lagi harus mati secara mengerikan!" ucap salah satu tukang ojek itu."Mengerikan bagaimana?" tanya agung dengan keheranan."Yah-" si pembicara tampak bimbang sejenak, lalu setelah mencoba menenangkan dirinya barulah ia meneruskan ucapannya. "Sudah tubuh tercabik-cabik leher robek menganga, serta darah pun di hisap habis pula." ucapnya dengan bergidik ngeri.Agung gemetar mendengarnya. Gemetar bukan karena ngeri. Melainkan karena marah bercampur perasaan yang amat perih di dalam hati.Agung memang sudah tau bahwa adiknya Rina sudah meninggal, dan maksud kedatangannya ketempat ini dengan maksud berziarah, tetapi apa yang ia dengar, sungg

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 3

    Para pengemudi ojek yang berpangkalan di mulut desa Baros, wilayah terjauh di kecamatan cililin kabupaten Bandung, menatap serempak pada bus kendaraan umum yang berhenti perlahan di bawah lampu jalan yang bersinar redup.Tidak ada yang berdiri ataupun merebut calon penumpang. Karena mereka sudah terbiasa membiarkan calon penumpang memilih sendiri ojek yang di sukai. Mereka juga menyepakati perjanjian yang tidak tertulis, apabila salah satu ojek terpakai terus menerus sementara yang lain kebanyakan menganggur, maka ojek yang laku keras itu harus berbagi sedikit rezeki nya pada rekan-rekan yang kurang beruntung. Baik itu berupa uang, maupun beberapa batang rokok atau juga dengan berpura-pura mengutak-atik sepeda motornya yang tidak mengalami kerusakan apapun, seraya menganjurkan si calon penumpang untuk naik ojek yang lain saja.Hanya satu penumpang yang turun dari kendaraan umum itu, dan kembali bus itupun melanjutkan perjalanannya. Seorang laki-laki yang berusia sekitar 30 tahun, berp

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 2

    "Hantu ya?" ucap wanita dengan lembut sekaligus tertawa kecil. "Apa memang kaki ku tidak menginjak tanah, Joko?" sambungannya dengan tersenyum kecil.Joko dengan reflek melihat ke arah si kaki wanita dan jelas saja, kaki wanita itu memang menyentuh tanah, Joko tersenyum malu bercampur segan. "Maaf, tapi mengapa juragan putri sampai di tempat yang sunyi ini? tengah malam buta lagi!" tanya Joko dengan sedikit segan."Suamiku mendengkur seperti kerbau," ucap wanita dengan raut wajah mengeluh. "Aku lantas tidak bisa tidur, mana udara di dalam rumah gerahnya bukan main," ucapnya dengan nada mengeluh. dan selanjutnya ia sedikit membuka gaun tidur di bagian pundaknya.Melihat pemandangan tersebut segera Joko menunduk dan dengan segan berkata, "Harusnya juragan putri ada yang menemani." ucapnya dengan dengan segan tanpa melihat ke arah si wanita.Dalam jilatan sinar rembulan samar-samar tampak mata si wanita melirik nakal dari arah sudut matanya."Sekarang sudah!" ucapnya dengan nada manja da

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 1

    Tahun 1995Jerit tangis bayi membangunkan Joko dari tidur pulas ya, kesal merasa terganggu, pundak istrinya yang sedang mengorok ia guncang tidak sabar."Hei! bangunlah, tuh anak mu mau nyusu!" ucap Joko dengan kesal.Sang istri yang masih setengah sadar, dengan terpaksa melangkah menuju box bayi, untuk melihat keadaan si bayi yang sedang menangis. Sementara Joko yang akan tertidur kembali, mendadak teringat bahwa malam ini ia harus membuka pintu air untuk mengisi tambak-tambak yang sudah di kosongkan dua Minggu sebelumnya. Tambak-tambak tersebut, sudah di betulkah serta di cuci hamakan, dan saat ini lumpur nya sudah cukup kering untuk di isi air dan sorenya akan di tabur bibit ikan di dalamnya."Popoknya basah!" ucap Ani memberi tahu, jelas dengan maksud agar si suami mau membantu untuk mengambilkan popok pengganti.Joko dengan cepat turun dari atas kasur, tetapi tidak untuk memenuhi permintaan sang istri, melainkan langsung menuju pintu kamar dan pergi menuju kamar mandi yang ada di

DMCA.com Protection Status