Share

BAB 8

Penulis: Maychan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-10 10:42:21

Pertanyaan itu terjawab sendiri sewaktu Asti melanjutkan kisahnya.

"Selama 3 tahun pernikahannya, tawa Ariadi terdengar langka. Dia berubah jadi pendiam dan sering menutup diri, alangkah mencolok perbedaannya setelah Ariadi bertemu dengan Rina, dia seperti menemukan hidupnya kembali. Ceria dan terbuka pada siapa saja. Bahkan semasih masa-masa remajanya pun belum pernah aku melihat Ariadi sebahagia hari-hari yang di lalui nya bersama Rina."

Agung menghela nafas dan berkomentar dengan wajah yang di paksakan tersenyum. "Aku senang mendengarnya."

"Itu pula sebabnya kak Agung, mengapa akang sewaktu diopname, kami tidak sempat berkunjung, akang tentunya masih ingat ketika akang tertimpa musibah, Rina justru baru saja meninggal," ucap Astuti dengan wajah murung. "Nah dan waktu itu pula Ariadi hampir gila karenanya. Aku lantas tak Minggu meninggalkan dia sendirian. Jangankan berkunjung kelahat, pekerjaan yang sebagai kewajiban ku pun terpaksa harus ku tinggalkan, bahkan dengan resiko di pecat." sambung nya.

Sejenak hening di antara obrolan mereka, dan Agung mengawasi sosok gadis semampai di hadapannya, lalu bergumam simpatik. "Pantas kau tampak lebih kurus dari apa yang aku bayangkan sebelumnya!"

"O ya?" Astuti menyeringai kecut. "Kalau itu benar kang, semata-mata bukan di karenakan Ariadi atau diriku sendiri. Tapi Rina. Dia ... dia ..." Seperti mendadak kehilangan pegangan, Astuti tiba-tiba menutupkan wajah di kedua telapak tangannya, pundak gadis itu terguncang keras ketika ia merintis sakit, " Ya tuhan mengapa semua ini mesti terjadi?!" ucapnya dengan sedikit terisak.

Agung yang sudah akan bangkit untuk merangkul dan membujuk, dengan perlahan duduk kembali. karena dengan cepat tangan Astuti sudah di turunkan. Dan kepalanyapun kembali tegak angkuh. Dengan pipi di basahi air mata gadis itu memaksakan senyum pada bibirnya yang pucat.

"Enaknya tadi aku menegur kang Ari, Sementara aku sendiri..." dengan nada bergetar ia menatap lurus tamunya, lantas melanjutkan. "Camkan dan ingat-ingat selalu, Kang agung. Apapun yang sudah terjadi, sesungguhnyalah aku dan Ariadi teramat mencintai adik mu, tuhan jadi saksi ku!"

Tak ubahnya seorang pesakitan yang tidak di beri hak membela diri apalagi menuntut, kapten polisi Agung Bratamanggala seketika terdiam, tanpa kata.

***

Setelah memindahkan isi tas kelemari yang tersedianya di kamarnya, Agung langsung rebah di tempat tidur ... dengan pikiran menerawang tidak menentu. Dari setumpuk persoalan yang mengaduk-aduk pikiran nya, yang paling terkesan adalah ketidak puasan. Pembicaraannya dengan tuan rumah kk beradik itu bersifat sambil lalu. Dan lebih merupakan basa-basi antar keluarga yang tertimpa musibah.

Namun dari pembicaraan sambil lalu tersebut, Agung menemukan kejanggalan yang perlu di pikirkan dalam-dalam. Sebagai contoh ucapan Ariadi tadi. " Memang benar Rina di patuk ular ...."

Itu sudah di ketahui Agung lewat telepon interlokal dikantornya di lahat, yang kemudian di teruskan kerumah sakit tepatnya diopname. Astuti yang menelepon dan kemudian mengirimkan surat untuk memberi penjelasan lebih rinci.

"Lantas mengapa Ariadi perlu mengutarakannya kembali tanpa di minta? dengan pilihan kata yang mengherankan pula." pikir Agung. "Dan seakan Ariadi menghindari pertanyaan dari ku!" gumamnya pelan. "Yang belum tentu ada! Malah sepertinya Ariadi meyakinkan ku bahwa memang demikianlah kenyataannya." Agung terus berusaha memecahkan teka-teki dalam pikirannya.

"Walaupun rohnya konon bergentayangan, bukan karena...."

Sayang Astuti keburu muncul. Namun lanjutkan kalimat yang terputus itu mudah saja di tebak Ariadi bermaksud menangkis desas-desus yang agaknya sudah mewabah di luar rumah mereka. Tapi mengapa Ariadi harus khawatir Agung mempercayai rumor itu, seolah Agung seorang anak kemarin sore? ataukah mungkin rumor itu benar adanya?

Agung Bratamanggala mencoba menganalisa. Bunuh diri. Sangat tidak masuk di akal, Agung tahu betul siapa Rina. Yang dalam keadaan tersuruk bagaimanapun selalu menemukan ide atau jalan keluar agar tidak sampai larut oleh frustrasi, contoh paling nyata. "Walaupun kita tidak mungkin menikah. kang Agung. Aku akan mencintaimu selalu, aku tahu suatu hari kelak pada akhirnya kau harus menikah dengan wanita lain, namun tak usah khawatir. Aku juga akan menikah lelaki lain tanpa harus mencintainya!"

Jadi Rina bukanlah tipe orang yang lekas putus asa. apalagi sampai nekat bunuh diri.

Kesimpulannya: Persetan!

Sekarang mati di bunuh. Ada dua unsur yang paling umum mengapa seorang suami sampai tega membunuh istrinya, atau sebaliknya.

Pertama, materi.

Memangnya berapa banyak sih milik si Rina? Sebagai mana yang Agung tau, ayah mereka yang sudah almarhum adalah seorang polisi. Tetapi dengan pangkat sersan. Tidak banyak meninggalkan harta. Kalau pun ada, bagian Rina sepenuhnya di bagikan pada agung. "Pergunakanlah kapan saja kang Agung merasa perlu." ucap Rina. "Aku tidak membutuhkannya, Apa yang aku butuhkan adalah diri dan cinta kang Agung!" tambahnya lagi.

Tabungan Rina selama bertugas sebagai pramugari udara? "Biarpun sudah ku tanamkan dalam usaha yang di kelola Ariadi, kami telah membuat perjanjian tertulis di hadapan notaris. Selama kami belum memperoleh keturunan, Kang Agung lah yang berhak sebagai satu-satunya ahli waris ku...."

Jelas untuk urusan materi sebaiknya di singkirkan. Tinggal unsur kedua, skandal seks.

Dari pihak Rina, mustahil. Rina bukanlah tipe yang murah meriah yang suka gonta-ganti lelaki. "Hanya kang Agung seorang yang ada dalam hatiku, bila pun kelak ada yang lain, maka dia akan menjadi orang kedua namun sekaligus yang terakhir dalam hidupku..."

Dari pihak Ariadi, mungkin? Sulit di percaya. "Percayakah kau kang Agung? Ariadi ternyata mencintai dan memuja diriku melebihi apa yang aku sendiri harapkan!" Dan barusan tadi, Astuti menguatkan. "Tuhan jadi saksi ku!"

Jadi kesimpulannya bukanlah materi atau skandal seks. Ada banyak kemungkinan lain, tetapi setelah ditimbang-timbang, Agung kemudian memutuskan tak Sudi berpusing-pusing memikirkan nya. Paling tidak untuk malam ini. Toh yang di pikirkan juga sudah mati dan dikebumikan. Untuk sementara tidak banyak lagi yang dapat diperbuat. Kecuali mendoakan semoga Rina damai di alam kubur.

Atau, seperti apa yang telah di tegaskan oleh Astuti pada saudaranya. "Hormatilah Rina, apalagi dia sudah meninggal!"

Terasa adanya unsur tekanan dalam kalimat Astuti itu. Mengherankan, memang. tapi mungkin saja itu di maksud agar Ariadi tau diri. Dan kemungkinan, Ariadi belum rela menerima kenyataan bahwa istri yang dia cintai telah tiada di dunia ini.

Astuti.

Gadis itupun tidak kurang mengherankan, alangkah berbeda cara Astuti menyatakan kematian Rina dengan Lidya. Pada Rina :"Semenjak di tinggalkan." Tetapi pada Lidya:"Semenjak di tinggal mati." mengapa demikian? Ataukah mungkin Astuti sama seperti Ariadi yang belum rela menerima kematian Rina? Ariadi, okelah dia sama Rina. Akan tetapi seorang adik ipar, meskipun sekaligus dia sebagai sahabat dekat. Terasa agak janggal. Lebih janggal lagi, Apa yang tadi dirintihkan Astuti. "Mengapa ini harus terjadi?!" masih ada lagi: "Camkan dan ingat-ingatlah selalu, kang Agung, apapun yang sudah terjadi ...."

Bab terkait

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 9

    Agung Bratamanggala tiba-tiba merasa gelisah. "Apa sebenarnya yang sudah terjadi?" pikirnya. Kegelisahan dan di tambah udara malam yang gerah membuat Agung berkeringat ... seperti ketika tadi ia di paksa harus berjalan kaki sejak dari tanjakan. Segera agung turun dari tempat tidur, dan membuka kemejanya lalu di gantungkan pada kapsok yang tersedia di dekat pintu. Barulah ia menyadari bahwa senjatanya masih tetap ia sandang. Pistol beserta sarungnya itu ia lepas pula dan di gantung kan pada tempat yang sama.Senjata itu mengingatkan Agung pada sosok kera besar yang bermata merah darah yang kepergok dengannya di tanjakan gelap tadi. Mahluk itu bukanlah sekedar halusinasi, karena telah di kuatkan oleh penghuni rumah yang perdebatkan mereka secara kebetulan terdengar oleh telinga Agung. "Seperti nya mahluk itu sudah pergi buk!" lalu bantahan sang istri. "Belum tentu, mungkin saja ia bersembunyi... menunggu seseorang keluar untuk di mangsa!"Agung tidak di mangsa. Agung di biarkan tetap hi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 10

    Sesuatu terjadi!Saat itu justru Rina lah yang terkejut.Dengan sigap ia melihat beberapa detik ke arah sang laki-laki. Seakan menyadari sesuatu, jari jemarinya dengan cepat ia tarik mundur dari wajah agung. Dan secepat itu pula sosoknya menjauhi tubuh Agung di tempat tidur. Dengan cepat menuju ke arah jendela yang terbuka lebar. Wajah yang indah di pandang itu tampak memucat, ketakutan. Namun di wajahnya yang memucat saat ini masih terlihat sepasang mata yang yang basah. berlinang menyedihkan. Apa yang di takutkan Rina? Apa pula yang ia tangis kan?Dengan sekuat tenaga dan perlahan-lahan Agung menggeliat bangun dari tempatnya. Dengan suara parau Agung memangil. "Rina ...." Seakan Rina tidak mendengar panggilan itu.Terlambat sudah. Seharusnya Agung Bratamangala lebih cepat meluncur dari tempat tidurnya, langsung mendatangi dan merangkul Rina, melampiaskan pendaman rindu sepuas hati. Namun baju juga kepikiran itu muncul di benak Agung, sosok Rina sudah memutar dengan cepat. Pada det

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 12

    "Ada apa. Bi?" Dengan penasaran Agung mencoba bertanya, dan berharap ada jawaban yang sesuai dengan ia inginkan.Namun yang di tanya hanya. "Ah - bukan apa-apa!" Marni menyahut lirih. Dengan nada suara seperti tertekan. Mencoba tersenyum kembali, ia kemudian menambahkan. "Saya masih sulit untuk menerima kenyataan bahwa juragan istri telah berganti ... Eh - maksud saya telah tiada!" Tampak jelas Marni menyadari sesuatu dengan tiba-tiba, saat mana ia kemudian meralat ucapannya dengan cepat. sehingga mau tidak mau Agung lantas mengerutkan kening. Namun sebelum Agung sempat membuka mulut untuk bertanya kembali. Marni sudah menemukan dirinya kembali. Lantas berujar dengan sikap santai. "Om, tentunya mau ke kamar mandi ya? Silahkan, saya akan membuat kopi selagi om masih di kamar mandi!" Ucap Marni seraya berjalan menuju dapur. Baru satu dua langkah ia beranjak dari tempatnya, Marni kembali membalikkan tubuh. "Yang encer, kalau tak salah. Dengan sedikit gula. Iya toh?" Marni menebak denga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 12

    Agung memotong dengan tandas ucapan Marni. "Kuburan baru gampang menemukan nya, paling tidak di kayu nisannya masih ada nama!" Lantas agung dengan segera pergi berlalu. Di belakangnya, Marni berdiri mengawasi dengan wajah murung. Marni tetap seperti itu, berdiri terpaku beberapa saat. Sampai agung menghilang di luar rumah. Baru setelah nya Marni mengurut dada, sambil berbicara sendirian. "Laki-laki yang malang - andai, dia tau kebenarannya ...!" Saat berikutnya, sudut-sudut mata Marni tampak basah. Ia kemudian kembali meneruskan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda. Mengepel lantai sambil bergumam pelan dan hampir tidak jelas terdengar. Suatu saat, pundak Marni tampak bergetar. Lantas wanita setengah baya itu menangis tersedu-sedu. Lanjut pada Agung.Saat keluar dari rumah, agung langsung mengitari dan kemudian memeriksa halaman di bagian luar kamar yang ia tempati. Ia menemukan beberapa lekukan di tanah yang berumput. Tetapi Agung tidak berani memastikan apakah lekukan-lekukan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 13

    Puncaknya, saat Rina berusia 17 tahun. Yakni usia kebanggaan seorang gadis, saat di mana semua harapan dan juga serta doa di panjatkan dengan setulus hati. Dan pada kesempatan bersejarah itu, Agung menyempatkan diri untuk menyinggung hal yang sama dalam ucapan selamatnya pada Rina. Secara bermain-main tentunya."Pasti bakal rame, bilang saja saat ini kau memiliki seorang pacar ...!" Ucap Agung dengan nada bercanda.Namun Rina menatap dengan tenang. Dan menjawab dengan nada lebih tenang lagi. "Hanya Abang seorang yang patut menjadi pendamping ku!" Kali ini Agung tidak tertawa. Bukan karena tidak berani. Melainkan benar-benar tidak bisa. Hal itu di sebabkan Agung melihat langsung ke arah Rina dan ia menyadari, di balik mata Rina yang berbinar, terpancar perasaan cinta yang tulus. Cinta seorang gadis kepada lawan jenisnya.****Tempat yang terbuka di hadapannya sempat membuat Agung tertegun sejenak. Rupanya tanpa ia sadari, ia telah berjalan hanya dengan mengikuti ke arah mana kaki mela

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 14

    Sebelum Agung sempat mengutarakan sesuatu, orang tua yang bermata tajam itu sudah membuka mulutnya kembali. Suaranya tetap terdengar lembut dan tenang. Setenang sikapnya. "Saya tidak akan bertanya apa yang kau kerjakan di sini. Saya hanya menganjurkan, sebaiknya kau segera kembali ketempat dari mana kau datang!" Agung melihat dengan tersentak. "Tepi ...." Belum lagi ia menyelesaikan ucapannya."Saya tidak suka pasien saya terganggu!" Sela si orang tua. Dengan nada suara berubah tajam.Agung mengerutkan kening. "Pasien?" Ucapnya dengan nada menyelidiki."Saya seorang dukun!" Orang tua itu menjelaskan."Ohh ..." Sekali lagi Agung di buat tersedak. Namun tidak mengurangi hasrat nya untuk melunakkan penerimaan si orang tua. "Parah benarkah sakitnya?""Kau sudah dengar sendiri, anak muda. Suara mendengkur nya tidak lazim bukan?"Agung manggut-manggut setuju. Lantas mengomentari dengan gaya sambil lalu. "Tadinya aku sempat mengira yang di dalam itu..." Agung menunjuk lewat bahu kearah bela

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 15

    Tidak pernah terbayangkan oleh Agung bahwa Rina akan mati muda, dan sedemikian cepat. Dan juga Agung sangat sulit untuk menerima kenyataan, bahwa Rina kini terbaring di kedalaman tanah yang sangat dingin dan gelap gulita. Yang lebih menghancur luluhkan hati. Agung tanpa sempat melihat jasad Rina, bahkan untuk yang terakhir kalinya!Saat terakhir agung melihat Rina adalah di suatu pagi buta di suatu tahun yang lalu, satu bulan setelah Rina menikah dengan Ariadi. Agung yang biasa terbangun di pagi buta untuk lari pagi, di buat terperanjat manakala ia membuka pintu rumah mereka ... Di lahat, Rina tahu-tahu sudah berdiri di hadapan mata. Tampak lelah, namun tetap dengan kecantikan dan sinar mata yang sama. Sinar mata yang bergelimang cinta!Agung sempat di datangi prasangka buruk, bahwa Rina telah di ceraikan oleh Ariadi. Atau yang paling masuk di akal. Rina yang menceraikan Ariadi. Siapapun di antara mana yang benar, satu hal yang sudah pasti. Agung sampai pucat sangking terguncangnya."

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 1

    Tahun 1995Jerit tangis bayi membangunkan Joko dari tidur pulas ya, kesal merasa terganggu, pundak istrinya yang sedang mengorok ia guncang tidak sabar."Hei! bangunlah, tuh anak mu mau nyusu!" ucap Joko dengan kesal.Sang istri yang masih setengah sadar, dengan terpaksa melangkah menuju box bayi, untuk melihat keadaan si bayi yang sedang menangis. Sementara Joko yang akan tertidur kembali, mendadak teringat bahwa malam ini ia harus membuka pintu air untuk mengisi tambak-tambak yang sudah di kosongkan dua Minggu sebelumnya. Tambak-tambak tersebut, sudah di betulkah serta di cuci hamakan, dan saat ini lumpur nya sudah cukup kering untuk di isi air dan sorenya akan di tabur bibit ikan di dalamnya."Popoknya basah!" ucap Ani memberi tahu, jelas dengan maksud agar si suami mau membantu untuk mengambilkan popok pengganti.Joko dengan cepat turun dari atas kasur, tetapi tidak untuk memenuhi permintaan sang istri, melainkan langsung menuju pintu kamar dan pergi menuju kamar mandi yang ada di

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30

Bab terbaru

  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 15

    Tidak pernah terbayangkan oleh Agung bahwa Rina akan mati muda, dan sedemikian cepat. Dan juga Agung sangat sulit untuk menerima kenyataan, bahwa Rina kini terbaring di kedalaman tanah yang sangat dingin dan gelap gulita. Yang lebih menghancur luluhkan hati. Agung tanpa sempat melihat jasad Rina, bahkan untuk yang terakhir kalinya!Saat terakhir agung melihat Rina adalah di suatu pagi buta di suatu tahun yang lalu, satu bulan setelah Rina menikah dengan Ariadi. Agung yang biasa terbangun di pagi buta untuk lari pagi, di buat terperanjat manakala ia membuka pintu rumah mereka ... Di lahat, Rina tahu-tahu sudah berdiri di hadapan mata. Tampak lelah, namun tetap dengan kecantikan dan sinar mata yang sama. Sinar mata yang bergelimang cinta!Agung sempat di datangi prasangka buruk, bahwa Rina telah di ceraikan oleh Ariadi. Atau yang paling masuk di akal. Rina yang menceraikan Ariadi. Siapapun di antara mana yang benar, satu hal yang sudah pasti. Agung sampai pucat sangking terguncangnya."

  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 14

    Sebelum Agung sempat mengutarakan sesuatu, orang tua yang bermata tajam itu sudah membuka mulutnya kembali. Suaranya tetap terdengar lembut dan tenang. Setenang sikapnya. "Saya tidak akan bertanya apa yang kau kerjakan di sini. Saya hanya menganjurkan, sebaiknya kau segera kembali ketempat dari mana kau datang!" Agung melihat dengan tersentak. "Tepi ...." Belum lagi ia menyelesaikan ucapannya."Saya tidak suka pasien saya terganggu!" Sela si orang tua. Dengan nada suara berubah tajam.Agung mengerutkan kening. "Pasien?" Ucapnya dengan nada menyelidiki."Saya seorang dukun!" Orang tua itu menjelaskan."Ohh ..." Sekali lagi Agung di buat tersedak. Namun tidak mengurangi hasrat nya untuk melunakkan penerimaan si orang tua. "Parah benarkah sakitnya?""Kau sudah dengar sendiri, anak muda. Suara mendengkur nya tidak lazim bukan?"Agung manggut-manggut setuju. Lantas mengomentari dengan gaya sambil lalu. "Tadinya aku sempat mengira yang di dalam itu..." Agung menunjuk lewat bahu kearah bela

  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 13

    Puncaknya, saat Rina berusia 17 tahun. Yakni usia kebanggaan seorang gadis, saat di mana semua harapan dan juga serta doa di panjatkan dengan setulus hati. Dan pada kesempatan bersejarah itu, Agung menyempatkan diri untuk menyinggung hal yang sama dalam ucapan selamatnya pada Rina. Secara bermain-main tentunya."Pasti bakal rame, bilang saja saat ini kau memiliki seorang pacar ...!" Ucap Agung dengan nada bercanda.Namun Rina menatap dengan tenang. Dan menjawab dengan nada lebih tenang lagi. "Hanya Abang seorang yang patut menjadi pendamping ku!" Kali ini Agung tidak tertawa. Bukan karena tidak berani. Melainkan benar-benar tidak bisa. Hal itu di sebabkan Agung melihat langsung ke arah Rina dan ia menyadari, di balik mata Rina yang berbinar, terpancar perasaan cinta yang tulus. Cinta seorang gadis kepada lawan jenisnya.****Tempat yang terbuka di hadapannya sempat membuat Agung tertegun sejenak. Rupanya tanpa ia sadari, ia telah berjalan hanya dengan mengikuti ke arah mana kaki mela

  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 12

    Agung memotong dengan tandas ucapan Marni. "Kuburan baru gampang menemukan nya, paling tidak di kayu nisannya masih ada nama!" Lantas agung dengan segera pergi berlalu. Di belakangnya, Marni berdiri mengawasi dengan wajah murung. Marni tetap seperti itu, berdiri terpaku beberapa saat. Sampai agung menghilang di luar rumah. Baru setelah nya Marni mengurut dada, sambil berbicara sendirian. "Laki-laki yang malang - andai, dia tau kebenarannya ...!" Saat berikutnya, sudut-sudut mata Marni tampak basah. Ia kemudian kembali meneruskan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda. Mengepel lantai sambil bergumam pelan dan hampir tidak jelas terdengar. Suatu saat, pundak Marni tampak bergetar. Lantas wanita setengah baya itu menangis tersedu-sedu. Lanjut pada Agung.Saat keluar dari rumah, agung langsung mengitari dan kemudian memeriksa halaman di bagian luar kamar yang ia tempati. Ia menemukan beberapa lekukan di tanah yang berumput. Tetapi Agung tidak berani memastikan apakah lekukan-lekukan

  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 12

    "Ada apa. Bi?" Dengan penasaran Agung mencoba bertanya, dan berharap ada jawaban yang sesuai dengan ia inginkan.Namun yang di tanya hanya. "Ah - bukan apa-apa!" Marni menyahut lirih. Dengan nada suara seperti tertekan. Mencoba tersenyum kembali, ia kemudian menambahkan. "Saya masih sulit untuk menerima kenyataan bahwa juragan istri telah berganti ... Eh - maksud saya telah tiada!" Tampak jelas Marni menyadari sesuatu dengan tiba-tiba, saat mana ia kemudian meralat ucapannya dengan cepat. sehingga mau tidak mau Agung lantas mengerutkan kening. Namun sebelum Agung sempat membuka mulut untuk bertanya kembali. Marni sudah menemukan dirinya kembali. Lantas berujar dengan sikap santai. "Om, tentunya mau ke kamar mandi ya? Silahkan, saya akan membuat kopi selagi om masih di kamar mandi!" Ucap Marni seraya berjalan menuju dapur. Baru satu dua langkah ia beranjak dari tempatnya, Marni kembali membalikkan tubuh. "Yang encer, kalau tak salah. Dengan sedikit gula. Iya toh?" Marni menebak denga

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 10

    Sesuatu terjadi!Saat itu justru Rina lah yang terkejut.Dengan sigap ia melihat beberapa detik ke arah sang laki-laki. Seakan menyadari sesuatu, jari jemarinya dengan cepat ia tarik mundur dari wajah agung. Dan secepat itu pula sosoknya menjauhi tubuh Agung di tempat tidur. Dengan cepat menuju ke arah jendela yang terbuka lebar. Wajah yang indah di pandang itu tampak memucat, ketakutan. Namun di wajahnya yang memucat saat ini masih terlihat sepasang mata yang yang basah. berlinang menyedihkan. Apa yang di takutkan Rina? Apa pula yang ia tangis kan?Dengan sekuat tenaga dan perlahan-lahan Agung menggeliat bangun dari tempatnya. Dengan suara parau Agung memangil. "Rina ...." Seakan Rina tidak mendengar panggilan itu.Terlambat sudah. Seharusnya Agung Bratamangala lebih cepat meluncur dari tempat tidurnya, langsung mendatangi dan merangkul Rina, melampiaskan pendaman rindu sepuas hati. Namun baju juga kepikiran itu muncul di benak Agung, sosok Rina sudah memutar dengan cepat. Pada det

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 9

    Agung Bratamanggala tiba-tiba merasa gelisah. "Apa sebenarnya yang sudah terjadi?" pikirnya. Kegelisahan dan di tambah udara malam yang gerah membuat Agung berkeringat ... seperti ketika tadi ia di paksa harus berjalan kaki sejak dari tanjakan. Segera agung turun dari tempat tidur, dan membuka kemejanya lalu di gantungkan pada kapsok yang tersedia di dekat pintu. Barulah ia menyadari bahwa senjatanya masih tetap ia sandang. Pistol beserta sarungnya itu ia lepas pula dan di gantung kan pada tempat yang sama.Senjata itu mengingatkan Agung pada sosok kera besar yang bermata merah darah yang kepergok dengannya di tanjakan gelap tadi. Mahluk itu bukanlah sekedar halusinasi, karena telah di kuatkan oleh penghuni rumah yang perdebatkan mereka secara kebetulan terdengar oleh telinga Agung. "Seperti nya mahluk itu sudah pergi buk!" lalu bantahan sang istri. "Belum tentu, mungkin saja ia bersembunyi... menunggu seseorang keluar untuk di mangsa!"Agung tidak di mangsa. Agung di biarkan tetap hi

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 8

    Pertanyaan itu terjawab sendiri sewaktu Asti melanjutkan kisahnya."Selama 3 tahun pernikahannya, tawa Ariadi terdengar langka. Dia berubah jadi pendiam dan sering menutup diri, alangkah mencolok perbedaannya setelah Ariadi bertemu dengan Rina, dia seperti menemukan hidupnya kembali. Ceria dan terbuka pada siapa saja. Bahkan semasih masa-masa remajanya pun belum pernah aku melihat Ariadi sebahagia hari-hari yang di lalui nya bersama Rina." Agung menghela nafas dan berkomentar dengan wajah yang di paksakan tersenyum. "Aku senang mendengarnya.""Itu pula sebabnya kak Agung, mengapa akang sewaktu diopname, kami tidak sempat berkunjung, akang tentunya masih ingat ketika akang tertimpa musibah, Rina justru baru saja meninggal," ucap Astuti dengan wajah murung. "Nah dan waktu itu pula Ariadi hampir gila karenanya. Aku lantas tak Minggu meninggalkan dia sendirian. Jangankan berkunjung kelahat, pekerjaan yang sebagai kewajiban ku pun terpaksa harus ku tinggalkan, bahkan dengan resiko di peca

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 7

    Sebuah rumah besar model tradisional yang tampak begitu megah dan anggun di tengah pelataran yang maha luas, Disebut maha luas, karena tidak terlihat adanya pagar atau tembok yang membatasi dengan alam sekitar. Sehingga bagian belakang rumah tampak seperti bertabirkan dan di lindungi oleh dinding bukit. Lalau lembah terbuka sebagai latar depan. Di mana pusat desa Rancabiuk serta hamparan luas sejumlah tambak yang terlihat samar-samar dalam keremangan malam yang bermandikan sinar rembulan.Tok ... Tok ... Agung mengetuk pintu rumah, dan terdengar suara seorang wanita dari dalam."Siapa?" "Aku Agung ... Agung Bratamangala." jawabannya dari balik pintu rumah itu.Mendengar nama yang sangat ia kenal sang wanita bergegas berjalan menuju pintu rumahnya.Pintu rumah di buka oleh Astuti, rangkulan erat dan hangat dengan sekujur tubuh gemetar di tambah pula sesenggukan Isak tangis. Yang mau tidak mau membuat air mata agung ikut keluar. Boleh di bilang, sebenarnya Agung lebih menghibur diri se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status