Share

BAB 7

Author: Maychan
last update Last Updated: 2024-04-18 16:29:08

Sebuah rumah besar model tradisional yang tampak begitu megah dan anggun di tengah pelataran yang maha luas, Disebut maha luas, karena tidak terlihat adanya pagar atau tembok yang membatasi dengan alam sekitar. Sehingga bagian belakang rumah tampak seperti bertabirkan dan di lindungi oleh dinding bukit. Lalau lembah terbuka sebagai latar depan. Di mana pusat desa Rancabiuk serta hamparan luas sejumlah tambak yang terlihat samar-samar dalam keremangan malam yang bermandikan sinar rembulan.

Tok ... Tok ... Agung mengetuk pintu rumah, dan terdengar suara seorang wanita dari dalam.

"Siapa?"

"Aku Agung ... Agung Bratamangala." jawabannya dari balik pintu rumah itu.

Mendengar nama yang sangat ia kenal sang wanita bergegas berjalan menuju pintu rumahnya.

Pintu rumah di buka oleh Astuti, rangkulan erat dan hangat dengan sekujur tubuh gemetar di tambah pula sesenggukan Isak tangis. Yang mau tidak mau membuat air mata agung ikut keluar. Boleh di bilang, sebenarnya Agung lebih menghibur diri sendiri ketimbang Astuti, ketika kemudian ia menepuk-nepuk lembut pundak gadis itu seraya berujar terbata-bata.

"Sudahlah As, kuat kan hatimu. Dan ... marilah kita berserah diri ... pada yang maha kuasa ...!"

"Agung!!" ucap laki-laki yang menyusul di belakang sang wanita.

"Sudahlah masuk dulu," ucapnya pada tamu dan adik perempuan nya itu.

Kemudian perubahan itupun datang. Rumah besar, perabotan-perabotan antik yang di tata rapih dan sedap di pandang, lampu-lampu yang menyala terang benderang, perlahan-lahan tampak redup. Setelah Astuti memenuhi perintah Abangnya pergi ke dapur untuk membuatkan minuman, Sementara Agung baru menyadari bahwa di sebelah wajah serta leher tuan rumah laki-laki tampak adanya bekas luka-luka goresan. Memang sudah sembuh namun tetap meninggalkan jejak luka, walau samar-samar saja dan baru terlihat bila di perhatikan dengan jelas.

"Silahkan duduk." ucap Ariadi pada Agung saat mereka sampai di ruang tengah.

Agung sudah akan bertanya, Sewaktu Ariadi menghela nafas berat di tempat duduknya. Setelah mana sikapnya tau-tau menjadi serius. Dan tanpa kata pendahuluan ia langsung menyerbu.

"Tidak ada gunanya kita bermain kucing-kucingan, Gung!"

Agung tersentak. "Apa?"

Dengan suara serak, Ariadi berkata menuduh. "Tidak seorang pun pengemudi ojek di Baros yang bersedia mengantarkan mu ketempat ini bukan?"

Seketika Agung waspada. Namun tetap menjawab sejujurnya. "Pada mulanya memang begitu. Tapi entah bagaimana salah seorang dari mereka tau-tau berbaik hati mengantarkan aku, tetapi ... hanya sampai jembatan besi."

"Dan ojeknya tidak mogok kehabisan bensin!"

Dengan bijak dan tanpa kata agung menangapi dengan menganggukkan kepalanya saja, sementara sang lawan bicara pun ikut memanggut-mangut dan tampak dari sinar matanya meredup seakan kehilangan gairah. Begitu pula dengan suaranya yang terdengar sedikit getir. "Jadi setelah memaksa turun, dia pun dengan ketakutan beranjak pergi, iya toh?" ucap Ariadi menambahkan.

Lagi-lagi agung hanya mengangguk menanggapi dengan bijak.

"Apa saja yang mereka ceritakan?" tanya Ariadi kembali pada agung.

Agung Bratamangala bukan bukan seorang kapten polisi dan bergelar sarjana pula, bila terpancing begitu mudah. Lagi pula apa yang telah ia dengar hanyalah sebuah desas-desus. Sebelum ada fakta dan bukti nyata, pantang baginya berkicau seperti burung beo ... tanpa menggunakan otak, dan tanpa pertimbangan apakah orang lain atau bahkan pada dirinya sendiri mungkin hanya akan terhina.

Dengan makna tersembunyi Agung mengomentari. "Macam-macam, yang aku dengar Di."

Ariadi tidak menuntut sang kakak ipar untuk menjelaskan apa saja macam-macam itu, ia justru menuntut yang lain. "Aku minta, janganlah kau mempercayai semua omong kosong itu!"

"Terlalu" Pikir Agung. "Di minta bukan di harap" ucapnya dalam hati, merasa di tekan ia pun memancing balik. "Omong kosong apa?" tanyanya pada sang adik ipar.

Ariadi termakan umpan. Ia menjawab gemetar, "Rina memang benar di patuk ular. Tidak lebih dari itu, bahwa rohnya konon bergentayangan, bukan karena..." belum lagi ucap itu sempurna tiba-tiba.

"Apa-apaan kau ini kang!" Astuti yang sudah kembali dari dapur, memotong kalimat saudara laki-lakinya dengan nada sengit. "Kau sudah berjanji!"

Ariadi terengah. Setelah membela diri ia berkata. "Agung sudah terlanjur mendengar dari mereka. As ..."

Astuti membuang nafas kasarnya, dan meletakkan secangkir minuman di atas meja di hadapan Agung. Sambil memperotes. "Sudah mendengar atau belum, tidaklah patut membicarakannya sekarang ini. kang agung masih lelah. Dia perlu istirahat. Dan juga perlu di hibur. Bukan di ajak bergunjing untuk tentang urusan menyakitkan itu. Apalagi menyangkut dengan nama baik adiknya pula!"

"Rina istri ku, As ...." Ariadi merintih, sambil duduk kaku di kursinya.

Astuti menyahut dengan tegas. "Maka, hormatilah Rina. Apalagi dia sudah ... meninggal!"

Penekanan lagi, pikir Agung.

"Ada apa sebenarnya di rumah ini!?" ucap Agung dalam pikirannya.

Ariadi yang sangat terpukul oleh kata-kata adik perempuannya menggeliat resah. Sama resahnya dan kemudian mengakui. "Kau betul As. Dan kau Gung ... maaf karena barusan aku kurang bisa mengembalikan diri."

Sebagai tamu Agung menangapi dengan bijak. "Lupakan saja!"

"Apakah kau ingin langsung pergi tidur Gung?"

"Aku belum mengantuk!"

Dengan menggeliat resah sekali lagi, Ari berggumam lirih. "Kalau begitu kalian berdua aku tinggalkan untuk berbincang-bincang? karena aku masih ada urusan di luar sana ...!" Ariadi bangkit dari kursinya, lalu pergi berjalan dengan kepala merunduk dalam dan kaki yang melangkah lesu.

Sang adik Astuti hanya mampu melihat dengan pandangan prihatin. Dan setelah terdengar bunyi pintu depan di buka lalu ditutupkan, Astuti berucap lirih. "Sudilah memaafkan sifat Ariadi yang kurang santun, kang Agung. Semenjak di tinggalkan Rina, dia benar-benar kacau...."

"Tak apa, aku dapat memakluminya!" Agung menanggapi lantas mendadak terdiam sendiri.

Benarkah? sejauh manakah ia telah memahami diri sang adik ipar?.

Kenalpun boleh di bilang sepintas lalu. juga hanya bagian luarnya saja. Yakni, pada hari pertama sebelum dan sesudahnya Ariadi resmi mempersunting Rina menjadi istrinya. Sehingga Agung benar-benar buta mengenai bagian dalam diri Ariadi. Jika pun tahu sedikit-sedikit, hanyalah dari surat-surat atau pembicaraan Rina melalui telepon interlokal yang rutin ia terima ... palingan juga hanya satu kali dalam seminggu.

Astuti yang juga sempat berdiam diri, menghela nafas. "Sewaktu di tinggal mati oleh Lidya, Ariadi memang berduka cita. Namun tidaklah sekacau ini!" ucap Astuti dengan pandangan jauh kedepan.

Agung yang mendengar sedikit mengerakkan bola matanya ke arah Astuti yang berada di sampingnya.

"Lidya?" Agung berpikir sejenak dan- "Oh ya ya, istri pertama Ariadi," dalam pikiran nya ia berucap. "Lidya yang meninggal karena penyakit gagal ginjal kronis. Rina pernah beberapa kali menyinggung tentang istri pertama suaminya itu." ucap agung dalam hati.

"Iya Lidya, sepupu dekat kami, dan mereka di jodohkan oleh orang tua kami dengan kang Ari, karena berhutang Budi, dan Ariadi tidak merasa bahagia atas pernikahan itu." ucap Astuti.

"Benarkah?...

Related chapters

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 8

    Pertanyaan itu terjawab sendiri sewaktu Asti melanjutkan kisahnya."Selama 3 tahun pernikahannya, tawa Ariadi terdengar langka. Dia berubah jadi pendiam dan sering menutup diri, alangkah mencolok perbedaannya setelah Ariadi bertemu dengan Rina, dia seperti menemukan hidupnya kembali. Ceria dan terbuka pada siapa saja. Bahkan semasih masa-masa remajanya pun belum pernah aku melihat Ariadi sebahagia hari-hari yang di lalui nya bersama Rina." Agung menghela nafas dan berkomentar dengan wajah yang di paksakan tersenyum. "Aku senang mendengarnya.""Itu pula sebabnya kak Agung, mengapa akang sewaktu diopname, kami tidak sempat berkunjung, akang tentunya masih ingat ketika akang tertimpa musibah, Rina justru baru saja meninggal," ucap Astuti dengan wajah murung. "Nah dan waktu itu pula Ariadi hampir gila karenanya. Aku lantas tak Minggu meninggalkan dia sendirian. Jangankan berkunjung kelahat, pekerjaan yang sebagai kewajiban ku pun terpaksa harus ku tinggalkan, bahkan dengan resiko di peca

    Last Updated : 2024-05-10
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 9

    Agung Bratamanggala tiba-tiba merasa gelisah. "Apa sebenarnya yang sudah terjadi?" pikirnya. Kegelisahan dan di tambah udara malam yang gerah membuat Agung berkeringat ... seperti ketika tadi ia di paksa harus berjalan kaki sejak dari tanjakan. Segera agung turun dari tempat tidur, dan membuka kemejanya lalu di gantungkan pada kapsok yang tersedia di dekat pintu. Barulah ia menyadari bahwa senjatanya masih tetap ia sandang. Pistol beserta sarungnya itu ia lepas pula dan di gantung kan pada tempat yang sama.Senjata itu mengingatkan Agung pada sosok kera besar yang bermata merah darah yang kepergok dengannya di tanjakan gelap tadi. Mahluk itu bukanlah sekedar halusinasi, karena telah di kuatkan oleh penghuni rumah yang perdebatkan mereka secara kebetulan terdengar oleh telinga Agung. "Seperti nya mahluk itu sudah pergi buk!" lalu bantahan sang istri. "Belum tentu, mungkin saja ia bersembunyi... menunggu seseorang keluar untuk di mangsa!"Agung tidak di mangsa. Agung di biarkan tetap hi

    Last Updated : 2024-05-10
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 10

    Sesuatu terjadi!Saat itu justru Rina lah yang terkejut.Dengan sigap ia melihat beberapa detik ke arah sang laki-laki. Seakan menyadari sesuatu, jari jemarinya dengan cepat ia tarik mundur dari wajah agung. Dan secepat itu pula sosoknya menjauhi tubuh Agung di tempat tidur. Dengan cepat menuju ke arah jendela yang terbuka lebar. Wajah yang indah di pandang itu tampak memucat, ketakutan. Namun di wajahnya yang memucat saat ini masih terlihat sepasang mata yang yang basah. berlinang menyedihkan. Apa yang di takutkan Rina? Apa pula yang ia tangis kan?Dengan sekuat tenaga dan perlahan-lahan Agung menggeliat bangun dari tempatnya. Dengan suara parau Agung memangil. "Rina ...." Seakan Rina tidak mendengar panggilan itu.Terlambat sudah. Seharusnya Agung Bratamangala lebih cepat meluncur dari tempat tidurnya, langsung mendatangi dan merangkul Rina, melampiaskan pendaman rindu sepuas hati. Namun baju juga kepikiran itu muncul di benak Agung, sosok Rina sudah memutar dengan cepat. Pada det

    Last Updated : 2025-01-21
  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 12

    "Ada apa. Bi?" Dengan penasaran Agung mencoba bertanya, dan berharap ada jawaban yang sesuai dengan ia inginkan.Namun yang di tanya hanya. "Ah - bukan apa-apa!" Marni menyahut lirih. Dengan nada suara seperti tertekan. Mencoba tersenyum kembali, ia kemudian menambahkan. "Saya masih sulit untuk menerima kenyataan bahwa juragan istri telah berganti ... Eh - maksud saya telah tiada!" Tampak jelas Marni menyadari sesuatu dengan tiba-tiba, saat mana ia kemudian meralat ucapannya dengan cepat. sehingga mau tidak mau Agung lantas mengerutkan kening. Namun sebelum Agung sempat membuka mulut untuk bertanya kembali. Marni sudah menemukan dirinya kembali. Lantas berujar dengan sikap santai. "Om, tentunya mau ke kamar mandi ya? Silahkan, saya akan membuat kopi selagi om masih di kamar mandi!" Ucap Marni seraya berjalan menuju dapur. Baru satu dua langkah ia beranjak dari tempatnya, Marni kembali membalikkan tubuh. "Yang encer, kalau tak salah. Dengan sedikit gula. Iya toh?" Marni menebak denga

    Last Updated : 2025-01-23
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 1

    Tahun 1995Jerit tangis bayi membangunkan Joko dari tidur pulas ya, kesal merasa terganggu, pundak istrinya yang sedang mengorok ia guncang tidak sabar."Hei! bangunlah, tuh anak mu mau nyusu!" ucap Joko dengan kesal.Sang istri yang masih setengah sadar, dengan terpaksa melangkah menuju box bayi, untuk melihat keadaan si bayi yang sedang menangis. Sementara Joko yang akan tertidur kembali, mendadak teringat bahwa malam ini ia harus membuka pintu air untuk mengisi tambak-tambak yang sudah di kosongkan dua Minggu sebelumnya. Tambak-tambak tersebut, sudah di betulkah serta di cuci hamakan, dan saat ini lumpur nya sudah cukup kering untuk di isi air dan sorenya akan di tabur bibit ikan di dalamnya."Popoknya basah!" ucap Ani memberi tahu, jelas dengan maksud agar si suami mau membantu untuk mengambilkan popok pengganti.Joko dengan cepat turun dari atas kasur, tetapi tidak untuk memenuhi permintaan sang istri, melainkan langsung menuju pintu kamar dan pergi menuju kamar mandi yang ada di

    Last Updated : 2023-11-30
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 2

    "Hantu ya?" ucap wanita dengan lembut sekaligus tertawa kecil. "Apa memang kaki ku tidak menginjak tanah, Joko?" sambungannya dengan tersenyum kecil.Joko dengan reflek melihat ke arah si kaki wanita dan jelas saja, kaki wanita itu memang menyentuh tanah, Joko tersenyum malu bercampur segan. "Maaf, tapi mengapa juragan putri sampai di tempat yang sunyi ini? tengah malam buta lagi!" tanya Joko dengan sedikit segan."Suamiku mendengkur seperti kerbau," ucap wanita dengan raut wajah mengeluh. "Aku lantas tidak bisa tidur, mana udara di dalam rumah gerahnya bukan main," ucapnya dengan nada mengeluh. dan selanjutnya ia sedikit membuka gaun tidur di bagian pundaknya.Melihat pemandangan tersebut segera Joko menunduk dan dengan segan berkata, "Harusnya juragan putri ada yang menemani." ucapnya dengan dengan segan tanpa melihat ke arah si wanita.Dalam jilatan sinar rembulan samar-samar tampak mata si wanita melirik nakal dari arah sudut matanya."Sekarang sudah!" ucapnya dengan nada manja da

    Last Updated : 2023-11-30
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 3

    Para pengemudi ojek yang berpangkalan di mulut desa Baros, wilayah terjauh di kecamatan cililin kabupaten Bandung, menatap serempak pada bus kendaraan umum yang berhenti perlahan di bawah lampu jalan yang bersinar redup.Tidak ada yang berdiri ataupun merebut calon penumpang. Karena mereka sudah terbiasa membiarkan calon penumpang memilih sendiri ojek yang di sukai. Mereka juga menyepakati perjanjian yang tidak tertulis, apabila salah satu ojek terpakai terus menerus sementara yang lain kebanyakan menganggur, maka ojek yang laku keras itu harus berbagi sedikit rezeki nya pada rekan-rekan yang kurang beruntung. Baik itu berupa uang, maupun beberapa batang rokok atau juga dengan berpura-pura mengutak-atik sepeda motornya yang tidak mengalami kerusakan apapun, seraya menganjurkan si calon penumpang untuk naik ojek yang lain saja.Hanya satu penumpang yang turun dari kendaraan umum itu, dan kembali bus itupun melanjutkan perjalanannya. Seorang laki-laki yang berusia sekitar 30 tahun, berp

    Last Updated : 2023-12-01
  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 4

    "karena apa?" Desak agung yang masih kesal.Kemudian para pengemudi ojek itu saling bertukar pandang, lalau salah seorang dari mereka memberanikan diri untuk membuka mulut."Jadi begini om, semenjak wanita rembulan itu muncul, sudah tiga orang yang jatuh sebagai korbannya. Dan tak satu orang pun dari kami yang mau menambah jumlah dari korban itu, konon lagi harus mati secara mengerikan!" ucap salah satu tukang ojek itu."Mengerikan bagaimana?" tanya agung dengan keheranan."Yah-" si pembicara tampak bimbang sejenak, lalu setelah mencoba menenangkan dirinya barulah ia meneruskan ucapannya. "Sudah tubuh tercabik-cabik leher robek menganga, serta darah pun di hisap habis pula." ucapnya dengan bergidik ngeri.Agung gemetar mendengarnya. Gemetar bukan karena ngeri. Melainkan karena marah bercampur perasaan yang amat perih di dalam hati.Agung memang sudah tau bahwa adiknya Rina sudah meninggal, dan maksud kedatangannya ketempat ini dengan maksud berziarah, tetapi apa yang ia dengar, sungg

    Last Updated : 2023-12-01

Latest chapter

  • MISTERI WANITA REMBULAN   Bab 12

    "Ada apa. Bi?" Dengan penasaran Agung mencoba bertanya, dan berharap ada jawaban yang sesuai dengan ia inginkan.Namun yang di tanya hanya. "Ah - bukan apa-apa!" Marni menyahut lirih. Dengan nada suara seperti tertekan. Mencoba tersenyum kembali, ia kemudian menambahkan. "Saya masih sulit untuk menerima kenyataan bahwa juragan istri telah berganti ... Eh - maksud saya telah tiada!" Tampak jelas Marni menyadari sesuatu dengan tiba-tiba, saat mana ia kemudian meralat ucapannya dengan cepat. sehingga mau tidak mau Agung lantas mengerutkan kening. Namun sebelum Agung sempat membuka mulut untuk bertanya kembali. Marni sudah menemukan dirinya kembali. Lantas berujar dengan sikap santai. "Om, tentunya mau ke kamar mandi ya? Silahkan, saya akan membuat kopi selagi om masih di kamar mandi!" Ucap Marni seraya berjalan menuju dapur. Baru satu dua langkah ia beranjak dari tempatnya, Marni kembali membalikkan tubuh. "Yang encer, kalau tak salah. Dengan sedikit gula. Iya toh?" Marni menebak denga

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 10

    Sesuatu terjadi!Saat itu justru Rina lah yang terkejut.Dengan sigap ia melihat beberapa detik ke arah sang laki-laki. Seakan menyadari sesuatu, jari jemarinya dengan cepat ia tarik mundur dari wajah agung. Dan secepat itu pula sosoknya menjauhi tubuh Agung di tempat tidur. Dengan cepat menuju ke arah jendela yang terbuka lebar. Wajah yang indah di pandang itu tampak memucat, ketakutan. Namun di wajahnya yang memucat saat ini masih terlihat sepasang mata yang yang basah. berlinang menyedihkan. Apa yang di takutkan Rina? Apa pula yang ia tangis kan?Dengan sekuat tenaga dan perlahan-lahan Agung menggeliat bangun dari tempatnya. Dengan suara parau Agung memangil. "Rina ...." Seakan Rina tidak mendengar panggilan itu.Terlambat sudah. Seharusnya Agung Bratamangala lebih cepat meluncur dari tempat tidurnya, langsung mendatangi dan merangkul Rina, melampiaskan pendaman rindu sepuas hati. Namun baju juga kepikiran itu muncul di benak Agung, sosok Rina sudah memutar dengan cepat. Pada det

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 9

    Agung Bratamanggala tiba-tiba merasa gelisah. "Apa sebenarnya yang sudah terjadi?" pikirnya. Kegelisahan dan di tambah udara malam yang gerah membuat Agung berkeringat ... seperti ketika tadi ia di paksa harus berjalan kaki sejak dari tanjakan. Segera agung turun dari tempat tidur, dan membuka kemejanya lalu di gantungkan pada kapsok yang tersedia di dekat pintu. Barulah ia menyadari bahwa senjatanya masih tetap ia sandang. Pistol beserta sarungnya itu ia lepas pula dan di gantung kan pada tempat yang sama.Senjata itu mengingatkan Agung pada sosok kera besar yang bermata merah darah yang kepergok dengannya di tanjakan gelap tadi. Mahluk itu bukanlah sekedar halusinasi, karena telah di kuatkan oleh penghuni rumah yang perdebatkan mereka secara kebetulan terdengar oleh telinga Agung. "Seperti nya mahluk itu sudah pergi buk!" lalu bantahan sang istri. "Belum tentu, mungkin saja ia bersembunyi... menunggu seseorang keluar untuk di mangsa!"Agung tidak di mangsa. Agung di biarkan tetap hi

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 8

    Pertanyaan itu terjawab sendiri sewaktu Asti melanjutkan kisahnya."Selama 3 tahun pernikahannya, tawa Ariadi terdengar langka. Dia berubah jadi pendiam dan sering menutup diri, alangkah mencolok perbedaannya setelah Ariadi bertemu dengan Rina, dia seperti menemukan hidupnya kembali. Ceria dan terbuka pada siapa saja. Bahkan semasih masa-masa remajanya pun belum pernah aku melihat Ariadi sebahagia hari-hari yang di lalui nya bersama Rina." Agung menghela nafas dan berkomentar dengan wajah yang di paksakan tersenyum. "Aku senang mendengarnya.""Itu pula sebabnya kak Agung, mengapa akang sewaktu diopname, kami tidak sempat berkunjung, akang tentunya masih ingat ketika akang tertimpa musibah, Rina justru baru saja meninggal," ucap Astuti dengan wajah murung. "Nah dan waktu itu pula Ariadi hampir gila karenanya. Aku lantas tak Minggu meninggalkan dia sendirian. Jangankan berkunjung kelahat, pekerjaan yang sebagai kewajiban ku pun terpaksa harus ku tinggalkan, bahkan dengan resiko di peca

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 7

    Sebuah rumah besar model tradisional yang tampak begitu megah dan anggun di tengah pelataran yang maha luas, Disebut maha luas, karena tidak terlihat adanya pagar atau tembok yang membatasi dengan alam sekitar. Sehingga bagian belakang rumah tampak seperti bertabirkan dan di lindungi oleh dinding bukit. Lalau lembah terbuka sebagai latar depan. Di mana pusat desa Rancabiuk serta hamparan luas sejumlah tambak yang terlihat samar-samar dalam keremangan malam yang bermandikan sinar rembulan.Tok ... Tok ... Agung mengetuk pintu rumah, dan terdengar suara seorang wanita dari dalam."Siapa?" "Aku Agung ... Agung Bratamangala." jawabannya dari balik pintu rumah itu.Mendengar nama yang sangat ia kenal sang wanita bergegas berjalan menuju pintu rumahnya.Pintu rumah di buka oleh Astuti, rangkulan erat dan hangat dengan sekujur tubuh gemetar di tambah pula sesenggukan Isak tangis. Yang mau tidak mau membuat air mata agung ikut keluar. Boleh di bilang, sebenarnya Agung lebih menghibur diri se

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 6

    Agung terus melihat kearah menghilangnya sang mahluk. Seketika ia tersadar dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.Dengan perasaan berkecamuk dan campur aduk pistol yang masih dia pegang kini kembali di masukkan kedalam sarungnya. Sengaja tidak langsung dikuncikan begitu pun dengan bagian kemeja yang di biarkan setengah terbuka. Siapa tahu sewaktu-waktu senjata itu di pergunakan kembali. Tujuan perjalanan Agung memang tidak seberapa jauh lagi, tapi mungkin saja bahaya masih tetap mengintai.Tas yang tadinya berpindah ketangan kiri kini dipindah kembali ke tangan kanan. Setelah melewati tanjakan, Agung pun tiba di tempat tujuan yakni kampung Rancabiuk yang rumah-rumah penduduknya tampak berdampingan di kiri dan kanan jalan. Tampak lampu-lampu menyala lebih terang di bandingkan dengan sebelumnya yang terlihat di bawah sana. Namun suasana yang di temui masih tetap sama yakni sunyi senyap mencekam. Tidak tampak adanya manusia di jalan atau hanya sekedar duduk di teras rumah, tida

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 5

    Agung baru saja ingin membuka mulut sebelum kendaraan berhenti perlahan-lahan. "Saya mengantar sampai di sini saja, om." ucap Hendra dengan lirih.Agung memperhatikan jalan di depan mereka yang diterangi oleh cahaya lampu sepeda motor Hendra. Tampak sebuah jembatan yang lumayan besar yang terbuat dari balok kayu yang di kombinasi dengan lempengan baja yang tebal di sisi-sisi jembatan itu. Di seberangnya tampak pula jalanan yang menanjak di antara pepohonan yang berdaun rapat dan rimbun.Sadar dengan Hendra yang mulai gelisah, mau tidak mau agung terpaksa harus turun. Barang bawaannya di simpan hati-hati di atas rerumputan liar yang tumbuh subur di pinggir jalan. Lalu dompet nya di cabut dari saku belakang celana. Belum juga dompet itu sempat dibuka, Hendra sudah memutar sepeda motornya ke arah semula seraya berkata tergesa-gesa. "Lupakan saja om!" ucapnya pada Agung."Hei ....""Yang pernah saya terima dari almarhumah, sudah lebih dari cukup," potong Hendra tegas. "Selamat malam om.

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 4

    "karena apa?" Desak agung yang masih kesal.Kemudian para pengemudi ojek itu saling bertukar pandang, lalau salah seorang dari mereka memberanikan diri untuk membuka mulut."Jadi begini om, semenjak wanita rembulan itu muncul, sudah tiga orang yang jatuh sebagai korbannya. Dan tak satu orang pun dari kami yang mau menambah jumlah dari korban itu, konon lagi harus mati secara mengerikan!" ucap salah satu tukang ojek itu."Mengerikan bagaimana?" tanya agung dengan keheranan."Yah-" si pembicara tampak bimbang sejenak, lalu setelah mencoba menenangkan dirinya barulah ia meneruskan ucapannya. "Sudah tubuh tercabik-cabik leher robek menganga, serta darah pun di hisap habis pula." ucapnya dengan bergidik ngeri.Agung gemetar mendengarnya. Gemetar bukan karena ngeri. Melainkan karena marah bercampur perasaan yang amat perih di dalam hati.Agung memang sudah tau bahwa adiknya Rina sudah meninggal, dan maksud kedatangannya ketempat ini dengan maksud berziarah, tetapi apa yang ia dengar, sungg

  • MISTERI WANITA REMBULAN   BAB 3

    Para pengemudi ojek yang berpangkalan di mulut desa Baros, wilayah terjauh di kecamatan cililin kabupaten Bandung, menatap serempak pada bus kendaraan umum yang berhenti perlahan di bawah lampu jalan yang bersinar redup.Tidak ada yang berdiri ataupun merebut calon penumpang. Karena mereka sudah terbiasa membiarkan calon penumpang memilih sendiri ojek yang di sukai. Mereka juga menyepakati perjanjian yang tidak tertulis, apabila salah satu ojek terpakai terus menerus sementara yang lain kebanyakan menganggur, maka ojek yang laku keras itu harus berbagi sedikit rezeki nya pada rekan-rekan yang kurang beruntung. Baik itu berupa uang, maupun beberapa batang rokok atau juga dengan berpura-pura mengutak-atik sepeda motornya yang tidak mengalami kerusakan apapun, seraya menganjurkan si calon penumpang untuk naik ojek yang lain saja.Hanya satu penumpang yang turun dari kendaraan umum itu, dan kembali bus itupun melanjutkan perjalanannya. Seorang laki-laki yang berusia sekitar 30 tahun, berp

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status