Janganlah melanggar tata tertib sekolah kalau ingin aman dari ruang Bk dan poin. -Alvaro
๐๐๐
Laura yang tengah belajar Geografi pun di labrak oleh dua primadona SMA Permata. Tiara dan Rani.
11 Ips 1 yang masih beberapa penghuni yang baru hadir. Beralih menatap peristiwa besar yang akan terjadi.
Tiara menggebrak meja hingga Laura terlonjak. "Heh! Lo kan yang namanya Laura? Ngaku!" semprot Tiara, datang tak di undang pulang tak mau di antar.
Rani mendorong bahu Laura. "Jawab dong! Punya mulut kan? Apa suara lo habis?"
Laura menunduk takut. "I-iya, bener," jawabnya terbata. 'Apa gara-gara dekat sama kak Juna?' Laura akan menghindari ketua geng Meteor itu daripada tertimpa masalah lebih banyak lagi.
"Jauhin Juna! Karena Juna bakalan di jodohin sama gue. So, jangan ngarep deh. Karena lo gak bisa mengambil hati tante Rinai sama om Antariksa," ujar Tiara dengan sombongnya, sudah dari kecil ia di jodohkan dengan Juna, pilihan mamanya emang top markotop.
"Dengerin tuh," bentak Rani, Laura penakut, tak tau malu mendekati Juna, sok polos, pura-pura lugu, topeng belas kasihan, ratu drama.
Setelah dua primadonanya SMA Permata itu pergi, Laura kembali bimbang memikirkan ancaman Tiara. Mendekati Juna? Tidak, Juna sendiri yang menambah urusan dengannya.
Sedangkan di kelas 11 Ips 5 pagi-pagi sudah happy Sam dan Alvaro konser lagi di ikuti Radit dan Adit semakin menambah ramainya kelas SEBELMA atau sebelas Ips 5.
Di tambah lagi hujan yang datang tiba-tiba dengan derasnya hingga beberapa airnya masuk ke kelas. Beberapa penghuninya mengeluh tak bisa ke kantin terpaksa kriris kelaparan sejenak.
"Tenang semuanya. Mari kita berdendang, bernyanyi bersama SAMAL," sorak Sam dengan sapu yang sudah di siapkan sebagai mic. SAMAL singkatan dari Sam Alvaro.
"Senangnya oh senangnya. Jam kosong telah tiba. Saatnya kita bersuka cita. Simpan buku dan peketnya. Lupakan keluh kesahnya. Kita rayakan jam kosong telah tiba," nyanyi Sam sebagai pembukaan, ia bernyanyi di tingkat lantai tepat dimana keberadaan papan tulis ada.
Giliran Alvaro, seisi kelas sunyi. Mungkim Sam kurang pas dalam vokalnya.
Cintaku jatuh di hatimu
Berharga untukkuBerharap kelakKau akan jadi jodohkuPenantianku bersamamu
Jadi bahagiakuSempurnakankuKarena kau adalah mimpikuTernyata semua berakhir
Sejak ada dia hadirKu yang dulu sangat pentingKau berubah dan tinggalkan akuKu yang selalu menjagamu
Namun dia yang milikimuSemua tak jadi kenyataanBiar kutahan sedih iniAlvaro bersedih kembali saat Rani dengan begitu ketusnya menolak cintanya.
"Ciee Rani, tuh Alvaro nyanyiin buat lo. Kode tuh, galau setelah lo nolak Alvaro," goda Tiara, Rani tak peduli.
"Lagian ngapain nembak gue? Kan gue gak mau sakit hati lagi ra, lo tau sendirilah cowok sekarang janji-janji terus," gerutu Rani cepat seperti kerata api yang melintas. Tanpa jeda dan alinea.
Tiara memang sekelas dengan Juna sejak kelas 10. Modusnya terus berjalan mengenai Tiara selalu di pasangkan dengan Juna baik kelompok atau couple artisnya SMA Permata.
Namun bu Eni sebagai guru sejarah memasuki kelas SEBELMA.
Alvaro terdiam seribu bahasa. 'Kasihan bu Eni. Gue bantu ah, siapa tau nilai ujian lisan gue jadi tuntas atas kebaikan yang muncul dari lubuk hati terdalam seorang Alvaro,' batin Alvaro, terkekeh jika hal itu benar-benar terjadi.
Alvaro menghampiri bu Eni yang tengah menutup payungnya, roknya pun terkena hujan.
"Maaf bu, sebelum memasuki kelas. Di harapkan rok ibu di keringkan dulu, basah tuh kena hujan, airnya kalau netes dimana-mana kan membahayakan penghuni SEBELMA, nanti kepleset bu," ucap Alvaro dengan sok bijaknya.
Bu Eni mengangguk paham. "Bagus sekali saranmu, baiklah saya akan. Tunggu, di keringkan dimana? Ada hairdryer?"tanya bu Eni baru tersadar, bisa saja Alvaro menyuruhnya di luar agar pelajaran sejarah yang seharusnya berlangsung menjadi tertunda hanya karena mengeringkan rok.
"Oh iya. Tiara! Gue pinjam kipas elektrik lo dong. Kan lagi lampu mati tuh," Alvaro menunjuk kipas kelas yang mati, mungkin hujannya terlalu lebat takutnya ada petir yang bisa menyambar aliran listrik.
Tiara menggeleng. "Gak! Enak aja main pinjam! Ini tuh baru gue cas, buat jaga-jaga kalau gerah!" bantah Tiara.
Alvaro berkacak pinggang. "Gerah darimana? Hujan begini yang jelas tuh dingin! Gimana sih?"
"Sudah-sudah, ibu akan tetap mengajar kalian. Lagipula kalian semua pakai sepatu kan? Bukan sandal?" bu Eni memeriksa semua kaki penghuni SEBELMA apakah memakai sepatu atau sandal? Dengan alasan agar esoknya sepatu itu di pakai kembali.
"Pakai semua kok bu," ujar Jaka setelah memeriksa, SEBELMA akan memakai sandal jika sudah bel pulang berbunyi. Karena mengeringkan sepatu, tak semudah mengeringkan hati yang sakit setelah di bohongi, di selingkuhi oleh doi.
"Nah, bagus. Yuk kita mulai pelajaran sejarahnya," ucap bu Eni dengan riangnya.
"Yah bu, baru aja tadi konser, seneng, pesta, joget, eh pelajaran. Biasanya kan kalau hujan gini jamkos," keluh Alvaro, sejarah membuatnya pusing mengingat masa lalu, penemuan kerangka manusia purba, masa-masa kemerdekaan, hingga perang-perang di berbagai negara, jangan lupakan beberapa krisis makanan, kelaparan juga. Jika bab itu, Alvaro sungguh sedih.
"Alesan aja kamu. Kembali sana!" usir bu Eni, Alvaro melangkah dengan lunglai.
"Hahaha, rasain lo. Derita lo hari ini Al!" Sam tertawa puas jika Alvaro menderita, sedih, ketimpa sial. Sam menertawakan dulu sebelum menolong Alvaro, teman kampret memang.
"Ssstt, diem lo. Mau gue sumpel kaos kakinya Jaka?" ancam Alvaro, kaos kaki Jaka akan di cuci seminggu sekali. Dari Senin sampai Sabtu kaos kaki Jaka hanya satu.
Di belakangnya, Jaka merasa tersanjung. "Makasih banget udah promosiin kaos kaki gue Al. Biar ada yang mau beliin kan lumayan," ujar Jaka dengan entengnya tanpa tersinggung.
Radit dan Adit yang berada di depannya merasa terganggu.
"Eh, kalian jangan ribut dong. Kita mau belajar serius nih," ujar Radit kesal, karena ia tak ingin mengecewakan bu Yuli, orang tua dari panti asuhan Kasih Ibu.
"Iya deh yang cita-citanya jadi guru," Alvaro salut dengan Radit yang ingin memberikan pengajaran pendidikan kepada anak-anak pantinya.
Selama dua jam itulah, bel istirahat telah berbunyi. Sam dan Alvaro langsung berjoget ria meskipun bu Eni masih belum beranjak membereskan buku-bukunya.
"Bel istirahat telah tiba ba ba ba ba ba ba. Yeay yeay yeay yeay yeay yeay yeahh" nyanyi keduanya kompak menirukan lagu Blackpink Let's Kill This Love.
"Astaga, kalian itu gak malu apa sama temen sekelas kalian?" bu Eni sampai bosan melihag tingkah Sam dan Alvaro setiap pelajarannya, entah bagaimana dengan guru lainnya.
"Kalau sama pak Marianto mereka gak berani bu," celetuk Rani, guru matematika yang super killer itu tak ingin selama pelajarannya ada yang celometan, konser dadakan, dan tiduran.
"Bener itu Sam, Alvaro?"
Keduanya berhenti berjoget ria.
"E- iya bu. Apalagi kalau yang gak pakai hasduk, seragam gak di masukin, gak pakai kaos kaki, bau rokok, langsung di cubitin iya," curhat Alvaro, pernah kepergok bau rokok dan pak Marianto langsung menyita satu pack rokoknya dan di berikan poin 10.
๐๐๐
Jika keberadaanmu terancam, aku akan menjadi garda terdepan. -Juna๐๐๐Untungnya hujan beralih menjadi gerimis, lantai yang basah membuat siswa yang menuju kantin berjalan hati-hati jika tak ingin terpeleset dan di tertawakan teman sendiri sebelum di tolong atau tidak sama sekali.Sam menarik seragam Alvaro sebagai pegangan, Jaka berpegangan tangan Satya, Radit dan Adit masih di kelas mempersiapkan dagangannya es selendang mayang yang akan di perjual belikan di kantin, kantor, atau beberapa staf TU dan Satpam sekolah."Tau aja gue bantuin Radit, kasihan," gerutu Alvaro menyesal.Sam menepuk bahu Alvaro. "Heh, kan ada Adit adiknya. Udahlah, mending makan-makan sepuasnya," ucap Sam enteng.Alvaro menatapnya sengit. "Ya gendutlah! Gue gak mau ya tubuh gemuk gak atletis lagi," omel Alvaro pada Sam.Satya dan Jaka jengah."Kalian diem dong, dari pelajaran bu Eni berisik teros!" protes Jaka, sampai pelajaran sejarah tadi tidak melekat di
Satu dua buah nanas. Liat kamu sama dia hatiku panas. -Juna๏ฟผ๐๐๐"Haduh, jadi gak ikut ulangan ekonomi kan. Ngapain pingsan segala sih," gerutu Laura kesal, inilah yang ia benci dari penyakitnya. Pingsan berujung UKS atau pulang yang nantinya di marahi sang ibu karena penyakitan.Juna meraih pergelangan tangannya. "Kamu kan masih belum baikan. Mending disini aja deh,"Laura menoleh. "Gak usah sok perhatian. Karena kak Juna bukan siapa-siapaku," tegas Laura menusuk."Kata siapa? Kamu itu sekarang pacarku," kata Juna dengan enteng dan santainya."Mimpi aja terus," Laura melangkah pergi dan berlari menghindari Juna. Ia tak ingin hidupnya penuh masalah di sekolah, cukup di rumah.Laura terlalu fokus melihat le belakang memastikan keberadaan Juna hingga gak sadar menabrak seseorang dan sesuatu yang terjatuh."Eh, maaf ya. Aku tadi di kejar banteng," ucap Laura tak enak hati, Bram mengambil pensilnya yang tadinya lancip menjadi tum
Ketika seseorang berada di puncak emosinya siapapun menjadi pelampiasannya. -Anonimous๏ฟผ๏ฟผ๐๐๐Di markas Batalion, Adnan menyusun straegi penyerangan. Reza menyarankan rencana cadangan, yaitu pasukan di tambah dari jumlah 80 menjadi 100."Boleh juga, tapi itu buat jaga-jaga kalau nantinya kita kalah. Reza, baseball punya lo sudah siap?" tanya Adnan menelisik tampilan Reza yang seperti preman pasar."Siap bos," jawab Reza lantang, siap menumbangkan geng Meteor si penguasa jalanan."Fif, lo ikut gak?" tanya Adnan, Afif tak berminat tawuran, namun jika keadaan genting Afif akan turun tangan.Afif menggeleng. "Maaf mas Adnan. Hari ini saya menghadiri acara al-banjari," inilah Afif, seorang cowok yang selalu memprioritaskan agama. Tertarik pada perempuan pun tak berani, takut khilaf nantinya."Iya gak masalah kok fif. Tapi nanti setelah acaranya selesai, markasnya lo jaga ya," pesan Adnan, takutnya nanti geng Meteor melakukan aksi
Kehilangan itu menyakitkan. Lebih sakit lagi dia menjauh dan melupakan. -Adnan๏ฟผ๐๐๐"Masa lalu, biarlah masa lalu. Jangan kau ungkit, jangan ingatkan aku. Masa lalu, biarlah masa la-," belum selesai Sam konser dadakan, Satya memitingnya gemas, di keadaan genting begini Sam dan Alvaro terkadang bercanda."Swtyw! Lpswn gwe!" teriak Sam, wajahnya tenggelam di dada Satya.Baroto yang melihat itu menggeleng heran. "Kalian gak ada yang mau pulang?""Nanti dulu pak. Masih laper nih," curhat Radit dan Adit. Keduanya tukang makan, sama seperti Sam dan Alvaro."Ya sudah, kalau ada apa-apa hubungi saya langsung ya," pak Baroto pamit, meskipun Alvaro berandalan, urakan, namun bagaimanapun juga Baroto sayang pada Alvaro.Ponsel Juna berdering, nama Yudha terpampang jelas."Gawat bos! Markas kita di obrak-abrik sama Batalion. Mereka Ngepung markas, cuman beberapa yang lolos bos," lapor Yudha, di seberang sana motor Yudha melaju kencang. Ja
Satu dua jalan hati-hati. Lukaku pelan-pelan kau obati. -Juna๏ฟผ๏ฟผ๐๐๐"Udah, kalian terus aja bergosip. Buruan bawa teman kalian yang sekarat ini," suruh Radit jengah. Ia membopong Adit ke motornya, mungkin tendangan Irham-lah yang begitu beringas daripada Rizky."Iya dit, bawelnya cangkeme," Alvaro menuruti, Alvaro yang melihat kondisi tiga bawahan Satya pun kecewa, karena tak ada yang menang di antara ketiganya.Adnan mengendap-endap, dengan pisau lipat di tangannya serta sarung tangan agar sidik jari tak bisa di selidiki. Mata Adnan fokus pada Juna yang masih bergeming, sedang melamun atau memikirkan sesuatu.Keenam anak buah Juna pun masih sibuk mengobrol dan berdebat pendapat terutama Sam dan Alvaro yang tiada habisnya.Adnan menusuk perut Juna dari depan, cowok itu beralih menghadap nya dengan wajah syok sekaligus menahan rasa sakitnya karena Adnan semakin memperdalam tusukannya.Adnan tertawa remeh, Juna tak bisa berkat
Saat seseorang yang di rindukan itu celaka, aku hanya bisa berharap kesembuhannya. -Laura๏ฟผ๏ฟผ๐๐๐"Baiklah, tolong yang tanda tangan orang tuanya Juna ya. Jangan di palsukan," bu Aisofa memberikan wejangan, murid-murid bebal biasanya suka memalsukan tanda tangan dan di kenakan poin pelanggaran 20."Baik bu," Satya memutuskan sambungan teleponnya."Kalau kalian mau pulang, silahkan. Jangan disini semuanya, harus ada yang jagain. Kalian butuh istirahat," nasehat Satya, agar esoknya tidak terlambat ke sekolah atau alasan masih mengantuk."Gue dan Adit jagain bos aja. Kalian bisa pulang," ujar Radit, lebih baik menunggu kondisi perkembangan Juna.Sam, Alvaro, dan Satya mengangguk."Kita pamit," kata Satya mengakhiri kata serta undur diri.Setelah ketiganya pergi, Radit dan Adit menunggu. Hingga Jaka akhirnya menampakkan dirinya setelah sekian lama tranfusi darah.Jaka yang melihat dua kakak beradik saja pun heran, dima
Saat seseorang yang di rindukan itu celaka, aku hanya bisa berharap kesembuhannya. -Laura๐๐๐"Baiklah, tolong yang tanda tangan orang tuanya Juna ya. Jangan di palsukan," bu Aisofa memberikan wejangan, murid-murid bebal biasanya suka memalsukan tanda tangan dan di kenakan poin pelanggaran 20."Baik bu," Satya memutuskan sambungan teleponnya."Kalau kalian mau pulang, silahkan. Jangan disini semuanya, harus ada yang jagain. Kalian butuh istirahat," nasehat Satya, agar esoknya tidak terlambat ke sekolah atau alasan masih mengantuk."Gue dan Adit jagain bos aja. Kalian bisa pulang," ujar Radit, lebih baik menunggu kondisi perkembangan Juna.Sam, Alvaro, dan Satya mengangguk."Kita pamit," kata Satya mengakhiri kata serta undur diri.Setelah ketiganya pergi, Radit dan Adit menunggu. Hingga Jaka akhirnya menampakkan dirinya setelah sekian lama tranfusi darah.Jaka yang melihat dua kakak beradik saja pun heran, diman
Tiga empat merpati lari. Maaf aku jarang mengabari. -Juna๐๐๐"Iya Sat,""Jangan kayak adik gue Al panggil bang Satya. Lah bangsat ya? Gimana sih," protes Satya kesal. Ara terlalu polos sekali.Bram yang tau kalau Laura fokus dengan geng Meteor pun mengerti jika sahabatnya ini mencari Juna."Udahlah, gak usah di pikirin. Kalau sembuh kan masuk. Di makan tuh, nanti dingin," Bram membuyarkan lamunan Laura, tampak sedih dan kosong. 'Gue heran deh sama Laura, Juna kan gak ada hubungan apa-apa. Kenal gak, teman bukan, sahabat mustahil, pacar terlalu wow,' batin Bram bingung, setaunya Laura dekat dengan Juna itu karena telat.Sam bersendawa. "Al, makasih banget ya. Udah mau beliin makanan sebanyak ini,""Sama-sama Sam," Alvaro beralih menatap Radit dan Adit doyan pedas, dua kakak-beradik itu mengambil lima sendok penuh sambal di baksonya. Sekarang tau yang mukbang dan ASMR siapa."Kalau sakit perut gimana?" tanya Alvaro khawat