Share

4. Saat jamkos tiba

Janganlah melanggar tata tertib sekolah kalau ingin aman dari ruang Bk dan poin. -Alvaro

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ

Laura yang tengah belajar Geografi pun di labrak oleh dua primadona SMA Permata. Tiara dan Rani.

11 Ips 1 yang masih beberapa penghuni yang baru hadir. Beralih menatap peristiwa besar yang akan terjadi.

Tiara menggebrak meja hingga Laura terlonjak. "Heh! Lo kan yang namanya Laura? Ngaku!" semprot Tiara, datang tak di undang pulang tak mau di antar.

Rani mendorong bahu Laura. "Jawab dong! Punya mulut kan? Apa suara lo habis?"

Laura menunduk takut. "I-iya, bener," jawabnya terbata. 'Apa gara-gara dekat sama kak Juna?' Laura akan menghindari ketua geng Meteor itu daripada tertimpa masalah lebih banyak lagi.

"Jauhin Juna! Karena Juna bakalan di jodohin sama gue. So, jangan ngarep deh. Karena lo gak bisa mengambil hati tante Rinai sama om Antariksa," ujar Tiara dengan sombongnya, sudah dari kecil ia di jodohkan dengan Juna, pilihan mamanya emang top markotop.

"Dengerin tuh," bentak Rani, Laura penakut, tak tau malu mendekati Juna, sok polos, pura-pura lugu, topeng belas kasihan, ratu drama. 

Setelah dua primadonanya SMA Permata itu pergi, Laura kembali bimbang memikirkan ancaman Tiara. Mendekati Juna? Tidak, Juna sendiri yang menambah urusan dengannya. 

Sedangkan di kelas 11 Ips 5 pagi-pagi sudah happy Sam dan Alvaro konser lagi di ikuti Radit dan Adit semakin menambah ramainya kelas SEBELMA atau sebelas Ips 5. 

Di tambah lagi hujan yang datang tiba-tiba dengan derasnya hingga beberapa airnya masuk ke kelas. Beberapa penghuninya mengeluh tak bisa ke kantin terpaksa kriris kelaparan sejenak.

"Tenang semuanya. Mari kita berdendang, bernyanyi bersama SAMAL," sorak Sam dengan sapu yang sudah di siapkan sebagai mic. SAMAL singkatan dari Sam Alvaro.

"Senangnya oh senangnya. Jam kosong telah tiba. Saatnya kita bersuka cita. Simpan buku dan peketnya. Lupakan keluh kesahnya. Kita rayakan jam kosong telah tiba," nyanyi Sam sebagai pembukaan, ia bernyanyi di tingkat lantai tepat dimana keberadaan papan tulis ada. 

Giliran Alvaro, seisi kelas sunyi. Mungkim Sam kurang pas dalam vokalnya.

Cintaku jatuh di hatimu

Berharga untukku

Berharap kelak

Kau akan jadi jodohku

Penantianku bersamamu

Jadi bahagiaku

Sempurnakanku

Karena kau adalah mimpiku

Ternyata semua berakhir

Sejak ada dia hadir

Ku yang dulu sangat penting

Kau berubah dan tinggalkan aku

Ku yang selalu menjagamu

Namun dia yang milikimu

Semua tak jadi kenyataan

Biar kutahan sedih ini

Alvaro bersedih kembali saat Rani dengan begitu ketusnya menolak cintanya. 

"Ciee Rani, tuh Alvaro nyanyiin buat lo. Kode tuh, galau setelah lo nolak Alvaro," goda Tiara, Rani tak peduli.

"Lagian ngapain nembak gue? Kan gue gak mau sakit hati lagi ra, lo tau sendirilah cowok sekarang janji-janji terus," gerutu Rani cepat seperti kerata api yang melintas. Tanpa jeda dan alinea.

Tiara memang sekelas dengan Juna sejak kelas 10. Modusnya terus berjalan mengenai Tiara selalu di pasangkan dengan Juna baik kelompok atau couple artisnya SMA Permata.

Namun bu Eni sebagai guru sejarah memasuki kelas SEBELMA.

Alvaro terdiam seribu bahasa. 'Kasihan bu Eni. Gue bantu ah, siapa tau nilai ujian lisan gue jadi tuntas atas kebaikan yang muncul dari lubuk hati terdalam seorang Alvaro,' batin Alvaro, terkekeh jika hal itu benar-benar terjadi.

Alvaro menghampiri bu Eni yang tengah menutup payungnya, roknya pun terkena hujan. 

"Maaf bu, sebelum memasuki kelas. Di harapkan rok ibu di keringkan dulu, basah tuh kena hujan, airnya kalau netes dimana-mana kan membahayakan penghuni SEBELMA, nanti kepleset bu," ucap Alvaro dengan sok bijaknya.

Bu Eni mengangguk paham. "Bagus sekali saranmu, baiklah saya akan. Tunggu, di keringkan dimana? Ada hairdryer?"tanya bu Eni baru tersadar, bisa saja Alvaro menyuruhnya di luar agar pelajaran sejarah yang seharusnya berlangsung menjadi tertunda hanya karena mengeringkan rok.

"Oh iya. Tiara! Gue pinjam kipas elektrik lo dong. Kan lagi lampu mati tuh," Alvaro menunjuk kipas kelas yang mati, mungkin hujannya terlalu lebat takutnya ada petir yang bisa menyambar aliran listrik. 

Tiara menggeleng. "Gak! Enak aja main pinjam! Ini tuh baru gue cas, buat jaga-jaga kalau gerah!" bantah Tiara.

Alvaro berkacak pinggang. "Gerah darimana? Hujan begini yang jelas tuh dingin! Gimana sih?" 

"Sudah-sudah, ibu akan tetap mengajar kalian. Lagipula kalian semua pakai sepatu kan? Bukan sandal?" bu Eni memeriksa semua kaki penghuni SEBELMA apakah memakai sepatu atau sandal? Dengan alasan agar esoknya sepatu itu di pakai kembali. 

"Pakai semua kok bu," ujar Jaka setelah memeriksa, SEBELMA akan memakai sandal jika sudah bel pulang berbunyi. Karena mengeringkan sepatu, tak semudah mengeringkan hati yang sakit setelah di bohongi, di selingkuhi oleh doi.

"Nah, bagus. Yuk kita mulai pelajaran sejarahnya," ucap bu Eni dengan riangnya.

"Yah bu, baru aja tadi konser, seneng, pesta, joget, eh pelajaran. Biasanya kan kalau hujan gini jamkos," keluh Alvaro, sejarah membuatnya pusing mengingat masa lalu, penemuan kerangka manusia purba, masa-masa kemerdekaan, hingga perang-perang di berbagai negara, jangan lupakan beberapa krisis makanan, kelaparan juga. Jika bab itu, Alvaro sungguh sedih. 

"Alesan aja kamu. Kembali sana!" usir bu Eni, Alvaro melangkah dengan lunglai.

"Hahaha, rasain lo. Derita lo hari ini Al!" Sam tertawa puas jika Alvaro menderita, sedih, ketimpa sial. Sam menertawakan dulu sebelum menolong Alvaro, teman kampret memang.

"Ssstt, diem lo. Mau gue sumpel kaos kakinya Jaka?" ancam Alvaro, kaos kaki Jaka akan di cuci seminggu sekali. Dari Senin sampai Sabtu kaos kaki Jaka hanya satu.

Di belakangnya, Jaka merasa tersanjung. "Makasih banget udah promosiin kaos kaki gue Al. Biar ada yang mau beliin kan lumayan," ujar Jaka dengan entengnya tanpa tersinggung.

Radit dan Adit yang berada di depannya merasa terganggu.

"Eh, kalian jangan ribut dong. Kita mau belajar serius nih," ujar Radit kesal, karena ia tak ingin mengecewakan bu Yuli, orang tua dari panti asuhan Kasih Ibu.

"Iya deh yang cita-citanya jadi guru," Alvaro salut dengan Radit yang ingin memberikan pengajaran pendidikan kepada anak-anak pantinya. 

Selama dua jam itulah, bel istirahat telah berbunyi. Sam dan Alvaro langsung berjoget ria meskipun bu Eni masih belum beranjak membereskan buku-bukunya.

"Bel istirahat telah tiba ba ba ba ba ba ba. Yeay yeay yeay yeay yeay yeay yeahh" nyanyi keduanya kompak menirukan lagu Blackpink Let's Kill This Love.

"Astaga, kalian itu gak malu apa sama temen sekelas kalian?" bu Eni sampai bosan melihag tingkah Sam dan Alvaro setiap pelajarannya, entah bagaimana dengan guru lainnya.

"Kalau sama pak Marianto mereka gak berani bu," celetuk Rani, guru matematika yang super killer itu tak ingin selama pelajarannya ada yang celometan, konser dadakan, dan tiduran. 

"Bener itu Sam, Alvaro?"

Keduanya berhenti berjoget ria.

"E- iya bu. Apalagi kalau yang gak pakai hasduk, seragam gak di masukin, gak pakai kaos kaki, bau rokok, langsung di cubitin iya," curhat Alvaro, pernah kepergok bau rokok dan pak Marianto langsung menyita satu pack rokoknya dan di berikan poin 10.

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status