Share

PERTENGKARAN part 6

Penulis: Vira Noviyanti
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-23 11:40:48

"Pasti Mbak Laras yang bilang."

"Ya memangnya kenapa kalau aku yang bilang? Faktanya memang begitu!" tukas Mbak Laras.

"Faktanya bukan seperti itu! Kan sudah aku jelasin sama Mbak. Kalau aku itu cuma nolongin tukang pentol, dan kebetulan aku emang lagi beli pentolnya!" tegasku.

"Kenapa sih, kamu selalu saja membuatku pusing! Contoh mbakmu, dia pintar, cantik dan selalu bisa membanggakan kedua orang tuanya, serta keluarga kita! Memang dasar anak pembawa si*l!" tukas Ibu.

Aku tersenyum getir. Anak si*l katanya, apakah sesial itu mempunyai anak seperti aku.

"Assalamualaikum!"

Ayah baru saja pulang dengan wajah yang nampak kesal melihat perdebatan antara kami. Ayah meraup wajahnya dan menaruh helm dengan kasar di atas meja.

"Kalian kenapa selalu ketus sama Ara sih?" tegas Ayah.

"Karena dia selalu membuatku malu, Mas!" hardik Ibu.

"Tapi dia anakmu, dan kelakuan Ara tak pernah membuatmu malu!  Kenapa kamu selalu membencinya, padahal dia itu anak kandungmu, darah dagingmu, Bu!" Ayah memegang kedua pundak Ibu dan berkata dengan intonasi sedikit meninggi.

"Ya, dia anakku. Anak yang tak pernah aku harapkan kehadirannya. Anak pembawa si*l dalam hidupku!" maki Ibu dengan jari telunjuk mengarah ke wajahku.

"Maaf kalau kehadiranku tak pernah membuat kehidupan Ibu bahagia selama ini!"

Kuusap air mata yang sudah menetes. Gegas aku berjalan ke dalam kamar lalu mengambil koperku dan mulai membereskan beberapa baju serta barang-barang, lalu memasukkannya ke dalam koper.

Rasanya susah sekali untuk memenangkan hati Ibu. Sebenci itukah Ibu padaku sampai-sampai kehadiranku di dunia ini tak pernah diharapkan.

Aku selalu merasa sendirian dan kesepian jika di dalam rumah ataupun di dalam keluarga besar ini. Yang jelas kehadiranku memang tak pernah diharapkan di keluarga ini.

"Mau ke mana kamu, Ra?" tanya Ayah yang ternyata mengikutiku ke dalam kamar.

"Kayanya lebih baik aku ngekos saja, Yah."

"Ngekos di mana? Ini sudah malam, Ra. Jangan dengarkan ucapan ibumu. Ayah tau kamu pasti sangat terluka, tapi Ayah mohon jangan pergi dari rumah ini." Ayah memohon dengan lirih.

"Percuma. Sekuat apapun Ara berusaha untuk melembutkan hati Ibu, tetap saja nggak bisa. Ara gagal jadi anak kesayangan Ibu."

Ayah berlutut dan memohon dengan mata yang sudah nampak basah sambil menyatukan kedua tangannya padaku.

Ini yang membuatku selalu dilema jika ingin pergi meninggalkan rumah. Aku mempunyai Ayah yang begitu menyayangiku, namun aku juga mempunyai Ibu yang teramat membenciku.

"Jangan memohon di hadapannya. Ayah nggak pantas melakukan itu!" tegas Mbak Laras yang ikut masuk ke dalam kamarku.

"Diam kamu! Sebagai seorang Kakak pun kamu nggak bisa membantu untuk menyatukan adik serta ibumu!" tukas Ayah.

"Zahra terus yang selalu Ayah bela. Apa-apa Zahra!"

Suara Mbak Laras bergetar dengan mata yang sudah mengembun. Mbak Laras mendekatiku lalu tersenyum kecut.

"Puas kamu selalu buat Ayah dan Ibu bertengkar hanya gara-gara kamu, Ra?" teriaknya.

"Diam Laras! Apa pernah Ayah membeda-bedakan kalian berdua selama ini? Kasih sayang Ayah buat kalian berdua itu sama!" tegas Ayah.

"Kurang apa Ara di mata kalian selama ini? Kamu nggak mau Ara melanjutkan kuliahnya karena merasa disaingi? Lalu Ara dengan lapang dada memilih untuk tak melanjutkan kuliahnya. Ara memilih kerja dengan penghasilannya juga Ara membantu biaya kuliahmu!" Ayah menangkup wajah Mbak Laras dengan mata memerah dan rahang mengeras, namun suaranya parau.

Bab terkait

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   MENYOBEK FOTO KELUARGA part 7

    "Jangan berlebihan, Mas. Hanya sesekali Ara membantu membiaya kuliah Laras!""Itu juga namanya membantu Rasti! Kenapa hatimu sekeras ini pada darah dagingmu sendiri? Nggak habis pikir aku, buang rasa benci itu di dalam hatimu!" bentak Ayah."Ayah ... Ara mohon izinin Ara untuk ngekos saja. Insya Allah aku bakalan baik-baik saja, Yah. Aku bakalan setiap hari mengabari Ayah," ujarku memohon.Ayah mengembuskan napas beratnya dan memandangku sendu. Diusapnya pelan pucuk kepala ini."Ara mohon," lirihku lagi."Janji bakalan ngasih kabar Ayah setiap hari?" ucapnya."Iya, aku janji."Aku menautkan jari kelingkingku pada jari kelingking Ayah dan membuat janji padanya--akan selalu memberikan kabarku padanya setiap hari agar Ayah tak cemas."Ayah izinkan, semoga keputusan ini bisa membuatmu merasa bahagia, Nak.""Terima kasih Ayah. Mungkin malam ini aku akan menginap di salah satu rumah temanku.""Selalu saja menyusahkan orang lain!" ketus Mbak Laras."Memang seperti itu kelakuannya. Membawa or

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-23
  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   RUMAH RISMA part 8

    "Mbakmu kesambet setan, Ra!" ujar Risma.Mbak Laras menatap sinis ke arah Risma dengan tangannya yang masih menyobek fotoku."Sudah malam, lebih baik kalian segera berangkat. Nggak usah gubris kelakuan Laras. Ayo, Ra!" tegas Ayah merangkulku dan mengiringi langkah kami keluar.Selesai membawa masuk barang-barangku ke dalam bagasi, aku berpamitan pada Ayah dan mencium punggung tangannya dengan takzim.Lalu aku meraih tangan Ibu bermaksud untuk berpamitan juga. Karena biar bagaimanapun beliau adalah orang tuaku. Namun dengan kasar Ibu menepis tangan ini.Aku menarik napas panjang dan mengembuskan pelan. Astaghfirullah, bahkan untuk kucium tangannya saja Ibu tidak mau lagi."Assalamualaikum," salamku dan langsung segera masuk ke dalam mobil.Dapat kulihat dari dalam kaca mobil bahwa mata Ayah nampak berkaca-kaca. Mobil perlahan berjalan meninggalkan halaman rumah. Sampai akhirnya kulihat dari kejauhan Ayah masuk ke dalam meninggalkan Ibu dan Mbak Laras di luar.Risma dan Nina berusaha un

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-23
  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   BERTEMU SESEORANG part 9

    Nina mengusap pelan punggungku, buru-buru aku menghapus air mata agar tak dilihat oleh keluarga Risma.Risma berlarian kecil menghampiri Masnya dan memeluknya dengan erat. Lagi-lagi aku membayangkan jika yang sedang aku lihat saat ini adalah aku dan Mbak Laras. Tapi itu adalah hal yang mustahil terjadi."Sama seperti Papa, mau memberikan kejutan untukmu.""Dih, tega banget!" ujar Risma.Mereka berdua berjalan sambil merangkul satu sama lain. Lalu berhanti tepat di hadapanku dan juga Nina."Nah, ini masku yang ganteng. Kalin belum pernah lihat secara langsung 'kan?" ujar Risma.Lelaki itu mengulurkan tangannya terlebih dahulu kepadaku. Risma menaik turunkan alisnya, begitupun dengan Nina."Arif," katanya memperkenalkan diri."Zahra," ucapku menjabat tangannya.Begitupun yang ia lakukan kepada Nina dengan memperkenalkan dirinya. Setelah perkenalan Arif langsung duduk bersama dengan keluarganya. Sedikit mengobrol tentang keseharian kami dan tentang alasan Arif pulang ke rumah orang tuany

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-23
  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   MENCARI KOSAN part 10

    Tukang pentol yang berubah gelar menjadi tukang cilung itupun merogoh sakunya mengambil sesuatu. Oh ... ternyata dia mengambil ponselnya."Ayo sekarang kita berangkat," ajakku."Yuk, lah. Ngapain jadi ngeliatin tukang pentol dah," ujar Risma.Kami pun buru-buru pergi untuk mencari kosan ataupun kontrakan, agar aku bisa cepat mendapatkan tempat tinggal yang baru.Terlebih dahulu aku mencari tak jauh di daerah tempatku bekerja saat ini. Karena yang aku tahu di sini pun banyak kosan dan kontrakan.Dari kosan ke kosan lainnya ternyata sudah penuh semua, padahal di daerah ini harganya cukup terjangkau untuk dompetku. Furniturenya pun lumayan dapat lengkap. Ya, tapi mau bagaimana lagi. Tempat ini sudah penuh.Begitupun dengan kontrakan, semuanya penuh. Ada satu yang tersisa tetapi katanya aku kalah cepat. Baru saja tadi ada yang mencari juga dan langsung dibayar lunas, besok orangnya akan pindahan."Ra, kalau kata aku mah mending kamu tinggal dulu saja di rumahku. Kamu beneran mau buka usah

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-20
  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   KENYATAAN part 11

    Siang menjelang sore aku pergi bersama dengan Risma dan juga ditemani oleh Mas Arif untuk hadir di acara ngunduh mantu Bude Jar. Kebetulan Nina tak bisa ikut karena sedang ada urusan.Gegas Mas Arif mulai melajukan pelan mobilnya dari halaman rumah. Aku juga sudah bilang pada Ayah kalau ditemani oleh Risma dan juga kakaknya.Setelah di perjalanan aku baru sadar kalau bajuku dengan Mas Arif memiliki motif yang sama, bisa dibilang couple.Padahal jelas-jelas kami memang tidak janjian untuk memakai baju dengan motif dan warna yang sama. Mungkin hanya kebetulan saja. Atau memang baju ini sebenarnya couplean tapi dijual terpisah, entahlah.Aku mengirimkan pesan WA pada Ayah bahwa sebentar lagi akan sampai di tempat Bude Jar. Semoga saja tak ada masalah saat aku hadir di sana.Aku cuma memenuhi undangan dari Bude Jar dan juga bertemu Ayah karena rindu. Kehadiranku diterima atau tidak nya pada keluarga Ayah termasuk oleh Ibu dan Mbak Laras aku pun tak mempedulikannya lagi.Sekarang fokusku c

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-20
  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   ANAK HARAM part 12

    "Kata siapa dia anak haram? Dia anak kandungku!" bentak Ayah pada Bulik Sumi."Jangan membohongi anak itu, dan jangan membela istrimu. Sudah saatnya dia mengetahui kalau ayah kandungannya bukan kamu!" ujar Bulik melotot.Risma menatapku nanar, begitupun dengan Mas Arif. Sedangkan Ibu menatapku dengan penuh kebencian--Mbak Laras terlihat begitu syok."Maksud Bulik apa? Aku anak kandung Ayah juga!" tegasku."Bukan, kamu anak selingkuhan ibumu!" bentak Bulik."Jangan menuduh dan memfitnahku. Aku korban pemerkosaan, tetapi kenapa malah difitnah seperti ini!" pekik Ibu."Diperkosa lalu menikmati, hah?" tukas Bulik."Kamu kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihmu 'kan, saat usia Laras baru tiga tahun. Memalukan!" Bulik menghakimi Ibu."Kamu bisa berkata itu karena kamu tidak tau kejadian yang sebenarnya seperti apa! Aku korban pemerkosaan tetapi malah dapat penghakiman dari kalian, apa kalian tau bagaimana jadi aku. Bagaimana hancurnya batinku saat itu, apalagi saat mengetahui janin

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-26
  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   KELAKUAN RISMA part 13

    "Dari mana Mas Arif tau nomorku?" tanyaku langsung di pesan."Dari Risma. Memangnya kenapa? Aku nggak boleh punya nomormu?""Bukan begitu, aku hanya bingung saja.""Pegangan kalau bingung mah," balasnya meledek.Dihh ...."Mau dibuatkan susu jahe lagi? Atau mau ngemil?" tanyanya."Nggak usah, aku lagi mau menikmati angin malam saja di balkon.""Ya sudah, tapi jangan lama-lama. Takut diintip sama kuntilanak doang."Astaghfirullah, kelakuan adik sama kakak ternyata sama saja absurdnya. Kenapa mesti ngomongin mbak kun sih. Bikin merinding saja.Terlihat jelas bahwa Mas Arif terkikik dari atas sini karena wajahnya tersorot cahaya layar ponsel.Buru-buru aku kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkon.*****"Sarapan pagi kamu lagi yang buat, Zahra? Kamu 'kan lagi nggak enak badan, seharusnya istirahat saja," imbuh mamanya Risma."Iya nih, Zahra. Biar Mbak saja yang masak, kamu istirahat saja," papanya Risma menimpali."Nggak apa-apa, kok, Om, Tante. Badan Ara sudah jauh lebih en

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-26
  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   TEMPAT TINGGAL BARU part 14

    "Neli, Nenek-nenek lincah."Pluk!Mas Arif menepuk ubun-ubun sang adik. Mungkin dirasa adiknya kesambet penghuni kosan.Lalu datanglah seorang wanita cantik dengan menggunakan kerudung hingga menutupi dadanya. Apakah itu Tante Neli."Assalamualaikum, Tante." Mas Arif menangkupkan kedua tangannya di hadapan wanita itu."Waalaikumsalam, Arif. Kapan kamu sampai di sini lagi?" tanyanya ramah."Ayoo masuk dan duduk." Tante Neli menggiring kita semua untuk masuk dan duduk di teras kosan."Wajah Tante Neli adem banget kaya ubin masjid, Ra. Duh, pasti orangnya baik banget nih nggak suka ngejulid," bisik Risma.Astaghfirullah, si Risma mulutnya emang benar-benar minta disolatip nih dari tadi. Sampai Mas Arif menyikut dirinya karena dari tadi ngawur terus ngomongnya."Maaf, ya, Tante. Adik saya emang agak lain," ujar Mas Arif.Risma mendelik dan mengerucutkan bibirnya mendengar Mas Arif bicara seperti itu."Oh, iya, ini adikmu ya. Sudah besar dan cantik ya. Kalau ini yang mau ngekosan siapa? Pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-28

Bab terbaru

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   BERTEMU AYAH part 18

    "Bukan, cuma teman saja kok," kataku tersenyum."Oh, kirain pacarnya Mas Dayyan," ucapnya lagi."Lebih tepatnya baru calon," sahut Dayyan.Aku menyenggol lengannya dan menatapnya kesal. Lalu pamit masuk ke dalam kepada orang-orang yang sedang ngerumpi."Assalamualaikum!""Waalaikumsalam, duh ... pucat amat mukamu, Ra." Risma dan Nina beranjak dari kasur.Tok! Tok!"Siapa ya?" tanya Risma."Waaah, tukang pentol. Ngapain, Bang? Si Zahra mesan pentol kah?" tanya Risma."Bukan, ini tadi makanan punya temanmu ketinggalan di motorku."Lho, lho, apa-apaan dia tuh. Perasaan semua itu dia yang beli kenapa semuanya jadi punyaku."Tadi 'kan itu kamu yang beli semuanya.""Sengaja aku beli ini semua untuk kamu, mau taruh di mana?" tanyanya dengan wajah datar.Risma dan Nina saling bersitatap dan saling menyenggol lengan. Kadang mereka berbisik, mungkin sedang membicarakanku dan Dayyan.Oh, ya, aku baru teringat sesuatu. Bukankah waktu itu ada bapak-bapak langganan pentolnya, lalu memanggil nama Da

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   OH, TERNYATA? part 17

    "Kenapa ada di sini?" tanyaku yang masih kaget akan kehadirannya."Kebetulan saja lewat di sini dan aku melihatmu," sahutnya dengan santai."Oh." Aku menjawab singkat."Ayo, naik!" Suara barintonnya mengintruksi lagi."Naik ke mana?""Motor lah, ke mana lagi? Cepat, wajahmu terlihat pucat!" tegasnya.Dih, tukang pentol berubah haluan jadi tukang cilung ini kenapa sikapnya seperti ini padaku."Maaf, Bang. Aku saja nggak kenal kamu, tau namamu saja belum. Lalu tiba-tiba selalu muncul seperti jelangkung!" imbuhku.Lelaki yang belum aku ketahui namanya itu lantas turun dari motornya dan berdiri di sampingku. Lalu sebelah tangannya terulur dan memegang keningku seperti dokter yang tengah memeriksa seorang pasiennya."Demam," katanya."Jadi namanya Demam?" tanyaku mengernyitkan kening."Badanmu demam!" ujarnya dengan wajah tanpa ekspresi."Terus namamu siapa? Kenapa selalu kebetulan sekali setiap kita bertemu?" tegasku."Dayyan." Ia meraih tanganku untuk bersalaman."Oh, aku Zahra." Aku kem

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   KEBETULAN LAGI? part 16

    "Kamu ngomong sama siapa sih, Ra?" tanya Risma.Kemudian Risma dan Nina menoleh ke belakang, dan mereka berdua terkejut dengan kehadiran tukang pentol yang berubah jadi tukang cilung ini yang sekarang bersejajar jalan di sampingku."Lah, ketemu lagi kita, Bang?" tegur Nina.Dengan wajah datarnya lelaki itu berjalan lebih cepat mendahului kami. Dih, tadi saja ikutan jalan di sampingku."Eh, kok, ketemu mulu ya. Itu dia pakai baju rumahan, apa rumahnya di sekitar sini?" tanya Risma.Aku mengendikkan bahu tanda tidak tahu. Mungkin iya, mungkin juga tidak dan hanya kebetulan saja bertemu lagi. Kebetulan tapi kok sering banget ya. Aneh."Jadi mau makan apa nih kita?" tanya Risma."Tuh di sana kayanya ada nasi goreng. Aku mau nasi goreng saja deh. Pakai telur dua, yang satu di orak arik, yang satunya di dadar," imbuhku."Oke, kita beli nasi goreng saja. Nah, itu juga ada tukang gorengan tuh. Duh, mudah-mudahan masih ada singkong goreng sama cireng," ujar Nina semangat.Gegas kami berjalan me

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   BERTEMU LAGI part 15

    Setelah tadi dikirimkan lokasi kosan ku kini Nina sudah sampai di sini. Ia juga terlihat suka dengan kosan pilihanku."Jadi kamu mau pindah sekarang, Ra?" tanya Nina."Iya, habis ini aku sama yang lain mau ke rumah Risma buat ambil semua barangku dan berpamitan kepada orang tuanya Risma," ujarku."Aku ikut, aku juga mau menginap di sini, boleh kan?" tanyanya."Ya bolehlah, aku malah senang ditemanin."Kini kami menikmati makan siang yang sudah kesorean setelah selesai salat Asar terlebih dahulu.Nina juga membawakan makanan dan cemilan untukku. Lumayanlah untuk mengisi kulkas, hehehe."Berangkat sekarang?" tanya Mas Arif menoleh ke arahku."Boleh, biar beresnya nggak kemalaman nanti," kataku.Selesai menghabiskan makanan gegas kami bersiap untuk ke rumah Risma untuk mengambil barang-barangku.****"Tante, Om, aku izin pamit ya. Terima kasih sudah dikasih izin menumpang di sini beberapa hari, maaf kalau Ara merepotkan." Kucium takzim punggung tangan mereka bergantian."Sama-sama, Ara.

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   TEMPAT TINGGAL BARU part 14

    "Neli, Nenek-nenek lincah."Pluk!Mas Arif menepuk ubun-ubun sang adik. Mungkin dirasa adiknya kesambet penghuni kosan.Lalu datanglah seorang wanita cantik dengan menggunakan kerudung hingga menutupi dadanya. Apakah itu Tante Neli."Assalamualaikum, Tante." Mas Arif menangkupkan kedua tangannya di hadapan wanita itu."Waalaikumsalam, Arif. Kapan kamu sampai di sini lagi?" tanyanya ramah."Ayoo masuk dan duduk." Tante Neli menggiring kita semua untuk masuk dan duduk di teras kosan."Wajah Tante Neli adem banget kaya ubin masjid, Ra. Duh, pasti orangnya baik banget nih nggak suka ngejulid," bisik Risma.Astaghfirullah, si Risma mulutnya emang benar-benar minta disolatip nih dari tadi. Sampai Mas Arif menyikut dirinya karena dari tadi ngawur terus ngomongnya."Maaf, ya, Tante. Adik saya emang agak lain," ujar Mas Arif.Risma mendelik dan mengerucutkan bibirnya mendengar Mas Arif bicara seperti itu."Oh, iya, ini adikmu ya. Sudah besar dan cantik ya. Kalau ini yang mau ngekosan siapa? Pa

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   KELAKUAN RISMA part 13

    "Dari mana Mas Arif tau nomorku?" tanyaku langsung di pesan."Dari Risma. Memangnya kenapa? Aku nggak boleh punya nomormu?""Bukan begitu, aku hanya bingung saja.""Pegangan kalau bingung mah," balasnya meledek.Dihh ...."Mau dibuatkan susu jahe lagi? Atau mau ngemil?" tanyanya."Nggak usah, aku lagi mau menikmati angin malam saja di balkon.""Ya sudah, tapi jangan lama-lama. Takut diintip sama kuntilanak doang."Astaghfirullah, kelakuan adik sama kakak ternyata sama saja absurdnya. Kenapa mesti ngomongin mbak kun sih. Bikin merinding saja.Terlihat jelas bahwa Mas Arif terkikik dari atas sini karena wajahnya tersorot cahaya layar ponsel.Buru-buru aku kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkon.*****"Sarapan pagi kamu lagi yang buat, Zahra? Kamu 'kan lagi nggak enak badan, seharusnya istirahat saja," imbuh mamanya Risma."Iya nih, Zahra. Biar Mbak saja yang masak, kamu istirahat saja," papanya Risma menimpali."Nggak apa-apa, kok, Om, Tante. Badan Ara sudah jauh lebih en

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   ANAK HARAM part 12

    "Kata siapa dia anak haram? Dia anak kandungku!" bentak Ayah pada Bulik Sumi."Jangan membohongi anak itu, dan jangan membela istrimu. Sudah saatnya dia mengetahui kalau ayah kandungannya bukan kamu!" ujar Bulik melotot.Risma menatapku nanar, begitupun dengan Mas Arif. Sedangkan Ibu menatapku dengan penuh kebencian--Mbak Laras terlihat begitu syok."Maksud Bulik apa? Aku anak kandung Ayah juga!" tegasku."Bukan, kamu anak selingkuhan ibumu!" bentak Bulik."Jangan menuduh dan memfitnahku. Aku korban pemerkosaan, tetapi kenapa malah difitnah seperti ini!" pekik Ibu."Diperkosa lalu menikmati, hah?" tukas Bulik."Kamu kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihmu 'kan, saat usia Laras baru tiga tahun. Memalukan!" Bulik menghakimi Ibu."Kamu bisa berkata itu karena kamu tidak tau kejadian yang sebenarnya seperti apa! Aku korban pemerkosaan tetapi malah dapat penghakiman dari kalian, apa kalian tau bagaimana jadi aku. Bagaimana hancurnya batinku saat itu, apalagi saat mengetahui janin

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   KENYATAAN part 11

    Siang menjelang sore aku pergi bersama dengan Risma dan juga ditemani oleh Mas Arif untuk hadir di acara ngunduh mantu Bude Jar. Kebetulan Nina tak bisa ikut karena sedang ada urusan.Gegas Mas Arif mulai melajukan pelan mobilnya dari halaman rumah. Aku juga sudah bilang pada Ayah kalau ditemani oleh Risma dan juga kakaknya.Setelah di perjalanan aku baru sadar kalau bajuku dengan Mas Arif memiliki motif yang sama, bisa dibilang couple.Padahal jelas-jelas kami memang tidak janjian untuk memakai baju dengan motif dan warna yang sama. Mungkin hanya kebetulan saja. Atau memang baju ini sebenarnya couplean tapi dijual terpisah, entahlah.Aku mengirimkan pesan WA pada Ayah bahwa sebentar lagi akan sampai di tempat Bude Jar. Semoga saja tak ada masalah saat aku hadir di sana.Aku cuma memenuhi undangan dari Bude Jar dan juga bertemu Ayah karena rindu. Kehadiranku diterima atau tidak nya pada keluarga Ayah termasuk oleh Ibu dan Mbak Laras aku pun tak mempedulikannya lagi.Sekarang fokusku c

  • MEREKA MEMANGGILKU ANAK HARAM   MENCARI KOSAN part 10

    Tukang pentol yang berubah gelar menjadi tukang cilung itupun merogoh sakunya mengambil sesuatu. Oh ... ternyata dia mengambil ponselnya."Ayo sekarang kita berangkat," ajakku."Yuk, lah. Ngapain jadi ngeliatin tukang pentol dah," ujar Risma.Kami pun buru-buru pergi untuk mencari kosan ataupun kontrakan, agar aku bisa cepat mendapatkan tempat tinggal yang baru.Terlebih dahulu aku mencari tak jauh di daerah tempatku bekerja saat ini. Karena yang aku tahu di sini pun banyak kosan dan kontrakan.Dari kosan ke kosan lainnya ternyata sudah penuh semua, padahal di daerah ini harganya cukup terjangkau untuk dompetku. Furniturenya pun lumayan dapat lengkap. Ya, tapi mau bagaimana lagi. Tempat ini sudah penuh.Begitupun dengan kontrakan, semuanya penuh. Ada satu yang tersisa tetapi katanya aku kalah cepat. Baru saja tadi ada yang mencari juga dan langsung dibayar lunas, besok orangnya akan pindahan."Ra, kalau kata aku mah mending kamu tinggal dulu saja di rumahku. Kamu beneran mau buka usah

DMCA.com Protection Status