Rico menoleh pada Anisa yang sedang berjongkok membersihkan tempat yang terkena tumpahan makanan cateringnya."Ngapain berhenti, Ric?" Melinda yang duduk di samping Rico menatap menatap pemuda itu.Tanpa menjawab Rico memundurkan mobilnya, hingga kini berada tak jauh dari Anisa yang memilih box makanan untuk dimasukkan ke tempat susunannya semula.Rico bergegas turun dari mobil diikuti Melinda."Makanannya berantakan, ya, sori, ya ...""Udah Ric kasih ajah duit ganti beres, keburu Tony bisa ngejar kita, lho ..." ujar Melinda dengan suara cemas, tapi gadis itu sama sekali tak punya rasa kasihan pada Anisa.Anisa tak bersuara menenteng rantang box makanannya.Rico merogoh kantong celananya untuk mengambil uang."Rico buruan itu Tony di seberang ..."Rico terkejut saat menoleh ke seberang jalan sedan Tony tengah terhalang traffick Light."Sial!!" Gerutunya langsung melemparkan lembaran uang ratusan ribu pada Anisa, "Untuk ganti makananmu yang jatuh dan betuli tebeng motormu ..."Anisa ter
Jadmiko dan Kyai Haji Imran serta Ustadz Sofyan duduk bersama. Mereka sedang membahas Rico anak tunggal Jadmiko. "Kyai ini sudah mendapat berkahnya Allah. Anak sudah jadi Ustadz, paling tidak amanlah untuk urusan ibadah. " "Alhamdulillah, itu yang aku mohon siang dan malam,Rico menoleh pada Anisa yang sedang berjongkok membersihkan tempat yang terkena tumpahan makanan cateringnya."Ngapain berhenti, Ric?" Melinda yang duduk di samping Rico menatap menatap pemuda itu.Tanpa menjawab Rico memundurkan mobilnya, hingga kini berada tak jauh dari Anisa yang memilih box makanan untuk dimasukkan ke tempat susunannya semula.Rico bergegas turun dari mobil diikuti Melinda."Makanannya berantakan, ya, sori, ya ...""Udah Ric kasih ajah duit ganti beres, keburu Tony bisa ngejar kita, lho ..." ujar Melinda dengan suara cemas, tapi gadis itu sama sekali tak punya rasa kasihan pada Anisa.Anisa tak bersuara menenteng rantang box makanannya.Rico merogoh kantong celananya untuk
"Benar memang saya terjatuh dari motor karena hampir ditabrak sedan yang ngebut. Tebeng motor saya penyok dan box cateringan yang mau saya antar ke sini terjatuh dan sebagian tumpah. " Anisa menjelaskan secara rinci. Tapi sungguh, Pak, Demi Allah saya langsung menelepon Ibu saya meminta dikirim dengan ojek online makanan yang baru, jadi itu bukan makanan yang terjatuh tadi. Bisa saya buktikan, Pak ..." Anisa membuka box satu persatu yang semuanya tampak rapih isinya, tak ada tanda tanda jika makanan itu sempat terjatuh. "Ya sudah maafkan tadi anakku sudah marah marah padamu. Dia salah sangkah," "Ya, Pak, " angguk Anisa." "Sekali lagi aku minta maaf, dan aku tetap mau berlangganan Nurani Catering, ya, " ujar Jadmiko menatap Anisa dengan tersenyum. Ia suka pada sikap gadis itu. "Terima kasih Pak Jatmiko telah berlangganan catering Nurani yang sudah belasan tahun dirintis Ibu saya. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih, Pak, " "Sama sama Anisa, " angguk Jadmiko, "Kamu membant
"Maaf Kak Ustadz Nisa masih ingin kuliah ... " Anisa mengarang ucapan persiapan kalau ditelepon nanti, "Ah, tapi kok terlalu kasar penolakannya, lalu kudu bagaimana? Atau gini. Batinnya terus membuat kalimat. "Bagaimana kalau aku minta waktu lulus kuliah?" Ah, itu tandanya aku janji mau nikah sama dia dong? Uh ... Gimana nih ? Anisa jadi kelimpungan sendiri untuk mempersiapkan ucapannya jika ustadz Sofyan langsung nembak di hape. Saking bingung dan gugup,.membuat gadis itu berkeringar dahi dan lehernya. "Kayak mau persiapan interview ajah nih. Uh repotnya kudu ngomong apa nanti. Dih Ustadz kenapa kudu aku yang ditaksir kenapa nggak cari yang udah lulus kuliahnya?" Keringatnya makin bercucuran? Bahkan rasanya sampai ingin mandi lagi. Lain Anisa lain pula Ustadz Sofyan. Lelaki ganteng itu sedang berbicara dengan ayahnya. "Saya sudah bicara dengan ibu Nurani minta ijin untuk bicara dengan dik Nisa, Yah, "
Anisa absen tak mengantarkan catering ke rumah Jatmiko, karena ada karena sore ini ia ke Majelis milik Kyai Imram. Gadis itu memang bertugas mengantar catering ke para pelanggan untuk sore hari. Kecuali sedang tidak kuliah baru ful menjadi kurir catering yang dikelola ibunya. "Hai, Nis, " "Hai ..." Anisa menatap gadis tinggi semampai berhidung mancung. Maklum masih ada keturunan Arab dari garis keturunan bapaknya yang dipanggilnya Abah. Sisil sudah bilang mau ikut. Gadis itu yang akan menjemput ke rumah dengan mobilnya. Secara terang terangan Sisil menyatakan kekagumannya pada Ustadz Sofyan. "Ustadz Sofyan udah punya calon, nggak menurutmu, Nis?" Sisil menatap Anisa yang langsung menunduk. "Mana kutahu?" Anisa merahasiakan tentang kunjungan Kyai Haji Imran untuk menjodohkan sang Ustadz dengan dirinya. Apalagi tentang rencana kedatangan ustadz muda itu menemuinya besok sore. "Nis kok kamu bengong, sih?' Sisil meny
“Tidak pernah bosan mengaji...” jawab anak anak dengan riang. Setelah membaca doa penutup pengajian, anak anak serentak mengumandangkan Al- Fatihah. Suara mereka sangat enak didengar. Tak ada yang saling mendului. Anisa terharu melihat kekompakan serta kesungguhan anak anak muridnya menyelesaikan Al -Fatihahnya dengan tertib. "Assalamu'alaikum anak-anak…" ujar Anisa sesaat suara anak anak berakhir . "Wa'alaikum salam Kak Anisa…. Wa'alaikum salam Kak Sisil ..."sahut anak-anak serempak memandang pada Anisa dan Sisil. "Anak anak pintar..." Sisil yang sudah dua kali ikut ke majelis jatuh hati pada anak anak itu. Satu persatu anak anak salim pada Anisa dan Sisil. Lalu mereka pun berlarian meninggalkan majelis. Setelah semua anak anak pulang, barulah Anisa dan Sisil ke ruangan depan dimana Kyai Haji Imran baru saja mengantar tamunya pulang. "Assalamu'alaikum Pak K
Ustadz Sofyan duduk berhadapan dengan Anisa yang mengenakan hijab warna biru muda polos, serta busana muslim warna serupa. Hitam di lingkaran bawah baju panjangnya, serta di ujung lengannya. Tak ada riasan di wajahnya, kecuali olesan tipis pelembab, dan lip balm supaya bibirnya tidak kering. Namun justru tampilan apa adanya yang alami sederhana ini, membuat Ustadz muda itu menyukainya. Sejak kecil sudah mengenal Anisa. Enam tahun lebih tak melihat gadis itu. Saat kembali ke Jakarta dengan gelar master di bidang pendidikan agama, ia mengira Anisa tumbuh sebagai gadis yang tampil mengikuti trend mode. Tapi nyatannya Anisa tampil apa adanya. Bersahaja, namun menawan hatinya. "Dik Nisa ..." Ustadz Sofyan membuka pembicaraan setelah dua menit saling berdiam diri. "Oh ... ya ... silahkan diminum Kak Ustadz, " berusaha menutupi gugupnya tapi tetap saja suara Anisa tak lancar. "Terima kasih ..." Ustadz Sofyan tersenyum. Gadis yang semasa anak anak dul
Tony dan Jono berdiri di pinggir jalan berjaga jaga untuk mencegat Anisa. Karena takut kehilangan jejak, tak main main rupanya, pemuda itu mempergunakan teropong jarak jauh.Dari kejauhan muncul Anisa mengendarai motor maticnya dengan tenang. Ia tak nyadari jika sedang diperhatikan pemuda pengagumnya. Bukan main senangnya Tony saat lewat teropongnya ia melihat Anisa naik motor matic menuju arah dimana ia kini menunggu.Ada perasaan senang bercampur debar dalam dadanya. Kenapa aku berdebar, ya, seru hatinya. Segera Tony masuk ke mobilnya diikuti Jono. Tanpa bersuara ia menjalankan mobil, lalu di depan ia putar arah, supaya bisa melalui jalur yang tengah dilewati Anisa. Tak mau kehilangan buruannya, segera ia mengikuti dari belakang. Menurunkan laju mobilnya menguntit sang gadis.Dan saat dirasa suasana tak terlalu ramai, maka segera Tony menaikkan laju mobilnya supaya bisa mendului laju motor Anisa. Segera ia menyalip motor yang dikendarai gadis itu. Pada jarak tertentu di depan laju
Rico sudah berdiri di depan Cafe Santai Tapi Sopan milik Tony. Melihat kedatangan Rico tentu saja Jono dan Gsni teringat pesan Tony supaya meminta maaf pada pemuda itu.Tentu saja Rico mundur beberapa langkah saat melihat Jono dan Gani langsung mendekat. Bukan hanya sekedar mundur. Tapi ia juga siaga penuh.Jono dan Gani saling pandang. Mereka tampak gugup. Sedetik kemudian Jono mengangguk pada Gani yang langsung tanggap. Gani maju selangkah ke hadapan Rico dengan tatap canggung dan ragu.Jono di tempatnya berdiri yang berjarak tak sampai satu meter memperhatikan dengan dada berdebar.Sedangkan Rico tetap tak bergerak di tempat berdiri. Ia hanya menunggu apa yang akan dilakukan anak buah Tony. Mau menyerang atau justru minta maaf seperti yang dikatakan Anisa.Jono menoleh pada Gani, dan Gani langsung menjejeri Jono. Hingga mereka berdua bak dua orang murid sedang ketakutan di hadapan gurunya.Rico masih menunggu apa yang akan dilakukan oleh Jono dan Gani. "Kami mihta maaf atas peny
Melinda masih menghadang di depan motor Anisa, dia sengaja memancing kemarahan gadis yang dikhawatirkan menggoda Rico.Sebenarnya Anisa bisa saja mendorong gadis itu, lalu pergi tapi itu tak dilakukannya."Tolonglah Melin, kasih lewat aku," setengah memohon Anisa mencoba melunakkan hati Melinda. Tapi rupanya gadis itu tak tergoyah hatinya atas bujukan Anisa. Ia tetap senyum sinis, sedangkan tatapannya pada susunan rantang yang terikat di boncengam motor. "Aku nggak suka ya sama cewek yang tebar pesona!" Seru Melinda kesal.Anisa terkejut. Yang tebar pesona siapa, ya?"Jangan pura pura deh, pasti kamu sengaja nyuruh orangnya Tony nyerang Rico, setelah itu kamu datang deh pura pura jadi penolong. Biasa kayak di sinetron sinetron, gitu!"Astagfirullah ..." seru Anisa menatap Melinda yang punya pemikiran negatif pada ketulusannya."Jangan bawa bawa Astagfirullah, deh, kalau emang bener, jangan berlindung dibalik ucapan istigfar deh!"Anisa tak habis pikir kenapa Melinda memiliki pikiran
Anisa berjalan ke parkiran motor. Tak disangkah Sisil sudah menunggu di sana."Asalamu'alaikum Bu Ustadzah Anisa," tersenyum Sisil menggoda Anisa."Wa'alaikum salam, sehat?" Anisa memandang Sisil."Badan sehat tapi hati sedih Bu Ustadzah karena sakit cinta," tersenyum Sisil. Anisa tertawa kecil ,"Masa sih?"Sisil lebih mendekat pada Anisa. Kini raut wajahnya serius, "Nis," "Serius, nih?" Anisa mengerling. "Oh beneran," tangan Sisil menarik tangan Anisa, sepasang mata bulatnya meredup."Duh kenapa lagi nih, anak," bisik hati Anisa."Nis,""Ya,""Aku mau ngomong serius," ujar Sisil ,"Masalah Bang Ustadz ,"Anisa terkejut. Tapi tersenyum beberapa saat kemudian."Nisa,""Ya,""Kayaknya Bang Ustadz nih membuat aku nggak bisa tidur, dia nggak naksir aku," tampakvwajah Sisil galau, "Nis aku mau bicara dari hati ke hatu," lanjutnya menatap Anisa dengan mata lekat ke wajah sahabatnya itu."Soal apa, ya, Sil?""Ustadz dan dirimu." mata Sisil lekat ke manik mata Anisa, "Waktu itu aku melihat
Jono terdiam melihat Tony tak beriaksi saat melaporkan tentang pengeroyokan pada Rico."Kalau nggak dibantu cewek yang datang tiba tiba menyerang, dan mengancam polisi akan datang, sudah habis dia Bos," ujar Jono dengan gaya seorang yang berhasil memberi tindakan penyerangan pasa Rico. Dengsn begitu ia sudah mwringankan bosnya.Padahal bukan bwgitu tujuan Tony mengejar Rico."Itu namanya pengecut satu orang dikeroyok!" Dengus Tony yang tak suka pada cara Jono yang mengeroyok Rico. "Aku tak suka curang, dan apa yang kau dan Gani itu lakukan adalah sebuah kecurangan. Namanya tak gentle," "Tapi ...""Apa pun alasannya adalah curang. Aku kan tak pernah bilang padamu untuk mengeroyok Rico, "Lagi pula aku kan tak memberikan kuasa padamu untuk mewakiliku menyerang Rico, apalagi mengeroyok," bagi Tony apa yang dilakukan Jono adalah salah karena ia tak memerintahkan untuk menyerang Rico. "Maaf, Bos," "Jadi semua ada aturan mainnya. Aku memang mengejar Rico untuk memberi pelajaran pada dia su
Rico mematikan mesin mobil. Usron mendekat. Tentu saja terkejut melihat dagu Rico di tutup verban. Lalu pipi majikan mudanya itu agak lebam. Tapi ia tak berani bertanya. Rico juga tak mau membahas tentang kondisinya."Sron di mobil ada catering dibawa ke dalam, ya," seperti biasa ia memberikan kunci mobil pada pelayan setianya, supaya mobil dimasukkan ke garasi. "Catering?" Usron mengulang ucapan tuan mudanya, tapi tetap membawa rantang catering ke dalam rumah.Di kamar Rico langsung menuju cermin di lemarinya. Mengaca dan memeriksa raut mukanya serta ada lebam pula di lengan kanannya.Sekali lagi Rico memperhatikan mukanya di cermin. Menyentuh sebelah pipinya yang agak lebam. Agak perih. Lalu turun ke dagunya yang terluka terkena sodokan sepatu Jono.Tiba tiba ia terbayang saat dagunya diobati oleh Anisa. Tanpa sadar bibirnya tersenyum. Anisa itu orang lembut. Tapi kenapa ya, aku kok kasar selama ini sama dia, ya. Padahal kalau nggak ada Anisa nggak tahu, pasti udah bonyok sama anak
"Oke kita habisi ajah..!" Jono langsung mundur dan setengah memutari tubuh Rico langsung saja menyerang dari belakang. Tak mau membuang kesempatan, Gani pun menyerang dari depan. Rico terkejut juga harus menghadapi serangan depan dan belakang dengan hitungan tepat bersamaan. Bisa lolos dari serangan Gani, tapi menerima tendangan serta kibasan tangan Jono yang menyerangnya dari belakang. Walau Rico bisa dan kuat menghadapi serangan mereka, namun Jono dan Gani yang sebelum bergabung dengan Tony adalah anak jalanan, tentu sudah kerap berkelahi dan mengenal berbagai tekhnik berkelahi, bukanlah lawannya yang bukan anak jalanan asli seperti kedua lawannya yang tangguh oleh berbagai suasana itu. Rico tersungkur terkena tendangan Jono. Saat bangun, dan sebelum berdiri tegak tiba tiba saja meluncur sodokan sepatu Gani yang mengarah ke kepalanya. Rico kaget segera menghindar , namun ujung sepatu Jono mengenai dagunya, membuat dagunya terasa perih. Bukan itu saja Gani tak mau membuang kesem
Rico beberapa hari ini seperti mendapat energi baru. Pertemuannya dengan Ustadz Sofyan, yang semula tak ia gubris, membuat diri mendapat doble keuntungan. Masukclubmilik Tristan dan siraman rohani . "Bagaimana mau berhasil menjadi sesuatu yang dibanggakan orang tua, kalau kita yang masih muda dikalahkan dengan ego yang merugikan." Teringat ucapan Ustadz Sofyan, "Sebagai jiwa muda jangan cengeng, apalagi laki laki calon pemimpin, minimal memimpin rumah tangganya kelak. Ayo tegar, jadi pribadi yang tidak merugi. Jangan mau buang waktu percuma. Jangan ke sana ke mari tanpa tujuan, itu hasutan setan. Karena setan akan selalu menggoda umat Allah. Mumpung masih muda. Kejar dua hal. Satu ilmu dunia untuk menunjang kesuksetan kita di dunia. Kenapa kita mau sukses? Karena dengan kita sukses, akan memudahkan kita membantu orang orang membutuhkan. Lalu kejar ilmu untuk bekal kita di akherat, karena hanya dengan amal dan perbuatan baik kita yang akan menolong kita nanti di sana. Perbanyak dzik
Anisa harus ke Majelis untuk memberikan pelajaran mrngaji pada anak anak. rmpat hsri lalu saat baru saja menerima kedatangan ustadz Sofyan ke rumahnya untuk menyatakan isi hati, ia merasa gugup jika bertemu Ustadz Sofyan. Tapi anak anak tak boleh jadi korbsn, begitu pikirnya. Aku harus menghadapi kenyataan jika harus bertemu Ustadz Sofyan. Karena sudah kesemsem pada Ustadz Sofyan, maka Sisil mengikuti Anisa saat mau memberi pelajaran mengaji di Majelis Kyai Haji Imran."Setidak tidaknya aku bisa melepas kangen pada Ustadzku sayang, Nis," tersenyum Sisil.Anisa hanya terdiam melihat wajah Sisil yang sangat bahagia. Bagaimana ini, sementara aku masih berpikir untuk menerima atau menolak pernyataan hati Kak Ustadz, sahabatku sangat teribsesi ingin jadi kekasihnya. "Hai kok ngelamun, sih, " Sisil menepuk bahu Anisa."Oh nggak juga,Yuk," karena mempergunakan mobil milik Sisil, maka motornya terpaksa ia antarkan pulang dulu, sekalian mengambil titipan kue dari ibunya untuk Kyai Haji Imran.
Sampai di rumah Tony terkejut kedatangan Karin semakin bingung karena mamanya ada di sampingnya. "Hai Karin..." sambut Tony pada mantan kekasihnya. "Hai Tony, selamat sore, ""Sore, silahkan masuk, "Begitu melihat ada Laksmi segera saja Karin menghampiri , "Tante apa kabar...?" Karin segera menulurkan tangannya pada Laksmi, dan bukan bersalaman, namun mencium punggung tangan mama dari pemuda yang masih sicintainya, dan berusaha untuk bisa bersambung lagi cintanya dengan Tony.Tentu saja Tony dan Laksmi heran atas sikap santun karin yang berubah total."Baik, " sahut Laksmi yang dulu tak menyukai gadis yang terlihat bebas. Walau kini gadis itu masih tak berhijap, tapi pakaian yang dikenakannya sopan, tak seperti dulu terbuka, atau yang mempertontonkan lekuk tubuhnya karena pakaian yang dikenakan ketat."Silahkan duduk Karin, " suaraTony memecah sunyi mempersilahkan Karin masuk ke dalam.Karin duduk di sofa, dan sosoknya serta gerak geriknya sangat teratur, menandakan kini dirinya g