Tony dan Jono berdiri di pinggir jalan berjaga jaga untuk mencegat Anisa. Karena takut kehilangan jejak, tak main main rupanya, pemuda itu mempergunakan teropong jarak jauh.Dari kejauhan muncul Anisa mengendarai motor maticnya dengan tenang. Ia tak nyadari jika sedang diperhatikan pemuda pengagumnya. Bukan main senangnya Tony saat lewat teropongnya ia melihat Anisa naik motor matic menuju arah dimana ia kini menunggu.Ada perasaan senang bercampur debar dalam dadanya. Kenapa aku berdebar, ya, seru hatinya. Segera Tony masuk ke mobilnya diikuti Jono. Tanpa bersuara ia menjalankan mobil, lalu di depan ia putar arah, supaya bisa melalui jalur yang tengah dilewati Anisa. Tak mau kehilangan buruannya, segera ia mengikuti dari belakang. Menurunkan laju mobilnya menguntit sang gadis.Dan saat dirasa suasana tak terlalu ramai, maka segera Tony menaikkan laju mobilnya supaya bisa mendului laju motor Anisa. Segera ia menyalip motor yang dikendarai gadis itu. Pada jarak tertentu di depan laju
Rico tak bisa menghindar dari pertemuamnya dengan Ustadz Sofyan, karena ia tak mau Atm dan mobilnya ditarik papanya."Rico beliau ini Ustadz Sofyan, kedatangan beliau atas undangan Papa...""Halo Bang Ustadz..." Rico langsung mengulurkan tangannya pada Ustadz Sofyan yang menerimanya dengan sikap sebagai sahabat."Assalamu'alaikum Dik Rico, sehat?"'Wa' alaikum salam Bang Ustadz, baik, sehat ya..." Rico sedikit gugup."Dulu waktu Dik Rico masih baru remaja kita beberapa kali bertemu, ya, di acara pengajian di Majelis " Ustadz Sofyan mengingatkan."Ya Bang Ustadz ..." mengangguk Rico."Nah Rico, Ustadz Sofyan ini padat acaranya, dan banyak yang ingin bertemu beliau. Memenuhi undangan Papa ke rumah kita, wah luar biasa beruntungnya kita..." Jatmiko sangat merasa terhormat Ustadz Sofyan mau datang untuk Rico."Ah papanya Dik Rico sangat meninggikan saya dan jangan memuliakan saya, karena kemuliaan itu milik Allah..." ujar Ustadz Sofyan tulus dari hati."Nah Rico sangat sayang kalau kamu m
"Nah dia nyindir aku lagi," batin Rico, ia merasa tersindir lagi. Dan merasa tertantang ia langsung mengangguk, "Ya boleh..." sekalian aku ingin tahu sampai dimana kelihaiannya duduk di belakang setir mobil balap. "Deal..." Ustadz Sofyan mengulurkan tangannya yang langsung disambut Rico tanpa canggung. Ustadz Sofyan senyum senyum melihat Rico yang gugup, dan seperti bimbang itu. Segera mengajak bicara pemuda itu dengan relax. "Wah aku ini ingin menguji kekeranianku di belakang setir makanya mengajakmu balapan, Rico. Maklum sudah hampir tujuh tahun tidak lagi duduk di belakang mobil untuk balapan," Rico yang terbiasa ngebut di setiap ada kesempataan, baik itu di jalan umum mau di proyek perumahan, tersenyum. "Kapan waktu yang tepat untuk Dik Rico nanti kita janjian, " ujar Ustadz Sofyan yang sengaja ingin mengadakan pendekatan terlebih dulu dengan pemuda itu, sebelum nanti tiba saatnya fokus pada perdalam akidah ilmu Agama.
Ustadz Sofyan memeriksa persiapan mobil milik Tristan untuk dipakai balapan. Walau sudah prima persiapannya, tapi memang harus dilakukan cek berulang kali. "Anda bukan Ustadz Sofyan, kan?" Telunjuk Melinda pada Tristan mengernyitkan alis memandangnya. "Oh mencari Ustadz Sofyan, sebentar, kamu siapa?." "Melinda," "Temannya Ustadz Sofyan?" Tristan merasa aneh juga jika sahabatnya yang ustadz itu memiliki teman bersikap seperti Melinda. "Bukan," geleng Melinda.Tristan sudah mengura jika gadis berpenampilan seksi itu bukanlah salah satu teman si ustadz sahabatnya."Lalu?" Tristan lebih memperhatikan Melinda."Aku pacarnya Rico calon lawan balapannya Ustadz Sofyan, '"Oh," segera Tristan mendekat pada Ustadz Sofyan."Ada yang mencarimu," lapor Tristan pada ustadz Sofyan yang sudah selesai mengecek ulang mobil yangvakan dipergunakan untuk balapan dengan Rico."Siapa?" Ustadz menatap Tristan."Pacarnya Rico," tersenyum Tristan."Cari aku?" Ustadz Sofyan merasa tak kenal dengan gadis
"Wah Bang Ustadz bisa ajah..." Rico tersenyum kecut, pasti nih lagi nyinggung aku karena pernah nyerempet cewek hijab itu, sungutnya dalam hati. "Nah Rico kamu setuju dengan yang dibuat tim kita itu?" Tristan menunjuk jarak yang diberi bendera, sebagai rute yang akan dijadikan sirkuit balapnya. "Aku ikut yang senior ajah..." Rico memang menyerahkan pada penantangnya. Lalu memandang Ustadz Sofyan. "Kita main cepat ajah, tanpa tikungan dan putaran. Kita main Drag Race sajalah, seperti yang kukabari semalam, gimana?" Ustadz Sofyan menawarkan balapan jenis lintasan lurus. 'Setuju..." angguk Rico. "Nilai utama dalam balapan ini adalah kecepatam dan kemampuan mencapai kecepatan yang maksimum dalam waktu singkat," ujar Tristan, "Setuju?" "Setuju," angguk Rico. "Waktu yang diberikan hanya hitungan detik, " ujar Tristan tentang jarak pendek sekitar empat ratus dua meteran yang lurus. Rico jadi t
15"Tahu aturannya, kan, nah satu menit lagi kita mulai ..." Ujar Tristan yang disambut acungan jempol oleh kedua peserta balap mobil di depannya Tristan menoleh pada temannya yang mengawal garis Star. Pemuda itu mengangguk yang pertanda siap untuk mengawal balapan, "Siap, " ujarnya.Tristan mengacungkan jempolnya. Lalu Tristan menoleh pada pemuda yang bertugas berjaga di garis finish."Nggak ada masalah, kan?" Serunya."Ready .." pemuda di garis finish mengacungkan jempolnya"Oke," angguk Tristan. Kini ia fokus pada dua pembalap di depannya."Ready, ya ...;" Serunya mengeraskan suaranya Ustadz Sofyan dan Rico secara bersamaan mengangguk dengan acungan jempol nya.Tristan mengangguk. Lalu melangkah kearah kanan. Berdiri di pinggir sebelah kanan di depan garis Star.Ustadz Sofyan dan Rico yang sudah bersiap di belakang stir mobilnya, memperhatikan bendera kecil di tangan Tristan.Saat tangan Tristan yang memegang bendera mulai terangkat, mereka pun mulai bersiap menjalankan mobil
Anisa duduk berhadapan dengan Tony di cafe milik pemuda itu. Jika hari ini tak dipenuhi janjinya, ia khawatir pemuda itu terus menerus menunggunya setiap sore di pinggir jalan. Itu tak baik, pikirnya.Sudah kepalang janji. Dan tak mau diburu Tony lagi di pinggir jalan, makanya Anisa sepulang mengantar catering ke rumah Jatmiko, segera menyanggupi permintaan Tony, yang sudah menunggu di tepi jalan. Adapun dengan Tony bagai mendapati rejeki besar saat mengiringi motor Anisa dengan mobilnya menuju cafe miliknya.Saat Anisa membuka maskernya di dalam Cafe, seketika tatapan penuh kagum terpancar dari mata Tony.Anisa menunduk menghindari tatap pemuda di hadapannya."MasyaAllah cantik nian dirimu ..." Tapi hanya diucapkan di dalam hati saja."Dik Soleha ...""Namaku Anisa," potong Anisa. Sebenarnya ia ingin membiarkan pemuda itu tak tahu namanya. Tapi nama adalah pemberian orang tuanya. Bahkan dulu diucapkan dengan doa memohon keselamatan pada Sang Pencipta."Oh maaf Dik Soleha eh Dik
Karin mengejar Tony ke dalam cafe."Tony,"Tony membalikkan badan dan kini berhadapan dengan Karin."Sikapmu kekanak kanakan, nggak semestinya kamu obral mesra di depan Anisa," protes Tony tak suka dengan gaya mantan kekasihnya itu, ia khawatir Anisa curiga jika dirinya dan Karin punya hubungan."Kamu naksir cewek berhijab tadi, kan?!" Nada suara Karin cemburu.Tony tak menjawab. Tapi tampak kesal."Jawab, Ton?!" Karin merengek menarik tangan Tony fengan wajah agak memelas karena khawatir mantan kekasih yang masih diinginkannya itu sudah berpaling pada gadis lain."Kamu nggak perlu tahu urusan pribadiku, Rin, kita sekarang ini sebatas kawan saja," ujar Tony, mau tak mau memang harus menjelaskan supaya Karin yang sudah beberapa kali ingin balikan itu tahu, jika ia yak lagi berharap kembali pada gadis yang memiliki prilaku gaya hidup yang tak disukainya dulu.Karin cemberut. Sepasang mata indahnya langsung merebak air."Tony aku kan sudah berubah. Sydah menjauhi dunia malam, sudah nggak
Rico sudah berdiri di depan Cafe Santai Tapi Sopan milik Tony. Melihat kedatangan Rico tentu saja Jono dan Gsni teringat pesan Tony supaya meminta maaf pada pemuda itu.Tentu saja Rico mundur beberapa langkah saat melihat Jono dan Gani langsung mendekat. Bukan hanya sekedar mundur. Tapi ia juga siaga penuh.Jono dan Gani saling pandang. Mereka tampak gugup. Sedetik kemudian Jono mengangguk pada Gani yang langsung tanggap. Gani maju selangkah ke hadapan Rico dengan tatap canggung dan ragu.Jono di tempatnya berdiri yang berjarak tak sampai satu meter memperhatikan dengan dada berdebar.Sedangkan Rico tetap tak bergerak di tempat berdiri. Ia hanya menunggu apa yang akan dilakukan anak buah Tony. Mau menyerang atau justru minta maaf seperti yang dikatakan Anisa.Jono menoleh pada Gani, dan Gani langsung menjejeri Jono. Hingga mereka berdua bak dua orang murid sedang ketakutan di hadapan gurunya.Rico masih menunggu apa yang akan dilakukan oleh Jono dan Gani. "Kami mihta maaf atas peny
Melinda masih menghadang di depan motor Anisa, dia sengaja memancing kemarahan gadis yang dikhawatirkan menggoda Rico.Sebenarnya Anisa bisa saja mendorong gadis itu, lalu pergi tapi itu tak dilakukannya."Tolonglah Melin, kasih lewat aku," setengah memohon Anisa mencoba melunakkan hati Melinda. Tapi rupanya gadis itu tak tergoyah hatinya atas bujukan Anisa. Ia tetap senyum sinis, sedangkan tatapannya pada susunan rantang yang terikat di boncengam motor. "Aku nggak suka ya sama cewek yang tebar pesona!" Seru Melinda kesal.Anisa terkejut. Yang tebar pesona siapa, ya?"Jangan pura pura deh, pasti kamu sengaja nyuruh orangnya Tony nyerang Rico, setelah itu kamu datang deh pura pura jadi penolong. Biasa kayak di sinetron sinetron, gitu!"Astagfirullah ..." seru Anisa menatap Melinda yang punya pemikiran negatif pada ketulusannya."Jangan bawa bawa Astagfirullah, deh, kalau emang bener, jangan berlindung dibalik ucapan istigfar deh!"Anisa tak habis pikir kenapa Melinda memiliki pikiran
Anisa berjalan ke parkiran motor. Tak disangkah Sisil sudah menunggu di sana."Asalamu'alaikum Bu Ustadzah Anisa," tersenyum Sisil menggoda Anisa."Wa'alaikum salam, sehat?" Anisa memandang Sisil."Badan sehat tapi hati sedih Bu Ustadzah karena sakit cinta," tersenyum Sisil. Anisa tertawa kecil ,"Masa sih?"Sisil lebih mendekat pada Anisa. Kini raut wajahnya serius, "Nis," "Serius, nih?" Anisa mengerling. "Oh beneran," tangan Sisil menarik tangan Anisa, sepasang mata bulatnya meredup."Duh kenapa lagi nih, anak," bisik hati Anisa."Nis,""Ya,""Aku mau ngomong serius," ujar Sisil ,"Masalah Bang Ustadz ,"Anisa terkejut. Tapi tersenyum beberapa saat kemudian."Nisa,""Ya,""Kayaknya Bang Ustadz nih membuat aku nggak bisa tidur, dia nggak naksir aku," tampakvwajah Sisil galau, "Nis aku mau bicara dari hati ke hatu," lanjutnya menatap Anisa dengan mata lekat ke wajah sahabatnya itu."Soal apa, ya, Sil?""Ustadz dan dirimu." mata Sisil lekat ke manik mata Anisa, "Waktu itu aku melihat
Jono terdiam melihat Tony tak beriaksi saat melaporkan tentang pengeroyokan pada Rico."Kalau nggak dibantu cewek yang datang tiba tiba menyerang, dan mengancam polisi akan datang, sudah habis dia Bos," ujar Jono dengan gaya seorang yang berhasil memberi tindakan penyerangan pasa Rico. Dengsn begitu ia sudah mwringankan bosnya.Padahal bukan bwgitu tujuan Tony mengejar Rico."Itu namanya pengecut satu orang dikeroyok!" Dengus Tony yang tak suka pada cara Jono yang mengeroyok Rico. "Aku tak suka curang, dan apa yang kau dan Gani itu lakukan adalah sebuah kecurangan. Namanya tak gentle," "Tapi ...""Apa pun alasannya adalah curang. Aku kan tak pernah bilang padamu untuk mengeroyok Rico, "Lagi pula aku kan tak memberikan kuasa padamu untuk mewakiliku menyerang Rico, apalagi mengeroyok," bagi Tony apa yang dilakukan Jono adalah salah karena ia tak memerintahkan untuk menyerang Rico. "Maaf, Bos," "Jadi semua ada aturan mainnya. Aku memang mengejar Rico untuk memberi pelajaran pada dia su
Rico mematikan mesin mobil. Usron mendekat. Tentu saja terkejut melihat dagu Rico di tutup verban. Lalu pipi majikan mudanya itu agak lebam. Tapi ia tak berani bertanya. Rico juga tak mau membahas tentang kondisinya."Sron di mobil ada catering dibawa ke dalam, ya," seperti biasa ia memberikan kunci mobil pada pelayan setianya, supaya mobil dimasukkan ke garasi. "Catering?" Usron mengulang ucapan tuan mudanya, tapi tetap membawa rantang catering ke dalam rumah.Di kamar Rico langsung menuju cermin di lemarinya. Mengaca dan memeriksa raut mukanya serta ada lebam pula di lengan kanannya.Sekali lagi Rico memperhatikan mukanya di cermin. Menyentuh sebelah pipinya yang agak lebam. Agak perih. Lalu turun ke dagunya yang terluka terkena sodokan sepatu Jono.Tiba tiba ia terbayang saat dagunya diobati oleh Anisa. Tanpa sadar bibirnya tersenyum. Anisa itu orang lembut. Tapi kenapa ya, aku kok kasar selama ini sama dia, ya. Padahal kalau nggak ada Anisa nggak tahu, pasti udah bonyok sama anak
"Oke kita habisi ajah..!" Jono langsung mundur dan setengah memutari tubuh Rico langsung saja menyerang dari belakang. Tak mau membuang kesempatan, Gani pun menyerang dari depan. Rico terkejut juga harus menghadapi serangan depan dan belakang dengan hitungan tepat bersamaan. Bisa lolos dari serangan Gani, tapi menerima tendangan serta kibasan tangan Jono yang menyerangnya dari belakang. Walau Rico bisa dan kuat menghadapi serangan mereka, namun Jono dan Gani yang sebelum bergabung dengan Tony adalah anak jalanan, tentu sudah kerap berkelahi dan mengenal berbagai tekhnik berkelahi, bukanlah lawannya yang bukan anak jalanan asli seperti kedua lawannya yang tangguh oleh berbagai suasana itu. Rico tersungkur terkena tendangan Jono. Saat bangun, dan sebelum berdiri tegak tiba tiba saja meluncur sodokan sepatu Gani yang mengarah ke kepalanya. Rico kaget segera menghindar , namun ujung sepatu Jono mengenai dagunya, membuat dagunya terasa perih. Bukan itu saja Gani tak mau membuang kesem
Rico beberapa hari ini seperti mendapat energi baru. Pertemuannya dengan Ustadz Sofyan, yang semula tak ia gubris, membuat diri mendapat doble keuntungan. Masukclubmilik Tristan dan siraman rohani . "Bagaimana mau berhasil menjadi sesuatu yang dibanggakan orang tua, kalau kita yang masih muda dikalahkan dengan ego yang merugikan." Teringat ucapan Ustadz Sofyan, "Sebagai jiwa muda jangan cengeng, apalagi laki laki calon pemimpin, minimal memimpin rumah tangganya kelak. Ayo tegar, jadi pribadi yang tidak merugi. Jangan mau buang waktu percuma. Jangan ke sana ke mari tanpa tujuan, itu hasutan setan. Karena setan akan selalu menggoda umat Allah. Mumpung masih muda. Kejar dua hal. Satu ilmu dunia untuk menunjang kesuksetan kita di dunia. Kenapa kita mau sukses? Karena dengan kita sukses, akan memudahkan kita membantu orang orang membutuhkan. Lalu kejar ilmu untuk bekal kita di akherat, karena hanya dengan amal dan perbuatan baik kita yang akan menolong kita nanti di sana. Perbanyak dzik
Anisa harus ke Majelis untuk memberikan pelajaran mrngaji pada anak anak. rmpat hsri lalu saat baru saja menerima kedatangan ustadz Sofyan ke rumahnya untuk menyatakan isi hati, ia merasa gugup jika bertemu Ustadz Sofyan. Tapi anak anak tak boleh jadi korbsn, begitu pikirnya. Aku harus menghadapi kenyataan jika harus bertemu Ustadz Sofyan. Karena sudah kesemsem pada Ustadz Sofyan, maka Sisil mengikuti Anisa saat mau memberi pelajaran mengaji di Majelis Kyai Haji Imran."Setidak tidaknya aku bisa melepas kangen pada Ustadzku sayang, Nis," tersenyum Sisil.Anisa hanya terdiam melihat wajah Sisil yang sangat bahagia. Bagaimana ini, sementara aku masih berpikir untuk menerima atau menolak pernyataan hati Kak Ustadz, sahabatku sangat teribsesi ingin jadi kekasihnya. "Hai kok ngelamun, sih, " Sisil menepuk bahu Anisa."Oh nggak juga,Yuk," karena mempergunakan mobil milik Sisil, maka motornya terpaksa ia antarkan pulang dulu, sekalian mengambil titipan kue dari ibunya untuk Kyai Haji Imran.
Sampai di rumah Tony terkejut kedatangan Karin semakin bingung karena mamanya ada di sampingnya. "Hai Karin..." sambut Tony pada mantan kekasihnya. "Hai Tony, selamat sore, ""Sore, silahkan masuk, "Begitu melihat ada Laksmi segera saja Karin menghampiri , "Tante apa kabar...?" Karin segera menulurkan tangannya pada Laksmi, dan bukan bersalaman, namun mencium punggung tangan mama dari pemuda yang masih sicintainya, dan berusaha untuk bisa bersambung lagi cintanya dengan Tony.Tentu saja Tony dan Laksmi heran atas sikap santun karin yang berubah total."Baik, " sahut Laksmi yang dulu tak menyukai gadis yang terlihat bebas. Walau kini gadis itu masih tak berhijap, tapi pakaian yang dikenakannya sopan, tak seperti dulu terbuka, atau yang mempertontonkan lekuk tubuhnya karena pakaian yang dikenakan ketat."Silahkan duduk Karin, " suaraTony memecah sunyi mempersilahkan Karin masuk ke dalam.Karin duduk di sofa, dan sosoknya serta gerak geriknya sangat teratur, menandakan kini dirinya g