"Aku mau ambil tawaran kamu," ucap Bella saat pintu rumah kontrakan Rini, terbuka lebar. "Hah! kamu, yakin?" tanya Rini, kaget sekaligus girang. Perempuan itu tersenyum lebar, merasa bahagia, karena pada akhirnya mempunyai teman satu pekerjaan. Satu dunia peradaban. "Kok, kamu terlihat sangat bahagia gitu kalau aku jual diri?" ucap Bella ketus. Mata gadis itu menyipit seraya menatap tajam ke arah sahabatnya itu. "Bukan senang, tapi aneh saja, kamu mabuk apa sih? jangan-jangan cuma meledek saja," elak Rini, seraya menyenggol tubuh Bela dengan kencang. Tetap saja, meski tak mengaku, Rini tertawa puas melihat wajah Bella memberengut. "Aku butuh uang itu, apa pun akan aku lakukan demi Adella, untuk bisa sembuh kembali." Bella sangat takut jika putrinya tidak tertolong, bahkan ia merasakan sakit. Kala melihat bibir mungil itu sedang meringis, bahkan sesekali merintih. "Kamu yakin? dia hanya anak tiri, loh!" ujar Rini, meyakinkan sahabatnya, karena jika sudah terjun ke dunia hitam y
Wajah yang memulai memerah karena pengaruh dari alkohol, membuat pria itu tak merespons sapaan Bella untuk beberapa saat. "Mau aku temani," ucapnya lagi. Gadis itu berjalan lebih dekat dengan sang pria.Seketika pria itu menatap tajam ke arah Bella dengan wajah memerah."Pergilah!" seru pria itu seraya telunjuk tangannya menunjuk ke sembarang arah. "Tidak! Kamu butuh teman curhat, dan aku mau jadi teman kamu malam ini," elak Bella, seraya duduk dekat pria yang entah siapa namanya. Pria setengah wajah Indonesia itu, menatap Bella dengan lekat. "Kamu mirip dia! Tapi kamu lebih manis, dia tidak perawan, dan kamu?" racau pria itu sembari tangannya menyodorkan gelas kosong, tanda ingin Bella menuangkan minumannya. "A--aku ma--masih pera--perawan," balas Bella terbata. Setelah menenggak minuman dalam gelas dengan tandas, pria itu tampak tertawa. Menertawakan wanita yang berada di hadapannya. "Kalau Tuan tidak percaya, sekarang buktikan, tapi sebelum itu aku butuh uang dua puluh juta,
Di sebuah pulau kecil yang sangat indah, pasangan yang sedang berbahagia itu tengah menikmati makan malam dengan sangat romantis. Bernard akhirnya memutuskan untuk melamar kekasihnya yang bernama Kristin setelah perjalanan cinta yang berliku selama dua tahun. "Sayang, selama pacaran aku selalu menjaga dirimu dengan baik, dan tak pernah melakukan hubungan terlarang, meski aku sangat ingin, dan tergoda saat melihat pakaian seksi yang kamu kenakan, tapi aku ingin menikmati malam pertama kita dengan baik dan sah di mata hukum negara dan agama." "Apakah selama ini kamu setia dan menjaga diri? Karena aku ingin, melakukan malam pertama itu dengan penuh makna, kita sama-sama melakukannya untuk pertama kali." "I--iya, aku selalu setia dan tidak pernah berhubungan dengan pria mana pun, kecuali dengan kamu, sayang." "Terima kasih." "Apakah kamu bersedia menikah denganku, dan siap menjadi nyonya Bernard?" "Dengan senang hati aku bersedia, sayang." Tak berapa lama, pria itu merogoh sesuatu
"Kamu tidak bisa lari dari apa pun, karena aku sudah membayar mahal tubuh ini," ucap Bernard seraya menunjuk bagian dada Bella dengan tatapan mata yang sangat tajam. Seketika gadis itu beringsut sedikit menjauh, jujur saja dia sangat takut, dan rasanya tidak ikhlas melakukan hubungan terlarang meski pria itu sudah membayarnya. "Apakah aku bisa kabur dari pria ini, atau mampu memperpanjang waktu?" batin Bella, berisik. Dalam diam dan dengan tangan yang sangat kokoh, Bernard memeluk gadisnya dengan erat, tangan kanannya meremas pundak Bella dengan kencang. Bayangan wajah Kristin yang kembali hadir dan atas pergulatan hebat yang panas di ranjang dengan sahabatnya, membuat amarah pria itu kembali memuncak. Gadis cantik dan polos ternyata seorang penghianat, Kristin membodohi dirinya, sehingga membuat hatinya hancur. Bernard meremas pundak Bella sangat kuat, sehingga gadis itu meringis kesakitan. "Arrgh, Tuan, sakit," keluh Bella dan berharap pria yang telah membelinya itu sadar dan
Pertempuran yang sangat panas, pada akhirnya menyisakan lelah, lalu keduanya pun tertidur kembali dengan lelap sampai sore hari.Dengkuran yang terdengar sangat keras dan mengganggu, membuat gadis berkulit kuning langsat, cantik, dan seksi itu mendongakkan kepala, mencoba membuka kelopak mata yang masih terasa sangat lengket.Bella hanya bisa diam, karena pria itu memeluknya dengan sangat erat. Meski dalam keadaan tertidur pulas.Meski begitu, gadis itu berusaha membebaskan diri dari dekapan sang pria, perlahan ia membuka selimut yang menyelimuti tubuh polos miliknya.Singa buas itu kini sedang tertidur pulas, dan itu Bella manfaatkan untuk pergi dari apartemen milik tuannya.Pria berwajah tampan, gagah dan tinggi, juga bermata elang itu bak bayi yang baru lahir, polos tanpa sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya."Ah, tidur pulas saja, senjatanya masih tegak berdiri, bak tugu Monas," decak Bella, seraya menutup kembali tubuh Bernard dengan selimut yang ia kenakan sebelumnya
"Apa? Pengaman?"Seketika Bella menutup mulutnya, karena dia lupa, akan benda keramat itu. Apa yang harus ia lakukan jika hamil nanti?Bela lalu menggeleng pelan seraya menunduk pasrah."Baiklah, kita tunda dulu bahas pengaman, saya sudah sangat lapar, ayo kita ke bawah membeli makanan," ajak Bernard pada Bella yang masih diam terpaku.Pria itu menarik tangan Bella dengan paksa, karena rasa lapar dan cacing dalam perutnya sudah tak bisa diajak kompromi.Di gerai makanan Bella hanya diam dan duduk di bangku pengunjung, menunggu Bernard memilih menu.Dalam benaknya tak pernah sama sekali untuk menginjakkan kaki ke restoran mahal, dan semua makanan yang di banderol dengan harga fantastis, satu makanan saja, itu sama dengan biaya hidupnya satu bulan."Beginilah kaum atas, sekali makan habis jutaan," gadis itu bergumam sembari menggelengkan kepalanya perlahan."Yakin ga mau milih makanan?" tanya Bernard, seraya menghampiri Bella, yang hanya duduk manis dan tak mau menyebutkan nama makana
"Kenapa, Anda merasa aneh melihat anak itu?" Tiba-tiba saja Rini berkata pelan pada Bernard. Karena pria itu terlihat aneh saat melihat Adella."Bisa tidak kalau bicara itu dari depan, jangan dari belakang, mirip hantu dan bikin kaget orang saja!" gerutu Bernard saat menoleh ke belakang melihat wanita seksi yang sedang tersenyum menggoda.Pria itu jengah melihat kelakuan Rini dan ingin menertawakan gadis itu dengan pakaian super mininya."Maaf, hehehe," balas Rini seraya terkekeh, karena melihat wajah lucu sang pria, yang sangat menggemaskan.Jika bukan teman sahabatnya, sudah dia goda dan rayu, karena tahu pria itu banyak uang."Ada apa Rin?" tanya Bella, seraya menatap Rini heran. "Bukannya tadi mau makan malam?" tanya Bella lagi."Aku hanya mau ambil dompet yang ketinggalan, tuh di atas nakas," balas Rini, seraya berjalan menuju ke arah Bella."Bell, sekalian aku juga pamit, malam ini mau istirahat, nanti besok pagi ke sini lagi, bawa sarapan," ucap Rini, lalu mengusap pucuk kep
Harusnya hari minggu adalah momen yang sangat membahagiakan untuk Bernard, karena dirinya akan menikah dengan Kristin. Itu semuanya tinggal kenangan dan rencana indah itu tak akan pernah terjadi.Cinta yang dulu ia puja kini berubah jadi rasa benci pada gadis itu.Semuanya gagal dan hancur setelah gadis itu ketahuan berkhianat dengan sahabat Bernard sendiri.Semua rencana telah ia batalkan dengan denda yang tak sedikit. Akan tetapi bagi pria itu lebih baik merugi dari pada menikah dengan wanita culas dan penuh tipu daya.Selama ini dia sangat percaya pada Kristin, apa pun itu, tapi setelah tahu wanita itu berkhianat, cinta itu berubah benci yang sangat dalam bahkan jijik dan tak ingin melihatnya lagi.Dengan langkah goyah, pria itu pulang ke rumah mewah miliknya yang diperuntukkan untuk sang istri tercinta saat mereka telah menikah, tapi itu dulu sebelum tahu wanitanya berkhianat.Dua keluarga telah menunggunya dan ingin tahu kenapa Bernard membatalkan acara pernikahan yang seharusn
Semua proses akad nikah berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apapun sehingga keduanya sangat berbahagia bahkan dua keluarga tanpa bisa menghentikan air mata mereka turut bersuka cita pada akhirnya keduanya bersatu dalam cinta."Anda sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Semoga lekas bahagia sampai akhir hayat," ucap pendeta.Bernard mendekatkan wajahnya dengan menunduk ke arah Bella, semua pasang mata menatap pada kedua pasangan suami istri yang baru saja disahkan itu.Bernard mendaratkan ciuman di bibir manis Bella, wanita itu pun membuka bibirnya dan menerima kecupan dari sang suami sungguh seperti mimpi. Bernard mencium Bella semakin dalam sehingga Ia lupa Jika masih ada orang-orang yang menatapnya."Maaf. Tolong pasangkan cincin ini dari jari Anda tegur pendeta sambil membawa cincin pernikahan kedua mempelai tersebut. Sontak saja Bernard melepas tautan bibir mereka sehingga tamu undangan yang hanya kerabat terdekat itu pun saling tertawa melihat tingkah Bernard yang
"Benar, ini adalah Adela gadis kecil yang Papa tolak keberadaannya," jawab sang istri dengan pelan mesti dengan senyum tapi suara itu sangat jelas di telinga ayahnya Bella."Tetap saja jika melihat anak kecil itu, aku sangat sakit hati saat Bella ditinggalkan begitu saja oleh suaminya dan dengan teganya menaruh bayi yang tidak berdosa, bahkan tanpa malu mereka pergi meninggalkan bayi itu yang ternyata tidak bisa melihat.""Belajar ikhlas, karena Putri kita sudah bahagia bersama pria yang tepat, dia suami yang baik bahkan saat kondisi Adella kritis Tuan Bernard lah yang menolongnya."Mereka terus berjalan saling berjejer menuju halaman yang luasnya mirip seperti lapangan bola, sangat jauh dengan rumah yang berada di Cianjur meski mereka terbilang orang kaya tetap saja di mata menantunya mereka adalah orang yang tidak mampu.Berjalan perlahan Setapak demi Setapak melangkah meski ragu tetap saja keluarga Bella me mantapkan diri untuk masuk ke rumah calon menantu mereka."Selamat d
Satu bulan sudah Sherin menyiapkan pernikahan Bella dan Ben, dan semuanya sudah sembilan puluh sembilan persen selesai.Ya, sebelum dia pulang ke negara Paman Sam, dia harus memastikan jika putra sulungnya sudah menikah dengan gadis yang dicintainya.Sehingga Ia bisa pulang dengan tenang dan kali ini hidupnya menjadi lebih ringan juga sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan menjadi nenek juga putranya akan menjadi ayah yang baik buat anak kembarnya nanti."Nanti malam Ayah dan keluargamu yang dari Cianjur akan datang, bersikap baiklah karena itu orang tua, itu yang utama untuk perjalanan hidup rumah tangga kalian berdua."Baik Ma, Bela akan ingat itu, tapi bagaimana dengan Adella?”"Adella adalah cucu Mama, dia tidak akan ke mana-mana apalagi diungsikan karena hanya ada satu orang yang tidak menyukainya dan itu tidak akan berpengaruh.""Terima kasih Ma. Bella sangat berharap ada keajaiban di sana, ayah saya akan lebih menerima Adella dengan tulus.""Baiklah sebentar lagi Be
"Mama! kakak sangat mesum, cepat nikahkan mereka!" teriak Rachel sembari berlari menuju kamarnya, sementara Bernard hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya. Meski perempuan itu telah bersuami tetap saja tingkahnya seperti anak remaja yang baru lulus sekolah SMP.Tentu saja Bela malu ia memberanikan diri untuk mencium Bernard ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan dengan langsung."Nanti kalau Rachel bilang ke mama, bagaimana? Sungguh saya tidak mau jika dianggap terlalu agresif, Tuan.""Bella sudah aku peringatkan ke sekian kalinya Jangan panggil aku dengan sebutan "Tuan" sungguh terdengar tidak nyaman sama sekali, aku mohon," kata Bernard dengan suara manjanya."Jika setelah menikah apa kamu juga akan memanggil aku dengan sebutan itu?" tanya Bernard yang berkacak pinggang di depan Bella."Tentu saja," jawab Bela sambil terkekeh geli."Panggil aku dengan sebutan sayang," ucap Bernard.Pria itu berbisik. Suaranya sangat pelan, sepelan mungkin sehingga perlak
Noda Hitam bab 56Sepasang kekasih perempuan memakai gaun berwarna putih tulang sedangkan lelaki memakai jas berwarna hitam.Keduanya berdiri di altar dan disaksikan oleh Pendeta dan juga tamu undangan, terlihat semua anak manusia tersebut saling senyum. Mencolek satu sama lain sehingga membuat para tamu undangan terkekeh melihat sepasang kekasih tersebut.Keduanya saling tatap dan pandang satu sama lain Seraya memegang tangan.Terlihat mempelai pria memejamkan mata sambil berkata "Saya mengambil engkau. Bella untuk memiliki dan memelihara mulai hari ini dan seterusnya, pada waktu baik atau buruk, pada waktu susah maupun duka, pada waktu Jaya maupun miskin, pada waktu sehat ataupun sakit, untuk mengasihi engkau dan menghargai engkau sampai kematian yang memisahkan kita berdua. Ini sumpah dan janji saya sesungguhnya."Setelah berucap setulus hati mempelai pria tersebut membuka matanya kini giliran mempelai perempuan memejamkan mata dan berucap "Saya, Bella mengambil engkau Bernard
Kini Bella dan Bernard sedang menuju ruang makan keduanya ditunggu oleh Sherin untuk makan siang, wanita sepuh itu sangat rindu makanan Indonesia.Wanita paruh baya yang berwajah Bule itu menggandeng Bernard dan Bella menuju ke ruang makan, terlihat makanan ciri khas Indonesia ada nasi dan urap juga ayam bakar tambah sambal terasi dan sayur asam ada juga ikan asin ciri khas lalaban petai yang baunya sangat mengenakan tapi nikmat di lidah."Wow! banyak sekali makanan ini apa Mama yang masak?" tanya Bella."Tentu tidak. Bibi yang masak ini semua."Mereka pun duduk di kursi makan masing-masing. Sherin duduk di kursi ujung sedangkan Rachel duduk di depan Bernard sementara Bella Masih Berdiri, perempuan itu bingung duduk di sebelah mana."Ya ampun duduk, Kak! di sebelah Kak Bernard dan Kenapa juga Kakak enggak segera duduk. Apakah ambeien?" goda Rachel sambil menahan tawa."Duduk sini." Bernard meraih tangan Bella sehingga wanita cantik itu duduk pas di dekatnya."Bella, ayo makan temani
Noda Hitam Bab 54Hadiah Setelah berada di dalam kamar Bernard, Bela terbelalak, karena di sudut tempat dia biasa duduk termenung terdapat satu tumpuk hadiah Entah dari siapa."Itu hadiah dari mama saat pulang dari luar negeri dan dari Bali memang sengaja untuk kejutan," ungkap Bernard saat melihat Bella kaget dan wajahnya sangat menggemaskan."Sebanyak itu?" tanya Bella, sangat penasaran."Itu hanya separuhnya yang lain ada di dalam kamar tamu. Nanti Mama ke sini sama Rachel untuk menjelaskan Apa saja kegunaan barang itu," terang Bernard.Pria itu memperlakukan Bella semakin manis dan lembut."Tuan, bisakah kau turunkan aku?" Bella meminta untuk diturunkan dari gendongan Bernard, selain ia mual mencium bau tubuh pria itu dia juga takut jatuh."Baiklah," jawab Ben, tanpa penolakan, karena ia tahu calon ibu dari anaknya itu butuh istirahat. Pria itu dengan hati-hati menurunkan Bella di atas tempat tidur menata bantal lalu menyusunnya memastikan calon istrinya itu senyaman mu
Akhirnya Bernard dan Bella pulang ke rumah mereka, tentunya rumah Bernard yang dulu diperuntukkan untuk Kristin, tentu saja kini untuk Bella calon ibu dari anak-anaknya.Sherin dan Rachel memakai mobil yang lain keduanya mengikuti mobil Bernard yang melaju di depan mereka lebih dulu dengan kecepatan sedang. Tepatnya merayap mirip siput yang sedang balap lari.Senyum wanita yang sudah termakan usia itu selalu mengembang, karena dia bahagia sebentar lagi akan menjadi nenek seutuhnya. Begitu juga dengan Rachel, meski dirinya belum dikarunia anak tapi mendengar dan melihat kakaknya akan menjadi seorang ayah dia sangat senang sekali.Anak kandung atau ponakan ataupun anak angkat baginya itu tidak masalah, begitu pun dengan suaminya yang tidak terlalu menekan dirinya untuk mempunyai anak.James-suaminya sangat baik dan terbuka dalam hal apa pun juga, termasuk memperoleh anak.Karena anak itu karunia dari Tuhan, jadi saat belum diberi, mereka sangat menikmati setiap hari bulan madu."Bern
"Kenapa harus ke dokter SpOG, Bukankah dokter yang lain juga ada?" tanya Bernard kepada Bima karena mereka khawatir pada kondisi Bella yang terlihat sangat lemah."Nona Bella harus diperiksa di USG dan lain-lain karena memastikan saja untuk kondisi kesehatannya nanti." jawab sang dokter dengan menahan sabar.Ia tahu sepupunya itu sangat ribet, dia menyukai Bella saat gadis itu belum dekat dengan Bernard, sekarang kenyataan pahit itu datang, dia berpikir yang lain, dan hatinya memang sangat sakit. Kala cintanya bertepuk sebelah tangan.Seketika Bernard terdiam hanya menatap Gadis itu yang tergolek lemah di atas ranjang pasien yang sangat sempit dan hanya dihalangi dengan pasien lain sehelai tirai yang berwarna biru.Bernard pun memberikan jalan untuk para perawat membawa Bella menuju ke ruangan dokter SpOG untuk segera diperiksa.Ben, berjalan bersisian dengan para perawat, wajah pria itu semakin menampakkan raut wajah yang dingin dan tegang. Tak berapa lama Sherin dan Rachel