Share

Bab 6: Dunia Baru

Penulis: Arshi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 Pertempuran yang sangat panas, pada akhirnya menyisakan lelah, lalu keduanya pun tertidur kembali dengan lelap sampai sore hari.

Dengkuran yang terdengar sangat keras dan  mengganggu, membuat gadis berkulit kuning langsat, cantik, dan seksi itu  mendongakkan kepala, mencoba membuka kelopak mata yang masih terasa sangat lengket.

Bella hanya bisa diam, karena pria itu memeluknya dengan sangat erat. Meski dalam keadaan tertidur pulas.

Meski begitu, gadis itu berusaha membebaskan diri dari dekapan sang pria, perlahan ia membuka selimut yang menyelimuti  tubuh polos miliknya.

Singa buas itu kini sedang tertidur pulas, dan itu Bella manfaatkan untuk pergi dari apartemen milik tuannya.

Pria berwajah tampan, gagah dan tinggi, juga bermata elang itu bak bayi yang baru lahir, polos tanpa sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya.

"Ah, tidur pulas saja, senjatanya masih tegak berdiri, bak tugu Monas," decak Bella, seraya menutup kembali tubuh Bernard dengan selimut yang ia kenakan sebelumnya.

Bella berusaha menjauh dari ranjang panas milik sang singa tampan, mencari kembali pakaiannya yang berserakan di lantai kamar.

Tubuh polos itu berusaha berjalan dengan sangat hati-hati, karena bagian tubuh inti yang paling bawah sangat nyeri dan ngilu. Sehingga untuk menggerakkan kaki satu langkah saja itu butuh perjuangan.

Enam kali gempuran dari pria asing itu, Menyisakan rasa sakit yang tiada terkira, manis dan nikmat hanya sesaat saja.

"Arrgh! kenapa sangat menyakitkan, kalau begini aku tidak bisa kabur!" erang Bella, seraya berusaha tetap tenang. Ya, dirinya tidak boleh menyerah.

Dengan susah payah, gadis itu memakai kembali pakaiannya, lalu segera keluar kamar. Tujuannya adalah segera pergi dari apartemen milik pria yang membelinya.

Berjalan sangat tertatih, Bella berusaha sampai di depan pintu utama, tapi apa yang terjadi ia tidak tahu sandinya, langkah kaki yang susah payah melangkah tapi gagal untuk pergi.

Pasrah dan kembali duduk di sofa tak jauh dari pintu, dengan gemetar Bella menghubungi Rini, gadis itu ingin tahu keadaan putrinya.

"Rin, gimana keadaan Adella?" 

"Sudah sadar, dan ditemani suster, aku sedang menerima tamu dulu, nanti setelah selesai ke sana, jenguk anak tiri kamu, Bell."

"Masih sore, sudah antri saja tuh, tamu, Rin."

"Ya, harus, sayang, gimana malam pertamanya, lancar, berapa ronde? ganas apa tidak, biasanya merek blasteran itu sangat besar?" 

Pertanyaan Rini yang beruntun membuat Bella tertawa miris, tepatny meringis menahan sakit.

"Sangat sakit," akunya.

"Selamat, aku ikut senang, akhirnya kamu merasakan juga syurga dunia."

"Rin, aku tak bisa keluar, untuk sementara titip Adella."

"Ok, jangan khawatir, aku akan menjaganya."

Bella lalu mematikan ponselnya,  setidaknya  hati dan perasaannya sedikit tenang.

Kembali tubuhnya luruh, menahan nyeri di setiap inci, tapi perutnya sangat perih karena seharian tidak ada asupan makanan.

Gadis itu kembali berdiri dan menyeret kakinya menuju dapur, kali ini dirinya mencari makanan yang bisa dia makan.

Lemari pendingin tampak kosong, dan di lemari makan tidak menemukan apa pun. Bella hanya menggalang prustrasi.

Tampak di meja makan ada sereal instan, lalu dengan segera ia mengambilnya dan menyeduh dengan air panas.

Tak menunggu lama, satu gelas sereal habis ia minum. "Setidaknya aku tidak mati kelaparan."

Bella kembali duduk di sofa, seraya menunggu sang tuan rumah bangun dari tidur. 

Sudah satu jam menunggu dan Bella harus segera pulang, tapi Bernard tak juga bangun dari tidurnya.

Berjalan dengan sangat hati-hati, karena setiap kakinya melangkah, di bagian bawah perutnya berdenyut sangat sakit dan terasa ngilu.

Tubuh yang lengket, dan bau, ingin rasanya ia masuk kamar mandi dan bermain dengan busa sabun dan sampo, tapi  ini tempat orang lain, pria yang baru saja beberapa jam bertemu, sementara dia juga tak punya pakaian ganti.

Bella merasa risih saat melihat pria itu mendengkur sangat kencang dan berisik.

"Enak banget jadi dia, setelah berkali-kali menabur saham, eh tidur sudah mirip kebo, ga bangun-bangun! gerutu gadis itu saat melihat sang pria masih asik dengan dengkurannya.

"Tuan, bangunlah, ini sudah sangat sore, aku harus pulang," ujar Bella, seraya menggoncangkan tubuh Bernard. Tapi pria itu tak bergeming dan masih berada dalam mimpi indahnya.

Bella sangat kesal, dan matanya menyusuri ruangan kamar untuk mencari sesuatu yang bisa ia jadikan  bahan mengerjai tuan rumah.

Ekor matanya tertuju pada sepatu yang tergeletak begitu saja di sudut kamar.

"Rasakan! nikmati kaos kaki rasa bau kaki, yang sebulan tak pernah di cuci!" 

Tak lain sepatu itu milik Reni yang dipinjamkan kepada Bella. Namun, kegedean dan di dalamnya diganjal oleh kaos kaki yang baunya sudah sangat memabukkan.

Kaos kaki itu didekatkan pada hidung sang pria,   dengan mengibaskan secara berulang.

Tiba-tiba hidung Bernard mengendus, dan kembang kempis, membuat Bella terkekeh geli, melihat ekspresi pria  yang sangat lucu.

Tapi setelah itu, Bernard kembali mendengkur, itu semua membuat Bella merasa kesal.

"Pria ini, kebo banget!" Keluhnya seraya melempar kaos kaki bau itu ke sembarang arah.

Rasa kesal dan geram, karena apa yang ia lakukan tidak membuat tuan rumah terbangun dan membukakan pintu utama dan dia segera pergi.

Bella segera keluar kamar utama dan duduk kembali di sofa, tak ada yang ia kerjakan, selain menunggu, ruangan yang nyaman dan adem, membuat Bella, kembali terbuai dalam mimpi dengan posisi duduk bersandar di sofa.

Sementara di dalam kamar, Bernard terbangun dan sedikit kaget menyadari dirinya dalam keadaan tanpa busana.

"Huh, apa yang aku lakukan, di mana gadis itu, apakah sudah pergi?" batinnya berkata seraya menatap pakaiannya yang berserakan di lantai.

Perlahan pria itu beranjak dari tempat tidur dan  segera berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket dan bau.

"Aauuww! pekik pria itu saat tubuhnya terkena air mengalir.

"Sial! rupanya gadis itu main cakar saja, mirip macan!" umpat Bernard  dan tetap melanjutkan mandinya meski sebagian tubuhnya terasa nyeri.

Usai berpakaian rapi, pria itu keluar kamar dan langsung melihat Bella dengan pakaian seksi dan setengah terbuka, sedang duduk dan tertidur di sofa.

"Gadis itu, masih ada rupanya," ucap pria itu lirih, seraya tersenyum.

Membayangkan pagi yang sangat panas dan ini pertama kali untuknya juga Bella, dengan tanda bercak noda merah, ia tahu gadis itu masih perawan.

Gadis itu membawanya ke dunia baru yang penuh hasrat dan memabukkan,  dan rasanya ingin mengulang kembali bersatu dalam rasa yang penuh bara.

Melihat tubuh molek sang gadis, Bernard kembali merinding.

"Heh! bangun!" 

Pria itu menarik hidung mancung Bella, lalu mencium aroma tubuh gadis itu yang bau.

"Kamu bau sekali, jorok. Bukannya mandi malah  tidur di sini!" pria itu menggerutu dan menarik Bella untuk segera bangun.

"Tuan! kalau membangunkan itu yang baik dan sopan! ganteng-ganteng kasar!" balas Bella, tak suka atas perilaku Bernard.

"Kamu jorok! mandi sana!"

"Ok! saya mandi tapi ga punya ganti, mau pulang tapi pintu utama ga bisa dibuka!"

"Maaf," balas Bernard, merasa bersalah.

"Pakai kemeja saya, pasti cukup di tubuh kamu yang mungil!" 

"Terima kasih, tapi saya harus mandi di mana?"

Bela tidak tahu kamar mandi yang akan ia gunakan, untuk masuk ke kamar Bernard ia sangat segan.

"Kamar kedua, masuklah," pria itu menunjukkan kamar untuk Bella tempati.

Gadis itu berusaha berdiri tegak, meski rasa ngilu yang sangat menyakitkan, perlahan dia berjalan menuju kamar.

"Kenapa jalan kamu mirip orang yang habis di sunat?" tanya Bernard polos.

Bella tidak menoleh dan berusaha berjalan dengan normal.

"Hei, jawab!"

"Ini semua, Tuan yang sebabkan aku begini."

Setelah itu Bella segera menutup pintu kamar dan segera mandi. Rasanya ia ingin berendam air hangat untuk mengurangi rasa sakit ditubuhnya.

Bernard baru sadar, enam kali dia menyiram rahim gadis itu, bahkan ia tidak memakai pengaman sama sekali.

Satu jam kemudian, Bella segera keluar kamar dengan kemeja polos berwarna biru.

"Tuan, kenapa melihat saya dengan tatapan aneh?"

"Leher kamu, merah semua," ucap Bernard, dia tak sadar apa yang telah dilakukannya, sehingga leher gadis itu merah semua.

"Bukan hanya leher, seluruh tubuh merah semua, Tuan sangat menyiksa saya," balas Bella, memang benar saat melihat tubuhnya gadis itu bergidik ngeri, karena pria itu meninggalkan jejak yang sangat banyak.

"Saya tidak sadar, dan apakah kamu memakai pengaman?"

Bab terkait

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 7: Aku tidak mau hamil

    "Apa? Pengaman?"Seketika Bella menutup mulutnya, karena dia lupa, akan benda keramat itu. Apa yang harus ia lakukan jika hamil nanti?Bela lalu menggeleng pelan seraya menunduk pasrah."Baiklah, kita tunda dulu bahas pengaman, saya sudah sangat lapar, ayo kita ke bawah membeli makanan," ajak Bernard pada Bella yang masih diam terpaku.Pria itu menarik tangan Bella dengan paksa, karena rasa lapar dan cacing dalam perutnya sudah tak bisa diajak kompromi.Di gerai makanan Bella hanya diam dan duduk di bangku pengunjung, menunggu Bernard memilih menu.Dalam benaknya tak pernah sama sekali untuk menginjakkan kaki ke restoran mahal, dan semua makanan yang di banderol dengan harga fantastis, satu makanan saja, itu sama dengan biaya hidupnya satu bulan."Beginilah kaum atas, sekali makan habis jutaan," gadis itu bergumam sembari menggelengkan kepalanya perlahan."Yakin ga mau milih makanan?" tanya Bernard, seraya menghampiri Bella, yang hanya duduk manis dan tak mau menyebutkan nama makana

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 8: Aku Rindu

    "Kenapa, Anda merasa aneh melihat anak itu?" Tiba-tiba saja Rini berkata pelan pada Bernard. Karena pria itu terlihat aneh saat melihat Adella."Bisa tidak kalau bicara itu dari depan, jangan dari belakang, mirip hantu dan bikin kaget orang saja!" gerutu Bernard saat menoleh ke belakang melihat wanita seksi yang sedang tersenyum menggoda.Pria itu jengah melihat kelakuan Rini dan ingin menertawakan gadis itu dengan pakaian super mininya."Maaf, hehehe," balas Rini seraya terkekeh, karena melihat wajah lucu sang pria, yang sangat menggemaskan.Jika bukan teman sahabatnya, sudah dia goda dan rayu, karena tahu pria itu banyak uang."Ada apa Rin?" tanya Bella, seraya menatap Rini heran. "Bukannya tadi mau makan malam?" tanya Bella lagi."Aku hanya mau ambil dompet yang ketinggalan, tuh di atas nakas," balas Rini, seraya berjalan menuju ke arah Bella."Bell, sekalian aku juga pamit, malam ini mau istirahat, nanti besok pagi ke sini lagi, bawa sarapan," ucap Rini, lalu mengusap pucuk kep

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 9: Gagal Menikah

    Harusnya hari minggu adalah momen yang sangat membahagiakan untuk Bernard, karena dirinya akan menikah dengan Kristin. Itu semuanya tinggal kenangan dan rencana indah itu tak akan pernah terjadi.Cinta yang dulu ia puja kini berubah jadi rasa benci pada gadis itu.Semuanya gagal dan hancur setelah gadis itu ketahuan berkhianat dengan sahabat Bernard sendiri.Semua rencana telah ia batalkan dengan denda yang tak sedikit. Akan tetapi bagi pria itu lebih baik merugi dari pada menikah dengan wanita culas dan penuh tipu daya.Selama ini dia sangat percaya pada Kristin, apa pun itu, tapi setelah tahu wanita itu berkhianat, cinta itu berubah benci yang sangat dalam bahkan jijik dan tak ingin melihatnya lagi.Dengan langkah goyah, pria itu pulang ke rumah mewah miliknya yang diperuntukkan untuk sang istri tercinta saat mereka telah menikah, tapi itu dulu sebelum tahu wanitanya berkhianat.Dua keluarga telah menunggunya dan ingin tahu kenapa Bernard membatalkan acara pernikahan yang seharusn

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 10: Dikira Lesbi

    Semalaman Bella tidak bisa tidur, meski tubuhnya sangat lelah, akibat sehari semalam menemani pria yang telah membayarnya, sekaligus jadi mangsa si tuan tampan, akan tetapi dia ingin menjaga putrinya yang sesekali bangun dan menangis.Gadis itu selalu sigap dalam menjaga putrinya yang malang.Tidak ada dalam kamus hidupnya untuk menjual diri pada pria asing jika bukan karena ingin putrinya sembuh.Takdir tidak selalu indah, tapi Bella berusaha tetap tegar dalam menghadapi kejamnya dunia.Berada di strata ekonomi paling bawah, memang sangat berat baginya, apa lagi selama tinggal dengan kedua orang tuanya seorang Bella adalah gadis yang sangat dimanja, segalanya selalu tersedia.Tiba-tiba saja ponsel jadul nya bergetar dan Bella langsung melihat siapa pengirim pesan itu, dan ternyata si tuan tampan, yang sangat rumit untuk mengucapkan namanya.Pria yang dingin dan jutek, sekaligus tampan. dan membuat Bella tak bisa melupakan sosok pria itu. Kenangan di pagi hari yang panas, dan rasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 11: Balon Rasa Bubble gum

    Setelah tiga hari pasca operasi, Adella akhirnya diperbolehkan pulang, karena kondisi kesehatannya sudah membaik, akan tetapi tiap seminggu sekali harus tetap kontrol ke rumah sakit.Meski sudah dinyatakan sembuh, tetap kondisi gadis kecil itu harus tetap dipantau pihak medis."Bella, sebaiknya setelah Adella berada di kontrakan, harus ada yang jaga, kalau aku bukan tidak mau, tapi tahu sendiri pekerjaanku seperti apa," sahut Rini, setelah mereka berada di ruang tunggu pengambilan obat."Seperti biasa, Bi Titin, yang akan aku percaya untuk jaga Adella, selain sabar dia juga janda yang usianya sudah lumayan."Bella memang sudah meminta Bi Titin untuk membantunya menjaga Adella."Mbak, jangan lupa, nanti Adiknya harus rutin cek up, biar kesehatannya selalu terpantau," ucap Dokter Bima, saat menghampiri Bella yang sedang menggendong putrinya.Pria itu memang sengaja ingin menyapa Bella, dan semakin suka akan sikap dan wajahnya yang teduh.Menurutnya Bella adalah singgel mam yang tangguh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 12: Belum Usai

    "Ah, ganggu saja!" decak Bella seraya melirik ke arah ponselnya yang bergetar di atas meja.Gadis itu kembali bermain dengan balon sutera, tanpa berniat mengangkat panggilan dari telepon selulernya."Bella, hentikan kelakuan kamu, lihat sekeliling, mata mereka melihat ke sini," bisik Rini seraya menangkap bola itu, lalu menaruhnya di atas meja sebelah."Ini unik balonnya, kecil, panjang, dan bening," jawab gadis itu dengan wajah polos tanpa dosa."Angkat itu teleponnya, siapa tahu penting," tunjuk Rini yang merasa terganggu akan getaran dari ponsel sahabatnya, yang sedari tadi terus saja bergetar."Biarkan saja!" Bella masih fokus memainkan balon, sambil sesekali melirik ke arah ponselnya yang masih saja bergetar."Dari siapa sih, Bell?" Jiwa kepo Rini, meronta, karena tak biasanya sahabatnya itu abai dan cuek. Mulut yang penuh dengan makanan gadis itu berusaha mengambil ponsel milik Bella."Stop! ga boleh di angkat, biarkan saja, nanti juga capek sendiri." Bella menahan tangan Ri

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 13: Perjanjian

    "A--apa maksud, Tuan?" tanya Bella gugup.Terlebih wajah pria itu semakin dekat dan keduanya semakin mengikis jarak."Sstt, jangan berisik, saya sangat kesal dan itu karena kamu.Bernard menatap Bella sangat intens, bibir keduanya kembali bertemu dengan mudah.Panas dan manis juga wangi stroberi. Dan pria itu semakin menekan bibirnya ke bibir milik sang gadis.Bela sendiri mengunci bibirnya dengan rapat, tidak mau mengulang kembali apa yang pria itu lakukan padanya. Yang bisa dia lakukan adalah dengan memejamkan mata. Bertahan meski ada rasa lain yang menjalar di tubuhnya, seperti sengatan listrik berkekuatan ribuan voltase. Seketika jiwanya gundah, takut pria itu akan mengambil kembali uangnya jika dirinya menolak, dan melakukan hal yang tidak ia inginkan."Serba salah jadi jika aku menerima dia pasti meminta lebih, jika tidak? aku tahu pria itu sangat perhitungan," batin Bella berisik, antara menerima perlakuan pria tampan itu atau menolaknya.Sementara Bernard sendiri hanya terse

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 14: Kejutan

    "Saya tidak mau memakainya," tolak Bella, lalu menyimpan kembali pakaian itu pada tempatnya."Kalau begitu kamu harus sering melihat saya tanpa busana, dan itu sudah pilihan kamu!"Di hadapan Bella, pria itu melepaskan jas dan dasi, perlahan membuka kancing kemejanya satu per satu, tanpa sisa dan melemparkan begitu saja ke sembarang arah.Lalu pria itu juga melepaskan celana kain, sehingga hanya menyisakan boxer warna abu tua aja yang melekat di tubuhnya.Bella melihat Bernard bertelanjang dada tanpa berkedip, ia berusaha menenangkan otak dan pikiran mesumnya yang melayang ke mana-mana.Siapa pun tidak ada yang tak akan tergoda atas tubuh pria itu yang mirip roti sobek, seksi dan menggairahkan. Penuh sensasi panas tentunya."Duh Bel, nasibmu ini, sungguh menegangkan, pemandangan yang tampak nyata sayang kalau dianggur," batin Bella berkecamuk.Sementara Bernard tampak santai menikmati hawa sejuk menyentuh kulitnya yang putih bersih. Sedikit bulu da da dan itu menambah seksi di mata Be

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 60 Sah

    Semua proses akad nikah berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apapun sehingga keduanya sangat berbahagia bahkan dua keluarga tanpa bisa menghentikan air mata mereka turut bersuka cita pada akhirnya keduanya bersatu dalam cinta."Anda sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Semoga lekas bahagia sampai akhir hayat," ucap pendeta.Bernard mendekatkan wajahnya dengan menunduk ke arah Bella, semua pasang mata menatap pada kedua pasangan suami istri yang baru saja disahkan itu.Bernard mendaratkan ciuman di bibir manis Bella, wanita itu pun membuka bibirnya dan menerima kecupan dari sang suami sungguh seperti mimpi. Bernard mencium Bella semakin dalam sehingga Ia lupa Jika masih ada orang-orang yang menatapnya."Maaf. Tolong pasangkan cincin ini dari jari Anda tegur pendeta sambil membawa cincin pernikahan kedua mempelai tersebut. Sontak saja Bernard melepas tautan bibir mereka sehingga tamu undangan yang hanya kerabat terdekat itu pun saling tertawa melihat tingkah Bernard yang

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 59: Berdamai dengan keadaan

    "Benar, ini adalah Adela gadis kecil yang Papa tolak keberadaannya," jawab sang istri dengan pelan mesti dengan senyum tapi suara itu sangat jelas di telinga ayahnya Bella."Tetap saja jika melihat anak kecil itu, aku sangat sakit hati saat Bella ditinggalkan begitu saja oleh suaminya dan dengan teganya menaruh bayi yang tidak berdosa, bahkan tanpa malu mereka pergi meninggalkan bayi itu yang ternyata tidak bisa melihat.""Belajar ikhlas, karena Putri kita sudah bahagia bersama pria yang tepat, dia suami yang baik bahkan saat kondisi Adella kritis Tuan Bernard lah yang menolongnya."Mereka terus berjalan saling berjejer menuju halaman yang luasnya mirip seperti lapangan bola, sangat jauh dengan rumah yang berada di Cianjur meski mereka terbilang orang kaya tetap saja di mata menantunya mereka adalah orang yang tidak mampu.Berjalan perlahan Setapak demi Setapak melangkah meski ragu tetap saja keluarga Bella me mantapkan diri untuk masuk ke rumah calon menantu mereka."Selamat d

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab: 58.. Pertemuan

    Satu bulan sudah Sherin menyiapkan pernikahan Bella dan Ben, dan semuanya sudah sembilan puluh sembilan persen selesai.Ya, sebelum dia pulang ke negara Paman Sam, dia harus memastikan jika putra sulungnya sudah menikah dengan gadis yang dicintainya.Sehingga Ia bisa pulang dengan tenang dan kali ini hidupnya menjadi lebih ringan juga sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan menjadi nenek juga putranya akan menjadi ayah yang baik buat anak kembarnya nanti."Nanti malam Ayah dan keluargamu yang dari Cianjur akan datang, bersikap baiklah karena itu orang tua, itu yang utama untuk perjalanan hidup rumah tangga kalian berdua."Baik Ma, Bela akan ingat itu, tapi bagaimana dengan Adella?”"Adella adalah cucu Mama, dia tidak akan ke mana-mana apalagi diungsikan karena hanya ada satu orang yang tidak menyukainya dan itu tidak akan berpengaruh.""Terima kasih Ma. Bella sangat berharap ada keajaiban di sana, ayah saya akan lebih menerima Adella dengan tulus.""Baiklah sebentar lagi Be

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 57: Takdir

    "Mama! kakak sangat mesum, cepat nikahkan mereka!" teriak Rachel sembari berlari menuju kamarnya, sementara Bernard hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya. Meski perempuan itu telah bersuami tetap saja tingkahnya seperti anak remaja yang baru lulus sekolah SMP.Tentu saja Bela malu ia memberanikan diri untuk mencium Bernard ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan dengan langsung."Nanti kalau Rachel bilang ke mama, bagaimana? Sungguh saya tidak mau jika dianggap terlalu agresif, Tuan.""Bella sudah aku peringatkan ke sekian kalinya Jangan panggil aku dengan sebutan "Tuan" sungguh terdengar tidak nyaman sama sekali, aku mohon," kata Bernard dengan suara manjanya."Jika setelah menikah apa kamu juga akan memanggil aku dengan sebutan itu?" tanya Bernard yang berkacak pinggang di depan Bella."Tentu saja," jawab Bela sambil terkekeh geli."Panggil aku dengan sebutan sayang," ucap Bernard.Pria itu berbisik. Suaranya sangat pelan, sepelan mungkin sehingga perlak

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 56: Mimpi kawin

    Noda Hitam bab 56Sepasang kekasih perempuan memakai gaun berwarna putih tulang sedangkan lelaki memakai jas berwarna hitam.Keduanya berdiri di altar dan disaksikan oleh Pendeta dan juga tamu undangan, terlihat semua anak manusia tersebut saling senyum. Mencolek satu sama lain sehingga membuat para tamu undangan terkekeh melihat sepasang kekasih tersebut.Keduanya saling tatap dan pandang satu sama lain Seraya memegang tangan.Terlihat mempelai pria memejamkan mata sambil berkata "Saya mengambil engkau. Bella untuk memiliki dan memelihara mulai hari ini dan seterusnya, pada waktu baik atau buruk, pada waktu susah maupun duka, pada waktu Jaya maupun miskin, pada waktu sehat ataupun sakit, untuk mengasihi engkau dan menghargai engkau sampai kematian yang memisahkan kita berdua. Ini sumpah dan janji saya sesungguhnya."Setelah berucap setulus hati mempelai pria tersebut membuka matanya kini giliran mempelai perempuan memejamkan mata dan berucap "Saya, Bella mengambil engkau Bernard

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 55: Malu-malu

    Kini Bella dan Bernard sedang menuju ruang makan keduanya ditunggu oleh Sherin untuk makan siang, wanita sepuh itu sangat rindu makanan Indonesia.Wanita paruh baya yang berwajah Bule itu menggandeng Bernard dan Bella menuju ke ruang makan, terlihat makanan ciri khas Indonesia ada nasi dan urap juga ayam bakar tambah sambal terasi dan sayur asam ada juga ikan asin ciri khas lalaban petai yang baunya sangat mengenakan tapi nikmat di lidah."Wow! banyak sekali makanan ini apa Mama yang masak?" tanya Bella."Tentu tidak. Bibi yang masak ini semua."Mereka pun duduk di kursi makan masing-masing. Sherin duduk di kursi ujung sedangkan Rachel duduk di depan Bernard sementara Bella Masih Berdiri, perempuan itu bingung duduk di sebelah mana."Ya ampun duduk, Kak! di sebelah Kak Bernard dan Kenapa juga Kakak enggak segera duduk. Apakah ambeien?" goda Rachel sambil menahan tawa."Duduk sini." Bernard meraih tangan Bella sehingga wanita cantik itu duduk pas di dekatnya."Bella, ayo makan temani

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 54.. Hadiah kejutan

    Noda Hitam Bab 54Hadiah Setelah berada di dalam kamar Bernard, Bela terbelalak, karena di sudut tempat dia biasa duduk termenung terdapat satu tumpuk hadiah Entah dari siapa."Itu hadiah dari mama saat pulang dari luar negeri dan dari Bali memang sengaja untuk kejutan," ungkap Bernard saat melihat Bella kaget dan wajahnya sangat menggemaskan."Sebanyak itu?" tanya Bella, sangat penasaran."Itu hanya separuhnya yang lain ada di dalam kamar tamu. Nanti Mama ke sini sama Rachel untuk menjelaskan Apa saja kegunaan barang itu," terang Bernard.Pria itu memperlakukan Bella semakin manis dan lembut."Tuan, bisakah kau turunkan aku?" Bella meminta untuk diturunkan dari gendongan Bernard, selain ia mual mencium bau tubuh pria itu dia juga takut jatuh."Baiklah," jawab Ben, tanpa penolakan, karena ia tahu calon ibu dari anaknya itu butuh istirahat. Pria itu dengan hati-hati menurunkan Bella di atas tempat tidur menata bantal lalu menyusunnya memastikan calon istrinya itu senyaman mu

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 53: Seperti Siput

    Akhirnya Bernard dan Bella pulang ke rumah mereka, tentunya rumah Bernard yang dulu diperuntukkan untuk Kristin, tentu saja kini untuk Bella calon ibu dari anak-anaknya.Sherin dan Rachel memakai mobil yang lain keduanya mengikuti mobil Bernard yang melaju di depan mereka lebih dulu dengan kecepatan sedang. Tepatnya merayap mirip siput yang sedang balap lari.Senyum wanita yang sudah termakan usia itu selalu mengembang, karena dia bahagia sebentar lagi akan menjadi nenek seutuhnya. Begitu juga dengan Rachel, meski dirinya belum dikarunia anak tapi mendengar dan melihat kakaknya akan menjadi seorang ayah dia sangat senang sekali.Anak kandung atau ponakan ataupun anak angkat baginya itu tidak masalah, begitu pun dengan suaminya yang tidak terlalu menekan dirinya untuk mempunyai anak.James-suaminya sangat baik dan terbuka dalam hal apa pun juga, termasuk memperoleh anak.Karena anak itu karunia dari Tuhan, jadi saat belum diberi, mereka sangat menikmati setiap hari bulan madu."Bern

  • MENJUAL DIRI DEMI ANAK TIRI   Bab 52: Calon Ayah

    "Kenapa harus ke dokter SpOG, Bukankah dokter yang lain juga ada?" tanya Bernard kepada Bima karena mereka khawatir pada kondisi Bella yang terlihat sangat lemah."Nona Bella harus diperiksa di USG dan lain-lain karena memastikan saja untuk kondisi kesehatannya nanti." jawab sang dokter dengan menahan sabar.Ia tahu sepupunya itu sangat ribet, dia menyukai Bella saat gadis itu belum dekat dengan Bernard, sekarang kenyataan pahit itu datang, dia berpikir yang lain, dan hatinya memang sangat sakit. Kala cintanya bertepuk sebelah tangan.Seketika Bernard terdiam hanya menatap Gadis itu yang tergolek lemah di atas ranjang pasien yang sangat sempit dan hanya dihalangi dengan pasien lain sehelai tirai yang berwarna biru.Bernard pun memberikan jalan untuk para perawat membawa Bella menuju ke ruangan dokter SpOG untuk segera diperiksa.Ben, berjalan bersisian dengan para perawat, wajah pria itu semakin menampakkan raut wajah yang dingin dan tegang. Tak berapa lama Sherin dan Rachel

DMCA.com Protection Status