Semalaman Bella tidak bisa tidur, meski tubuhnya sangat lelah, akibat sehari semalam menemani pria yang telah membayarnya, sekaligus jadi mangsa si tuan tampan, akan tetapi dia ingin menjaga putrinya yang sesekali bangun dan menangis.Gadis itu selalu sigap dalam menjaga putrinya yang malang.Tidak ada dalam kamus hidupnya untuk menjual diri pada pria asing jika bukan karena ingin putrinya sembuh.Takdir tidak selalu indah, tapi Bella berusaha tetap tegar dalam menghadapi kejamnya dunia.Berada di strata ekonomi paling bawah, memang sangat berat baginya, apa lagi selama tinggal dengan kedua orang tuanya seorang Bella adalah gadis yang sangat dimanja, segalanya selalu tersedia.Tiba-tiba saja ponsel jadul nya bergetar dan Bella langsung melihat siapa pengirim pesan itu, dan ternyata si tuan tampan, yang sangat rumit untuk mengucapkan namanya.Pria yang dingin dan jutek, sekaligus tampan. dan membuat Bella tak bisa melupakan sosok pria itu. Kenangan di pagi hari yang panas, dan rasa
Setelah tiga hari pasca operasi, Adella akhirnya diperbolehkan pulang, karena kondisi kesehatannya sudah membaik, akan tetapi tiap seminggu sekali harus tetap kontrol ke rumah sakit.Meski sudah dinyatakan sembuh, tetap kondisi gadis kecil itu harus tetap dipantau pihak medis."Bella, sebaiknya setelah Adella berada di kontrakan, harus ada yang jaga, kalau aku bukan tidak mau, tapi tahu sendiri pekerjaanku seperti apa," sahut Rini, setelah mereka berada di ruang tunggu pengambilan obat."Seperti biasa, Bi Titin, yang akan aku percaya untuk jaga Adella, selain sabar dia juga janda yang usianya sudah lumayan."Bella memang sudah meminta Bi Titin untuk membantunya menjaga Adella."Mbak, jangan lupa, nanti Adiknya harus rutin cek up, biar kesehatannya selalu terpantau," ucap Dokter Bima, saat menghampiri Bella yang sedang menggendong putrinya.Pria itu memang sengaja ingin menyapa Bella, dan semakin suka akan sikap dan wajahnya yang teduh.Menurutnya Bella adalah singgel mam yang tangguh
"Ah, ganggu saja!" decak Bella seraya melirik ke arah ponselnya yang bergetar di atas meja.Gadis itu kembali bermain dengan balon sutera, tanpa berniat mengangkat panggilan dari telepon selulernya."Bella, hentikan kelakuan kamu, lihat sekeliling, mata mereka melihat ke sini," bisik Rini seraya menangkap bola itu, lalu menaruhnya di atas meja sebelah."Ini unik balonnya, kecil, panjang, dan bening," jawab gadis itu dengan wajah polos tanpa dosa."Angkat itu teleponnya, siapa tahu penting," tunjuk Rini yang merasa terganggu akan getaran dari ponsel sahabatnya, yang sedari tadi terus saja bergetar."Biarkan saja!" Bella masih fokus memainkan balon, sambil sesekali melirik ke arah ponselnya yang masih saja bergetar."Dari siapa sih, Bell?" Jiwa kepo Rini, meronta, karena tak biasanya sahabatnya itu abai dan cuek. Mulut yang penuh dengan makanan gadis itu berusaha mengambil ponsel milik Bella."Stop! ga boleh di angkat, biarkan saja, nanti juga capek sendiri." Bella menahan tangan Ri
"A--apa maksud, Tuan?" tanya Bella gugup.Terlebih wajah pria itu semakin dekat dan keduanya semakin mengikis jarak."Sstt, jangan berisik, saya sangat kesal dan itu karena kamu.Bernard menatap Bella sangat intens, bibir keduanya kembali bertemu dengan mudah.Panas dan manis juga wangi stroberi. Dan pria itu semakin menekan bibirnya ke bibir milik sang gadis.Bela sendiri mengunci bibirnya dengan rapat, tidak mau mengulang kembali apa yang pria itu lakukan padanya. Yang bisa dia lakukan adalah dengan memejamkan mata. Bertahan meski ada rasa lain yang menjalar di tubuhnya, seperti sengatan listrik berkekuatan ribuan voltase. Seketika jiwanya gundah, takut pria itu akan mengambil kembali uangnya jika dirinya menolak, dan melakukan hal yang tidak ia inginkan."Serba salah jadi jika aku menerima dia pasti meminta lebih, jika tidak? aku tahu pria itu sangat perhitungan," batin Bella berisik, antara menerima perlakuan pria tampan itu atau menolaknya.Sementara Bernard sendiri hanya terse
"Saya tidak mau memakainya," tolak Bella, lalu menyimpan kembali pakaian itu pada tempatnya."Kalau begitu kamu harus sering melihat saya tanpa busana, dan itu sudah pilihan kamu!"Di hadapan Bella, pria itu melepaskan jas dan dasi, perlahan membuka kancing kemejanya satu per satu, tanpa sisa dan melemparkan begitu saja ke sembarang arah.Lalu pria itu juga melepaskan celana kain, sehingga hanya menyisakan boxer warna abu tua aja yang melekat di tubuhnya.Bella melihat Bernard bertelanjang dada tanpa berkedip, ia berusaha menenangkan otak dan pikiran mesumnya yang melayang ke mana-mana.Siapa pun tidak ada yang tak akan tergoda atas tubuh pria itu yang mirip roti sobek, seksi dan menggairahkan. Penuh sensasi panas tentunya."Duh Bel, nasibmu ini, sungguh menegangkan, pemandangan yang tampak nyata sayang kalau dianggur," batin Bella berkecamuk.Sementara Bernard tampak santai menikmati hawa sejuk menyentuh kulitnya yang putih bersih. Sedikit bulu da da dan itu menambah seksi di mata Be
Noda HitamBab 15"Lepas! aku tidak sudi kamu sentuh!" sentak Ben, seraya menghindar meski sesaat bibir keduanya bertemu dan Kristin seolah sedang haus dan lapar saat melihat mantan kekasihnya.Pria itu sangat marah dan merasa bibirnya ternoda atas perbuatan mantan calon istrinya, seraya berusaha membersihkan dengan mengusapnya menggunakan tangan sebelah kiri.Sementara tangan kanan Ben refleks mendorong tubuh Kristin dengan sangat kencang, sehingga wanita itu terpental dan bokongnya jatuh menghantam lantai dengan sangat menyakitkan ."Aaauuuww!" pekik Kristin yang terhenyak dan terduduk di atas lantai yang keras. Marah, kesal dan sekaligus benci karena pria yang dulu sangat penurut dan mencintainya sangat besar kini bak pria asing dan kasar."Ben, setidaknya kamu mau menggantikan temanmu jadi ayah anakku sampai melahirkan," ucap Kristin, seraya memohon.Kristin dinyatakan hamil empat minggu oleh dokter saat dirinya sakit, dan wanita itu bingung harus meminta pertanggungjawaban kepa
Pada kenyataannya setelah meminum kopi rasa air laut, Bella tetap saja di kurung dalam kamar dan tidak bisa keluar sampai pagi.Semalaman Bella tidak bisa tidur pikiran kotor dan logikanya berperang saling sikut menyikut, bertahan dalam kesadaran juga hasrat, karena pria yang membuat jantungnya tidak aman memeluknya semalaman.sebelumnya setelah mengambil air mineral, Bella tetap berdiri dan tidak mau mendekat pada Ben yang menatapnya nakal.Keduanya saling tatap dan setelah itu Bella menunduk tidak mau melihat pria itu menatapnya dengan mesum.Ben juga berpikir kenapa Bella jadi pendiam dan seperti takut padanya, sangat lucu dan bibir gadis itu seolah melambai ke arahnya minta disentuh. Sangat mesum sekali."Apakah jantungku aman, dia sangat mesum dan senyumnya itu, ah sangat nakal sekali," batin Bella seraya mengusap da-da beberapa kali.Ben segera beranjak dari bibir tempat tidurnya dan segera mendekat pada Bella yang diam dan seolah sedang mengumpat."Ah, pria ini mau apa coba men
Usai Bernard pergi ke kantor, Bella segera menemui putrinya di rumah belakang, tepatnya rumah yang memang diperuntukkan untuk para asisten rumah tangga.Tampak dari jauh terlihat Bi Titin dan beberapa asisten lainnya sedang mengajak bermain Adella di taman.Gadis kecil itu tampak riang meski tak pernah melihat dunia fana yang penuh intrik, bahkan warna pelangi pun putrinya hanya bisa menyanyikan saja dengan suara has anak kecil alias cadel."Mama ke sini, sayang," ucap Bi Titin. Terdengar jelas oleh Bella, dan ia pun tersenyum saat menatap Adella tersenyum bahagia.Gadis kecilnya memang setiap hari lebih sering bersama Bi Titin, karena dirinya harus bekerja, jadi saat ini meski berada di satu rumah dan tidak bersama Adella tidak rewel dan seolah mengerti akan beratnya kehidupan sang mama."Adella, sudah mamam belum?" saat Bella sudah berada tepat di hadapan putrinya.Tentu saja gadis kecil itu tahu suara mamanya dan segera tangannya minta gendong."Ade, sudah mam belum?" tanya Bella
Semua proses akad nikah berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apapun sehingga keduanya sangat berbahagia bahkan dua keluarga tanpa bisa menghentikan air mata mereka turut bersuka cita pada akhirnya keduanya bersatu dalam cinta."Anda sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Semoga lekas bahagia sampai akhir hayat," ucap pendeta.Bernard mendekatkan wajahnya dengan menunduk ke arah Bella, semua pasang mata menatap pada kedua pasangan suami istri yang baru saja disahkan itu.Bernard mendaratkan ciuman di bibir manis Bella, wanita itu pun membuka bibirnya dan menerima kecupan dari sang suami sungguh seperti mimpi. Bernard mencium Bella semakin dalam sehingga Ia lupa Jika masih ada orang-orang yang menatapnya."Maaf. Tolong pasangkan cincin ini dari jari Anda tegur pendeta sambil membawa cincin pernikahan kedua mempelai tersebut. Sontak saja Bernard melepas tautan bibir mereka sehingga tamu undangan yang hanya kerabat terdekat itu pun saling tertawa melihat tingkah Bernard yang
"Benar, ini adalah Adela gadis kecil yang Papa tolak keberadaannya," jawab sang istri dengan pelan mesti dengan senyum tapi suara itu sangat jelas di telinga ayahnya Bella."Tetap saja jika melihat anak kecil itu, aku sangat sakit hati saat Bella ditinggalkan begitu saja oleh suaminya dan dengan teganya menaruh bayi yang tidak berdosa, bahkan tanpa malu mereka pergi meninggalkan bayi itu yang ternyata tidak bisa melihat.""Belajar ikhlas, karena Putri kita sudah bahagia bersama pria yang tepat, dia suami yang baik bahkan saat kondisi Adella kritis Tuan Bernard lah yang menolongnya."Mereka terus berjalan saling berjejer menuju halaman yang luasnya mirip seperti lapangan bola, sangat jauh dengan rumah yang berada di Cianjur meski mereka terbilang orang kaya tetap saja di mata menantunya mereka adalah orang yang tidak mampu.Berjalan perlahan Setapak demi Setapak melangkah meski ragu tetap saja keluarga Bella me mantapkan diri untuk masuk ke rumah calon menantu mereka."Selamat d
Satu bulan sudah Sherin menyiapkan pernikahan Bella dan Ben, dan semuanya sudah sembilan puluh sembilan persen selesai.Ya, sebelum dia pulang ke negara Paman Sam, dia harus memastikan jika putra sulungnya sudah menikah dengan gadis yang dicintainya.Sehingga Ia bisa pulang dengan tenang dan kali ini hidupnya menjadi lebih ringan juga sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan menjadi nenek juga putranya akan menjadi ayah yang baik buat anak kembarnya nanti."Nanti malam Ayah dan keluargamu yang dari Cianjur akan datang, bersikap baiklah karena itu orang tua, itu yang utama untuk perjalanan hidup rumah tangga kalian berdua."Baik Ma, Bela akan ingat itu, tapi bagaimana dengan Adella?”"Adella adalah cucu Mama, dia tidak akan ke mana-mana apalagi diungsikan karena hanya ada satu orang yang tidak menyukainya dan itu tidak akan berpengaruh.""Terima kasih Ma. Bella sangat berharap ada keajaiban di sana, ayah saya akan lebih menerima Adella dengan tulus.""Baiklah sebentar lagi Be
"Mama! kakak sangat mesum, cepat nikahkan mereka!" teriak Rachel sembari berlari menuju kamarnya, sementara Bernard hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya. Meski perempuan itu telah bersuami tetap saja tingkahnya seperti anak remaja yang baru lulus sekolah SMP.Tentu saja Bela malu ia memberanikan diri untuk mencium Bernard ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan dengan langsung."Nanti kalau Rachel bilang ke mama, bagaimana? Sungguh saya tidak mau jika dianggap terlalu agresif, Tuan.""Bella sudah aku peringatkan ke sekian kalinya Jangan panggil aku dengan sebutan "Tuan" sungguh terdengar tidak nyaman sama sekali, aku mohon," kata Bernard dengan suara manjanya."Jika setelah menikah apa kamu juga akan memanggil aku dengan sebutan itu?" tanya Bernard yang berkacak pinggang di depan Bella."Tentu saja," jawab Bela sambil terkekeh geli."Panggil aku dengan sebutan sayang," ucap Bernard.Pria itu berbisik. Suaranya sangat pelan, sepelan mungkin sehingga perlak
Noda Hitam bab 56Sepasang kekasih perempuan memakai gaun berwarna putih tulang sedangkan lelaki memakai jas berwarna hitam.Keduanya berdiri di altar dan disaksikan oleh Pendeta dan juga tamu undangan, terlihat semua anak manusia tersebut saling senyum. Mencolek satu sama lain sehingga membuat para tamu undangan terkekeh melihat sepasang kekasih tersebut.Keduanya saling tatap dan pandang satu sama lain Seraya memegang tangan.Terlihat mempelai pria memejamkan mata sambil berkata "Saya mengambil engkau. Bella untuk memiliki dan memelihara mulai hari ini dan seterusnya, pada waktu baik atau buruk, pada waktu susah maupun duka, pada waktu Jaya maupun miskin, pada waktu sehat ataupun sakit, untuk mengasihi engkau dan menghargai engkau sampai kematian yang memisahkan kita berdua. Ini sumpah dan janji saya sesungguhnya."Setelah berucap setulus hati mempelai pria tersebut membuka matanya kini giliran mempelai perempuan memejamkan mata dan berucap "Saya, Bella mengambil engkau Bernard
Kini Bella dan Bernard sedang menuju ruang makan keduanya ditunggu oleh Sherin untuk makan siang, wanita sepuh itu sangat rindu makanan Indonesia.Wanita paruh baya yang berwajah Bule itu menggandeng Bernard dan Bella menuju ke ruang makan, terlihat makanan ciri khas Indonesia ada nasi dan urap juga ayam bakar tambah sambal terasi dan sayur asam ada juga ikan asin ciri khas lalaban petai yang baunya sangat mengenakan tapi nikmat di lidah."Wow! banyak sekali makanan ini apa Mama yang masak?" tanya Bella."Tentu tidak. Bibi yang masak ini semua."Mereka pun duduk di kursi makan masing-masing. Sherin duduk di kursi ujung sedangkan Rachel duduk di depan Bernard sementara Bella Masih Berdiri, perempuan itu bingung duduk di sebelah mana."Ya ampun duduk, Kak! di sebelah Kak Bernard dan Kenapa juga Kakak enggak segera duduk. Apakah ambeien?" goda Rachel sambil menahan tawa."Duduk sini." Bernard meraih tangan Bella sehingga wanita cantik itu duduk pas di dekatnya."Bella, ayo makan temani
Noda Hitam Bab 54Hadiah Setelah berada di dalam kamar Bernard, Bela terbelalak, karena di sudut tempat dia biasa duduk termenung terdapat satu tumpuk hadiah Entah dari siapa."Itu hadiah dari mama saat pulang dari luar negeri dan dari Bali memang sengaja untuk kejutan," ungkap Bernard saat melihat Bella kaget dan wajahnya sangat menggemaskan."Sebanyak itu?" tanya Bella, sangat penasaran."Itu hanya separuhnya yang lain ada di dalam kamar tamu. Nanti Mama ke sini sama Rachel untuk menjelaskan Apa saja kegunaan barang itu," terang Bernard.Pria itu memperlakukan Bella semakin manis dan lembut."Tuan, bisakah kau turunkan aku?" Bella meminta untuk diturunkan dari gendongan Bernard, selain ia mual mencium bau tubuh pria itu dia juga takut jatuh."Baiklah," jawab Ben, tanpa penolakan, karena ia tahu calon ibu dari anaknya itu butuh istirahat. Pria itu dengan hati-hati menurunkan Bella di atas tempat tidur menata bantal lalu menyusunnya memastikan calon istrinya itu senyaman mu
Akhirnya Bernard dan Bella pulang ke rumah mereka, tentunya rumah Bernard yang dulu diperuntukkan untuk Kristin, tentu saja kini untuk Bella calon ibu dari anak-anaknya.Sherin dan Rachel memakai mobil yang lain keduanya mengikuti mobil Bernard yang melaju di depan mereka lebih dulu dengan kecepatan sedang. Tepatnya merayap mirip siput yang sedang balap lari.Senyum wanita yang sudah termakan usia itu selalu mengembang, karena dia bahagia sebentar lagi akan menjadi nenek seutuhnya. Begitu juga dengan Rachel, meski dirinya belum dikarunia anak tapi mendengar dan melihat kakaknya akan menjadi seorang ayah dia sangat senang sekali.Anak kandung atau ponakan ataupun anak angkat baginya itu tidak masalah, begitu pun dengan suaminya yang tidak terlalu menekan dirinya untuk mempunyai anak.James-suaminya sangat baik dan terbuka dalam hal apa pun juga, termasuk memperoleh anak.Karena anak itu karunia dari Tuhan, jadi saat belum diberi, mereka sangat menikmati setiap hari bulan madu."Bern
"Kenapa harus ke dokter SpOG, Bukankah dokter yang lain juga ada?" tanya Bernard kepada Bima karena mereka khawatir pada kondisi Bella yang terlihat sangat lemah."Nona Bella harus diperiksa di USG dan lain-lain karena memastikan saja untuk kondisi kesehatannya nanti." jawab sang dokter dengan menahan sabar.Ia tahu sepupunya itu sangat ribet, dia menyukai Bella saat gadis itu belum dekat dengan Bernard, sekarang kenyataan pahit itu datang, dia berpikir yang lain, dan hatinya memang sangat sakit. Kala cintanya bertepuk sebelah tangan.Seketika Bernard terdiam hanya menatap Gadis itu yang tergolek lemah di atas ranjang pasien yang sangat sempit dan hanya dihalangi dengan pasien lain sehelai tirai yang berwarna biru.Bernard pun memberikan jalan untuk para perawat membawa Bella menuju ke ruangan dokter SpOG untuk segera diperiksa.Ben, berjalan bersisian dengan para perawat, wajah pria itu semakin menampakkan raut wajah yang dingin dan tegang. Tak berapa lama Sherin dan Rachel