Noda HitamBab 15"Lepas! aku tidak sudi kamu sentuh!" sentak Ben, seraya menghindar meski sesaat bibir keduanya bertemu dan Kristin seolah sedang haus dan lapar saat melihat mantan kekasihnya.Pria itu sangat marah dan merasa bibirnya ternoda atas perbuatan mantan calon istrinya, seraya berusaha membersihkan dengan mengusapnya menggunakan tangan sebelah kiri.Sementara tangan kanan Ben refleks mendorong tubuh Kristin dengan sangat kencang, sehingga wanita itu terpental dan bokongnya jatuh menghantam lantai dengan sangat menyakitkan ."Aaauuuww!" pekik Kristin yang terhenyak dan terduduk di atas lantai yang keras. Marah, kesal dan sekaligus benci karena pria yang dulu sangat penurut dan mencintainya sangat besar kini bak pria asing dan kasar."Ben, setidaknya kamu mau menggantikan temanmu jadi ayah anakku sampai melahirkan," ucap Kristin, seraya memohon.Kristin dinyatakan hamil empat minggu oleh dokter saat dirinya sakit, dan wanita itu bingung harus meminta pertanggungjawaban kepa
Pada kenyataannya setelah meminum kopi rasa air laut, Bella tetap saja di kurung dalam kamar dan tidak bisa keluar sampai pagi.Semalaman Bella tidak bisa tidur pikiran kotor dan logikanya berperang saling sikut menyikut, bertahan dalam kesadaran juga hasrat, karena pria yang membuat jantungnya tidak aman memeluknya semalaman.sebelumnya setelah mengambil air mineral, Bella tetap berdiri dan tidak mau mendekat pada Ben yang menatapnya nakal.Keduanya saling tatap dan setelah itu Bella menunduk tidak mau melihat pria itu menatapnya dengan mesum.Ben juga berpikir kenapa Bella jadi pendiam dan seperti takut padanya, sangat lucu dan bibir gadis itu seolah melambai ke arahnya minta disentuh. Sangat mesum sekali."Apakah jantungku aman, dia sangat mesum dan senyumnya itu, ah sangat nakal sekali," batin Bella seraya mengusap da-da beberapa kali.Ben segera beranjak dari bibir tempat tidurnya dan segera mendekat pada Bella yang diam dan seolah sedang mengumpat."Ah, pria ini mau apa coba men
Usai Bernard pergi ke kantor, Bella segera menemui putrinya di rumah belakang, tepatnya rumah yang memang diperuntukkan untuk para asisten rumah tangga.Tampak dari jauh terlihat Bi Titin dan beberapa asisten lainnya sedang mengajak bermain Adella di taman.Gadis kecil itu tampak riang meski tak pernah melihat dunia fana yang penuh intrik, bahkan warna pelangi pun putrinya hanya bisa menyanyikan saja dengan suara has anak kecil alias cadel."Mama ke sini, sayang," ucap Bi Titin. Terdengar jelas oleh Bella, dan ia pun tersenyum saat menatap Adella tersenyum bahagia.Gadis kecilnya memang setiap hari lebih sering bersama Bi Titin, karena dirinya harus bekerja, jadi saat ini meski berada di satu rumah dan tidak bersama Adella tidak rewel dan seolah mengerti akan beratnya kehidupan sang mama."Adella, sudah mamam belum?" saat Bella sudah berada tepat di hadapan putrinya.Tentu saja gadis kecil itu tahu suara mamanya dan segera tangannya minta gendong."Ade, sudah mam belum?" tanya Bella
Melihat tumpukan berkas di atas meja, seketika membuat hati Ben melorot, kesal dan pasrah. Hasrat untuk menggoda Bella di rumah terpaksa harus di tunda, sebab dipastikan malam ini lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya. "Tolong bawakan saya kopi pahit," pesan Ben, kepada cleaning servis. Pak Joko adalah yang pria itu percaya untuk masuk ke ruangannya dan membuatkan pesanan yang diminta. Usai mengirim pesan, pria itu pun kembali memusatkan pikirannya untuk berkas-berkas yang harus segera ditandatangani olehnya. "Oh, Tuhan, kapan ini selesainya?" keluh Ben, setelah asisten sekaligus sahabatnya memilih pergi keluar negeri, ia sendirian yang repot dan harus lembur setiap hari. Benci tapi itu urusan pribadi, sedangkan urusan pekerjaan tak seharusnya pria itu pergi begitu saja dan tidak bertanggung jawab, kepada Kristin, meski keduanya sepakat untuk tidak ada ikatan hanya sekedar saling memuaskan hasrat dan hawa nafsu belaka. Tak berapa lama terdengar suara ketukan. "Masuk!" ujar Ben,
Satu minggu telah berlalu, hubungan Bernard dan Bella, masih seperti tikus dan kucing garong, selalu saling ledek dan saling balas.Terlebih Bella yang selalu kalah oleh Bernard dalam setiap berdebat dan akan berakhir dengan hukuman.Hukuman pijat memijat dan tidur tetap dalam kamar yang sama, itulah ketentuannya, itu semua memang sangat menguntungkan sang pria, tapi Bella sendiri dalam hati yang paling dalam, dalam waktu singkat sudah merasa nyaman dengan keberadaan Ben, di sisinya."Saya tahu, meski Tuan nakal dan mesum, tapi tidak pernah menyentuh saya lebih, terima kasih," ujar Bella saat keduanya sedang berada di tempat tidur yang sama dan Ben memeluknya dengan erat."Tidur jagung bakar, jangan mengoceh terus, jika kamu minta, dengan senang hati aku berikan semuanya, apa kamu kangen dan ingin mengulang lagi?""Tidak!""Tidak salah atau tidak nolak?" tanya Ben, seraya mencubit hidung mancung milik Bella."Tidak! ya, tidak!" ketus Bella seraya berusaha mendorong dada Ben supaya men
Melihat siaran langsung percakapan Rini dan kedua orang tuanya yang sangat ia rindu.Sesekali gadis itu menyusut air matanya dengan ujung bajunya yang mulai basah oleh air mata."Emak dan Abah, gak kangen sama Bella?" tanya Rini, gadis itu sedang pulang kampung dan sengaja menyempatkan diri untuk menemui kedua orang tua Bella yang sudah sepuh."Emak kangen, kalau ketemu Bella suruh dia pulang.""Boleh pulang tapi tidak dengan anak itu!" Abah menimpali dengan raut wajah yang terlihat sangat kesal.Peristiwa dua tahun yang lalu, masih saja terbayang oleh mereka, rasa malu dan sakit hati, setelah ijab kabul, suami langsung pergi dibawa oleh wanita yang mengaku istri pertama.Bahkan yang lebih menyakitkan lagi, pria itu sudah mempunyai anak dan dengan kurang ajarnya meninggalkan anak itu begitu saja."Abah tidak bisa memaafkan pria dan keluarganya itu. Putri abah hanya dijadikan mesin pembuat anak saja, karena istri pertamanya telah melahirkan anak yang cacat dan tak akan pernah bisa hami
"Maaf, saya mau membersihkan dan mengganti pakaian Nona, ini semua atas perintah Tuan."Salah satu pelayan senior masuk ke kamar utama dan segera menutup pintu dengan rapat."Bi, saya tidak tahu Tuan pulang semalam dan ini yang terjadi," ucapnya Bella sangat malu."Iya semalam Tuan Ben, pulang dan langsung masuk kamar, tadi Tuan juga berpesan untuk mengurus semua keperluan calon istrinya.""Tuan tidak seperti ini sebelumnya, kepada mantan calon istrinya itu, Nona Kristin, bahkan tidak boleh masuk ke kamar utama, satu-satunya wanita yang boleh tinggal di kamarnya adalah Nona Bella."Meski perasaannya sangat malu, Bella pasrah karena tubuhnya terasa sangat remuk dan lemas, bahkan untuk bergerak saja ia tidak mampu melakukannya."Apa yang Tuan lakukan sehingga saya tidak bisa bergerak," keluh Bella saat Asisten senior itu sedang membersihkan tubuhnya dengan sangat hati-hati.Tubuh gadis itu tak sedikit pun mulus, semua terdapat becak merah kehitaman, sungguh singa jantan itu sangat liar
"Nona Kristin sedang apa di sini?" tanya satpam yang kecolongan. pria itu hanya sebentar ke toilet, tapi wanita itu sudah masuk.Pria muda itu sangat khawatir jika mantan kekasih tuannya akan membuat keributan."Aku sedang menunggu Ben! pergi sana, jaga gerbang!" jawab Kristin dengan ketus lalu mengusir satpam itu dengan kasar."Tuan tidak membolehkan Nona Kristin masuk ke rumahnya, saya mohon pergilah," balas satpam itu dengan menahan sabar."Siapa kamu? bisa mengusir saya!" bentaknya.Wajah bengis wanita itu sangat mengerikan, dan menatap angkuh ke arah penjaga."Maaf, saya hanya menjalankan tugas, pergilah, Nona, sebelum Tuan Ben Marah.""Katakan pada Tuan kamu, saya datang, dan tidak boleh bersembunyi, seperti banci!""Maaf, Tuan Bernard sedang tugas keluar kota," balas pria itu dengan jengah, karena dirinya sudah sangat hafal akan sifat mantan kekasih bosnya ini, selain tukang selingkuh, dia juga sangat arogan dan tidak tahu diri.Saat para pekerja tahu tuanya tak jadi menikah de
Semua proses akad nikah berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apapun sehingga keduanya sangat berbahagia bahkan dua keluarga tanpa bisa menghentikan air mata mereka turut bersuka cita pada akhirnya keduanya bersatu dalam cinta."Anda sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Semoga lekas bahagia sampai akhir hayat," ucap pendeta.Bernard mendekatkan wajahnya dengan menunduk ke arah Bella, semua pasang mata menatap pada kedua pasangan suami istri yang baru saja disahkan itu.Bernard mendaratkan ciuman di bibir manis Bella, wanita itu pun membuka bibirnya dan menerima kecupan dari sang suami sungguh seperti mimpi. Bernard mencium Bella semakin dalam sehingga Ia lupa Jika masih ada orang-orang yang menatapnya."Maaf. Tolong pasangkan cincin ini dari jari Anda tegur pendeta sambil membawa cincin pernikahan kedua mempelai tersebut. Sontak saja Bernard melepas tautan bibir mereka sehingga tamu undangan yang hanya kerabat terdekat itu pun saling tertawa melihat tingkah Bernard yang
"Benar, ini adalah Adela gadis kecil yang Papa tolak keberadaannya," jawab sang istri dengan pelan mesti dengan senyum tapi suara itu sangat jelas di telinga ayahnya Bella."Tetap saja jika melihat anak kecil itu, aku sangat sakit hati saat Bella ditinggalkan begitu saja oleh suaminya dan dengan teganya menaruh bayi yang tidak berdosa, bahkan tanpa malu mereka pergi meninggalkan bayi itu yang ternyata tidak bisa melihat.""Belajar ikhlas, karena Putri kita sudah bahagia bersama pria yang tepat, dia suami yang baik bahkan saat kondisi Adella kritis Tuan Bernard lah yang menolongnya."Mereka terus berjalan saling berjejer menuju halaman yang luasnya mirip seperti lapangan bola, sangat jauh dengan rumah yang berada di Cianjur meski mereka terbilang orang kaya tetap saja di mata menantunya mereka adalah orang yang tidak mampu.Berjalan perlahan Setapak demi Setapak melangkah meski ragu tetap saja keluarga Bella me mantapkan diri untuk masuk ke rumah calon menantu mereka."Selamat d
Satu bulan sudah Sherin menyiapkan pernikahan Bella dan Ben, dan semuanya sudah sembilan puluh sembilan persen selesai.Ya, sebelum dia pulang ke negara Paman Sam, dia harus memastikan jika putra sulungnya sudah menikah dengan gadis yang dicintainya.Sehingga Ia bisa pulang dengan tenang dan kali ini hidupnya menjadi lebih ringan juga sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan menjadi nenek juga putranya akan menjadi ayah yang baik buat anak kembarnya nanti."Nanti malam Ayah dan keluargamu yang dari Cianjur akan datang, bersikap baiklah karena itu orang tua, itu yang utama untuk perjalanan hidup rumah tangga kalian berdua."Baik Ma, Bela akan ingat itu, tapi bagaimana dengan Adella?”"Adella adalah cucu Mama, dia tidak akan ke mana-mana apalagi diungsikan karena hanya ada satu orang yang tidak menyukainya dan itu tidak akan berpengaruh.""Terima kasih Ma. Bella sangat berharap ada keajaiban di sana, ayah saya akan lebih menerima Adella dengan tulus.""Baiklah sebentar lagi Be
"Mama! kakak sangat mesum, cepat nikahkan mereka!" teriak Rachel sembari berlari menuju kamarnya, sementara Bernard hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya. Meski perempuan itu telah bersuami tetap saja tingkahnya seperti anak remaja yang baru lulus sekolah SMP.Tentu saja Bela malu ia memberanikan diri untuk mencium Bernard ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan dengan langsung."Nanti kalau Rachel bilang ke mama, bagaimana? Sungguh saya tidak mau jika dianggap terlalu agresif, Tuan.""Bella sudah aku peringatkan ke sekian kalinya Jangan panggil aku dengan sebutan "Tuan" sungguh terdengar tidak nyaman sama sekali, aku mohon," kata Bernard dengan suara manjanya."Jika setelah menikah apa kamu juga akan memanggil aku dengan sebutan itu?" tanya Bernard yang berkacak pinggang di depan Bella."Tentu saja," jawab Bela sambil terkekeh geli."Panggil aku dengan sebutan sayang," ucap Bernard.Pria itu berbisik. Suaranya sangat pelan, sepelan mungkin sehingga perlak
Noda Hitam bab 56Sepasang kekasih perempuan memakai gaun berwarna putih tulang sedangkan lelaki memakai jas berwarna hitam.Keduanya berdiri di altar dan disaksikan oleh Pendeta dan juga tamu undangan, terlihat semua anak manusia tersebut saling senyum. Mencolek satu sama lain sehingga membuat para tamu undangan terkekeh melihat sepasang kekasih tersebut.Keduanya saling tatap dan pandang satu sama lain Seraya memegang tangan.Terlihat mempelai pria memejamkan mata sambil berkata "Saya mengambil engkau. Bella untuk memiliki dan memelihara mulai hari ini dan seterusnya, pada waktu baik atau buruk, pada waktu susah maupun duka, pada waktu Jaya maupun miskin, pada waktu sehat ataupun sakit, untuk mengasihi engkau dan menghargai engkau sampai kematian yang memisahkan kita berdua. Ini sumpah dan janji saya sesungguhnya."Setelah berucap setulus hati mempelai pria tersebut membuka matanya kini giliran mempelai perempuan memejamkan mata dan berucap "Saya, Bella mengambil engkau Bernard
Kini Bella dan Bernard sedang menuju ruang makan keduanya ditunggu oleh Sherin untuk makan siang, wanita sepuh itu sangat rindu makanan Indonesia.Wanita paruh baya yang berwajah Bule itu menggandeng Bernard dan Bella menuju ke ruang makan, terlihat makanan ciri khas Indonesia ada nasi dan urap juga ayam bakar tambah sambal terasi dan sayur asam ada juga ikan asin ciri khas lalaban petai yang baunya sangat mengenakan tapi nikmat di lidah."Wow! banyak sekali makanan ini apa Mama yang masak?" tanya Bella."Tentu tidak. Bibi yang masak ini semua."Mereka pun duduk di kursi makan masing-masing. Sherin duduk di kursi ujung sedangkan Rachel duduk di depan Bernard sementara Bella Masih Berdiri, perempuan itu bingung duduk di sebelah mana."Ya ampun duduk, Kak! di sebelah Kak Bernard dan Kenapa juga Kakak enggak segera duduk. Apakah ambeien?" goda Rachel sambil menahan tawa."Duduk sini." Bernard meraih tangan Bella sehingga wanita cantik itu duduk pas di dekatnya."Bella, ayo makan temani
Noda Hitam Bab 54Hadiah Setelah berada di dalam kamar Bernard, Bela terbelalak, karena di sudut tempat dia biasa duduk termenung terdapat satu tumpuk hadiah Entah dari siapa."Itu hadiah dari mama saat pulang dari luar negeri dan dari Bali memang sengaja untuk kejutan," ungkap Bernard saat melihat Bella kaget dan wajahnya sangat menggemaskan."Sebanyak itu?" tanya Bella, sangat penasaran."Itu hanya separuhnya yang lain ada di dalam kamar tamu. Nanti Mama ke sini sama Rachel untuk menjelaskan Apa saja kegunaan barang itu," terang Bernard.Pria itu memperlakukan Bella semakin manis dan lembut."Tuan, bisakah kau turunkan aku?" Bella meminta untuk diturunkan dari gendongan Bernard, selain ia mual mencium bau tubuh pria itu dia juga takut jatuh."Baiklah," jawab Ben, tanpa penolakan, karena ia tahu calon ibu dari anaknya itu butuh istirahat. Pria itu dengan hati-hati menurunkan Bella di atas tempat tidur menata bantal lalu menyusunnya memastikan calon istrinya itu senyaman mu
Akhirnya Bernard dan Bella pulang ke rumah mereka, tentunya rumah Bernard yang dulu diperuntukkan untuk Kristin, tentu saja kini untuk Bella calon ibu dari anak-anaknya.Sherin dan Rachel memakai mobil yang lain keduanya mengikuti mobil Bernard yang melaju di depan mereka lebih dulu dengan kecepatan sedang. Tepatnya merayap mirip siput yang sedang balap lari.Senyum wanita yang sudah termakan usia itu selalu mengembang, karena dia bahagia sebentar lagi akan menjadi nenek seutuhnya. Begitu juga dengan Rachel, meski dirinya belum dikarunia anak tapi mendengar dan melihat kakaknya akan menjadi seorang ayah dia sangat senang sekali.Anak kandung atau ponakan ataupun anak angkat baginya itu tidak masalah, begitu pun dengan suaminya yang tidak terlalu menekan dirinya untuk mempunyai anak.James-suaminya sangat baik dan terbuka dalam hal apa pun juga, termasuk memperoleh anak.Karena anak itu karunia dari Tuhan, jadi saat belum diberi, mereka sangat menikmati setiap hari bulan madu."Bern
"Kenapa harus ke dokter SpOG, Bukankah dokter yang lain juga ada?" tanya Bernard kepada Bima karena mereka khawatir pada kondisi Bella yang terlihat sangat lemah."Nona Bella harus diperiksa di USG dan lain-lain karena memastikan saja untuk kondisi kesehatannya nanti." jawab sang dokter dengan menahan sabar.Ia tahu sepupunya itu sangat ribet, dia menyukai Bella saat gadis itu belum dekat dengan Bernard, sekarang kenyataan pahit itu datang, dia berpikir yang lain, dan hatinya memang sangat sakit. Kala cintanya bertepuk sebelah tangan.Seketika Bernard terdiam hanya menatap Gadis itu yang tergolek lemah di atas ranjang pasien yang sangat sempit dan hanya dihalangi dengan pasien lain sehelai tirai yang berwarna biru.Bernard pun memberikan jalan untuk para perawat membawa Bella menuju ke ruangan dokter SpOG untuk segera diperiksa.Ben, berjalan bersisian dengan para perawat, wajah pria itu semakin menampakkan raut wajah yang dingin dan tegang. Tak berapa lama Sherin dan Rachel