"Tuan, bangun," ucap Bella sembari menggoyangkan tubuh pria yang sedang terlelap dengan pulas itu.Gadis itu berusaha keluar dari dekapan sang pria, tapi tetap saja tak bisa."Jangan gerak-gerak, kalau yang bawah bangun, bisa-bisa kamu tidak keluar kamar sampai besok pagi."bisik Ben dengan suara berat dan mata pun masih tetap terpejam."Tuan, aku mau kencing, udah ga tahan, ini." adu Bella dengan gelisah.Seketika tangan itu melepaskan pinggang Bella dan memeluk guling sebagai gantinya.Dengan susah payah, gadis itu akhirnya bisa terbebas dari sang pria dan segera masuk kamar mandi untuk membersihkan diri.Matahari sudah naik di atas kepala, itu tandanya bukan pagi hari melainkan siang hari.Suara di dalam perut sudah keroncongan. Namun, gadis itu tidak bisa keluar kamar karena kunci yang biasanya nempel di pintu tidak ada.Sementara Ben sendiri masih merebahkan tubuhnya di ranjang, meski sudah membuka mata."Jagung bakar, ngapain bolak-balik mirip sirkus sepi pengunjung saja, sini d
Perjalanan dengan menaiki sepeda motor itu ternyata asyik dan membuat suasana hati Bella kembali baik dan tidak sedih.Bella tetap melingkarkan tangannya pada pinggang Bernard yang kokoh dan keras. Sesekali gadis itu mencuri pandang pada Ben, melalui kaca spion.Sungguh sangat tampan dan menggemaskan di tambah lagi wajah pria itu sangat sempurna tak ada cela untuk berkata jelek."Setidaknya dia yang merusakku untuk pertama kalinya, meski kadang usil tapi pria ini tetap saja tampan," batin Bella, lalu tersenyum sendiri.Pikiran gadis itu kacau dan entah kenapa nama pria itu yang selalu ada dalam ingatannya.Tiba-tiba saja Ben, mengerem mendadak sehingga tangan Bella semakin erat memeluk sang pria dan tubuh keduanya semakin rapat."Tuan sengaja? hati-hati dong! aku masih ingin hidup dan belum kawin kedua kali!" ujar gadis itu dan sangat kaget atas kelakuan tuannya."Iya sengaja, biar kamu sadar jika saya itu tampan paripurna.""Apa? benarkah?""Kamu sih bengong saja! love aku ya? udah
"Tuan, kenapa jantung saya aneh sekali rasanya, dan tubuh ini juga sangat panas sekali," keluh Bella saat tubuh keduanya saling melepaskan."Karena otak kamu selalu ke kiri," jawab Bernard asal."Otak aku normal! tapi ini aneh dan entahlah..." keluh Bella.Segera perempuan itu menjauh dari Ben, dan perasaannya semakin terasa aneh."Saya mau renang, jika kamu mau, segera ganti pakaian," ujar Ben, lalu segera beranjak pergi menuju kolam renang yang berada di lantai dasar.Bella hanya diam dan memeluk tubuhnya sendiri, bahkan tidak sadar jika pria itu pamit padanya."Kenapa tubuhku panas sekali, rasanya seperti orang kena ulat, gatal dan ah! ayo Bella otak kamu jangan jorok terus pikirannya!" gadis itu bergumam sendiri dan tanpa sadar dia melakukan, apa yang biasa Ben lakukan padanya."Tuan," panggil Bella yang baru sadar pria itu tidak ada di dekatnya lagi.Terdengar suara gemercik air dari lantai bawah, dan dia tahu siapa yang sedang berenang.Dengan susah payah, perempuan itu menurun
"Apa dia yang sudah masuk ke kamarku," batin Bernard saat teringat Kristin mantan kekasihnya di taman sebelum di usir satpam.Ya, siapa lagi kalau bukan wanita itu, dan siapa yang berani masuk ke dalam kamarnya jika bukan Kristin."Aku harus memastikan, dan jika itu benar dia, dan telah berbuat curang, aku pastikan wanita itu akan menyesal seumur hidup." Ben berkata dalam hati, kedua tangannya mengepal.Sementara Bella yang melihat tuannya terdiam, semakin penasaran dan ia hanya menatap tubuh atletis itu dengan perasaan entah. "Tuan, saat melihat seperti ini, otak dan pikiran saya belum sembuh benar," balas Bella, saat melihat Bernard hanya memakai handuk kecil yang melilit di pinggangnya."Mau lagi?" tanya Ben, menggoda.Pria itu segera sadar atas ucapan yang Bella yang mengandung gula.Seandainya jika tidak harus segera berangkat ke kantor, sudah pasti ia akan menyelesaikan urusannya dengan Bella yang semakin menggemaskan.Terlebih gadis itu kini tidak kaku, dan lebih santai mesk
"Aku tidak bodoh, Tuan!" pekik Bella seraya mengepalkan kedua tangannya ke udara.Gadis itu serasa ingin memukul dan menjambak pria yang selalu buat kejutan dengan kata-kata yang menyakitkan itu."Apa! mau mukul? ayo pukul aja kalau berani! tapi ingat tidak ada satu pun yang bisa lolos dari saya!" Memang benar siapa pun tidak ada yang bisa lolos dari hukuman pria itu, termasuk Bella sendiri."Ayo!" ucap Bernard, langsung menarik tangan Bella kembali, dan kali ini tarikannya sangat kuat, sehingga gadis itu tak bisa menolak bahkan langkah kakinya terseok-seok untuk bisa menyeimbangkan langkah kaki sang pria."Gadis lemot kaya kamu ini, harus di cubit dulu otaknya baru mudeng, kita ke rumah sakit sekarang, bukankah ayahmu sedang sakit?" cicit Bernard saat keduanya sudah duduk di dalam mobil, dan bersiap berangkat."Jadi Tuan mau mengantarkan saya? memangnya tidak menyusahkan?" tanya Bella dengan kata-kata polos."Terpaksa!" ujar Ben, menatap tajam ke arah Bella dengan wajah datar dan
"Kenapa wajah kamu berubah?" tanya Ben lagi."Tuan, sepertinya tamu bulanan saya datang," balas Bella pelan, karena malu dan takut jika pria yang sangat berharap dirinya hamil itu kecewa."Siapa tamu bulanan kamu itu?" tanya Ben, dengan nada tinggi dan wajah itu seketika berubah dingin.Pria itu mengira jika tamu bulanan Bella adalah seorang pria yang akan menjenguk papanya yang sedang sakit."Kamu berani berkhianat?""Hah! apa Tuan?" tanya Bella dengan wajah bingung.Terlebih melihat wajah tuanya dengan wajah ke mode awal, kaku, dingin, sekaligus menyebalkan."Gadis bodoh! kamu yang bilang ada tamu bulanan!" terang Ben lagi."Ish! maksud saya datang bulan," balas Bella seraya menunjuk ke salah satu titik, supaya pria itu tidak salah paham lagi."Bilang dari tadi, cuma bilang gitu aja jelimet!" ujar pria itu ketus."Bilang ke sahabat kamu yang centil itu untuk sekalian membeli pembalut!" Meski terdengar galak dan jutek, tetapi Bella tahu tuannya sangat perhatian dan baik.Setengah ja
Byuuur!Seketika punggung Bella basah terkena guyuran air es dari salah satu pengunjung yang berani menyiramnya.Bella terdiam, shock dan bingung kenapa ada orang yang ingin melukai dirinya. Juga mengatai sebagai pelakor.Bernard yang sadar gadisnya ada yang melempar air, sangat marah dan kedua tangannya mengepal dengan kuat.Seketika Bernard berbalik badan dan langsung menatap tajam ke arah gadis muda yang memegang gelas plastik yang telah kosong."Siapa kamu dan apa urusannya dengan kami?" tanya Bernard dengan nada dingin dan sorot mata yang tajam."Dia adalah gadis ga tahu diri dan telah merebut Tuan Bernard dari Nona Kristin"! jawab gadis itu dengan lantang dan seolah menantang."Kali ini saya akan lepaskan kamu, tapi jika melakukan kesalahan dua kali, hidupmu akan berakhir!"Ancam Bernard pada gadis muda yang seolah tak punya salah itu, memasang wajah yang angkuh seolah dia tidak takut pada siapa pun, termasuk pria yang diperbincangkan oleh tadi.Setelah itu tangan Ben segera me
"Gadis pintar, iya, ponsel kamu saya sita, sampai keadaannya baik, dan jangan coba-coba menonton televisi, jadi kamu saat ini makan tidur dan silakan mau olahraga atau melukis, tapi tidak boleh keluar kamar!"Mata Bella langsung melotot seolah ingin melompat dari sarangnya, saat mendengar perkataan Bernard yang terkesan sangat kejam.Sementara pria itu sendiri hanya diam menunggu kemarahan sang gadis yang akan dilayangkan padanya."Tuan Bernard Antonio, pria tampan dan kaya raya, apa salah saya sampai dapat hukuman sekejam ini!"Ya bagi Bella aturan Bernard itu sangat kejam bagi hidupnya yang terkurung di dalam kamar hotel, meski mewah tetap saja dirinya seperti tawanan."Ini semua demi kebaikan kamu, jagung bakar," jawab Bernard Antonio santai, lalu segera duduk di bibir ranjang King Size."Ini keterlaluan, masa aku ga boleh melakukan apa pun," gerutu Bella dan langsung duduk dekat dengan Bernard, lalu keduanya saling tatap saling pindai meski pada akhirnya gadis itu yang kalah, kare
Semua proses akad nikah berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apapun sehingga keduanya sangat berbahagia bahkan dua keluarga tanpa bisa menghentikan air mata mereka turut bersuka cita pada akhirnya keduanya bersatu dalam cinta."Anda sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Semoga lekas bahagia sampai akhir hayat," ucap pendeta.Bernard mendekatkan wajahnya dengan menunduk ke arah Bella, semua pasang mata menatap pada kedua pasangan suami istri yang baru saja disahkan itu.Bernard mendaratkan ciuman di bibir manis Bella, wanita itu pun membuka bibirnya dan menerima kecupan dari sang suami sungguh seperti mimpi. Bernard mencium Bella semakin dalam sehingga Ia lupa Jika masih ada orang-orang yang menatapnya."Maaf. Tolong pasangkan cincin ini dari jari Anda tegur pendeta sambil membawa cincin pernikahan kedua mempelai tersebut. Sontak saja Bernard melepas tautan bibir mereka sehingga tamu undangan yang hanya kerabat terdekat itu pun saling tertawa melihat tingkah Bernard yang
"Benar, ini adalah Adela gadis kecil yang Papa tolak keberadaannya," jawab sang istri dengan pelan mesti dengan senyum tapi suara itu sangat jelas di telinga ayahnya Bella."Tetap saja jika melihat anak kecil itu, aku sangat sakit hati saat Bella ditinggalkan begitu saja oleh suaminya dan dengan teganya menaruh bayi yang tidak berdosa, bahkan tanpa malu mereka pergi meninggalkan bayi itu yang ternyata tidak bisa melihat.""Belajar ikhlas, karena Putri kita sudah bahagia bersama pria yang tepat, dia suami yang baik bahkan saat kondisi Adella kritis Tuan Bernard lah yang menolongnya."Mereka terus berjalan saling berjejer menuju halaman yang luasnya mirip seperti lapangan bola, sangat jauh dengan rumah yang berada di Cianjur meski mereka terbilang orang kaya tetap saja di mata menantunya mereka adalah orang yang tidak mampu.Berjalan perlahan Setapak demi Setapak melangkah meski ragu tetap saja keluarga Bella me mantapkan diri untuk masuk ke rumah calon menantu mereka."Selamat d
Satu bulan sudah Sherin menyiapkan pernikahan Bella dan Ben, dan semuanya sudah sembilan puluh sembilan persen selesai.Ya, sebelum dia pulang ke negara Paman Sam, dia harus memastikan jika putra sulungnya sudah menikah dengan gadis yang dicintainya.Sehingga Ia bisa pulang dengan tenang dan kali ini hidupnya menjadi lebih ringan juga sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan menjadi nenek juga putranya akan menjadi ayah yang baik buat anak kembarnya nanti."Nanti malam Ayah dan keluargamu yang dari Cianjur akan datang, bersikap baiklah karena itu orang tua, itu yang utama untuk perjalanan hidup rumah tangga kalian berdua."Baik Ma, Bela akan ingat itu, tapi bagaimana dengan Adella?”"Adella adalah cucu Mama, dia tidak akan ke mana-mana apalagi diungsikan karena hanya ada satu orang yang tidak menyukainya dan itu tidak akan berpengaruh.""Terima kasih Ma. Bella sangat berharap ada keajaiban di sana, ayah saya akan lebih menerima Adella dengan tulus.""Baiklah sebentar lagi Be
"Mama! kakak sangat mesum, cepat nikahkan mereka!" teriak Rachel sembari berlari menuju kamarnya, sementara Bernard hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya. Meski perempuan itu telah bersuami tetap saja tingkahnya seperti anak remaja yang baru lulus sekolah SMP.Tentu saja Bela malu ia memberanikan diri untuk mencium Bernard ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan dengan langsung."Nanti kalau Rachel bilang ke mama, bagaimana? Sungguh saya tidak mau jika dianggap terlalu agresif, Tuan.""Bella sudah aku peringatkan ke sekian kalinya Jangan panggil aku dengan sebutan "Tuan" sungguh terdengar tidak nyaman sama sekali, aku mohon," kata Bernard dengan suara manjanya."Jika setelah menikah apa kamu juga akan memanggil aku dengan sebutan itu?" tanya Bernard yang berkacak pinggang di depan Bella."Tentu saja," jawab Bela sambil terkekeh geli."Panggil aku dengan sebutan sayang," ucap Bernard.Pria itu berbisik. Suaranya sangat pelan, sepelan mungkin sehingga perlak
Noda Hitam bab 56Sepasang kekasih perempuan memakai gaun berwarna putih tulang sedangkan lelaki memakai jas berwarna hitam.Keduanya berdiri di altar dan disaksikan oleh Pendeta dan juga tamu undangan, terlihat semua anak manusia tersebut saling senyum. Mencolek satu sama lain sehingga membuat para tamu undangan terkekeh melihat sepasang kekasih tersebut.Keduanya saling tatap dan pandang satu sama lain Seraya memegang tangan.Terlihat mempelai pria memejamkan mata sambil berkata "Saya mengambil engkau. Bella untuk memiliki dan memelihara mulai hari ini dan seterusnya, pada waktu baik atau buruk, pada waktu susah maupun duka, pada waktu Jaya maupun miskin, pada waktu sehat ataupun sakit, untuk mengasihi engkau dan menghargai engkau sampai kematian yang memisahkan kita berdua. Ini sumpah dan janji saya sesungguhnya."Setelah berucap setulus hati mempelai pria tersebut membuka matanya kini giliran mempelai perempuan memejamkan mata dan berucap "Saya, Bella mengambil engkau Bernard
Kini Bella dan Bernard sedang menuju ruang makan keduanya ditunggu oleh Sherin untuk makan siang, wanita sepuh itu sangat rindu makanan Indonesia.Wanita paruh baya yang berwajah Bule itu menggandeng Bernard dan Bella menuju ke ruang makan, terlihat makanan ciri khas Indonesia ada nasi dan urap juga ayam bakar tambah sambal terasi dan sayur asam ada juga ikan asin ciri khas lalaban petai yang baunya sangat mengenakan tapi nikmat di lidah."Wow! banyak sekali makanan ini apa Mama yang masak?" tanya Bella."Tentu tidak. Bibi yang masak ini semua."Mereka pun duduk di kursi makan masing-masing. Sherin duduk di kursi ujung sedangkan Rachel duduk di depan Bernard sementara Bella Masih Berdiri, perempuan itu bingung duduk di sebelah mana."Ya ampun duduk, Kak! di sebelah Kak Bernard dan Kenapa juga Kakak enggak segera duduk. Apakah ambeien?" goda Rachel sambil menahan tawa."Duduk sini." Bernard meraih tangan Bella sehingga wanita cantik itu duduk pas di dekatnya."Bella, ayo makan temani
Noda Hitam Bab 54Hadiah Setelah berada di dalam kamar Bernard, Bela terbelalak, karena di sudut tempat dia biasa duduk termenung terdapat satu tumpuk hadiah Entah dari siapa."Itu hadiah dari mama saat pulang dari luar negeri dan dari Bali memang sengaja untuk kejutan," ungkap Bernard saat melihat Bella kaget dan wajahnya sangat menggemaskan."Sebanyak itu?" tanya Bella, sangat penasaran."Itu hanya separuhnya yang lain ada di dalam kamar tamu. Nanti Mama ke sini sama Rachel untuk menjelaskan Apa saja kegunaan barang itu," terang Bernard.Pria itu memperlakukan Bella semakin manis dan lembut."Tuan, bisakah kau turunkan aku?" Bella meminta untuk diturunkan dari gendongan Bernard, selain ia mual mencium bau tubuh pria itu dia juga takut jatuh."Baiklah," jawab Ben, tanpa penolakan, karena ia tahu calon ibu dari anaknya itu butuh istirahat. Pria itu dengan hati-hati menurunkan Bella di atas tempat tidur menata bantal lalu menyusunnya memastikan calon istrinya itu senyaman mu
Akhirnya Bernard dan Bella pulang ke rumah mereka, tentunya rumah Bernard yang dulu diperuntukkan untuk Kristin, tentu saja kini untuk Bella calon ibu dari anak-anaknya.Sherin dan Rachel memakai mobil yang lain keduanya mengikuti mobil Bernard yang melaju di depan mereka lebih dulu dengan kecepatan sedang. Tepatnya merayap mirip siput yang sedang balap lari.Senyum wanita yang sudah termakan usia itu selalu mengembang, karena dia bahagia sebentar lagi akan menjadi nenek seutuhnya. Begitu juga dengan Rachel, meski dirinya belum dikarunia anak tapi mendengar dan melihat kakaknya akan menjadi seorang ayah dia sangat senang sekali.Anak kandung atau ponakan ataupun anak angkat baginya itu tidak masalah, begitu pun dengan suaminya yang tidak terlalu menekan dirinya untuk mempunyai anak.James-suaminya sangat baik dan terbuka dalam hal apa pun juga, termasuk memperoleh anak.Karena anak itu karunia dari Tuhan, jadi saat belum diberi, mereka sangat menikmati setiap hari bulan madu."Bern
"Kenapa harus ke dokter SpOG, Bukankah dokter yang lain juga ada?" tanya Bernard kepada Bima karena mereka khawatir pada kondisi Bella yang terlihat sangat lemah."Nona Bella harus diperiksa di USG dan lain-lain karena memastikan saja untuk kondisi kesehatannya nanti." jawab sang dokter dengan menahan sabar.Ia tahu sepupunya itu sangat ribet, dia menyukai Bella saat gadis itu belum dekat dengan Bernard, sekarang kenyataan pahit itu datang, dia berpikir yang lain, dan hatinya memang sangat sakit. Kala cintanya bertepuk sebelah tangan.Seketika Bernard terdiam hanya menatap Gadis itu yang tergolek lemah di atas ranjang pasien yang sangat sempit dan hanya dihalangi dengan pasien lain sehelai tirai yang berwarna biru.Bernard pun memberikan jalan untuk para perawat membawa Bella menuju ke ruangan dokter SpOG untuk segera diperiksa.Ben, berjalan bersisian dengan para perawat, wajah pria itu semakin menampakkan raut wajah yang dingin dan tegang. Tak berapa lama Sherin dan Rachel