Wisnu sudah bersiap dan masih mencoba menghubungi Purwa melalui video call. Saat terhubung dia sedang merapikan dasinya. “Halo Om?” Ujar Wisnu berbinar binar. “Coba kau bilang sekali lagi, hari ini kau benar benar mau menikah?” Purwa terdengar nampak marah. “Iya Om, keponakanmu ini akan segera menikah,” tukas Wisnu tersenyum tak peduli kemarahan Purwa. “Anak nakal, tak tahu diri, dari kecil aku membesarkanmu, sekarang mau menikah tanpa ada aku di sana? Kau pikir aku sudah jadi bangkai sampai kau mau menikah tanpa kehadiranku?!” Purwa tak henti hentinya memarahi Wisnu. “Astaga! Om sudah pikun ya? Kan Om bilang sendiri tidak akan pulang kalau aku belum menikah!” Wisnu tersenyum penuh kemenangan. Dia merasa sudah membalas sikap kekanakan Purwa dengan menikah tanpa memberitahunya dulu. “Kurang ajar!” runtuk Purwa masih kesal. Tapi beberapa saat kemudian dia mulai tampak sentimental. “Ya sudah, aku senang akhirnya kau serius menikah hari ini. Tadi Tio sudah memvidiokan semua persiap
Wisnu melihat Amanda berjalan ke arahnya dalam balutan kebaya putih yang indah. Gadis itu tampak cantik dan anggun. Hatinya bergetar mengingat betapa perasaannya ini sangat kuat pada Amanda, hingga tidak perlu menunggu lama untuk merasa bahwa dialah pelabuhan cinta terakhirnya. Wisnu sudah letih dan ingin menikmati hari-hari dalam hidupnya dengan malaikat cantiknya ini.Sampai Amanda berdiri di tempat di mana tangan Wisnu bisa menjangkaunya, dia langsung mengulurkan tangan untuk memeluk Amanda. Di dada pria yang sudah membuatnya menderita karena cintanya ini, Amanda kembali mengucurkan airmatanya. Bahunya sampai bergetar dan Wisnu hanya mengelusnya lembut untuk menenangkannya. Dia tahu, Amanda sudah mengalami hari-hari yang tidak mudah, dan akan memastikan di masa depan tidak ingin melihatnya menangis lagi.Dirja, Moana dan Marina tidak sadar menitikan airmata. Mereka terharu akan ketulusan hati putrinya itu yang sebenarnya hanya ingin membuat mereka bahagia. Dan Tuhan memberikan bala
Amanda merasa geli dan malu karena tak sengaja harus menyentuh sesuatu itu. Pria ini apa tidak malu melakukan hal seperti itu.“Coba lihat dirimu, menendang suaminya sendiri di hari pernikahan!”“Aku kan lupa kalau sudah menikah!” Amanda beralasan. “Lagian Mas Wisnu sih pakai curi-curi cium pas aku tidur!”“Ya udah sana mandi, udah mau magrib lho!” tukas Wisnu.Amanda kesulitan bangkit karena masih menggenakan kebaya. Kakinya ribet oleh kain hingga terjatuh ke pelukan Wisnu.“Sabarlah sayang! Jangan terburu-buru. Aku tahu kau masih tampak lelah sekali” tukas Wisnu menahan tubuh Amanda.“Enggak, kok! Aku tersandung kebaya saja tadi.” Amanda seolah tidak terima disangka menginginkan hal itu. Kesannya dia sudah gatel saja. Ish, pria ini!“Haha, gak perlu jaim! Kita ini sudah menikah kok sayang. Sini aku bantu lepas kebayanya biar tidak ribet” tukas Wisnu menahan senyuman melihat wajah Amanda yang kemerahan.Wisnu membuka resleting di punggung Amanda turun sampai kepinggangnya hingga ter
Purwa dalam perjalanan pulang dengan rombongannya. Mereka sudah transit di Istanbul dan harus terhenti karena cuaca buruk. Memutuskan beristirahat di hotel saja sembari menunggu penerbangan kembali di buka. Sambil rebahan Purwa tak sabar ingin melihat-lihat video dan foto pernikahan keponakannya. Bibirnya menyunggingkan senyum melihat Amanda dan Wisnu memamerkan surat nikah mereka dan tersenyum bahagia.Beberapa foto tampak terlewat dari pandangan Purwa namun sekilas Purwa melihat seseorang yang tampak familiar. Dia mengulang beberapa slide dan menahannya. Awalnya dia hanya mencoba melihat lebih jelas, bahkan membesarkan salah satu sudut foto tepat pada seorang wanita. Dan jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Tangannya bergetar hingga menjatuhkan gelas di nakas saat ingin meminum air untuk menenangkan diri.Ujang mendengar keributan segera menghampiri Purwa.“Apa yang terjadi, Pak?”“Ujang!” teriak Purwa. “Sambungkan panggilan ke Wisnu!”Ujang menuruti permintaan tuannya, takut ada
Wisnu tertawa mendengar ucapan Purwa yang sangat yakin bahwa Amanda adalah putrinya. Pria itu masih saja berhalu bahwa istrinya masih hidup. “Anak kurang ajar! Kau malah tertawa seolah semua ini lucu?!” Purwa marah. Sejenak Wisnu terdiam karena Purwa tidak bisa dibecandai jika menyangkut istrinya. “Begini, Om. Amanda usianya bahkan belum genap 22 tahun. Om ingat kan bencana itu sudah terjadi 24 tahun yang lalu. Artinya, kalaupun Mama Moana itu memang istri Om, tapi Amanda sudah dipastikan bukan putri Om. Lagipula, Amanda punya papa” Wisnu masih mencoba membuat Purwa berpikir dengan logika. “Aku merasa harus tahu kejelasannya dulu dan kemungkinan itu tetaplah ada. Dia bisa mengubah namanya, bisa saja dia juga mengubah data Amanda” Wisnu tidak berdaya dengan keras kepala Purwa yang sangat yakin bahwa istrinya masih hidup. “Wisnu! kau masih mendengarku?” Purwa bertanya karena suara Wisnu tidak terdengar. “Iya, Om!” “Jangan sentuh Amanda dulu sebelum semua jelas. Aku serius itu!”
Marina melihat mobil Wisnu masuk halaman segera menyambut pengantin baru itu. Dia segera menghampiri Amanda sementara Wisnu membawa buah yang tadi mereka beli di jalan ke dalam rumah.“Bagaimana malam pertamamu?” goda Marina“Apaan sih tante!”“Sudah belum?” Marina masih menggoda.“Mas Wisnu masih sibuk” Amanda tak memperpanjang pembahasan dan segera masuk ke dalam. Marina kecewa, harusnya dia bisa menggoda ponakannya itu.“Kebetulan Mama sudah masak, kita sarapan dulu” Moana menyambut mereka.“Ma, kan aku sudah bilang Mama gak boleh capek-capek!” Amanda protes.“Jangan terlalu berlebihan menghawatirkan Mama, aku baik-baik saja,” tukas Moana tersenyum menunjukan dirinya sehat.Wisnu memperhatikan wanita itu sambil berpikir apakah dia mengenalinya sebagai tantenya? Tapi ingatannya memang buruk. Mudah-mudahan Purwa hanya salah kira saja.“Sayang, aku ke kamar dulu,” ucap Amanda pada Wisnu.“Iya, aku akan bicara pada Mama sebentar,” tukas Wisnu dan Moana yang masih di tempat hanya tersen
Setelah menemani Moana, Amanda termenung sejenak di depan pintu kamar mamanya itu. ada banyak hal yang terlintas di kepalanya. Masa lalu orang tuanya dan juga hubungannya dengan Wisnu. dia tidak habis pikir apa yang terjadi selama ini ternyata relate dengan hubungan mereka. Perjuangan menebus liontin itu, kisah cintanya dengan Wisnu, dan sekarang mereka sudah menikah.Sekilas terbentik di kepalanya, akankah Purwa dan Moana kembali bersama? Amanda tahu, Purwa sangat mencintai istrinya, dan Amanda juga ingat, Moana sangat menjaga liontin itu sampai-sampai marah saat Amanda menghilangkannya. Bisa jadi keduanya memang masih saling mencintai.Lalu bagaimana dengan Dirja? Teringat tentang papanya yang hingga sekarang belum menemukan pendamping hidup, Amanda jadi kepikiran lagi. Ah, sudahlah. Biarkan saja semua berjalan sesuai takdir mereka.Amanda berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Melihat Wisnu yang berdiri di balkon, lalu menghampirinya.“Mama baik-baik saja?” tanya Wisnu saat Amand
Pagi itu Wisnu bangun dan melihat pemandangan yang indah dari atas balkon kamar Amanda. tinggal di daerah pegunungan memang sangat tenang. Jauh dari kebisingan dan polusi kota yang sering memicu stress.Di bawah sana, dia melihat Moana yang sepertinya hendak jalan-jalan pagi. Dia ingin banyak mengobrol dengan Moana. Karena itu dia pun bergegas turun dan mengikutinya.Moana tersenyum melihat menantunya berlari-lari menyusul di belakangnya. Sekarang dia melihatnya bukan hanya sekedar menantu, tapi juga keponakannya. Keponakan dari mantan suaminya dulu. Masih teringat, betapa anak ini sangat lucu dan menggemaskan saat kecilnya dulu. Sekarang sudah segede ini.Sembari berjalan-jalan, Moana menceritakan tentang banyak hal setelah berpisah dengan Purwa.“Saat itu aku sedang menemui seorang teman di kota lain, tiba-tiba ada berita tentang bencana tsunami. Sambungan komunikasi juga transportasi terhenti total. Aku bahkan tidak tahu bagaimana nasib keluargaku. Keesokan harinya aku baru mendapa
Annisa banyak salah dan dosa pada Amanda. Anak itu sejak pertama sudah dibuat tidak menyukainya. Sekarang apa dia bisa begitu saja memaafkannya dan membiarkan papanya menyetujui hubungan mereka? Pundaknya mulai turun dan dia merasa tidak mungkin Amanda rela membiarkan Dirja menikah dengannya. Dia kembali melihat sosok Dirja yang masih dengan sabar mendengarkan kata-kata putrinya. Jikapun pria itu diminta memilih dia atau putrinya, sudah bisa dipastikan Dirja akan memilih putrinya daripada Annisa. Karma itu memang ada. Dulu dia sangat membenci Amanda dan selalu berusaha membuatnya terluka. Sekarang, di saat dirinya sudah sangat yakin bahwa hanya pria yang baik dan penuh perhatian itulah yang bisa menerima semua kekurangannya dan sanggup menjadi imamnya dalam mengarungi kehidupan barunya, dia harus juga dibenci oleh Amanda. “Ya sudahlah, mungkin ini hukmuna dari tuhan untukmu, Annisa!” gumam Annisa pada dirinya sendiri sambil mengusap air mata di sudut matanya. “Kalau Papa memang men
Amanda tidak bisa memejamkan matanya mengingat apa yang sudah di sampaikan Wisnu padanya tadi sore. Dia ingin menelpon mamanya, namun sudah larut malam waktu Milan. Artinya di Jakarta saat ini menjelang subuh. Tentu dia harus bersabar menunggu pagi agar bisa menghubungi mamanya.Keresahan Amanda tentu bisa dirasakan Wisnu karena beberapa kali harus mengganti posisi tidurnya. “Kau tidak bisa tidur?” tanyanya.“Oh, Maaf! Aku pasti mengganggu tidur, Mas Wisnu” ucap Amanda sedih.“Mana yang tidak nyaman, biar aku usap.” Wisnu memeriksa Amanda. Lalu dengan lembut dia mengusap punggung Amanda agar membuatnya lebih nyaman. “Katanya besok mau belanja di Galerria, tapi selarut ini kau belum tidur juga?”“Aku terus kepikiran papa, Mas!”“Kenapa?”Amanda tidak menyahut, Wisnu pasti juga tahu apa yang sedang dipikirkannya. Kemudian Wisnu mendekatkan tubuhnya dan memeluk Amanda. “Ya sudah jangan dipikirkan dulu, nanti malah bikin kamu stress. Gak bagus kan buat perkembangan baby kita!”“Papa itu s
Dirja sebenarnya juga akan memberikan kejutan pada putri dan menantunya itu tentang rencana mengakhiri masa sendirinya. Tapi dia juga dibuat kecewa lantaran Wisnu dan Amanda tidak di rumah.Dia sudah memikirkan betul keputusannya. Beberapa bulan dekat dengan Annisa dan merasa wanita itu sepertinya memiliki hati untuknya, Dirja kemudian memikirkan pendapat Marina dan Moana agar dirinya menikah lagi. Jika dulu dia masih betah sendiri karena menghargai perasaan Moana dan Amanda, sekarang semuanya sudah berjalan baik. Moana sudah menikah lagi, dan putrinya bahkan sebentar lagi akan memberinya cucu. Tidak ada alasan baginya untuk sendiri terus.Mirzha tentu sudah mengenal Dirja sebagai ayah Amanda karena datang dan berbincang langsung dengan Dirja saat pernikahan Wisnu. Mirzha mengakui Dirja memang sosok yang matang dan juga mapan. Tentu itu adalah hal yang penting untuk putrinya yang bisa dibilang terkadang labil itu. Annisa memang membutuhkan sosok yang dewasa, matang dan bisa membimbi
Amanda menjadi sedih karena Wisnu menolak keinginanya. Suasana hatinya mulai buruk dan dia bangkit sambil mendorong beberapa map hingga jatuh berserakan ke lantai. Dengan langkah kasar keluar dari ruang kerja Wisnu.Wisnu menghela napas dan menutup laptopnya. Lalu bergegas membuntuti istrinya yang sedang ngambek.Pintu kamar tertutup dengan kasar.“Sayang, kondisimu masih lemah, aku takut malah menyakitimu dan baby kita,” Wisnu mencoba menjelaskan meski pintu tertutup.“Iya, aku udah jelek, gendut, Mas Wisnu udah gak bergairah lagi!” Amanda berteriak sebal.“Ya udah, buka dulu! Gak enak kan di dengar orang ngobrol sambil teriak-teriak.”“Gak mau! Udah sana pergi ke kantor, ketemu sama cewek-cewek cantik, gak usah mikirin wanita yang gendut dan jelek ini!”“Siapa yang gendut dan jelek? Kamu cantik kok!”Sesaat tidak terdengar suara dari dalam. Wisnu berpikir Amanda akan membukakan pintu untuknya. Pintu memang terbuka, tapi karena Amanda ingin melepar bantal dan selimut.“Tidur saja di
Wisnu sudah datang dan sangat tergesa langsung menuju kamar untuk bisa melihat kondisi istrinya. Saat masuk kamar, Marina mengingatkan Wisnu untuk membersihkan diri dulu. Banyak virus di tempat umum, tidak baik untuk ibu hamil.Amanda sebenarnya menolak pergi ke rumah sakit. Bau disinfektan sangat membuatnya pusing. Bisa-bisa dia malah muntah-muntah hebat lagi. Tapi melihat kondisi istrinya yang lemas, Wisnu tidak mau ambil resiko. Dia langsung menggendongnya ke mobil dan meminta Abduh menyupir ke rumah sakit.Setelah dipasang infus, Amanda mulai terlihat segar lagi. Dia mungkin saja mengalami dehidrasi karena banyak cairan yang keluar tapi tidak bisa memasukan makanan atau minuman ke dalam tubuhnya. Wisnu nampak sangat cemas.“Masih istirahat, Bu Amanda?” tanya dokter Ririn, spesialis obgyn, yang diminta Wisnu menjadi dokter pribadi istrinya.“Apa ada masalah dengan kehamilannya, dokter? Kenapa dia mengalami mual dan muntah yang hebat?” Wisnu tak sabar menanyakan tentang kesehatan is
Abim menemani Wisnu mengunjungi kantor perusahaan di Surabaya. Dia bertemu Annisa yang sedang mengerjakan sesuatu di ruangannya. Lalu Abim memberanikan diri menghampirinya.“Eh, Abim! Kok tiba-tiba Ke Surabaya?” Annisa sedikit terkejut melihat Abim.“Ada sedikit urusan, kau betah pindah kerja di sini?” Abim senang melihat Annisa yang terlihat ramah itu. Sama seperti dulu saat pertama dia kerja di kantor Jakarta.Mereka sudah duduk dan menikmati minuman sambil berbincang-bincang.“Apa kabar Naira?” tanya Annisa.“Baik,” jawab Abim.“Kau tampak lebih bahagia di sini?”“Ya iyalah, kerjaan di sini tidak seruwet di Jakarta. Lagi pula Pak Dirja baik sekali. Aku jadi betah kerja di Surabaya”“Baguslah! Aku senang melihatmu lebih baik!” ucap Abim menatap Annisa dengan tatapan yang sulit dimengerti.“Terima kasih, Abim! Aku minta maaf ya, kalau sering buat kamu sakit hati!”Abim sedikit terkejut mendengar permintaan maaf Annisa. Artinya dia memang serius ingin berubah. Seperti yang dikatakanny
Amanda tampak melamun dan tidak bernapsu makan, sejak tadi hanya mempermainkan sumpit di atas mangkuk yang berisi cah kangkung yang sudah disiapkan atas keinginanya. Sejak Amanda masih bekerja di rumah ini dulu, dia yang menyusun menu makan selama seminggu dan Titik yang bagian mengeksekusinya bersama Amanda. Di minggu berikutnya Amanda akan membuat daftar menu baru lagi. Semua itu dilakukan untuk mendukung program diet sehat Purwa yang waktu itu sedang sakit. Agar Purwa tidak merasa sedang diet dan tidak tergoda makanan kurang sehat, maka semua orang di rumah pun memakan menu yang sama.“Kenapa melamun?” Wisnu yang sedang makan terganggu dengan wajah melamun istrinya.Amanda hanya bergeming sedikit lalu mengambil cah kangkung untuk dipindah ke dalam piringnya. “Apa bimbinganmu bermasalah?”“Tidak” jawab Amanda tak bersemangat.“Lalu apa?”“Gak ada apa-apa”“Jangan bohong!”“Ya udahlah, gak usah dibahas juga!” Amanda mencoba memasukan makanan ke mulutnya.“Kalau kau tidak bilang, ak
Saat itu Wisnu baru selesai mengadakan pertemuan dengan beberapa pejabat penting grup Bramastya terkait kerjasama keduanya. Dia berbesar hati untuk melonggarkan persaingan di antara mereka. Tentu saja setelah Purwa yang menelpon sendiri dan menasehati Wisnu agar tidak terlalu keras dalam berbisnis. Purwa waktu itu ditemui langsung Bramastya di Jerman demi mengembalikan hubungan baik kedua perusahaan yang sebelumnya juga saling bekerja sama itu. Bram tahu, Wisnu hanya bisa mendengar ucapan pamannya. Peristiwa penculikan itu sama sekali tidak tersinggung di permukaan. Hanya mereka yang terlibatlah yang tahu. Seperti sebuah kode etik satu sama lain untuk saling merahasiakan agar tidak ada pihak hukum yang ikut campur urusan sesama mereka sendiri. Keduanya sudah menyepakati banyak hal setelah penculikan itu. “Anda yakin untuk melakukan semua ini?” Tio asisten yang lebih fokus urusan ke dalam perusahaan memastikan sekali lagi. karena dalam pemikirannya, yang sangat diuntungkan adalah pih
Tadinya Annisa mencoba mengejar Abim setelah sedikit perdebatannya di kantor mengenai beberapa data perusahaan yang dicurigai bocor. Abim benar-benar marah pada Annisa dan dengan terang-terangan menuduhnya sengaja membocorkan. Annisa tidak terima dan malah menuduh Abim tidak objektif dengan menuduhnya.“Kau hanya sedang sakit hati padaku! Karena itu kau mencari-cari kesalahanku untuk melampiaskan kekesalanmu,” ujar Annisa pada Abim waktu masih di kantor.“HHG, KAMU SAKIT ANNISA!” tukas Abim tersenyum miring pada Annisa. “Aku sarankan padamu, buatlah janji dengan psikiater, kau perlu mengisi ulang otakmu yang tinggal separuh itu!”“Kau hanya iri denganku, Abim!”“Teruslah dengan delusimu. Tapi jangan menghalangi kewajibanku!”“Pak Wisnu tidak akan percaya padamu, dia akan percaya padaku?”“Bagaimana kau bisa seyakin itu? Apa kau pikir Pak Wisnu mencintaimu?”“Kau tidak perlu ikut campur urusan kami, perasaanku dan dia hanya kami yang tahu.”“GILA!” “Kamu yang gila! Kamu gila karena ak