Home / Urban / MENIKahi ARJUNA / 4 Teori Teh Asin

Share

4 Teori Teh Asin

Author: Bu Dhe
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Bukannya kalau perempuan memasak terlalu terlalu banyak garam tandanya ingin segera kawin, Nik? Ini tehnya asin banget, Nik," berusaha tersenyum Naryo menjawab pertanyaan Menik.

Menik terkejut tapi juga ingin tertawa.

"Ah, masa sih yo? teh manis kok ini," ujar Menik menahan tawa.

"Sumpah Nik, ini assuin buanget kok. Tandanya kamu itu bener-bener ngebet kawin sama aku," kata Naryo

"Siapa yang bilang begitu? Aku belum ngebet kawin kok, apalagi sama kamu,"

"Lho saya yang barusan bilang, kamu yang bikin teh ini asin. Aku yang menikmati. Berarti kamu ngebet kawinnya sama aku," jelas Naryo penuh percaya diri.

"Teori dari mana?! Lagian itu yang bikin ibuku bukan aku. Udah ah aku mau ganti baju dulu," masih menahan tawanya ditinggalkannya Naryo sendirian.

Mendengar perkataan Menik, Naryo terlihat bingung.

Tak perlu waktu lama Menik sudah berdandan dengan sapuan bedak tipis dan sedikit lipstik di bibirnya agar tidak pucat. Menik sudah cantik dan siap berangkat kerja. Karena ini hari pertamanya ke pabrik, ia memakai celana panjang hitam dan kemeja putih dengan rumbai di bagian depannya yang agak pas di badan. Di tangannya sudah tersampir kardigan berwarna marun. Rambutnya dikuncir sebagian di bagian atas, dan bagian bawahnya dibiarkan tergerai.

"Buuu.. Menik mau berangkat," Menik memanggil ibunya yang ada di dapur.

Di ruang tamu Naryo yang sudah habis dua potong pisang goreng terlihat salah tingkah saat Bu Tina menyibak kelambu pembatas. Dia segera menelan potongan pisang yang sedang dikunyahnya. Meski terlihat kesulitan menelan, Naryo enggan meminum teh di atas meja untuk mendorong makanannya.

"Berangkat sekarang, Nik?” Tanya Bu Tina.

“Iya, Bu. Karena ini hari pertama kata Ajeng berangkat agak pagi aja. Nanti kalo sudah ketemu mandornya bisa milih mau ikut shift yang mana," jelas Menik.

"Iya wes hati-hati di jalan," kata Bu Tina saat Menik mencium punggung tangannya.

“Kamu nganterin Menik, Yo? Jangan ngebut ya," pesan bu Tina pada Naryo.

Naryo kelihatan salah tingkah. Seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi bingung mau mulai dari mana. Di sisi lain, pisang gorang yang dimakannya masih nyangkut di tenggorokan. susah payah akhirnya Naryo berhasil menelan makanan yang nyangkut itu meski harus merem melek.

“Kamu kenapa, Yo? Gelagapan dah kayak ikan mas dibawa ke daratan aja,” tanya bu Tina dengan tatapan menyelidik.

"Ibu Tina, mohon maaf sebelumnya status Bu Tina ini adalah istrinya pak Amin. Dan saya ini sedang naksir sama Menik anak Bu Tina. Dan sudah sejak lama saya ingin memperistrinya, jadi, wanita yang akan saya nikahi adalah Menik, Bu," Naryo diam sejenak.

Menik dan ibunya saling berpandangan bingung kenapa Naryo tiba-tiba bernarasi seperti itu.

“Jadi maafkan Naryo karena tidak bisa membalas perasaan, Ibu. Karena Ibu adalah calon mertua saya. Jadi baiknya Ibu Tina segera menghilangkan perasaan cinta Ibu pada saya.” Penuh ekspresi Naryo mengatakan itu semua di hadapan bu Tina dan Menik yang semakin kebingungan.

"Yo, kamu ini nglindur apa ya?" Tanya Bu Tina heran.

"Maafkan Naryo yaa Bu, meskipun Bu Tina ngebet kawin dengan saya, tapi itu tidaklah pantas karena saya adalah calon anak menantu ibu, dan ibu masih berstatus istri orang. Teh asin itu adalah bukti keinginan Bu Tina, tapi saya tidak bisa memenuhi keinginan tersebut, jadi mohon maaf Naryo, Bu. Saya permisi mau mengantarkan calon istri saya dulu.”

Panjang lebar penjelasan Naryo malah membuat Bu Tina melongo tidak bisa berkata-kata. Ia bingung apa maksud kata-kata pemuda antik itu. Menik yang memahami maksud dari perkataan Naryo itu membisikkan sesuatu di telinga Bu Tina. Mendengar bisikan Menik alis Bu Tina naik ke atas, dan matanya melotot ke arah Naryo yang sudah berbalik hendak keluar rumah. Kemudian Menik tertawa lepas.

"Wooo.. bocah edyan. Wes ndang mangkat!" (sudah, segera berangkat!)

Didorongnya Menik dan Naryo keluar rumah.

Setelah keduanya pergi berboncengan mengendarai motor Naryo, Bu Tina kembali ke dalam dan menutup pintu.

Pandangan matanya terarah ke gelas berisi teh yang tidak dihabiskan Naryo. Dicicipinya sedikit teh tersebut dengan mencelupkan jari kelingkingnya ke dalam gelas dan menyesapnya. Asin. Mengkerut wajah Bu Tina merasakan rasa asin yang menyelimuti lidahnya. Sejurus kemudian Bu Tina tertawa tergelak.

Tawa Bu Tina membuat pak Amin yang baru kembali dari menengok sawah penasaran.

"Ada apa tho, Bu?” Sapa pak Amin kepada istrinya yang sedang merapikan meja ruang tamu.

"Walah pak.. isuk-isuk kok ketemu wong edyan," (aduh, Pak. pagi-pagi kok sudah bertemu orang edyan/kurang waras) kata Bu Tina masih tertawa terpingkal-pingkal.

"Lho apa ada orang ndak waras masuk ke rumah Bu?" Pak Amin semakin penasaran melihat tingkah istrinya itu.

"Nggak cuman masuk rumah pak.. lha ini ngeteh sama bawain gorengan segala. Katanya calon mantu bapak," jawab Bu Tina masih sambil tersenyum senyum.

Bu Tina kembali ke dapur dan menyiapkan sarapan untuk sang suami.

"Calon mantu? Sopo Bu?" (sopo=siapa)

"Ada lah pak..”

“kalau calon mantu kok diarani edan tho Ibu iki?”

“Nanti kalau sudah waktunya yaa bakal ketemu.. siap-siap lahir batin aja pak.. antik orangnya," jawab Bu Tina sekenanya.

Pak Amin hanya geleng-geleng kepala. Diseruputnya teh manis yang ada di depannya. Nikmatnya sarapan gorengan pisang dengan teh manis hangat.

Related chapters

  • MENIKahi ARJUNA   5 Pandangan Pertama

    "Menik, nanti kamu pulang jam berapa? Biar aku jemput," tanya Naryo pada Menik yang baru turun dari boncengan motornya yang masih baru. Motor warna hitam merah keluaran merek Kak Wasaki itu sudah beberapa kali mengantarkan Menik ke pusat kota. Menik menyerahkan helm yang dipakainya pada Naryo.Menik cuek dan memilih untuk merapikan rambutnya di depan spion."Cantikku, Menik.. Pujaan hatiku.. aku tanya kamu mau dijemput jam berapa nanti?" Tanya Naryo lagi masih dengan senyum sumringah sambil memainkan alisnya naik turun."Aku juga nggak tahu, Yo. Paling jam 3an sudah pulang. Nggak apa-apa aku bisa pulang sendiri nanti," jawab Menik"Lho, tidak bisa begitu Menik. Kamu adalah calon istriku, dan aku adalah calon suamimu. Mana mungkin aku biarkan kamu pulang sendirian, sedangkan aku ada di sini. Bagaimana jika nanti ada laki-laki lain yang menculikmu, apa ndak blaen? Melayani kamu dengan antar jemput adalah tugasku, Menik yang cantik," kata Naryo sambil melipat tangannya di depan dada, sa

  • MENIKahi ARJUNA   6 Siapa Dia?

    "Menik!" Tepukan keras di bahu Menik mengagetkan dirinya. Sejenak perhatiannya teralihkan pada pemilik tangan itu. Salah satu peserta orientasi menarik tangannya agar tidak tertinggal dari rombonganMenik berniat menyapa sosok laki-laki yang sudah mencuri hatinya itu, tapi lelaki tampan itu dia sudah menghilang entah kemana. Menik mencari-cari dengan pandangan matanya, tapi tak dijumpainya.'Duh ganteng, gagah banget. Mana belum sempat kenalan lagi, eh udah hilang entah kemana. Bagian apa yaa kok seragamnya lain. Moga-moga bisa ketemu lagi,' batin Menik penuh harap. Menik menoleh lagi ke belakang berharap menemukan lagi sosok itu. Nihil."Nyari siapa?" tanya perempuan yang tadi menarik tangannya. "Nggak nyari siapa-siapa kok. Eh nama kamu siapa tadi?" tanya Menik pada sosok perempuan di sebelahnya itu. "Puji." jawabnya sambil menunjuk nama yang tertara di kertas yang berpeniti di dada kirinya. kertas yang sama juga tersemat di dada kiri Menik. "Oh iya, Puji. Maaf suka lupa," jawab

  • MENIKahi ARJUNA   7 Pak Arjuna

    Kehidupan Menik sebagai buruh pabrik baru berjalan selama tiga Minggu. Menik masih belajar bagaimana melinting rokok dengan baik dan cepat. Alat sederhana di depannya bergerak lebih lambat jika dibandingkan dengan buruh yang lain.Dia hanya berani mengambil target 1500 saja. Tidak sebanding memang dengan buruh lainnya yang bisa sampai dua atau empat kali lipat dari targetnya.Menik juga mengambil shift pagi. Dari pukul enam pagi sampai pukul tiga sore. Dua Minggu pertama Menik mendapat tugas menggunting lintingan rokok. Kadang dia juga membantu tim pengepakan. Yaa berpindah-pindah tergantung bagian mana yang dibutuhkan, alias mengikuti apa kata mandor.Selama training, istilahnya, Menik juga belajar melinting rokok sampai mendapat tanda 'Ok' dari mandor. Pekerjaan yang monoton dan melelahkan dengan gaji yang lumayan untuk ukuran orang kampung seperti Menik.Minggu ini Menik sudah ditempatkan di bagian linting rokok. Suasana pabrik yang berisi dominan ibu-ibu ini tidak pernah sepi. Sua

  • MENIKahi ARJUNA   8 Orang Dalam

    "Wanita aneh," gumam laki-laki bernama Arjuna itu."Siapa yang aneh pak?" Tanya seorang Bapak yang tadi memanggilnya "Oh nggak, Pak. Nggak apa-apa. Ada apa yaa, Pak?" Arjuna berusaha menfokuskan perhatiannya pada penjelasan bapak tadi. Namun Arjuna begitu sulit mengabaikan sosok Menik yang sentuhan tangannya tadi telah meninggalkan desir halus di sekujur tubuhnya.'Ada apa ini? Kenapa rasanya badanku jadi panas dingin?' batin Arjuna.Tiba-tiba sebuah kesadaran terlintas dalam pikiran Arjuna. Ia mulai sadar mengapa tubuhnya mendadak terasa dingin. Tangannya menggosok-gosok lengannya."Pak Arjuna, kenapa? Sakit?" Tanya Bapak itu menghentikan penjelasannya. "Nggak tahu, Pak. Sejak ketemu sama perempuan tadi, badan saya rasanya jadi nggak enak, kayak meriang gitu, Pak," jawab Arjuna.Tangan Arjuna mengusap-usap kasar tengkuknya lalu memeluk tubuhnya sendiri. Badannya tiba-tiba terasa panas dingin.'Ini pasti gara-gara perempuan tadi. Apa yang sudah dilakukannya padaku, sampai aku jadi

  • MENIKahi ARJUNA   9 Pesona Naryo

    "Menik!" Sebuah suara menghentikan percakapan antara Menik dan Puji.Menik mengarahkan pandangannya pada sumber suara. Seorang lelaki tengah melambaikan tangannya ke arah Menik dengan senyum lebarnya."Oh, jadi itu pacar kamu, Nik?" Goda Puji.Entah mengapa seolah ada nada geli dan merendahkan yang sontak membuat Menik tidak senang dengan cara bicara Puji."Bukan, temen," jawab Menik cuek."Ah, jangan bohong gitu. Dapet darimana cowok antik kayak begitu, Nik?" ledek Puji."Dia orang baik, Pu. Jangan kamu ledek begitu," sergah Menik."Nggak aku nggak ngeledek dia kok, Nik. Cuman yaa kamu tahu sendiri, siapa pun akan berpikiran sama kayak aku, kecuali dia suka sama 'temen' kamu itu. Baru dia nggak masalah cowoknya dandan model begitu," elak Puji."Kok kamu ngomongnya begitu sih, Pu. Aku nggak pernah Mandang rendah dia. Dia punya style sendiri tentang penampilannya." Bela Menik. Wajahnya nampak gusar."Iya, maaf deh kalau aku nyinggung kamu. Tapi temen kamu itu Orang kaya rupanya, motorn

  • MENIKahi ARJUNA   10 Patuh

    Menik melepas jaket yang dipakainya dan memberikannya kepada Naryo."Nih, makasih. Tapi sorry, jadi bau mbako," ucap Menik."Lho, kenapa dilepas, Nik. Aku tidak mengapa jika kamu memakai pakaianku, Nik. Aku ikhlas, suatu kehormatan bagiku saat pakaianku menyentuh kulitmu," jawab Naryo."Walah nggak usah nggombal. Dah keburu Maghrib nih. Mau sholat di sini atau pulang?" "Ehehe, aku pulang aja yaa, Nik. Salam buat Bapakmu," pamit Naryo sambil naik ke atas motornya."Kok cuman Bapakku? Nggak nitip salam sama ibuku juga?" Goda Menik."Ah, kamu jangan bilang gitu, Nik. Nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lho," balas Naryo."Maksudmu?" "Kalau ibumu beneran jatuh cinta sama aku gimana, kan blaen jadinya?""Bocah edyan. Dah balik sana!"Naryo tertawa memamerkan barisan giginya yang rapi. Menik menepuk punggung Naryo sebelum lelaki itu melesat pulang. 'Sebenarnya dia ini ganteng juga. Tapi gayanya, yaa ampuun,' batin Menik."Baru pulang, Nik?" Sebuah suara membuyarkan lamunan Menik

  • MENIKahi ARJUNA   11 Anak Juragan

    Kabar tentang adanya lowongan untuk staf di bagian kantor baru diumumkan pekan berikutnya. Ada selebaran yang dipasang di papan pengumuman tiap unit bangunan produksi dan di bagian depan bangunan pabrik.Meski beberapa orang di unit menyemangati Menik untuk ikut seleksi dengan ijazah SMEA yang dia miliki, Menik menolak. Dia pesimis akan mendapatkan lowongan itu.Kebanyakan para pekerja di pabrik ini memang ibu-ibu berpendidikan dasar saja. Ijazah SD sudah lebih dari cukup untuk melamar pekerjaan di pabrik. Tidak sedikit buruh yang SD pun tidak tamat. Yang penting mereka bisa bekerja meskipun dengan upah yang rendah. Biasanya mereka bisa masuk bekerja karena bawaan dari mandor atau ajakan sesama pekerja. Biasanya pekerja yang mengajak orang lain masuk harus menjadi penjaminnya. Ada juga yang seperti Menik. Hanya mendapat info lowongan dari buruh lain kalau ada rekrutan baru untuk buruh pabrik saja. Selebihnya Menik usaha sendiri saat mendaftar dan mengikuti prosesnya.Apa pun carany

  • MENIKahi ARJUNA   12 Naryo Mutung

    "Kamu yakin mau kerja?" Tanya Menik tidak percaya.Naryo mengangguk."Serius?""Iya, aku itu kan nurut sama kamu, Nik. Karena kamu calon istriku," kata Naryo sambil tersenyum lebar."Mulai deh," kata Menik tertawa."Lho bener kan. Suami juga harus mendengarkan pendapat istri. Kan aku kamu suruh nyoba kerja, jadi aku bakal kerja," jawab Naryo."Ehem. Iya sih. Tapi tampilan kamu nggak bisa kayak gini kalau mau kerja, Yo," kata Menik hati-hati."Emangnya kenapa sama tampilan aku? Ini itu model keluaran terbaru, Nik. Ini itu motif Naga yang katanya bakal bikin aku kelihatan tambah gagah dan kaya raya," kata Naryo sambil menunjuk bordiran naga yang besar memenuhi bagian punggung jaketnya."Kamu kayak preman, gengster gitu lho, Yo," bisik Menik."Lho emang itu tujuannya. Kamu pikir kenapa rambutku aku tata rapi seperti ini? Nggak jaman lagi preman kudu brewokan sama rambut acak-acakan. Preman sekarang harus modis, harus rapi jali," elak Naryo yang malah membuat Menik menggelengkan kepalanya

Latest chapter

  • MENIKahi ARJUNA   12 Naryo Mutung

    "Kamu yakin mau kerja?" Tanya Menik tidak percaya.Naryo mengangguk."Serius?""Iya, aku itu kan nurut sama kamu, Nik. Karena kamu calon istriku," kata Naryo sambil tersenyum lebar."Mulai deh," kata Menik tertawa."Lho bener kan. Suami juga harus mendengarkan pendapat istri. Kan aku kamu suruh nyoba kerja, jadi aku bakal kerja," jawab Naryo."Ehem. Iya sih. Tapi tampilan kamu nggak bisa kayak gini kalau mau kerja, Yo," kata Menik hati-hati."Emangnya kenapa sama tampilan aku? Ini itu model keluaran terbaru, Nik. Ini itu motif Naga yang katanya bakal bikin aku kelihatan tambah gagah dan kaya raya," kata Naryo sambil menunjuk bordiran naga yang besar memenuhi bagian punggung jaketnya."Kamu kayak preman, gengster gitu lho, Yo," bisik Menik."Lho emang itu tujuannya. Kamu pikir kenapa rambutku aku tata rapi seperti ini? Nggak jaman lagi preman kudu brewokan sama rambut acak-acakan. Preman sekarang harus modis, harus rapi jali," elak Naryo yang malah membuat Menik menggelengkan kepalanya

  • MENIKahi ARJUNA   11 Anak Juragan

    Kabar tentang adanya lowongan untuk staf di bagian kantor baru diumumkan pekan berikutnya. Ada selebaran yang dipasang di papan pengumuman tiap unit bangunan produksi dan di bagian depan bangunan pabrik.Meski beberapa orang di unit menyemangati Menik untuk ikut seleksi dengan ijazah SMEA yang dia miliki, Menik menolak. Dia pesimis akan mendapatkan lowongan itu.Kebanyakan para pekerja di pabrik ini memang ibu-ibu berpendidikan dasar saja. Ijazah SD sudah lebih dari cukup untuk melamar pekerjaan di pabrik. Tidak sedikit buruh yang SD pun tidak tamat. Yang penting mereka bisa bekerja meskipun dengan upah yang rendah. Biasanya mereka bisa masuk bekerja karena bawaan dari mandor atau ajakan sesama pekerja. Biasanya pekerja yang mengajak orang lain masuk harus menjadi penjaminnya. Ada juga yang seperti Menik. Hanya mendapat info lowongan dari buruh lain kalau ada rekrutan baru untuk buruh pabrik saja. Selebihnya Menik usaha sendiri saat mendaftar dan mengikuti prosesnya.Apa pun carany

  • MENIKahi ARJUNA   10 Patuh

    Menik melepas jaket yang dipakainya dan memberikannya kepada Naryo."Nih, makasih. Tapi sorry, jadi bau mbako," ucap Menik."Lho, kenapa dilepas, Nik. Aku tidak mengapa jika kamu memakai pakaianku, Nik. Aku ikhlas, suatu kehormatan bagiku saat pakaianku menyentuh kulitmu," jawab Naryo."Walah nggak usah nggombal. Dah keburu Maghrib nih. Mau sholat di sini atau pulang?" "Ehehe, aku pulang aja yaa, Nik. Salam buat Bapakmu," pamit Naryo sambil naik ke atas motornya."Kok cuman Bapakku? Nggak nitip salam sama ibuku juga?" Goda Menik."Ah, kamu jangan bilang gitu, Nik. Nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lho," balas Naryo."Maksudmu?" "Kalau ibumu beneran jatuh cinta sama aku gimana, kan blaen jadinya?""Bocah edyan. Dah balik sana!"Naryo tertawa memamerkan barisan giginya yang rapi. Menik menepuk punggung Naryo sebelum lelaki itu melesat pulang. 'Sebenarnya dia ini ganteng juga. Tapi gayanya, yaa ampuun,' batin Menik."Baru pulang, Nik?" Sebuah suara membuyarkan lamunan Menik

  • MENIKahi ARJUNA   9 Pesona Naryo

    "Menik!" Sebuah suara menghentikan percakapan antara Menik dan Puji.Menik mengarahkan pandangannya pada sumber suara. Seorang lelaki tengah melambaikan tangannya ke arah Menik dengan senyum lebarnya."Oh, jadi itu pacar kamu, Nik?" Goda Puji.Entah mengapa seolah ada nada geli dan merendahkan yang sontak membuat Menik tidak senang dengan cara bicara Puji."Bukan, temen," jawab Menik cuek."Ah, jangan bohong gitu. Dapet darimana cowok antik kayak begitu, Nik?" ledek Puji."Dia orang baik, Pu. Jangan kamu ledek begitu," sergah Menik."Nggak aku nggak ngeledek dia kok, Nik. Cuman yaa kamu tahu sendiri, siapa pun akan berpikiran sama kayak aku, kecuali dia suka sama 'temen' kamu itu. Baru dia nggak masalah cowoknya dandan model begitu," elak Puji."Kok kamu ngomongnya begitu sih, Pu. Aku nggak pernah Mandang rendah dia. Dia punya style sendiri tentang penampilannya." Bela Menik. Wajahnya nampak gusar."Iya, maaf deh kalau aku nyinggung kamu. Tapi temen kamu itu Orang kaya rupanya, motorn

  • MENIKahi ARJUNA   8 Orang Dalam

    "Wanita aneh," gumam laki-laki bernama Arjuna itu."Siapa yang aneh pak?" Tanya seorang Bapak yang tadi memanggilnya "Oh nggak, Pak. Nggak apa-apa. Ada apa yaa, Pak?" Arjuna berusaha menfokuskan perhatiannya pada penjelasan bapak tadi. Namun Arjuna begitu sulit mengabaikan sosok Menik yang sentuhan tangannya tadi telah meninggalkan desir halus di sekujur tubuhnya.'Ada apa ini? Kenapa rasanya badanku jadi panas dingin?' batin Arjuna.Tiba-tiba sebuah kesadaran terlintas dalam pikiran Arjuna. Ia mulai sadar mengapa tubuhnya mendadak terasa dingin. Tangannya menggosok-gosok lengannya."Pak Arjuna, kenapa? Sakit?" Tanya Bapak itu menghentikan penjelasannya. "Nggak tahu, Pak. Sejak ketemu sama perempuan tadi, badan saya rasanya jadi nggak enak, kayak meriang gitu, Pak," jawab Arjuna.Tangan Arjuna mengusap-usap kasar tengkuknya lalu memeluk tubuhnya sendiri. Badannya tiba-tiba terasa panas dingin.'Ini pasti gara-gara perempuan tadi. Apa yang sudah dilakukannya padaku, sampai aku jadi

  • MENIKahi ARJUNA   7 Pak Arjuna

    Kehidupan Menik sebagai buruh pabrik baru berjalan selama tiga Minggu. Menik masih belajar bagaimana melinting rokok dengan baik dan cepat. Alat sederhana di depannya bergerak lebih lambat jika dibandingkan dengan buruh yang lain.Dia hanya berani mengambil target 1500 saja. Tidak sebanding memang dengan buruh lainnya yang bisa sampai dua atau empat kali lipat dari targetnya.Menik juga mengambil shift pagi. Dari pukul enam pagi sampai pukul tiga sore. Dua Minggu pertama Menik mendapat tugas menggunting lintingan rokok. Kadang dia juga membantu tim pengepakan. Yaa berpindah-pindah tergantung bagian mana yang dibutuhkan, alias mengikuti apa kata mandor.Selama training, istilahnya, Menik juga belajar melinting rokok sampai mendapat tanda 'Ok' dari mandor. Pekerjaan yang monoton dan melelahkan dengan gaji yang lumayan untuk ukuran orang kampung seperti Menik.Minggu ini Menik sudah ditempatkan di bagian linting rokok. Suasana pabrik yang berisi dominan ibu-ibu ini tidak pernah sepi. Sua

  • MENIKahi ARJUNA   6 Siapa Dia?

    "Menik!" Tepukan keras di bahu Menik mengagetkan dirinya. Sejenak perhatiannya teralihkan pada pemilik tangan itu. Salah satu peserta orientasi menarik tangannya agar tidak tertinggal dari rombonganMenik berniat menyapa sosok laki-laki yang sudah mencuri hatinya itu, tapi lelaki tampan itu dia sudah menghilang entah kemana. Menik mencari-cari dengan pandangan matanya, tapi tak dijumpainya.'Duh ganteng, gagah banget. Mana belum sempat kenalan lagi, eh udah hilang entah kemana. Bagian apa yaa kok seragamnya lain. Moga-moga bisa ketemu lagi,' batin Menik penuh harap. Menik menoleh lagi ke belakang berharap menemukan lagi sosok itu. Nihil."Nyari siapa?" tanya perempuan yang tadi menarik tangannya. "Nggak nyari siapa-siapa kok. Eh nama kamu siapa tadi?" tanya Menik pada sosok perempuan di sebelahnya itu. "Puji." jawabnya sambil menunjuk nama yang tertara di kertas yang berpeniti di dada kirinya. kertas yang sama juga tersemat di dada kiri Menik. "Oh iya, Puji. Maaf suka lupa," jawab

  • MENIKahi ARJUNA   5 Pandangan Pertama

    "Menik, nanti kamu pulang jam berapa? Biar aku jemput," tanya Naryo pada Menik yang baru turun dari boncengan motornya yang masih baru. Motor warna hitam merah keluaran merek Kak Wasaki itu sudah beberapa kali mengantarkan Menik ke pusat kota. Menik menyerahkan helm yang dipakainya pada Naryo.Menik cuek dan memilih untuk merapikan rambutnya di depan spion."Cantikku, Menik.. Pujaan hatiku.. aku tanya kamu mau dijemput jam berapa nanti?" Tanya Naryo lagi masih dengan senyum sumringah sambil memainkan alisnya naik turun."Aku juga nggak tahu, Yo. Paling jam 3an sudah pulang. Nggak apa-apa aku bisa pulang sendiri nanti," jawab Menik"Lho, tidak bisa begitu Menik. Kamu adalah calon istriku, dan aku adalah calon suamimu. Mana mungkin aku biarkan kamu pulang sendirian, sedangkan aku ada di sini. Bagaimana jika nanti ada laki-laki lain yang menculikmu, apa ndak blaen? Melayani kamu dengan antar jemput adalah tugasku, Menik yang cantik," kata Naryo sambil melipat tangannya di depan dada, sa

  • MENIKahi ARJUNA   4 Teori Teh Asin

    "Bukannya kalau perempuan memasak terlalu terlalu banyak garam tandanya ingin segera kawin, Nik? Ini tehnya asin banget, Nik," berusaha tersenyum Naryo menjawab pertanyaan Menik. Menik terkejut tapi juga ingin tertawa. "Ah, masa sih yo? teh manis kok ini," ujar Menik menahan tawa. "Sumpah Nik, ini assuin buanget kok. Tandanya kamu itu bener-bener ngebet kawin sama aku," kata Naryo "Siapa yang bilang begitu? Aku belum ngebet kawin kok, apalagi sama kamu," "Lho saya yang barusan bilang, kamu yang bikin teh ini asin. Aku yang menikmati. Berarti kamu ngebet kawinnya sama aku," jelas Naryo penuh percaya diri. "Teori dari mana?! Lagian itu yang bikin ibuku bukan aku. Udah ah aku mau ganti baju dulu," masih menahan tawanya ditinggalkannya Naryo sendirian. Mendengar perkataan Menik, Naryo terlihat bingung. Tak perlu waktu lama Menik sudah berdandan dengan sapuan bedak tipis dan sedikit lipstik di bibirnya agar tidak pucat. Menik sudah cantik dan siap berangkat kerja. Karena ini hari p

DMCA.com Protection Status