Sandy masih tidak percaya dengan apa yang dilihat, bagaimana mungkin video itu bisa tersebar. Rasanya cukup mustahil, karena hanya dirinya dan Renita yang tahu. Dan untuk pernikahannya yang kemarin, sengaja Sandy rahasiakan. Hanya tetangga dekat dan pihak keluarga yang tahu.
"Dimas, kamu tahu siapa yang sudah menyebar video ini?" tanya Sandy. Laki-laki itu lantas masuk ke dalam lift, tentunya dengan diikuti oleh Dimas."Aku tidak tahu." Dimas menggeleng. Selang beberapa menit pintu lift terbuka, kedua lelaki itu segera keluar.Sandy melangkah masuk ke dalam ruangan dengan diikuti oleh Dimas. Setibanya di sana, Sandy melepas jasnya dan menggantungnya. Setelah itu Sandy menjatuhkan bobotnya di kursi kebenarannya. Sementara Dimas sendiri duduk di kursi yang ada di depan meja kerja sepupunya itu."Tolong kamu cari akun yang sudah menyebarkan video ini. Aku tidak ingin karierku hancur gara-gara video ini," ujar Sandy dengan wajah yang sudah memerah karena menahan amarah."Kamu tidak perlu khawatir, aku akaen mencarinya," kata Dimas."Ya sudah, aku balik kerja lagi." Dimas bangkit dan beranjak keluar dari ruangan Sandy. Setelah Dimas keluar, Sandy kembali membuka gawai miliknya.Sandy benar-benar penasaran dengan akun yang menyebarkan video dirinya bersama dengan Renita. Tiba-tiba saja di otak Sandy terdapat satu nama yang kemungkinan dalang dari tersebarnya video tersebut. Namun setelah dipikir ulang, rasanya tidak mungkin, tapi bisa saja dugaan Sandy benar."Apa mungkin Ayuna yang menyebar video ini." Sandy bergumam. Hati kecilnya menolak untuk percaya jika istrinya sendiri yang menyebarkan video itu."Tapi untuk apa, lagi pula Ayuna tidak mungkin memiliki video ini." Sandy kembali bergumam. Tiba-tiba gawai miliknya berdering, dilayar terdapat nama Renita. Sandy menghembuskan napasnya, entah ada apa istrinya itu tiba-tiba menelpon. Khawatir ada yang penting, Sandy segera menggeser tombol berwarna hijau untuk menerima panggilan tersebut.[Halo ada apa][ …. ][Jadi kamu sudah lihat video itu][ …. ][Aku tidak tahu siapa yang menyebarnya. Tapi kamu tidak perlu khawatir, Dimas akan menyelidikinya][ …. ][Iya, ya sudah. Aku mau lanjut kerja dulu][ … ][Iya, nanti pulang dari kantor aku mampir]Sandy menghembuskan napasnya, lalu ia menaruh kembali handphone miliknya. Belum sempat Sandy memulai pekerjaannya, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Seorang wanita yang usianya sekitar 50 tahunan melangkah masuk ke dalam. Wanita tersebut tak lain adalah Regina, ibunda Sandy."Mama." Sandy cukup terkejut dengan kedatangan ibunya yang mendadak itu. Karena tidak biasanya sang ibu datang ke kantor."Kedatangan mama ke sini, karena ada yang ingin mama sampaikan." Regina melangkah menuju sofa dan duduk di sana.Sandy menghembuskan napasnya, lalu bangkit dan duduk berhadapan dengan ibunya. Sandy cukup penasaran dengan kedatangan ibunya. Sandy hanya menduga, jika kedatangan ibunya pasti berkaitan dengan pernikahan keduanya dengan Renita. Karena sehari sebelum ijab kabul, Regina sempat mengatakan untuk membatalkan pernikahan itu."Memangnya ada apa, ma?" tanya Sandy."Yang pertama, mama kecewa dengan perbuatan kamu. Bisa-bisanya kamu menghianati Ayuna, apa kurangnya dia. Ayuna itu wanita yang baik, dan harus kamu ingat. Ayuna itu sudah mengangkat derajat kamu, apa kamu melupakan itu semua," ungkap Regina. Mendengar itu seketika Sandy diam, ia tidak akan lupa dengan apa yang Ayuna lakukan dulu."Aku tidak lupa, ma. Aku sama sekali tidak berniat untuk menghianati Ayuna. Aku punya alasan tersendiri, kenapa itu bisa terjadi," sahut Sandy yang berusaha untuk membela diri."Apapun itu alasannya, mama tetap kecewa. Dan mama berencana untuk membatalkan niat mama yang dulu. Mama sudah memutuskan untuk memberikan harta mama hanya untuk Sabrina dan calon adiknya kelak," ujar Regina. Keputusannya sudah mantap, Sandy yang mendengar itu jelas terkejut."Ma, Killa juga cucu mama." Sandy protes dengan keputusan ibunya itu. Karena bagaimanapun juga Killa cucunya."Kamu memang benar, tapi mama melakukan ini karena ada alasannya. Mama juga kecewa sama kamu." Regina menarik napasnya."Kamu, Killa dan Renita itu sama saja. Jangan kamu pikir mama tidak tahu kelakuan kalian," ucap Regina seraya menatap putranya dengan tatapan mata yang tajam."Ya sudah, mama masih ada urusan yang lain." Regina bangkit dan beranjak meninggalkan ruangan tersebut. Setelah ibunya pergi, Sandy menyandarkan punggungnya di sandaran sofa."Kenapa semuanya harus kacau begini." Sandy memijit pelipisnya yang terasa pusing.***Waktu berjalan begitu cepat, pukul tujuh malam Sandy sampai di rumah. Sebelum pulang ke rumah Ayuna, laki-laki itu menyempatkan mampir ke rumah Renita. Bahkan atas keinginan Killa, Sandy makan malam di sana. Padahal sebelumnya Ayuna sudah mengirim pesan jika Sabrina ingin makan malam bareng.Tapi mau bagaimana lagi, Sandy tidak bisa menolak keinginan putrinya itu. Untuk masalah Sabrina, pasti bisa mengerti, toh selama ini Sandy lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan Sabrina, ketimbang dengan Killa. Dan untuk makan malam bersama, Sabrina jauh lebih sering.Setibanya di rumah, keadaan sudah sepi, Sandy melangkah menuju ruang tengah. Biasanya Ayuna dan Sabrina tengah menonton televisi. Tapi malam ini tidak, Sandy menghembuskan napasnya. Lalu memilih untuk masuk ke dalam kamarnya, setibanya di kamar, terlihat jika Ayuna baru saja keluar dari kamar mandi."Kamu sudah pulang, mas?" tanya Ayuna seraya melangkah mendekati suaminya. Tak lupa Ayuna mencium punggung tangan sang suami."Iya, apa Sabrina sudah tidur?" tanya Sandy. Mendekati itu Ayuna hanya mengangguk. Ia masih ingat bagaimana putrinya kecewa lantaran sang ayah lebih memilih Killa ketimbang dirinya."Oya, ada yang ingin mas tanyakan. Tapi tolong jawab dengan jujur." Sandy menatap istrinya dengan serius. Mendekati itu, Ayuna menjadi penasaran, dengan apa yang ingin suaminya itu tanyakan."Memangnya ada apa, mas." Ayuna menatap laki-laki yang ada di hadapannya itu."Apa kamu yang menyebarkan video ini." Sandy memperlihatkan sebuah video yang tengah viral di media sosial. Meskipun Sandy sudah menyuruh orang untuk mengurus video itu, tapi ternyata belum berhasil.Ayuna menyipitkan matanya. "Kamu nuduh aku, mas. Bahkan aku baru tahu kalau ternyata ada video kamu dan Renita yang …. ""Kamu jangan pura-pura, pasti kamu yang menyebarnya kan. Kamu sengaja maksa mas untuk menikah dengan Renita, dan kamu merekamnya untuk balas dendam dengan cara menyebarnya. Kamu mau karier suamimu ini hancur iya." Sandy memotong ucapan istrinya. Amarah yang awalnya berhasil Sandy redam, seketika membara kembali."Tidak ada untungnya aku melakukan itu, dan aku menyuruh kamu untuk menikahi Renita. Karena memang kamu harus bertanggung jawab," ujar Ayuna dengan begitu tenang."Sekarang giliran aku yang bertanya. Untuk apa kamu buat buku tabungan lagi, dan di sini tertera atas nama Renita." Ayuna mengambil sebuah buku tabungan dari dalam laci, lalu menyodorkannya tepat di depan mata suaminya. Sedetik kemudian mata Sandy melotot, bagaimana mungkin Ayuna menemukan buku tabungan tersebut.Sandy masih diam, ia tidak menyangka jika Ayuna mengetahui rahasia yang ia simpan. Sandy memang sengaja membuat buku tabungan atas nama Renita. Rencananya buku tabungan itu akan Sandy gunakan untuk biaya lahiran Renita nantinya. Sandy membuatnya setelah tahu Renita hamil."Sekarang kamu lancang ya, sudah berani mengambil sesuatu yang bukan hak kamu." Sandy merebut buku tabungan tersebut. Mendengar ucapan suaminya, Ayuna hanya menggelengkan kepalanya.Ayuna juga masih tidak menyangka jika selama ini suaminya sudah membohonginya. Jika saja Ayuna tidak menemukan buku tabungan itu, mungkin ia tidak akan pernah tahu betapa busuk kelakuan suaminya. Dan mungkin buku tabungan itu akan semakin gendut karena setiap bulannya pasti akan diisi oleh Sandy."Aku tidak mengambilnya, mas. Kamu saja yang terlalu ceroboh, menyimpan barang rahasia tidak ditempat yang aman. Dan satu lagi, seekor bangkai baunya akan tercium, meskipun sudah ditutup serapat mungkin," ungkap Ayuna. Matanya menatap sosok laki-
Sabrina dan Ayuna sudah sampai di sekolah, meskipun kecewa dengan ayahnya. Tapi bocah perempuan itu memaksakan diri untuk tetap tersenyum. Sabrina tidak ingin ibunya bersedih karena dirinya. Selama ini hanya ibunya yang mau mengerti, ayahnya memang menyayanginya. Tapi tetap ada perbedaan, terlebih sekarang sang ayah telah menikah lagi."Sayang, kamu baik-baik saja kan." Ayuna mengusap kepala putrinya."Sabrina baik-baik saja kok, bun." Sabrina mengangguk dengan tersenyum. Setelah itu mereka kembali fokus dengan acara yang ada.Selama acara berlangsung, Ayuna sama sekali tidak peduli dengan pesan yang dikirim oleh suaminya. Wanita hamil itu memilih fokus dengan acara yang ada, terlebih ketika pengumuman siapa yang menjadi peringkat pertama. Sungguh, Ayuna benar-benar bangga dengan putrinya. Sabrina kembali menjadi juara kelas, bahkan bocah itu menjadi juara lomba Matematika tingkat nasional."Selamat ya, sayang. Bunda benar-benar bangga sama kamu." Ayuna menciumi wajah putrinya dengan
Di lain tempat saat ini Sandy tengah menemani Renita ke dokter kandungan. Entah kenapa jadwalnya harus bersamaan dengan hari ulang tahun Sabrina. Berkali-kali Sandy menghembuskan napasnya, ia kembali mengecewakan putrinya. Sandy khawatir jika nantinya tidak mendapatkan maaf dari Sabrina.Awalnya Sandy sudah meminta Renita untuk menunda besok, tapi wanita itu tetap kekeh untuk pergi ke dokter kandungan hari ini. Jika sudah seperti ini, Sandy tidak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah dan mengalah. Dan akhirnya, Sabrina yang kecewa karena dirinya tidak datang. Padahal kado untuk putrinya sudah Sandy siapkan jauh hari."Sabrina, maafkan papa. Setelah ini papa langsung ke rumah," ujar Sandy. "Mas, kamu lagi mikirin apa sih. Perasaan dari tadi kamu diem terus, kamu nggak seneng ya dengan kondisi calon anak kita." Renita menepuk pundak suaminya, sontak Sandy terkejut. Laki-laki itu menghembuskan napasnya, lalu berusaha untuk tetap bersikap tenang."Aku seneng kok," kata Sandy."Jenis kelami
Sandy menghembuskan napasnya, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Setelah itu ia memutuskan untuk menjatuhkan bobotnya di sofa. Sandy akan menunggu sampai Sabrina pulang. Ia harus bisa mengambil hati putrinya kembali. Dan semoga saja Renita dan Killa tidak berulah. Selang beberapa menit Ayuna datang dengan membawa secangkir kopi. Sandy tersenyum, karena ternyata istrinya masih peduli padanya. Sandy pikir Ayuna akan lupa dengan kewajibannya, tapi ternyata tidak. Justru Renita yang tidak pernah ingat akan kewajibannya sebagai seorang istri. Alasannya, karena hamil."Terima kasih," ucap Sandy, sementara Ayuna hanya mengangguk."Oya, kapan jadwal kamu kontrol ke dokter kandungan lagi?" tanya Sandy. Mendengar itu Ayuna mengangguk, lantas duduk dengan perlahan."Hari senin besok, mas. Memangnya kenapa." Ayuna balik bertanya, mendengar itu Sandy sedikit terkejut. Istrinya yang sekarang sedikit berubah setelah ia menikah lagi."Mas temenin ya, mas juga ingin tahu bagaimana perkembangannya.
Satu jam telah berlalu, Sandy baru pulang dari klinik. Akibat luka di pelipis Killa, laki-laki itu membawa putrinya ke klinik untuk diobati. Awalnya Sandy ingin mengobatinya sendiri, karena jika dilihat lukanya tidak terlalu parah. Tapi Renita memaksanya untuk dibawa ke klinik.Sandy tidak bisa berbuat apa-apa, terlebih Killa yang terus menangis. Saking paniknya, Sandy sampai lupa dengan Sabrina. Setibanya di rumah, Sandy langsung mencari keberadaan putrinya itu. Tapi belum sempat laki-laki itu menggerakkan kakinya. Ayuna datang dengan tergesa-gesa."Ayuna kamu …. ""Di mana Sabrina, kamu apakan Sabrina." Ayuna langsung menghampiri Renita, bahkan wanita hamil hendak menarik rambut panjang Renita, tapi dengan cepat Sandy menahannya."Ayuna jangan begini, sebenarnya ada apa." Sandy berusaha untuk tetap bersikap tenang."Kamu tanyakan sendiri sama dia, mas. Apa yang sudah dia lakukan pada Sabrina," ujar Ayuna dengan napas yang ngos-ngosan."Sekarang Sabrina ada di mana." Ayuna menatap Re
Untuk sesaat keduanya sama-sama diam, Sandy masih tidak menyangka jika semuanya akan seperti sekarang ini. Yang Sandy inginkan, Ayuna tetap menjadi istrinya, tapi sepertinya itu mustahil. Mengingat jika istri pertamanya itu tetap kekeh untuk bercerai. Sandy tidak bisa membayangkan jika nantinya Ayuna bersanding dengan laki-laki lain.Sandy mengusap wajahnya dengan gusar, laki-laki itu kembali teringat akan ucapan ibunya yang mungkin lebih tepatnya sebagai pesan. Ya, Regina pernah berpesan agar putranya mau melepaskan Ayuna dengan cara baik-baik. Regina sangat menyayangi Ayuna, meski hanya seorang menantu, tetapi sudah seperti putri sendiri. Itu sebabnya ia tidak ingin menantunya itu menderita."Baiklah, jika memang itu sudah menjadi keputusan kamu. Walaupun sesungguhnya mas tidak ingin kita bercerai," kata Sandy. Berharap Ayuna mau mempertimbangkan lagi keputusannya itu."Kalau saja kamu tidak bermain api, mungkin kita masih bisa bersama," ujar Ayuna. Mendengar itu Sandy hanya mengang
Ayuna tersenyum. "Terima kasih atas talaknya, mas. Mudah-mudahan kamu tidak menyesal sudah menyebutkan kalimat keramat itu. Setelah ini aku yang akan mengurus semuanya, kamu tinggal terima beres."Sandy diam, ia pikir Ayuna akan menangis ketika kata talak terucap. Tapi kenyataannya tidak, justru Ayuna terlihat bahagia setelah Sandy menjatuhkan talak. Ada rasa menyesal karena sudah terburu-buru menjatuhkan talak. Rasa cemburu yang membuat Sandy tidak bisa berpikir jernih. Padahal selama ini ia yang sudah berhianat."Kita jadi pulang sekarang?" tanya Hans dengan sangat hati-hati. Khawatir akan memicu pertengkaran, meskipun sejujurnya ia merasa kasihan dengan Ayuna. Tapi Hans tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga mereka."Iya, soalnya sebentar lagi Sabrina pulang dari sekolah. Aku harus menjemputnya," sahut Ayuna. Mendengar itu Sandy semakin meradang, ia benar-benar tidak rela jika Ayuna bersanding dengan laki-laki lain."Ayuna, biar mas yang antar kamu pulang." Sandy mencekal perg
Ayuna tersenyum, cukup lumayan memberikan Renita syok terapi. Kebanyakan pelakor memang tidak tahu diri, dan hanya memandang dari luar. Tidak tahu bagaimana dalamnya, bagaimana susahnya hidup dari nol sampai sukses. Tapi setelah sukses orang yang menemaninya seakan tidak berarti apa-apa.Kehadiran orang ketiga selalu memicu pertengkaran antara suami dengan istri. Sama seperti yang Ayuna dan Sandy alami saat ini. Awalnya Ayuna berusaha untuk sabar, tapi kenyataannya rasa sabar itu tak semudah yang dibayangkan. Terlebih setelah mengetahui fakta yang sesungguhnya. Ayuna lebih memilih untuk mundur demi kewarasannya."Nggak bisa gitu dong. Aku nggak terima, itu utang mas Sandy sama kamu. Ya harus kalian yang selesaikan, tidak ada urusannya sama aku." Renita menolak untuk membantu Sandy melunasi hutang. Menurutnya, itu bukan urusannya, apa lagi Renita tidak ikut berhutang."Kamu sudah mengambil mas Sandy dariku, dari Sabrina dan calon adiknya. Dan sekarang kamu menolak untuk membantu meluna