"Jadi kamu tidak mau mengaku." Sandy menatap tajam wanita yang berdiri di hadapannya itu. Kesabarannya sudah cukup terkuras, karena akhir-akhir ini Renita kerap kali membuat ulah. Jika boleh jujur, Sandy sudah tidak tahan lagi menjalin rumah tangga bersama dengan Renita."Untuk apa aku mengaku, kalau aku saja tidak tahu dan tidak pernah merasa membeli barang itu," ujar Renita. Ia terus membela diri karena memang Renita tidak pernah merasa membeli atau mempunyai barang yang suaminya itu temukan. Sungguh, Renita sendiri bingung, kenapa barang itu bisa ada di dalam tas miliknya."Ok, tapi ingat jika kamu terbukti bersalah, aku tidak segan-segan untuk memberi pelajaran untukmu." Setelah mengatakan itu, Sandy memilih untuk keluar dari kamar. Rasanya ia benar-benar sangat lelah, karena setelah bekerja. Sandy harus mengurus Aluna dan Killa, sementara Renita pergi bersama teman-temannya."Arrrrgght sial. Kenapa barang itu bisa ada di tas sih, siapa yang sudah menaruhnya. Apa mungkin ini kerja
"Lepas, sakit tahu." Renita berusaha untuk memberontak, tetapi tenaga wanita itu cukup kuat. Sungguh baru kali ini Renita berhadapan dengan wanita seperti Amel."Diam kamu! Wanita murahan!" bentaknya. Renita benar-benar tidak terima jika dikatakan wanita murahan. Ingin rasanya Renita mencabik-cabik mulut Amel yang asal bicara itu."Aku bukan wanita murahan, asal kamu tahu. Suamimu lebih memilihku karena memang aku lebih cantik. Dan setelah pulang dari sini kami akan menikah. Seharusnya kamu sadar, alasan kenapa suamimu memilih untuk selingkuh, karena kamu jelek. Duit banyak tapi tidak bisa .... "Plak, plak, dua tamparan mendarat tepat di pipi Renita. "Jaga mulut kamu ya, suamiku tidak mungkin tergoda sama ular sepertimu, jika kamu tidak lebih dulu menggodanya. Dimana-mana wanita murahan pasti akan mencari cara untuk bisa menggaet suami orang."Renita memegangi pipinya yang terasa panas, ia tidak terima dengan semua ucapan yang keluar dari mulut Amel, istri sah Dony, lelaki yang bersa
Sandy menatap tajam wanita yang berdiri di hadapannya itu. Selama ini ia tidak menyangka jika akan dihianati oleh Renita. Sandy pikir istrinya sudah berubah jauh lebih baik, tapi ternyata dugaannya salah. Renita tega berhianat, dan lebih parahnya lagi. Istrinya itu sampai melakukan hubungan suami istri dengan laki-laki lain."Jadi selama ini kamu bohongi aku, iya?!" tanya Sandy dengan suara tinggi. Kesabarannya benar-benar sudah hilang, ia pikir Renita sudah berubah, tapi kenyataannya tidak.Renita menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu, aku bisa jelasin semuanya.""Apa yang akan kamu jelaskan." Sandy menatap tajam Renita."Itu bukan aku, mungkin itu editan. Kamu tahu sendiri kan jaman sekarang banyak yang suka edit foto hanya untuk …. ""Kamu tidak sedang mengelabuiku kan." Sandy memotong ucapan istrinya, lalu menatapnya dengan tatapan mata yang tajam."Aku tidak bohong mas," kata Renita. Sedangkan Sandy hanya diam tanpa merespon ucapan istrinya.Sandy menghembuskan napasnya dengan k
Semenjak Renita bercerai dengan Sandy, dia harus banting tulang sendiri untuk mendapatkan uang. Beruntung Renita bertemu dengan Alex, kenalan lamanya, dan sekarang dia bekerja bersama dengan laki-laki itu sebagai foto model majalah dewasa. Karena Renita tidak punya pilihan lain. Dari pada tidak punya uang.Meskipun Renita sudah mempunyai seorang anak, tapi tubuhnya masih seperti seorang gadis. Apa lagi tubuh Renita begitu terawat, putih bersih tanpa cacat. Awalnya Renita ingin pergi mencari ibunya, tapi di jalan ia bertemu dengan Alex. Lalu ia menceritakan apa yang dialaminya, Alex yang merasa kasihan akhirnya ia memberikan pekerjaan."Alex hari ini aku libur dulu ya. Soalnya badan aku .... ""Kamu bilang apa tadi, libur. Enak banget ya, eh aku mengijinkan kamu untuk tinggal di sini tidak gratis. Kamu harus bekerja untukku, hari ini ada pemotretan, dan juga ada seseorang yang memesan jasamu, jadi kamu harus pergi." Alex memotong ucapan Renita, seketika wanita itu terdiam. "Memesan j
"Apa mama mau merawat Aluna dan Killa, karena mama sangat membenci Renita." Sandy bergumam. Dipandanginya wajah kedua putrinya. Wajahnya sangat mirip dengan Renita, terlebih bibir dan senyumnya."Renita, kamu benar-benar keterlaluan. Kamu adalah wanita terjahat yang pernah aku temui. Menyesal aku memperjuangkan kamu, dan sekarang aku harus kehilangan Ayuna," ujar Sandy. Tapi penyesalannya saat ini tidak ada gunanya lagi. Karena semuanya sudah terlambat.Sandy mengusap wajahnya dengan gusar, lalu memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, sementara Aluna ada di tengah dan Killa ada di pinggir. Sandy menatap langit-langit kamarnya, kebutuhan kedua putrinya saja banyak, dan sekarang ditambah untuk biaya berobat dirinya. Belum lagi untuk membayar kontrakan setiap bulannya.Tiba-tiba saja Aluna terbangun lalu menangis, Sandy yang hendak memejamkan mata, akhirnya kembali terjaga. Mendengar putrinya yang menangis, gegas Sandy bangkit lalu menepuk-nepuk pantat Aluna. Aluna memang
"Anak bunda kenapa? Kok habis liburan sama papa mukanya cemberut gitu sih. Liburannya kurang lama atau …. ""Sabrina nggak mau liburan bareng sama kak Killa dan tante Renita lagi, bun. Papa cuma sibuk sama mereka saja." Sabrina memotong ucapan ibundanya. Mendengar aduan dari sang putri, lantas Ayuna terdiam.Bukankah jadwal liburan kali ini bersama dengan Sabrina, tapi kenapa Killa dan Renita juga ikut. Jujur, pikiran Ayuna mendadak tidak karuan, namun sebisa mungkin ia tetap berpikir positif. Ayuna menghembuskan napasnya, lalu meminta putrinya untuk istirahat di kamarnya."Ya sudah, nanti bunda coba ngomong sama papa. Sekarang kamu istirahat saja ya," ucap Ayuna seraya mengusap kepala putrinya itu."Iya, bun." Sabrina mengangguk. Lalu beranjak meninggalkan ibunya yang berada di ruang tengah."Sayang, maaf ya. Mas tidak beli oleh-oleh untuk kamu. Soalnya mas nggak sempat," ujar Sandy, suami Ayuna. Bahkan laki-laki berkaca mata itu langsung menjatuhkan bobotnya di sofa."Iya, mas. Ngga
Cukup lama keduanya sama-sama diam, jika boleh jujur. Ayuna tidak ingin suaminya menikah lagi, tapi perbuatannya itu harus dipertanggung jawabkan. Sedangkan Sandy sendiri menyesal karena sudah menodai pernikahannya dengan Ayuna. Wanita yang telah mengangkat derajatnya. Andai bukan karena Ayuna, mungkin saat ini Sandy masih terpuruk."Ayuna, tolong jangan paksa mas untuk menikah dengan Renita. Mas memang salah karena sudah menghianati kamu, mas khilaf." Sandy menggenggam erat tangan istrinya. Sedangkan Ayuna masih diam."Ayuna, kamu sedang hamil. Kamu tidak boleh berpikir yang macam-macam," ucap Sandy. Mendengar itu Ayuna lamtas tersenyum. "Aku tidak akan pernah berpikir macam-macam kalau saja kamu tidak berulah, mas." Ayuna bangkit dan meninggalkan suaminya yang masih diam.Ayuna melangkah keluar dari kamarnya, wanita itu memilih untuk melihat putrinya, apakah sudah siap untuk berangkat ke sekolah atau belum. Setibanya di kamar Sabrina, terlihat jika bocah perempuan itu tengah memaka
Sandy mengusap wajahnya dengan gusar, ia merasa jika istrinya sengaja menghindar. Padahal Sandy ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan istrinya. Jika boleh jujur, Sandy sama sekali tidak ingin menikah lagi. Tapi Ayuna memaksa, Renita pun demikian. Bahkan Renita sempat mengancam akan bunuh diri."Kenapa semuanya jadi kacau begini sih." Sandy mengacak-acak rambutnya. Ada perasaan menyesal karena sudah menghianati wanita sebaik Ayuna, menodai pernikahannya yang hampir delapan tahun itu.Tiba-tiba saja gawai miliknya berdering, awalnya Sandy abaikan. Tapi benda pipih miliknya itu terus berdering, khawatir ada yang penting. Sandy mengambil gawai miliknya, lalu ia periksa. Sandy menghembuskan napasnya, setelah tahu jika ternyata Renita yang menelpon.[Halo ada apa][ …. ][Kamu muntah-muntah, ya sudah aku ke sana sekarang][ … ][Iya. Ya sudah aku tutup dulu teleponnya]Sandy menghembuskan napasnya setelah sambungan telepon terputus. Padahal malam ini Sandy berencana untuk tidur di