“Tuan, apakah anda tak ingin menunggu nyonya untuk bangun?” Tanya Victor pada Dariel.Dariel yang tengah malam datang ke rumah Lucia secara diam-diam langsung kembali setelah Lucia tertidur dengan sangat pulas.“Tidak, bukan waktu yang tepat untuk bertemu dengannya saat ini. Kita akan kembali ke markas.” Ucap Dariel dengan dingin.Dia hanya ingin melihat wanita itu, dia merindukannya namun karena konflik yang membuat mereka tak bisa bertemu secara normal seperti biasanya.Victor mengangguk memahami keputusan Dariel. Dia tahu bahwa situasi antara Dariel dan Lucia sangat rumit, terutama setelah Dariel mengetahui tentang rencana perceraian yang diajukan oleh Lucia."Mungkin memang lebih baik begitu, tuan," kata Victor. "Kita akan kembali ke markas seperti yang Anda katakan."Dariel dan Victor pergi, meninggalkan rumah Lucia yang hening. Dalam kegelapan malam, Dariel merenung tentang semua yang telah terjadi dan bagaimana konflik antara XFox dan Swartwolf telah merusak hubungannya dengan
“Kau sudah bisa berjalan?!” Tuan Abert yang baru melihat cucunya sejak dia koma kemarin langsung terkejut. Dia tak menyangka Dariel bisa berjalan setelah bertahun-tahun lamanya.Dia langsung berdiri dan menghampiri Dariel dengan suka cita.Dariel hanya bersikap datar melihat reaksi gembira kakeknya. "Ya. Keajaiban terjadi, dan aku bisa berjalan lagi.""Itu adalah berita yang luar biasa, Dariel. Aku sangat bersyukur melihatmu berdiri di hadapanku lagi."“Ya, tapi aku datang tidak hanya untuk memberitahumu jika aku sudah berdiri. Tapi ada hal yang ingin membicarakan suatu hal yang penting.” Ucap Dariel dengan dingin.Tuan Abert melihat ke arah cucunya tersebut, jika Dariel sudah mengatakan dengan nada serius pasti ada masalah yang serius.Tuan Abert merasakan kekhawatiran saat melihat ekspresi serius cucunya. "Tentu, Dariel. Silahkan, katakan apa yang ingin kau bicarakan."“Tentang rapat dengan dewan. Apa kau tahu Ernest sedang mengumpulkan masa sekarang?” Tanya Dariel dengan dingin.Tu
Di persimpangan jalan menuju ke rumahnya, Lucia berjalan dengan tenang. Kompleks perumahannya cukup sepi saat malam hari. Memang disini semua hidup sebagai individu masing-masing dan jarang bersosialisasi dengan tetangga sekitarnya.Saat dia berbelok untuk menuju ke halaman rumahnya dia seperti melihat siluet pria yang seperti sedang berdiri di depan rumahnya.“Siapa dia?” Gumam Lucia karena dia merasa tak asing dengan punggungnya yang membelakangi posisinya saat ini.Lucia melangkah lebih dekat, mencoba melihat lebih jelas siapa pria tersebut. Pria itu berdiri di bawah cahaya lampu jalan yang redup, sehingga wajahnya tidak terlihat dengan jelas. Tetapi ada sesuatu yang sangat familiar dalam postur tubuhnya, yang membuat Lucia merasa khawatir dan penasaran."Dariel?" gumam Lucia dalam hati sambil melangkah lebih dekat ke arah pria tersebut. Dia merasa tidak sabar untuk mengkonfirmasi apakah benar ini Dariel, pria yang sudah lama tidak terlihat.Ketika Lucia semakin mendekati pria itu,
Pemeriksaan fisik Dariel dimulai dari pagi tadi, segala rangkaian pemeriksaan telah Dariel lakukan.Lucia gang di bantu dengan asisten dokternya langsung mengobservasi apakah ada masalah pasca operasi Dariel bulan lalu.Setelah memeriksanya dia langsung menemui Dariel."Aku tak menemukan ada masalah, lalu apa yang masih kau rasakan?" Tanya Lucia untuk bertindak lebih lanjut agar dia memberi penanganan yang baik."Aku merasa punggungku sakit setiap malam dan kakiku belum sepenuhnya normal." Ucap Dariel dengan tenang.Lucia mengernyitkan dahinya mendengar keluhan Dariel. "Punggung yang sakit dan masalah dengan kaki yang belum pulih adalah tanda bahwa ada beberapa komplikasi pasca operasi. Aku perlu melakukan lebih banyak pemeriksaan dan perawatan untuk memastikan semuanya baik-baik saja."Dia segera mengatur jadwal pemeriksaan tambahan dan terapi fisik lebih lanjut untuk Dariel, berusaha menjaga agar kondisinya membaik.“Aku akan memberikanmu obat yang mungkin bisa membuat fisikmu lebih
Semakin malam semakin tegang. Ellard segera bergerak cepat. Dia mengumpulkan pasukannya dan memberikan instruksi dengan tegas. Mereka segera menuju penjara sayap barat untuk menghadapi serangan XFox.Saat mereka tiba di penjara, pertempuran sudah berkecamuk. Xfox telah mengepung penjara dan berusaha untuk membobolnya. Ellard dan pasukannya segera bergabung dalam pertempuran sengit. Mereka berjuang mati-matian untuk melindungi tahanan mereka dan mengusir serangan XFox.Pertempuran berlangsung sengit dan panjang. Kedua pihak saling berhadapan dengan tekad yang kuat. Ellard dan pasukannya menggunakan strategi dan keahlian tempur mereka untuk mengatasi serangan XFox. Mereka berusaha mati-matian untuk mempertahankan penjara dan melindungi tahanan mereka.Di tengah pertempuran, Ellard teringat pada Lucia dan berharap dia dalam keadaan aman. Dia berharap bahwa Lucia tidak akan terlibat dalam pertempuran ini dan tetap berada di tempat yang aman.Pertempuran terus berlanjut, dan Ellard dan pas
“Ayah?”Lucia menghampiri ranjang rumah sakit ayahnya yang memang benar-benar terbaring lemah, dia tak menyangka ayahnya bisa masuk rumah sakit karena terakhir kali mereka bertemu keadaan ayahnya sangat sehat dan bugar.“Lucia.” Ucap tuan Stephen dengan lemah.“Lucia, ayahmu sakit, dia dalam keadaan kritis.” Nyonya Lauren terlihat tampak sangat sedih di depan anak tirinya itu.“Bagaimana bisa terjadi? apa yang terjadi dengan ayah sebelumnya?” Tanya Lucia, dia ingin mencari tahu apa yang membuat ayahnya sampai masuk ke rumah sakit.Nyonya Lauren tampak sangat terpukul. "Kami baru menemukan bahwa ayahmu menderita penyakit serius dalam beberapa bulan terakhir. Dia merasa tidak ingin memberatkanmu dengan masalah ini, jadi dia memilih untuk menjalani perawatan dengan diam-diam."Lucia merasa campur aduk mendengar penjelasan ibu tirinya. Meskipun hubungannya dengan ayahnya tidak selalu baik, tetapi dia masih merasa peduli dan khawatir tentang kondisinya."Bagaimana kabar ayah sekarang? Apak
Lucia berjalan tak tentu arah, dia merasa sangat kecewa dengan ayahnya. Sejak kembali dari rumah sakit dia memilih untuk berjalan kaki meskipun dia tahu jarak rumahnya sangat jauh.Tapi dia memilih untuk tetap berjalan kaki agar meredakan rasa sakit hatinya ini. Meskipun hampir malam dia tak merasa ketakutan apalagi kelelahan.Dia berjalan ke tempat pemakaman umum dimana makam ibunya berada, makan disini sangat terawat namun sekarang terlihat sangat sepi karena matahari bahkan hampir benar-benar tenggelam.Untungnya terdapat lampu makam yang membuat Lucia bisa melihat jalan yang dia lewati.Namun, dia bisa melihat seseorang dari tempatnya berjalan ada pria yang sedang duduk dan menghadap ke makam ibunya.“Siapa dia?” Gumam Lucia, dia langsung berjalan cepat untuk menghampiri siapa yang sedang mengunjungi makam ibunya.“Tuan Kaizer?”Tuan Kaizer yang tengah duduk di depan makam ibu Lucia menoleh saat mendengar suara Lucia memanggilnya. Ekspresi kaget dan terkejut terlihat di wajahnya.
“Terima kasih, tuan atas tumpangannya.” Ucap Lucia setelah dia keluar dari mobil tuan Kaizer.Tuan Kaizer pun mengangguk, “Bisakah kau memanggilku ayah saja? panggilan tuan terlalu formal untuk kita.” Ucap Tuan Kaizer dengan lembut.Lucia sedikit canggung untuk memanggil pria di depannya dengan sebutan ‘ayah’. Tapi melihat kebaikan pria itu dan hubungan masa lalu ibunya membuatnya mengangguk.“Aku akan memanggilmu ayah, apakah ayah akan mampir?” Tanya Lucia dengan tersenyum lembut.Tuan Kaizer menggeleng, “Aku ada beberapa pekerjaan yang harus aku kerjakan, lain waktu aku akan mampir.” Ucap tuan Kaizer dengan lembut.Lucia tersenyum. "Baiklah, Ayah. Sampai jumpa lain waktu, dan terima kasih lagi atas semuanya."Tuan Kaizer juga tersenyum dan melanjutkan perjalanan dengan mobilnya. Lucia melihat mobil itu menjauh, merasa sangat beruntung telah bertemu dengan pria yang penuh kebaikan ini. Setelah itu, dia masuk ke dalam kediamannya.“Kau sudah pulang?” Tiba-tiba suara pria muncul tiba-t