“Kau sudah bisa berjalan?!” Tuan Abert yang baru melihat cucunya sejak dia koma kemarin langsung terkejut. Dia tak menyangka Dariel bisa berjalan setelah bertahun-tahun lamanya.Dia langsung berdiri dan menghampiri Dariel dengan suka cita.Dariel hanya bersikap datar melihat reaksi gembira kakeknya. "Ya. Keajaiban terjadi, dan aku bisa berjalan lagi.""Itu adalah berita yang luar biasa, Dariel. Aku sangat bersyukur melihatmu berdiri di hadapanku lagi."“Ya, tapi aku datang tidak hanya untuk memberitahumu jika aku sudah berdiri. Tapi ada hal yang ingin membicarakan suatu hal yang penting.” Ucap Dariel dengan dingin.Tuan Abert melihat ke arah cucunya tersebut, jika Dariel sudah mengatakan dengan nada serius pasti ada masalah yang serius.Tuan Abert merasakan kekhawatiran saat melihat ekspresi serius cucunya. "Tentu, Dariel. Silahkan, katakan apa yang ingin kau bicarakan."“Tentang rapat dengan dewan. Apa kau tahu Ernest sedang mengumpulkan masa sekarang?” Tanya Dariel dengan dingin.Tu
Di persimpangan jalan menuju ke rumahnya, Lucia berjalan dengan tenang. Kompleks perumahannya cukup sepi saat malam hari. Memang disini semua hidup sebagai individu masing-masing dan jarang bersosialisasi dengan tetangga sekitarnya.Saat dia berbelok untuk menuju ke halaman rumahnya dia seperti melihat siluet pria yang seperti sedang berdiri di depan rumahnya.“Siapa dia?” Gumam Lucia karena dia merasa tak asing dengan punggungnya yang membelakangi posisinya saat ini.Lucia melangkah lebih dekat, mencoba melihat lebih jelas siapa pria tersebut. Pria itu berdiri di bawah cahaya lampu jalan yang redup, sehingga wajahnya tidak terlihat dengan jelas. Tetapi ada sesuatu yang sangat familiar dalam postur tubuhnya, yang membuat Lucia merasa khawatir dan penasaran."Dariel?" gumam Lucia dalam hati sambil melangkah lebih dekat ke arah pria tersebut. Dia merasa tidak sabar untuk mengkonfirmasi apakah benar ini Dariel, pria yang sudah lama tidak terlihat.Ketika Lucia semakin mendekati pria itu,
Pemeriksaan fisik Dariel dimulai dari pagi tadi, segala rangkaian pemeriksaan telah Dariel lakukan.Lucia gang di bantu dengan asisten dokternya langsung mengobservasi apakah ada masalah pasca operasi Dariel bulan lalu.Setelah memeriksanya dia langsung menemui Dariel."Aku tak menemukan ada masalah, lalu apa yang masih kau rasakan?" Tanya Lucia untuk bertindak lebih lanjut agar dia memberi penanganan yang baik."Aku merasa punggungku sakit setiap malam dan kakiku belum sepenuhnya normal." Ucap Dariel dengan tenang.Lucia mengernyitkan dahinya mendengar keluhan Dariel. "Punggung yang sakit dan masalah dengan kaki yang belum pulih adalah tanda bahwa ada beberapa komplikasi pasca operasi. Aku perlu melakukan lebih banyak pemeriksaan dan perawatan untuk memastikan semuanya baik-baik saja."Dia segera mengatur jadwal pemeriksaan tambahan dan terapi fisik lebih lanjut untuk Dariel, berusaha menjaga agar kondisinya membaik.“Aku akan memberikanmu obat yang mungkin bisa membuat fisikmu lebih
Semakin malam semakin tegang. Ellard segera bergerak cepat. Dia mengumpulkan pasukannya dan memberikan instruksi dengan tegas. Mereka segera menuju penjara sayap barat untuk menghadapi serangan XFox.Saat mereka tiba di penjara, pertempuran sudah berkecamuk. Xfox telah mengepung penjara dan berusaha untuk membobolnya. Ellard dan pasukannya segera bergabung dalam pertempuran sengit. Mereka berjuang mati-matian untuk melindungi tahanan mereka dan mengusir serangan XFox.Pertempuran berlangsung sengit dan panjang. Kedua pihak saling berhadapan dengan tekad yang kuat. Ellard dan pasukannya menggunakan strategi dan keahlian tempur mereka untuk mengatasi serangan XFox. Mereka berusaha mati-matian untuk mempertahankan penjara dan melindungi tahanan mereka.Di tengah pertempuran, Ellard teringat pada Lucia dan berharap dia dalam keadaan aman. Dia berharap bahwa Lucia tidak akan terlibat dalam pertempuran ini dan tetap berada di tempat yang aman.Pertempuran terus berlanjut, dan Ellard dan pas
“Ayah?”Lucia menghampiri ranjang rumah sakit ayahnya yang memang benar-benar terbaring lemah, dia tak menyangka ayahnya bisa masuk rumah sakit karena terakhir kali mereka bertemu keadaan ayahnya sangat sehat dan bugar.“Lucia.” Ucap tuan Stephen dengan lemah.“Lucia, ayahmu sakit, dia dalam keadaan kritis.” Nyonya Lauren terlihat tampak sangat sedih di depan anak tirinya itu.“Bagaimana bisa terjadi? apa yang terjadi dengan ayah sebelumnya?” Tanya Lucia, dia ingin mencari tahu apa yang membuat ayahnya sampai masuk ke rumah sakit.Nyonya Lauren tampak sangat terpukul. "Kami baru menemukan bahwa ayahmu menderita penyakit serius dalam beberapa bulan terakhir. Dia merasa tidak ingin memberatkanmu dengan masalah ini, jadi dia memilih untuk menjalani perawatan dengan diam-diam."Lucia merasa campur aduk mendengar penjelasan ibu tirinya. Meskipun hubungannya dengan ayahnya tidak selalu baik, tetapi dia masih merasa peduli dan khawatir tentang kondisinya."Bagaimana kabar ayah sekarang? Apak
Lucia berjalan tak tentu arah, dia merasa sangat kecewa dengan ayahnya. Sejak kembali dari rumah sakit dia memilih untuk berjalan kaki meskipun dia tahu jarak rumahnya sangat jauh.Tapi dia memilih untuk tetap berjalan kaki agar meredakan rasa sakit hatinya ini. Meskipun hampir malam dia tak merasa ketakutan apalagi kelelahan.Dia berjalan ke tempat pemakaman umum dimana makam ibunya berada, makan disini sangat terawat namun sekarang terlihat sangat sepi karena matahari bahkan hampir benar-benar tenggelam.Untungnya terdapat lampu makam yang membuat Lucia bisa melihat jalan yang dia lewati.Namun, dia bisa melihat seseorang dari tempatnya berjalan ada pria yang sedang duduk dan menghadap ke makam ibunya.“Siapa dia?” Gumam Lucia, dia langsung berjalan cepat untuk menghampiri siapa yang sedang mengunjungi makam ibunya.“Tuan Kaizer?”Tuan Kaizer yang tengah duduk di depan makam ibu Lucia menoleh saat mendengar suara Lucia memanggilnya. Ekspresi kaget dan terkejut terlihat di wajahnya.
“Terima kasih, tuan atas tumpangannya.” Ucap Lucia setelah dia keluar dari mobil tuan Kaizer.Tuan Kaizer pun mengangguk, “Bisakah kau memanggilku ayah saja? panggilan tuan terlalu formal untuk kita.” Ucap Tuan Kaizer dengan lembut.Lucia sedikit canggung untuk memanggil pria di depannya dengan sebutan ‘ayah’. Tapi melihat kebaikan pria itu dan hubungan masa lalu ibunya membuatnya mengangguk.“Aku akan memanggilmu ayah, apakah ayah akan mampir?” Tanya Lucia dengan tersenyum lembut.Tuan Kaizer menggeleng, “Aku ada beberapa pekerjaan yang harus aku kerjakan, lain waktu aku akan mampir.” Ucap tuan Kaizer dengan lembut.Lucia tersenyum. "Baiklah, Ayah. Sampai jumpa lain waktu, dan terima kasih lagi atas semuanya."Tuan Kaizer juga tersenyum dan melanjutkan perjalanan dengan mobilnya. Lucia melihat mobil itu menjauh, merasa sangat beruntung telah bertemu dengan pria yang penuh kebaikan ini. Setelah itu, dia masuk ke dalam kediamannya.“Kau sudah pulang?” Tiba-tiba suara pria muncul tiba-t
“Ayahmu meminta harta yang baru saja kau dapatkan setelah pencairan asuransi itu?” Tanya Dariel dengan terkejut.Mereka saat ini sedang mengobrol santai setelah terapi yang dilakukan oleh Dariel selesai. Lucia mengangguk, “Bela ingin menikah dengan Ernest dan syarat yang berikan oleh sepupu mu itu adalah saham minimal lima persen dari Filbert Group.” Ucap Lucia dengan jujur.“Apakah kau memberikannya?” Tanya Dariel dengan serius.Lucia menggeleng pelan.Dariel terlihat memikirkan situasi ini dengan serius. "Jadi, apa rencanamu? Apakah kau berencana memberikan harta tersebut kepada Bela?"Lucia menggigit bibirnya ragu-ragu. "Aku belum tahu, Dariel. Aku ingin membantu adik tiriku, tapi itu juga berarti harus merelakan harta yang ibuku tinggalkan padaku."Dariel meraih tangan Lucia dengan lembut. "Keputusan ini sepenuhnya ada pada dirimu, Lucia. Yang penting, pastikan kau membuat keputusan yang kau rasa benar dan yang tidak akan membuatmu menyesal di kemudian hari."Lucia tersenyum kepa
Kabar kehamilan kedua Lucia disambut dengan penuh suka cita oleh semua orang.Bahkah saat mendengar ibunya mengandun seorang adik, Ethan tampak sangat senang dan berharap adiknya perempuan agar bisa dia jaga dan sayangi sepenuhnya.“Kapan adik akan muncul, bu?” Tanya Ethan dengan begitu antusias.“Adikmu akan lahir ketika kandungan ibu sudah mencapai sembilan bulan.” Jelas Lucia dengan penuh kelembutan pada putranya.“Lalu sekarang sudah berapa bulan? Aku sungguh tak sabar ingin menggendong adik.” Ucap Ethan dengan semangat.“Ini kemungkinan memasuki minggu ke lima, jadi kau harus bersabar. Okey?” Ucap Lucia sambil mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Ethan begitu bersemangat menunggu kehadiran adiknya yang diinginkannya. Setiap hari, ia terus menanyakan kapan adiknya akan lahir, dan kegembiraan serta antusiasme dalam suaranya tak terbendung."Minggu ke lima? Artinya adik akan datang dalam tujuh bulanan lagi, benar?" tanya Ethan dengan riang, matanya berbinar-binar."Ya
“Ceritakan pada kami, sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Dariel dengan serius pada Vinn.Sebagai orang yang mengenal Vinn cukup lama, Dariel terkejut ketika Vinn sudah memiliki putri sebesar putranya bahkan Vinn belum menikah.Namun, Vinn terlihat menunduk seperti penuh penyesalan. “ A-amira adalah kekasih saya, kami memang berencana ingin melangsungkan hubungan yang lebih serius, namun saat ibu angkatku mengetahuinya, dia tak setuju dengan Amaria karena menganggap Amaria hanya konsultan hukum junior yang tak terpandang. Anda tahu bagaimana ibu angkat saya tuan dan saya tidak mungkin melawan wanita yang telah merawat saya.” Dariel yang mendengar itu mendesah, “Lalu kenapa kau terlihat begitu menyesal? Bukankah hari ini adalah bagian dari pilihanmu?” Ucap Dariel dengan tenang.“S-saya saya tidak tahu jika Amaria waktu itu mengandung, jika aku tahu dia mengandung tentu aku akan berusaha keras mempertahankannya.”Lucia yang mendengar itu merasa tampak kecewa, “Aku sebagai wanita kecewa
Obrolan Lucia dengan ibu Cila, yang bernama Amira tersebut berlangsung cukup akrab, ternyata mereka memiliki hobby yang sama.“Aku melihat kartu nama mu, pekerjaanmu sebagai konsultan hukum. Apa itu benar?” Tanya Lucia dengan ramah."Mendengar tentang pekerjaanmu sebagai konsultan hukum membuatku tertarik, Amira. Aku sendiri bukan konsultan hukum, tetapi aku memiliki minat yang besar terhadap hukum dan berbagai topik terkait. Aku sangat menghargai profesi seperti yang kamu lakukan," ucap Lucia dengan penuh antusiasme.Amira mengangguk, terlihat senang menemukan seseorang yang bisa diajak berbicara tentang minatnya. "Sama-sama, Lucia. Memang menarik memiliki kesamaan minat seperti ini. Apakah kamu sering membaca atau mempelajari topik hukum secara mendalam?""Ya, aku suka membaca dan memperluas pengetahuan saya tentang hukum akhir-akhir ini, meskipun tidak bekerja di bidang tersebut. Aku percaya pengetahuan hukum sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan," jelas Lucia sambil tersen
“Terima kasih, om, tante, Ethan. Karena membantuku.” Ucap Cila dengan wajah polosnya. Baru kali ini dia dibantu saat dirinya dibully, selama ini semua orang seolah tutup mata bahkan ibunya sendiri tidak mampu melindunginya karena yang membullynya adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi.Dariel yang melihat gadis kecil itu tampak tersenyum, “Bukan apa-apa, sweety. Dimana orang tua mu? Apakah kau akan dijemput?” Tanya Dariel dengan lembut.Cila mengangguk, “Ibuku akan menjemput saat istirahat nanti, dia masih bekerja jadi tak bisa menjemput tepat waktu. Tapi aku tak apa, om. Aku akan menunggunya seperti biasa.” Ucap Cila dengan tenang.Lucia yang melihat keberanian di mata gadis itu langsung terenyuh, anak sekecil ini sudah bisa memahami keadaan orang tuanya. Apalagi
“Aduh! Kenapa kamu mendorong Cila!” Teriak anak kecil dengan berani pada segerombolan anak kecil yang seusianya. “Hei, kau anak yang tak punya ayah itu kan? Kenapa kau bisa sekolah disini. Inikan sekolah bermain elite.” Tanya anak laki-aki tersebut pada gadis kecil bernama Cila. “Memang jika tak punya ayah aku tak bisa bersekolah, ha? sini kalau berani jangan mainnya keroyokan dong.” Ucapnya tanpa rasa takut sekalipun. anak-anak laki-laki itu langsung menjambak rambut anak gadis itu dengan keras dan merundungnya dengan tawa yang cukup keras. Ethan, dia yang sedang menunggu ibunya menjemputnya merasa terganggu dengan perundungan tersebut. Dengan berani dia langsung menolong gadis kecil itu yang tampak ingin menangis namun ditahan agar lawannya tak semakin menyiksanya. Situasi itu membuat Ethan merasa tidak enak hati. Dengan langkah mantap, dia mendekati anak-anak yang sedang merundung Cila. Meskipun merasa agak takut, dia bertekad untuk membantu. "Diam kalian!" teriak Ethan deng
Tahun pertama Ethan memasuki waktu sekolahnya, saat usia tiga tahun ini Lucia memutuskan untuk mendaftar ke sekolah bermain agar Ethan bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.Ethan yang baru pertama kali ikut kelas ini hanya memegang tangan ibunya dengan erat, Lucia yang melihat itu tersenyum. “Jangan takut, mereka adalah temanmu semua. Ayo bergabunglah dengan mereka.” Ucapnya dengan lembut pada putranya tersebut.Saat melihat Ethan yang agak ragu-ragu di hari pertamanya di sekolah bermain, Lucia mencoba memberikan dukungan dan semangat padanya. Dia meraih tangan kecil Ethan dengan lembut, merasa getaran kecil dari kecemasan yang dipancarkan anaknya."Kamu akan memiliki waktu yang menyenangkan di sini, nak. Mereka semua adalah temanmu yang baru," ucap Lucia dengan lembut sambil tersenyum menghi
Sesuai dengan janji Dariel, saat ini dia mengajak istri dan anaknya untuk pergi ke pantai bersama. Ethan terlihat sangat senang dan bermain dengan pasir dipinggir pantai bersama Lucia.Suasana di pantai begitu menyenangkan. Dariel dan Lucia duduk di pinggir pantai sambil menikmati keindahan laut yang bergerombolkan ombaknya. Mereka tersenyum melihat Ethan yang riang bermain-main dengan pasir. Dariel berusaha membuat istri dan anaknya merasa bahagia di tempat yang indah ini."Ethan benar-benar senang di sini," ujar Dariel sambil tersenyum melihat putranya."Iya, pantai memang salah satu tempat favoritnya," kata Lucia sambil mengelus kepala Ethan yang sedang asyik membangun benteng pasir."Kau juga terlihat senang di sini," ucap Dariel sambil menatap istrinya dengan penuh kehangatan.Lucia tersenyum. "Benar, udara pantainya begitu menyegarkan. Terima kasih sudah membawa kami ke sini."Mereka melanjutkan hari mereka dengan bermain air, menjelajahi pantai, dan menikmati waktu bersama. Dar
“Kau membaca apa sayang?” Tanya Dariel yang setelah mandi langsung menghampiri istrinya meskipun dia masih menggunakan handuk kimono di badannya.Lucia yang melihat suaminya tersenyum tipis, “Aku sedang membaca novel saja, aku sedang jenuh saat ini.” Ucap Lucia dengan lembut.Dariel duduk di pinggiran kursi dengan menatap buku novel yang dibaca istrinya, “Malam pertama dengan sang CEO.” Gumam Dariel dengan menaikkan alisnya, “Kau membaca novel seperti ini Lucia?” Tanya Dariel terkekeh lalu mengambil buku novel yang dibaca istrinya.“Oh apa kau ingin gaya baru dalam hubungan kita Lucia?” Tanya Dariel menggoda Lucia.“Tidak.” Elak Lucia yang berusaha merebut kembali novel yang dipegang oleh suaminya dengan malu.Dariel terus menggoda Lucia hingga Lucia tersandung dan terjatuh ke ranjang dengan menarik Dariel hingga tubuh Dariel menindih Lucia.“Apa ini juga tertulis di novel ini sayang? Apakah kau ingin menggodaku saat hari masih belum petang?” Bisik Dariel yang menggetarkan hati Lucia.
Kehidupan keluarga Dariel semakin hari semakin bahagia, terlebih Lucia saat ini tengah menikmati momen santai bersama putranya yang saat ini sudah pintar berlari dan mereka menikmati hari ini di taman belakang rumahnya..“Nyonya, nona Clara datang lagi.” Ucap pelayan Lucia padanya.Lucia yang mendengarnya tersenyum, “Bawa dia kemari.” Ucap Lucia dengan tenang.Meskipun dahulu ada rasa kekhawatiran terhadap Clara, namun saat ini Lucia dan Clara sudah berteman semenjak hari itu dia datang ke mansionnya.“Lucia, bagaimana kabarmu?” Tanyanya dengan ramah.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sangat baik, bagaimana dengan kuliahmu? Ku dengar kau melanjutkan kuliah S2.”Terkadang, kehidupan bisa memberikan kesempatan kedua yang menakjubkan. Seperti yang dirasakan Lucia saat ini, di mana pertemuan dengan Clara yang awalnya penuh ketegangan, kini berubah menjadi obrolan santai dan hangat di taman belakang rumahnya.“Aku baik-baik saja. Iya, aku lanjut S2 sekarang. Belum terlalu sulit, tapi cu