Pemeriksaan fisik Dariel dimulai dari pagi tadi, segala rangkaian pemeriksaan telah Dariel lakukan.Lucia gang di bantu dengan asisten dokternya langsung mengobservasi apakah ada masalah pasca operasi Dariel bulan lalu.Setelah memeriksanya dia langsung menemui Dariel."Aku tak menemukan ada masalah, lalu apa yang masih kau rasakan?" Tanya Lucia untuk bertindak lebih lanjut agar dia memberi penanganan yang baik."Aku merasa punggungku sakit setiap malam dan kakiku belum sepenuhnya normal." Ucap Dariel dengan tenang.Lucia mengernyitkan dahinya mendengar keluhan Dariel. "Punggung yang sakit dan masalah dengan kaki yang belum pulih adalah tanda bahwa ada beberapa komplikasi pasca operasi. Aku perlu melakukan lebih banyak pemeriksaan dan perawatan untuk memastikan semuanya baik-baik saja."Dia segera mengatur jadwal pemeriksaan tambahan dan terapi fisik lebih lanjut untuk Dariel, berusaha menjaga agar kondisinya membaik.“Aku akan memberikanmu obat yang mungkin bisa membuat fisikmu lebih
Semakin malam semakin tegang. Ellard segera bergerak cepat. Dia mengumpulkan pasukannya dan memberikan instruksi dengan tegas. Mereka segera menuju penjara sayap barat untuk menghadapi serangan XFox.Saat mereka tiba di penjara, pertempuran sudah berkecamuk. Xfox telah mengepung penjara dan berusaha untuk membobolnya. Ellard dan pasukannya segera bergabung dalam pertempuran sengit. Mereka berjuang mati-matian untuk melindungi tahanan mereka dan mengusir serangan XFox.Pertempuran berlangsung sengit dan panjang. Kedua pihak saling berhadapan dengan tekad yang kuat. Ellard dan pasukannya menggunakan strategi dan keahlian tempur mereka untuk mengatasi serangan XFox. Mereka berusaha mati-matian untuk mempertahankan penjara dan melindungi tahanan mereka.Di tengah pertempuran, Ellard teringat pada Lucia dan berharap dia dalam keadaan aman. Dia berharap bahwa Lucia tidak akan terlibat dalam pertempuran ini dan tetap berada di tempat yang aman.Pertempuran terus berlanjut, dan Ellard dan pas
“Ayah?”Lucia menghampiri ranjang rumah sakit ayahnya yang memang benar-benar terbaring lemah, dia tak menyangka ayahnya bisa masuk rumah sakit karena terakhir kali mereka bertemu keadaan ayahnya sangat sehat dan bugar.“Lucia.” Ucap tuan Stephen dengan lemah.“Lucia, ayahmu sakit, dia dalam keadaan kritis.” Nyonya Lauren terlihat tampak sangat sedih di depan anak tirinya itu.“Bagaimana bisa terjadi? apa yang terjadi dengan ayah sebelumnya?” Tanya Lucia, dia ingin mencari tahu apa yang membuat ayahnya sampai masuk ke rumah sakit.Nyonya Lauren tampak sangat terpukul. "Kami baru menemukan bahwa ayahmu menderita penyakit serius dalam beberapa bulan terakhir. Dia merasa tidak ingin memberatkanmu dengan masalah ini, jadi dia memilih untuk menjalani perawatan dengan diam-diam."Lucia merasa campur aduk mendengar penjelasan ibu tirinya. Meskipun hubungannya dengan ayahnya tidak selalu baik, tetapi dia masih merasa peduli dan khawatir tentang kondisinya."Bagaimana kabar ayah sekarang? Apak
Lucia berjalan tak tentu arah, dia merasa sangat kecewa dengan ayahnya. Sejak kembali dari rumah sakit dia memilih untuk berjalan kaki meskipun dia tahu jarak rumahnya sangat jauh.Tapi dia memilih untuk tetap berjalan kaki agar meredakan rasa sakit hatinya ini. Meskipun hampir malam dia tak merasa ketakutan apalagi kelelahan.Dia berjalan ke tempat pemakaman umum dimana makam ibunya berada, makan disini sangat terawat namun sekarang terlihat sangat sepi karena matahari bahkan hampir benar-benar tenggelam.Untungnya terdapat lampu makam yang membuat Lucia bisa melihat jalan yang dia lewati.Namun, dia bisa melihat seseorang dari tempatnya berjalan ada pria yang sedang duduk dan menghadap ke makam ibunya.“Siapa dia?” Gumam Lucia, dia langsung berjalan cepat untuk menghampiri siapa yang sedang mengunjungi makam ibunya.“Tuan Kaizer?”Tuan Kaizer yang tengah duduk di depan makam ibu Lucia menoleh saat mendengar suara Lucia memanggilnya. Ekspresi kaget dan terkejut terlihat di wajahnya.
“Terima kasih, tuan atas tumpangannya.” Ucap Lucia setelah dia keluar dari mobil tuan Kaizer.Tuan Kaizer pun mengangguk, “Bisakah kau memanggilku ayah saja? panggilan tuan terlalu formal untuk kita.” Ucap Tuan Kaizer dengan lembut.Lucia sedikit canggung untuk memanggil pria di depannya dengan sebutan ‘ayah’. Tapi melihat kebaikan pria itu dan hubungan masa lalu ibunya membuatnya mengangguk.“Aku akan memanggilmu ayah, apakah ayah akan mampir?” Tanya Lucia dengan tersenyum lembut.Tuan Kaizer menggeleng, “Aku ada beberapa pekerjaan yang harus aku kerjakan, lain waktu aku akan mampir.” Ucap tuan Kaizer dengan lembut.Lucia tersenyum. "Baiklah, Ayah. Sampai jumpa lain waktu, dan terima kasih lagi atas semuanya."Tuan Kaizer juga tersenyum dan melanjutkan perjalanan dengan mobilnya. Lucia melihat mobil itu menjauh, merasa sangat beruntung telah bertemu dengan pria yang penuh kebaikan ini. Setelah itu, dia masuk ke dalam kediamannya.“Kau sudah pulang?” Tiba-tiba suara pria muncul tiba-t
“Ayahmu meminta harta yang baru saja kau dapatkan setelah pencairan asuransi itu?” Tanya Dariel dengan terkejut.Mereka saat ini sedang mengobrol santai setelah terapi yang dilakukan oleh Dariel selesai. Lucia mengangguk, “Bela ingin menikah dengan Ernest dan syarat yang berikan oleh sepupu mu itu adalah saham minimal lima persen dari Filbert Group.” Ucap Lucia dengan jujur.“Apakah kau memberikannya?” Tanya Dariel dengan serius.Lucia menggeleng pelan.Dariel terlihat memikirkan situasi ini dengan serius. "Jadi, apa rencanamu? Apakah kau berencana memberikan harta tersebut kepada Bela?"Lucia menggigit bibirnya ragu-ragu. "Aku belum tahu, Dariel. Aku ingin membantu adik tiriku, tapi itu juga berarti harus merelakan harta yang ibuku tinggalkan padaku."Dariel meraih tangan Lucia dengan lembut. "Keputusan ini sepenuhnya ada pada dirimu, Lucia. Yang penting, pastikan kau membuat keputusan yang kau rasa benar dan yang tidak akan membuatmu menyesal di kemudian hari."Lucia tersenyum kepa
Di sebuah restoran yang cukup mewah di ibukota, Bela mengajak Lucia untuk bertemu. Wanita itu dengan tidak sabar menunggu Lucia datang.Hingga pintu masuk restoran terbuka menampilan Lucia yang baru saja datang. Bela langsung berdiri, “Akhirnya kau sampai.”“Apa yang ingin kau bicarakan?” Tanya Lucia langsung pada adik tirinya itu.“Aku ingin kau segera menyerahkan harta itu, aku sangat membutuhkan segera.” Ucap Bela langsung.Lucia merasa agak terkejut dengan tuntutan Bela yang datang begitu saja. "Bela, apakah kita bisa bicara dengan lebih tenang? Ini bukan tempat yang tepat untuk berbicara tentang hal ini."Bela menatap Lucia dengan tatapan tajam, tetapi akhirnya setuju. Mereka berdua duduk di meja yang lebih tenang, memungkinkan mereka untuk berbicara tanpa gangguan.Lucia mulai berbicara, "Bela, aku mengerti bahwa ayah meminta ini, tetapi aku juga punya alasan untuk mempertahankan harta ini. Aku ingin tahu apa yang akan kau lakukan dengan aset ini dan bagaimana itu akan membantum
"Kau sedang apa?"Lucia menghampiri Dariel saat dia ingin mengantarkan obat untuk diminum malam hari pada pria itu."Mempersiapkan rapat besok." Ucap Dariel dengan serius tanpa mengalihkan perhatiannya ke arah Lucia.Lucia yang mendengar itu mengangguk mengerti "Aku yakin kau yang akan di pilih menjadi pemimpin Filbert Group selanjutnya.""Aku tak masalah jika bukan aku yang terpilih, asalkan bukan Ernest yang menjadi pemimpin." Ucap Dariel dengan dingin."Kenapa?" Tanya Lucia penasaran.Dariel menatap Lucia sejenak sebelum menjawab, "Ernest adalah seseorang yang terlalu ambisius dan tak akan ragu-ragu untuk mengorbankan siapa pun demi kepentingannya sendiri. Aku telah melihat sisi gelapnya, dan aku tak ingin Filbert Group jatuh ke tangan seseorang seperti dia."Lucia mengangguk, memahami keprihatinan Dariel. "Aku mengerti perasaanmu. Semoga semuanya berjalan sesuai rencanamu."Dariel tersenyum tipis, "Terima kasih, Lucia. Aku akan melakukan yang terbaik untuk mengamankan masa depan p