“Ellard! Aku punya sesuatu untukmu.” Ucap Celin dengan semangat sambil menghampiri Ellard yang berada di tepi pantai.Saat ini keduanya tidak kembali ke negaranya, namun mereka masih berada di maladewa untuk menghabiskan waktu mereka bersama.Ellard melihat wanita itu yang sedang berseri, wajahnya begitu cerah dan cantik yang membuat dia tersenyum dengan lembut.Celin menghampiri Ellard dengan menyembunyikan kedua tangannya di belakang punggungnya.“Apa yang kau sembunyikan?” Tanya Ellard dengan rasa tertarik.Celin tersenyum semakin lebar lalu mengeluarkan apa yang dia sembunyikan, ketika dia membuka kedua tangannya disana terdapat rangkaian kerang yang yang erlihat sangat cantik membentuk sebuah gelang.Celin tersenyum lembut sambil menunjukkan gelang kerangnya pada Ellard. "Aku menemukan kerang-kerang cantik ini dan membuatnya menjadi gelang. Aku harap kau suka," ujarnya dengan antusias.Ellard terkesima melihat gelang yang dibuat Celin. "Ini sangat cantik. Terima kasih, Celin. Aku
“Tuan Stephen, anda dinyatakan bersalah. Hukuman anda lima belas tahun penjara.” Putus sang hakim.Ketukan palu tersebut membuat tuan Stephen merasa seperti dalam mimpim.“Saya tidak bersalah! Saya tidak bersalah!” Teriaknya dengan keras yang membuat suara ricuh.Bela yang ada disana hanya diam, dia menatap ayahnya yang telah mencoba membunuhnya dengan tatapan diam. Dia tak banyak komentar dengan semua keputusan hakim. Lucia yang berada di sebelah Bela memegang tangannya seolah menguatkannya.Sedangkan Fedrick merangkul istrinya dengan menatap tegas tuan Stephen yang masih membuat keributan dengan penolakannya.Keheningan ruangan pengadilan terganggu oleh teriakan dan kekacauan yang dibuat oleh tuan Stephen. Bela merasa terpukul oleh putusan ini, dan saat melihat ayahnya yang seharusnya melindunginya justru menjadi pemicu penderitaannya, ia merasa tak berdaya.Fedrick menatap tuan Stephen dengan penuh kekecewaan. Walau begitu, Lucia tetap tenang, memberikan dukungan dan kekuatan k duk
“LUCIA!!!” Celin yang dengan heboh berteriak di mansion, membuat para pelayan terkejut namun hanya bisa tersenyum dan memaklumi .Sedangkan Lucia yang berada di ruang baca tersenyum melihat kedatangan Celin, “Kau sudah pulang Celin? Bagaimana? Apakah permasalah kalian sudah selesai?” Tanya Lucia dengan lembut.Celin yang mendengar itu langsung tersenyum dan duduk di samping Lucia.“Baik dan sangat baik.” Ucapnya dengan semangat.Lucia yang mendengar itu tersenyum, “Syukurlah. Dan aku meminta maaf jika dulu aku tak mengatakan hubunganku dengan Ellard memang sedikit rumit. Tapi aku berani bersumpah Celin jika aku tak mencintai Ellard dan tak membuatnya berharap sejak dulu. Mungkin karena cinta tak bisa diprediksi akan jatuh ke pada siapa, namun aku yakin Ellard akan berubah dan menjadikanmu cinta terakhirnya.” Ucap Lucia dengan tulus.Dalam suasana yang penuh kedamaian di ruang baca, Celin tersenyum mendengar kata-kata tulus dari Lucia. Meskipun awalnya dia merasa cemas dengan hubungan
Acara ulang tahun tuan Kaizer yang diadakan di bukit bintang terlihat sederhana namun hangat. Lucia dan Celin yang hanya memiliki waktu dua hari mempersiapkan acara tersebut dengan suasana yang penuh kedekatan keluarga.Tak ada yang datang kecuali orang-orang terdekat.“Kapan paman akan sampai?” Tanya Celin pada Lucia dan Dariel. Mereka saat ini sedang duduk di kursi dimana terdapat meja bundar yang terhias oleh lilin disana.Celin, Lucia, dan Dariel duduk bersama di tengah dekorasi sederhana namun hangat yang mereka persiapkan untuk acara ulang tahun Tuan Kaizer di Bukit Bintang. Meja bundar yang dipenuhi lilin-lilin cantik menjadi pusat perhatian dalam suasana yang penuh kehangatan.“Ayah seharusnya tiba tidak lama lagi,” jawab Lucia sambil melihat jam tangannya. “Dia biasanya tepat waktu. Dia pasti akan senang melihat persiapan yang kita buat untuknya.”Celin dan Dariel saling bertukar senyum, senang bahwa acara ini akan menjadi momen spesial bagi Tuan Kaizer. Mereka berdua bergera
Acara tujuh bulanan Lucia telah tiba, perut wanita hamil itu semakin menonjol dan kakinya sudah mulai bengkak. Namun Lucia masih tetap semangat untuk acara tujuh bulanan kandungannya saat ini.Dariel sangat menghargai semangat istri tercintanya. Dia membantu dengan segala yang dia bisa untuk memastikan acara tersebut berjalan lancar tanpa menambah beban pada Lucia. Mereka berdua mempersiapkan acara dengan penuh cinta dan kebahagiaan, mengundang keluarga dan teman-teman dekat untuk merayakan tujuh bulan kelahiran bayi mereka.Meskipun kakinya sudah mulai bengkak dan perutnya semakin besar, Lucia tetap memancarkan kebahagiaan dalam acara tersebut. Dia senang bisa berbagi momen berharga ini dengan orang-orang terkasihnya, merayakan kehidupan baru yang sedang tumbuh di dalam kandungannya.Acara tersebut menjadi momen yang menghangatkan hati, di mana kebahagiaan keluarga yang menanti kedatangan sang bayi menjadi fokus utama. Meskipun Lucia merasakan ketidaknyamanan fisik, senyumnya tetap b
“Tolong semuanya taruh di sana.” Ucap tuan Abert memerintahkan orang-orang yang baru datang bersamanya untuk menaruh barang-barang yang dia bawa ke mansion Dariel.Lucia yang baru bangun tidur terkejut melihat keramaian dibawah langsung menghampiri kakeknya.“Kek, apa ini semua?” Tanya Lucia dengan terkejut, Dariel juga terkejut saat baru sampai di ruang tamu setelah dia selesai berolahraga pagi.“Apa ini? Kenapa ramai sekali?” Tanya Dariel dengan heran.Tuan Abert tersenyum, “Ini adalah hadiah untuk calon cucu laki-lakiku.”Lucia menggeleng pelan, “Ini terlalu berlebihan, dia masih belum lahir dan kakek sudah membelikan mobil-mobilan sebesar ini?” Tuan Abert tersenyum lebar mendengar pertanyaan Lucia dan Dariel. "Kalian pasti tidak akan mengerti betapa sulitnya menahan diri untuk tidak memberikan kebahagiaan sebanyak mungkin kepada buyut pertama!" ucapnya dengan penuh semangat.Dariel mencoba menenangkan situasi, "Kakek, kami sangat bersyukur atas segala kebaikan dan kebaikan hatimu
Banyak momen yang telah Lucia lalui selama kehamilan ini, kenangan-kenangan yang telah dibuat dengan orang tersayangnya sudah memenuhi album foto yang dia lihat hari ini.Sore ini sangat mendung, sepertinya hujan akan turun sebentar lagi. Namun, hal itu tak membuat Lucia kehilangan kecerahannya.Senyumnya sejak tadi menghiasi wajahnya seolah mendung di luar tak membuatnya murung. Dariel saat ini akan pulang telat seperti apa yang dia katakan sebelum berangkat kerja.“Dariel sungguh tampan, di foto ini.” Gumamnya dengan lembut, dia benar-benar mencintai suaminya saat ini seolah tak ada yang dia inginkan selain keluarga mereka tetap lengkap.“Sepertinya menghabiskan waktu dengan membuat sweater rajut jauh lebih baik.” Gumamnya yang sudah cukup jenuh, karena kehamilannya segala geraknya memiliki batas dan dia menjadi memiliki hobby baru yaitu merajut.Selama kehamilan dia memang tak memiliki keluhan yang berlebihan kecuali kakinya yang sering bengkak dan punggungnya yang terkadang nyeri
Kondisi Lucia yang semakin melemah membuat dokter menyarankan untuk melakukan operasi caesar untuk proses persalinan Lucia. Meskipun Lucia sebelumnya menginginkan melahirkan secara normal namun ternyata tuhan berkehendak lain karena jalan yang terbaik untuk bayi dan ibu adalah dengan operasi.Pada saat yang genting itu, Lucia terdiam dalam keraguan. Dia berusaha memikirkan keputusan yang terbaik bagi keselamatan bayi dan dirinya sendiri. Dariel, dengan ekspresi cemas yang sulit disembunyikan, mencoba memberikan dukungan sebanyak yang dia bisa.Dokter yang merawat Lucia menjelaskan situasi dengan penuh kehati-hatian, memastikan mereka memahami semua risiko dan manfaat dari operasi caesar. Walau Lucia sempat berharap untuk persalinan normal, keadaan yang genting ini membuatnya harus menerima kenyataan dan memilih jalan yang terbaik untuk keselamatan bayinya.Setelah berpikir sejenak, Lucia mengangguk perlahan sebagai tanda persetujuannya. "Lakukan yang terbaik, dokter. Saya percayakan s