Setelah malam pernikahan mereka, Lucia pingsan sampai dua hari lamanya karena kecapaian.Dia saat ini harus masuk ke rumah sakit akibat ulah Dariel sendiri, Dariel harus menjaga Lucia saat ini, acara bulan madu mereka harus tertunda dengan hal ini.“Apakah masih sakit sayang?” Tanya Dariel dengan lembut pada Lucia.“Aku masih lemas, aku ingin tidur lagi.” Ucap Lucia dengan lemas, Dariel mengangguk dan membiarkan istrinya beristirahat dengan baik.Dariel duduk di sisi tempat tidur Lucia, tatapannya penuh kekhawatiran pada wajah istrinya yang terlelap. Meskipun tidur, wajah Lucia masih mencerminkan ketegangan dari perjuangan yang dia alami beberapa hari terakhir.Setiap detik berlalu dengan perasaan gelisah yang semakin mendalam dalam diri Dariel. Baginya, melihat Lucia dalam kondisi seperti ini terasa seperti serangan mendalam pada hatinya. Dia tak bisa menghilangkan rasa bersalah dan kekhawatiran yang menghantui pikirannya.Dariel selalu berada di sampingnya, meski kadang-kadang tak m
“Baru sehari aku menyerahkan putriku tapi kau sudah membuatnya seperti ini, Dariel.” Ucap tuan Kaizer sambil menggelengkan kepalanya pelan.Dariel menunduk karena memang merasa bersalah akan hal itu.“Saya minta maaf ayah, saya tak bisa menahan diri. Di lain waktu saya akan berhati-hati menjaga Lucia dengan baik.Dariel terlihat sangat merasa bersalah, bahkan di taman rumah sakit yang asri ini tak bisa menyembunyikan ketegangan dalam situasi ini.Tuan Kaizer menatap menantunya itu dengan datar, “Lakukan hal itu, Dariel. Karena hanya Lucia yang aku miliki di dunia ini.” Ucap Tuan Kaizer dengan serius.“Tunda bulan madumu sampai Lucia benar-benar pulih, aku tak ingin putriku harus masuk rumah sakit lagi.” Lanjutnya.Dariel mengangguk mengerti hingga tuan Kaizer pergi dari sana untuk kembali ke kamar putrinya.Dariel yang melihat itu juga langsung mengikuti tuan Kaizer ke kamar rawat istrinya.“Bagaimana keadaanmu sayang? Apa semuanya sudah baik-baik saja?” Tuan Kaizer tampak tersenyum m
Di keesokan paginya, tuan Kaizer dengan kemauannya sendiri mengantar anak dan menantunya ke bandara untuk pergi bulan madu setelah pernikahan mereka.Bahkan dia yang menjadi supir untuk anak dan menantunya itu, dia sangat ingin mengantar kepergian mereka yang rencananya akan berlibur selama satu bulan itu.“Rencananya kalian akan kemana saja di swiss?” Tuan Kaizer membuka obrolan selama perjalanan tersebut.Tuan Kaizer ingin terlibat dalam percakapan mereka, mencoba menciptakan ikatan lebih dekat sebelum kepergian mereka. Ini bisa menjadi kesempatan bagus untuk mengenal lebih jauh rencana mereka selama di Swiss, dan juga sebagai wujud dukungan dan kebersamaan dalam perjalanan bulan madu mereka.Lucia dengan senang menceritakan sedikit rencana mereka. "Kami berencana mengunjungi beberapa kota di Swiss, seperti Zurich, Lucerne, dan Interlaken. Kami ingin mengeksplorasi keindahan alamnya dan merasakan kehangatan budaya di sana."Dariel menambahkan, "Kami juga ingin menjelajahi pegunungan
“Sayang bangun.” Ucap Lucia pada Dariel saat waktu sudah menunjukkan jam lima pagi.Mereka ingin pergi melihat pemandangan interlaken yang sangat indah di pagi hari.Dariel yang merasa guncangan dari istrinya semakin kuat langsung membuka perlahan matanya dan kemudian menarik istrinya kembali ke pelukan.“Lima menit lagi.” Gumamnya dengan suara seraknya.Pemandangan Interlaken di pagi hari memang sangat menakjubkan, tapi nyaman di dalam pelukan bisa membuat seseorang lupa waktu. Namun, dengan lembut, Lucia mencoba membujuk Dariel untuk bangun. Tapi pria itu masih tak bergeming.“Baiklah, lima menit lagi,” kata Lucia dengan senyuman lembut, mengetahui betul kerendahan hati suaminya yang suka tertidur lagi dalam lima menit.Beberapa menit kemudian, Dariel membuka matanya lagi, kali ini dengan lebih terjaga. “Baiklah, mari kita nikmati pemandangan indah Interlaken,” ucapnya sambil tersenyum pada Lucia.Mereka segera bersiap untuk pergi ke destinasi wisata di swiss tersebut, mereka benar-
Sudah hampir dua minggu ini, mereka sudah menikmati keindahan swiss, Lucia tampak sangat puas dengan bulan madunya kali ini.Masih ada waktu satu minggu lagi sebelum masa cuti kerja Dariel habis.“Kau ingin berkunjung di negara mana sayang? Apakah ada yang ingin kau kunjungi kali ini?” Tanya Dariel dengan lembut pada istrinya sekarang.Dariel ingin mengatur perjalanan berikutnya dengan Lucia. Ingin memberikan pengalaman yang spesial, dia ingin tahu apakah ada negara yang sangat diidamkan oleh Lucia.“Bagaimana jika kita pergi ke hawai?” Tanya Lucia meminta pendapat Dariel.Setelah diskusi mengenai pilihan Hawaii, mereka mulai merencanakan perjalanan mereka. Dariel mencari informasi tentang pulau-pulau di Hawaii, meneliti tempat-tempat menarik yang bisa mereka kunjungi, mulai dari keindahan alam, pantai-pantai eksotis, hingga warisan budaya yang ada di setiap pulau. Mereka juga mempertimbangkan aktivitas-aktivitas seru yang dapat mereka lakukan selama di sana, mulai dari snorkeling, hi
Fedrick menunggu di luar ruang operasi dengan wajah yang sembab dan kacau, dia menunggu istrinya selesai operasi.Pikirannya kalut, perasaannya tak karuan karena menunggu apakah istrinya akan selamat atau tidak, mengingat keadaan Bela yang cukup parah saat dia temui di kamar.“Tuhan, tolong selamatkan istriku. Jangan engkau ambil dariku.” Gumamnya dengan penuh pengharapan.Fedrick duduk di kursi, matanya terus menatap pintu yang tak kunjung terbuka. Detik-detik terasa seperti jam, dan kegelapan rasa takut terus menyusup dalam dirinya. Ia mencoba menenangkan diri, namun denyut jantungnya terasa semakin cepat.Dalam keheningan yang terasa begitu berat, ia teringat saat pertama kali bertemu dengan Bela, senyumnya yang hangat, dan semua momen indah yang telah mereka lewati bersama. Semua itu seperti kilatan yang menyadarkannya betapa berharganya kehadiran Bela dalam hidupnya.Tapi saat ini, di tengah ketidakpastian ini, semua itu tampaknya berada dalam taruhan yang besar. Fedrick merapatk
Di belahan dunia yang lain, Lucia dan Dariel telah tiba di Hawai.Mereka sampai tepat saat matahari baru menampakkan sinarnya di muka bumi.Di tengah ketenangan pagi yang masih sejuk, Lucia dan Dariel melangkah keluar dari bandara dengan semangat yang membara. Udara pagi yang segar dan sinar mentari yang menyambut perjalanan baru mereka membuat semuanya terasa begitu mempesona."Mari kita nikmati matahari terbit yang indah ini, sayang," ucap Dariel sambil memandang langit yang mulai berubah dari warna gelap menjadi sorot keemasan yang hangat.Lucia tersenyum, merasakan semangat baru yang membara. "Benar, ini momen yang sempurna untuk memulai petualangan baru kita di sini."Mereka pun mencari spot yang ideal untuk menikmati keindahan matahari terbit, berharap bahwa awal perjalanan di Hawai akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Sesuatu yang bisa memberikan warna baru dalam kebersamaan mereka.Mereka duduk di tepi pantai, pasir halus menyentuh kulit mereka, dan suara ombak yang me
Hari ini adalah hari kepulangan Lucia dari bulan madunya, mereka benar-benar menikmati momen di hawai dengan sangat bahagia.Saat ini mereka berada di mobil untuk menuju ke bandara, senyum selalu terukir di wajah Lucia walaupun wajahnya sedikit pucat sekarang.Saat tiba ke bandara, Dariel membantu Lucia untuk turun dari mobil.“Kau dua hari ini masih terlihat lemas sayang, apa kau yakin kita kembali sekarang sayang? Perjalanan kita sangat jauh.” Ucap Dariel dengan khawatir.Dariel bisa melihat bahwa wajahnya terlihat pucat dan ada kelemahan yang tak biasa. Dia merasakan kekhawatiran dan ingin memastikan bahwa perjalanan pulang tidak akan memperburuk kondisi istrinya.Dariel menopang tubuh Lucia dengan lembut saat mereka berjalan menuju area keberangkatan. “Mungkin lebih baik jika kita periksa kondisimu di sana, sayang. Aku tidak ingin risiko apa pun terjadi padamu.” Suaranya penuh kekhawatiran.Mereka menuju area layanan medis di bandara, tempat tim medis memberikan perawatan dan peme