Kediaman keluarga Rowena, Jason Rowena, ayah dari Ashilla tampak begitu serius melihat putrinya yang sedang membaca buku.“Kau terus membaca buku, kau tak mengatakan bagaimana kencanmu dengan Ethan Filbert waktu itu. Apa dia pria yang tak menarik lagi?” Tanya Jason pada putrinya.Dia sudah cukup menyerah mengenalkan pria baik untuk putrinya, padahal dia sudah tua dan mendiang istrinya pasti juga ingin putrinya segera bahagia.Ashilla menurunkan bukunya sejenak, menatap ayahnya dengan senyum tipis. "Ayah, Ethan Filbert adalah pria yang baik, tetapi... dia bukan tipeku." Suaranya tenang, tapi jelas bahwa dia sudah memikirkan jawabannya.Jason menghela napas panjang, merasa sedikit frustasi. "Bukan tipe lagi? Shilla, semua pria yang kuperkenalkan padamu selalu bukan tipe. Apa yang kau cari dalam seorang pria? Kau tahu, aku hanya ingin kau bahagia."Ashilla meletakkan bukunya di pangkuannya dan memandang ayahnya dengan tatapan penuh kasih. "Aku tahu, Ayah. Tapi kebahagiaan tidak hanya dat
Satu tahun kemudian,Kediaman Filbert, Italia.“Apakah pekerjaanmu hari ini lancar, sayang?” Tanya Lucia dengan lembut. Sudah satu tahun mereka pindah ke Italia dan Claire memulai karirnya lagi sebagai dokter disana.“Sejak kemarin ada pasien yang harus operasi. Cukup melelahkan tapi aku bahagia.” Ucap Claire sambil memakan cemilan sorenya.Sejak kemarin dia tak pulang ke rumah dan baru kembali siang ini akibat banyaknya pasien yang harus dia operasi segera. Tapi, dia sama sekali tak terbebani karena hal itu dia bisa sedikit melepaskan Leonidas dari pikirannya.“Baguslah jika begitu, jangan terlalu lelah. Apa kau tak ingin menjadi dokter seperti Ibu saja? Pasien yang akan datang ke padamu dan kau bisa memilih apakah kau akan menanganinya atau tidak. Tapi yah.. biasanya pasienmu orang-orang penting dan juga bisa saja mafia. Tapi setidaknya kau tak perlu kelelahan seperti itu.” Ucap Lucia dengan lembut.Claire tersenyum mendengar saran lembut dari ibunya, Lucia. Meskipun Lucia menawark
“Kau kuat juga.” Suara tenang dari Ethan tampak mengejek James saat dia ingin kembali ke mobilnya.James berhenti dan menatap ke arah belakang, disana Ethan tampak tenang menyandarkan tubuhnya di tembok.“Kak Ethan.” Ucap James dengan tenang. Dia tahu apa yang di maksud oleh pria itu.“Aku hanya tak ingin merusak suasananya.” Lanjutnya dengan santai.Ethan terkekeh sinis lalu mendekat, “Jika kau tak segera bertindak aku takut pria itu akan segera kembali dan merebut Claire. Apa kau ingin itu?” Tanya Ethan dengan menyeringai.James menghela napas panjang, menahan gejolak emosi yang perlahan muncul. "Aku tahu, Kak Ethan," jawabnya dengan nada yang sedikit getir. "Tapi aku tidak akan memaksanya. Jika Claire memilih pria lain, itu adalah haknya."Ethan mendekat lebih dekat, pandangannya tajam dan penuh sindiran. "Kau terlalu lemah, James. Jika kau tidak mengambil langkah sekarang, kau akan kehilangan dia selamanya." Senyum dingin terukir di wajah Ethan saat dia memandang adiknya dengan ta
Gedung tinggi pencakar langit.Pengusaha dan penguasa muda, Leonidas Hawthorne. Pemimpin seluruh bisnis Hawthorne dan mencetak sejarah keluarga sebagai pemimpin yang membawa Hawthorne pada puncak kejayaannya.“Anda sudah berdiri sejauh ini dalam satu tahun, tuan. Sepertinya ini waktu yang tepat.” Ucap Kendrick di belakang Leonidas yang tengah menikmati pemandangan kota Jerman malam ini.Leonidas memutar gelas berisi wine miliknya, lalu meminumnya dengan tenang. “Apa sudah ada informasi tentang keluarga Filbert?” Tanya Leonidas dengan dingin.“Tidak ada, kita kehilangan jejak setelah mereka menghilang. Tapi, ada sesuatu yang ingin saya tunjukkan.” Ucap Kendrick dengan tenang.“Aku tak ingin basa-basi.” Leonidas memutar tubuhnya dan menatap Kendrick dengan dingin.Satu tahun telah merubah segalanya, kini dia bukanlah orang yang sabar.Kendrick tersenyum tipis, “Saya membawa calon tunangan tuan muda Filbert.” Kendrick menyeringai. Karena ini bisa menjadi alat untuk mereka menemui Claire.
“Selamat datang, nona Ashilla ini jadwal anda hari ini.” Ucap Eva, sekretaris pribadiAshilla selama lima tahun.“Terima kasih.” Ucap Ashilla menerima jadwal itu dan melihatnya sekilas. “Tunggu, kenapa ada jadwal di malam hari dan di restoran starwhite?”Eva tersenyum, “Itu jadwal yang diminta tuan Jason, nona. Kata beliau anda akan berkencan hari ini.”Mendengar itu Ashilla terdiam, baru kemarin dia mengatakan tentang kencan tapi ayahnya sudah mengatur jadwal hari ini. “Dia sangat berambisi.” Gumam Ashilla dengan datar.“Baiklah, kau bisa pergi.” Kata Ashilla dengan datar.Eva mengangguk dengan patuh, lalu keluar dari ruangan, meninggalkan Ashilla yang masih menatap jadwal di tangannya. Dia menghela napas panjang, menggeleng pelan. "Ayah memang selalu cepat bertindak," gumamnya sambil meletakkan jadwal itu di atas meja.Sore harinya, Ashilla mulai bersiap untuk kencan yang tak direncanakannya sendiri. Meskipun sedikit enggan, dia tahu bahwa ayahnya, hanya ingin yang terbaik untuknya.
“Kau tak akan mendapatkan apapun dengan mengurungku seperti ini, Leonidas. Jika kau pikir Ethan Filbert akan datang kau salah besar.” Ucap Ashilla dengan datar.Sudah hampir seharian Ashilla di kurung oleh Leonidas, meskipun tak melakukan hal kasar padanya tetap saja Leonidas hanya bisa mengancam dan melihat pergerakan dari luar.Leonidas menghisap rokoknya dengan tenang lalu menatap ke arah ponselnya, tak memperdulikan ucapan Ashilla. Saat bunyi notifikasi dari ponselnya berbunyi dia tersenyum, “Pesawat dari Italia tiba kemarin dan daftar dari penumpangnya adalah, Ethan Filbert. Ternyata tanpa aku menyiksamu atau kau meminta pertolongan pada pria itu, dia sudah tahu kau dalam masalah ya, Ashilla.”Ashilla membeku, dia tak tahu jika Ethan akan menyadari masalah yang sedang dia alaminya. “Itu hanya kebetulan.” Ucap Ashilla mengelak.Leonidas tersenyum tipis dan mematikan asap rokoknya, “Tak masalah, karena aku sudah tahu kemana aku harus mencari pujaan hatiku. Terima kasih kerja saman
“Tuan saya menemukan lokasi dimana nona Claire bekerja, apakah anda ingin menghampirinya?” Tanya Kendrick pada tuannya, Leonidas.Leonidas yang baru tiba pagi ini di Italia menjadi tersenyum, “Atur aku sebagai pasiennya hari ini, aku tak ingin tahu kau harus mengaturnya.” Ucap Leonidas yang tak sabar bertemu dengan Claire.Kendrick mengangguk cepat, tanpa menunggu lama langsung bergerak untuk mengatur segala sesuatu sesuai instruksi Leonidas. Ia tahu betapa pentingnya hal ini bagi tuannya. Leonidas, dengan pandangan dingin namun penuh tekad, menghisap rokoknya sekali lagi sebelum memadamkannya di asbak.“Sudah terlalu lama,” gumam Leonidas sambil melihat ke luar jendela, memperhatikan kota yang mulai bergerak di pagi hari. Dia tidak sabar untuk melihat Claire, wanita yang dulu pernah menjadi bagian dari hidupnya, dan yang kini ingin dia temui kembali, meskipun hubungannya sudah kandas.Beberapa saat kemudian, Kendrick kembali dengan laporan. “Semuanya sudah diatur, tuan. Anda akan men
“Selamat istirahat dokter, saya pulang dulu. Apakah anda masih ada jadwal operasi lagi?” Tanya asisten dokter Claire yang sudah selesai menjalankan tugas hariannya di rumah sakit.“Aku ada urusan, Rania. Hati-hati dijalan.” Ucap Claire dengan senyumnya yang manis.Rania tersenyum dan mengangguk lalu keluar dari ruangan itu. Claire disana masih memasukkan barangnya ke dalam tas sebelum akhirnya melihat ke arah jam.“Dia tak mungkin menunggu selarut ini kan?” Gumam Claire saat melihat jam sudah menunjukkan pukul satu pagi. Sebagai dokter jadwalnya memang sangat penuh apalagi jika dia piket bisa dua hari tak pulang ke rumah, setelah siang selesai praktek, Claire harus melakukan operasi pada jadwal yang telah disiapkan belum lagi jika ada kecelakaan dan pasien harus menjalankan operasi saat itu juga.Claire merasa tubuhnya lelah setelah seharian bekerja tanpa henti, tapi pikirannya masih terganggu oleh pertemuannya dengan Leonidas tadi. Jam menunjukkan sudah larut malam—satu pagi, dan me
“Apakah tuan tidur, nona?” Tanya Kendrick begitu melihat Claire keluar dari kamar.Claire mengangguk, “Terimakasih, ken. Jika kau tak memberiku kabar kemarin mungkin aku akan terlambat mengobati Leonidas.” Kata Claire dengan tulus.Kendrick mengangguk, “Iya nona, saya juga melihat kondisi tuan semakin parah meskipun telah di obati oleh dokter profesional. Sepertinya memang hanya anda yang bisa menyembuhkan tuan Leonidas.”Claire tersenyum tipis, “Bisakah aku meminta bantuan untuk membelikan beberapa herbal ini? Aku ingin membuat obat untuk Leonidas ketika dia sudah sadar nanti.” Kata Claire sambil menyerahkan kertas berisi beberapa herbal disana.Kendrick menerima kertas itu dengan anggukan hormat, membaca daftar herbal yang dituliskan oleh Claire. "Tentu, nona. Saya akan segera mencarinya. Ada toko herbal yang cukup lengkap di dekat sini, saya akan memastikannya tersedia." Claire tersenyum lelah. "Terima kasih, Ken. Aku hanya ingin memastikan dia mendapatkan perawatan terbaik. Aku t
“Tuan, minum obatnya.” Kata Kendrick dengan penuh perhatian merawat Leonidas.Racun yang berada di tubuh Leonidas tak sepenuhnya hilang, obat hanya berusaha untuk mengurangi rasa sakitnya.“Apa tidak sebaiknya kita beritahu nona Claire, tuan? Saya yakin nona Claire juga khawatir karena anda tak pernah menghubunginya.” Saran Kendrick.Leonidas setelah minum obat merebahkan tubuhnya kembali, mendengar ucapan Kendrick dia hanya bisa menatap langit-langit kamarnya.“Jika aku menelponnya, dia pasti tahu aku sedang dalam kondisi buruk hanya dengar suaraku. Aku tak ingin dia langsung terbang kesini dengan perasaan buruk.” Kata Leonidas dengan pelan.Kendrick menghela nafasnya kemudian bangkit, “Saya akan membuatkan bubur untuk anda, tolong tetap istirahat di kamar.” Kata Kendrick dengan pelan.Leonidas mengangguk kemudian memejamkan matanya, kamarnya kembali sunyi hingga dering ponselnya membuat suasana hening langsung pecah.Dia dengan perlahan meraih ponselnya, disana nama Claire muncul.D
Sudah satu minggu dari yang dijanjikan, Leonidas tak ada kabar.Claire merasa hidupnya sangat hampa terlebih saat pria itu mengingkari janjinya.“Apanya yang tiga hari, sampai sekarang dia bahkan tak mengirimiku pesan.” Gumamnya dengan kesal.Di rumah sangat sepi kali ini, kakaknya sudah menikah dan bulan madu di maladewa sedangkan kedua orang tuanya sedang dinas di luar negeri. Dia benar-benar ditinggal sendiri oleh semua orang.Helaan nafas panjang terdengar di kamar wanita itu, jika dulu dia masih mepunyai James yang menemaninya. Tapi semenjak dia menolaknya, ia merasa bersalah dan tak eak jika datang hanya ketika dia kesepian.Tapi melihat postingan James beberapa hari lalu, sepertinya dia sudah melamar seorang gadis lain.“Aku penasaran, siapa yang berhasil menyembuhkan James.” Gumam Claire dengan tersenyum tipis.Dia juga berharap James mendapatkan gadis yang jauh lebih baik darinya.Hingga akhirnya dia tertidur di sofa, televisi yang masih menyala membuat ruangan itu tetap tera
“Huhhh!!! Akhirnya acaranya selesai juga walaupun agakberantakan karena wanita itu.” Kata Claire sambil merebahkan dirinya di kasur besar miliknya.Leonidas tersenyum membantu wanita itu melepaskan high heels miliknya yang masih di pakai, “Mandilah lalu tidur.”“Kau akan menginap kan?” Tanya Claire pada tunangannya itu sambil duduk kembali.Leonidas menggeleng, “Aku akan terbang ke Jerman malam ini, tiga hari kedepan jangan membuat ulah.” Katanya sambil merapikan poni Claire dengan lembut.Claire yang mendengar itu mengernyitkan dahinya, “Kenapa mendadak?”Leonidas menarik napas panjang, memandang Claire dengan mata yang serius namun tetap lembut. “Ada urusan mendesak yang harus aku tangani di sana,” katanya sambil terus merapikan rambut Claire. “Proyek penting perusahaan membutuhkan pengawasan langsung, dan aku tidak bisa mempercayakannya pada orang lain.” Claire melipat tangannya di dada, tampak tidak puas. “Kau selalu seperti ini. Setiap kali aku merasa kita bisa punya waktu lebi
Hari itu, cuaca sangat cerah, seolah alam ikut merayakan kebahagiaan Ethan dan Ashilla. Sepanjang jalan menuju venue pernikahan, karangan bunga dengan berbagai desain menawan menghiasi kiri dan kanan, menampilkan ucapan selamat dari keluarga, teman, hingga kolega mereka.Venue pernikahan, sebuah taman indah dengan nuansa klasik, dipenuhi bunga mawar putih dan merah muda yang melambangkan cinta dan kemurnian. Para tamu berdatangan mengenakan pakaian formal, membawa senyum bahagia untuk menyaksikan momen bersejarah dalam hidup kedua mempelai.Ashilla, mengenakan gaun pengantin putih panjang dengan detail renda yang elegan, berjalan anggun di altar ditemani oleh ayahnya. Di ujung sana, Ethan berdiri gagah dengan setelan jas hitam yang sempurna, matanya berbinar penuh cinta saat melihat Ashilla mendekat.Musik lembut mengalun, menambah suasana haru dan romantis. Saat Ashilla tiba di depan altar, Ethan mengulurkan tangannya, menyambutnya dengan senyum hangat. “Kau tampak luar biasa hari in
“Ashillaa!” Suara Lucia, ibu Ethan yang terdengar dari dalam membuat Ashilla yang akan masuk ke dalam mansion tersenyum.Pelukan hangat Lucia langsung menyambutnya, seolah wanita itu telah menunggunya lama.“Ibu khawatir kau tak akan kembali karena kebodohan Ethan.” Ucap Lucia dengan tulus.Ashilla terkekeh, “Maaf aku membuat khawatir ibu dan ayah mertua.” Kata Ashilla sambil mencium kedua pipi ibu mertuanya dengan lembut.Lucia tersenyum lembut, matanya berkaca-kaca karena lega melihat Ashilla kembali. “Kau seperti putriku sendiri, Ashilla. Aku tak ingin kehilanganmu. Ethan itu memang keras kepala, tapi aku tahu dia mencintaimu lebih dari apa pun.”Ashilla mengangguk pelan, senyumnya menenangkan. “Aku tahu, Bu. Meskipun aku marah padanya, aku tak bisa benar-benar meninggalkannya. Dia membuatku kesal, tapi dia juga membuatku merasa dicintai.”“Dia memang seperti itu, selalu membuat kekacauan sebelum akhirnya memperbaikinya,” ujar Lucia sambil menggelengkan kepala. “Tapi aku tahu, den
Bruk!Disya terkejut mendengar James yang baru pulang dan langsung ambruk di sofa. “Kak? Kau tak apa-apa kan?” Tanya Disya yang menghampiri James dengan hati-hati.Tapi tak ada sahutan dari pria itu, hingga Disya mencium bau alkohol yang sangat kuat dari James.“Kak? Aku akan ambilkan air hangat untuk– Ahh” Disya terkejut saat tiba-tiba James menarik Disya dan menindih tubuhnya.“Claire–” Gumam James yang sepertinya sangat mabuk hingga melihat Disya dengan wanita yang dia cintai itu.Disya membelalak kaget, jantungnya berdegup kencang saat menyadari apa yang terjadi. "Kak! Lepaskan aku!" serunya dengan panik, mencoba mendorong tubuh James yang berat akibat pengaruh alkohol.Namun, James sepertinya tidak sepenuhnya sadar. Dengan mata yang setengah terbuka dan penuh kebingungan, dia bergumam lagi, "Claire... jangan tinggalkan aku..."Disya, yang merasa semakin panik, berusaha mengumpulkan tenaganya untuk mendorong James. "Kak, sadar! Aku ini Disya!" katanya dengan suara tegas, mencoba m
“Kau membawaku kemana?”Claire bertanya dengan wajah penuh senyuman saat Leonidas menutup matanya dan membimbingnya berjalan ke suatu tempat.“Kau akan suka.” Bisik Leonidas dengan lembut.Mereka saat ini sedang berada di sebuah pantai yang Leonidas siapkan khusus dinner hari ini.Namun, ini bukanlah dinner biasa karena Leonidas menyiapkan sesuatu yang akan menjadi lembaran baru bagi mereka berdua.Begitu berada di titik yang Leonidas tentukan, tangannya yang menutupi mata indah Claire perlahan lepas.Saat tangan Leonidas perlahan menjauh dari mata Claire, pemandangan indah langsung menyapa matanya. Sebuah meja makan elegan berdiri di atas pasir putih, diterangi lampu-lampu kecil yang menggantung di sekitar, menciptakan suasana romantis di bawah langit malam yang dipenuhi bintang. Ombak pantai bergulung lembut di kejauhan, memberikan melodi alam yang menenangkan.Claire terdiam sejenak, matanya membelalak kagum. "Leonidas... Ini indah sekali," ucapnya dengan suara hampir berbisik, hat
“Aku tidak berselingkuh.” Kata Ethan dengan tegas begitu mereka sampai di tempat dimana Ashilla tinggal selama di Hawai.Ashilla hanya duduk diam, sambil menuangkan anggur ke dalam dua gelas. “Aku tak ingin dengar alasan.” Ucapnya dengan santai.Ethan mendekati Ashilla dengan tatapan serius, “Apa yang kau inginkan? Akan aku lakukan, asal kau tak membatalkan pernikahan kita.”Senyum Ashilla tersungging di wajahnya yang cantik, “Aku hanya ingin kau pergi dan tak menemuiku lagi. Aku sudah hidup nyaman disini, terlebih bertemu dengan banyak pria yang menghiburku.” Ucap Ashilla yang memancing Ethan untuk marah.Tapi Ethan berusaha untuk menekan emosinya, “Aku tahu aku salah, tapi jangan seperti itu, Ashilla.”Ashilla terkekeh, “Kenapa tidak? Itu lebih baik dibandingkan kau memberikan cincin pernikahan kita untuk wanita murahan itu!” Tatapan Ashilla berubah tajam, suaranya mengandung penuh kebencian pada pria itu.Ethan mengepalkan tangannya, menahan rasa bersalah dan kemarahan yang bergejo