“Alexandra!!”Semua orang terkejut saat wanita itu menodongkan pisau ke arah lehernya sendiri.“Leonidas! Jika kau tak ingin bertunangan denganku hari ini lebih baik aku mati!!” Teriaknya.Semua orang tapak berteriak apalagi wanita itu tampak sangat serius ingin membunuh dirinya sendiri dihadapan semua orang.Kedua orang tuan Alexandra panik melihat putrinya nekat seperti itu.Jeritan tamu-tamu langsung memenuhi udara saat Alexandra mengangkat pisau itu ke lehernya sendiri. Wajahnya yang biasanya tenang dan penuh percaya diri kini penuh amarah dan keputusasaan. Leonidas, yang awalnya tampak acuh tak acuh, kini memandangnya dengan mata terbelalak, tampak terkejut dengan tindakan ekstrem yang diambil Alexandra."Alexandra, hentikan! Apa yang kau lakukan?!" seru ibunya, berlari mendekat namun tertahan oleh ayah Alexandra yang tampak sama paniknya."Alexandra, letakkan pisaunya!" teriak ayahnya dengan nada tegas, suaranya penuh ketakutan yang jarang terlihat darinya. "Kau tidak perlu mela
Kediaman keluarga Rowena, Jason Rowena, ayah dari Ashilla tampak begitu serius melihat putrinya yang sedang membaca buku.“Kau terus membaca buku, kau tak mengatakan bagaimana kencanmu dengan Ethan Filbert waktu itu. Apa dia pria yang tak menarik lagi?” Tanya Jason pada putrinya.Dia sudah cukup menyerah mengenalkan pria baik untuk putrinya, padahal dia sudah tua dan mendiang istrinya pasti juga ingin putrinya segera bahagia.Ashilla menurunkan bukunya sejenak, menatap ayahnya dengan senyum tipis. "Ayah, Ethan Filbert adalah pria yang baik, tetapi... dia bukan tipeku." Suaranya tenang, tapi jelas bahwa dia sudah memikirkan jawabannya.Jason menghela napas panjang, merasa sedikit frustasi. "Bukan tipe lagi? Shilla, semua pria yang kuperkenalkan padamu selalu bukan tipe. Apa yang kau cari dalam seorang pria? Kau tahu, aku hanya ingin kau bahagia."Ashilla meletakkan bukunya di pangkuannya dan memandang ayahnya dengan tatapan penuh kasih. "Aku tahu, Ayah. Tapi kebahagiaan tidak hanya dat
Satu tahun kemudian,Kediaman Filbert, Italia.“Apakah pekerjaanmu hari ini lancar, sayang?” Tanya Lucia dengan lembut. Sudah satu tahun mereka pindah ke Italia dan Claire memulai karirnya lagi sebagai dokter disana.“Sejak kemarin ada pasien yang harus operasi. Cukup melelahkan tapi aku bahagia.” Ucap Claire sambil memakan cemilan sorenya.Sejak kemarin dia tak pulang ke rumah dan baru kembali siang ini akibat banyaknya pasien yang harus dia operasi segera. Tapi, dia sama sekali tak terbebani karena hal itu dia bisa sedikit melepaskan Leonidas dari pikirannya.“Baguslah jika begitu, jangan terlalu lelah. Apa kau tak ingin menjadi dokter seperti Ibu saja? Pasien yang akan datang ke padamu dan kau bisa memilih apakah kau akan menanganinya atau tidak. Tapi yah.. biasanya pasienmu orang-orang penting dan juga bisa saja mafia. Tapi setidaknya kau tak perlu kelelahan seperti itu.” Ucap Lucia dengan lembut.Claire tersenyum mendengar saran lembut dari ibunya, Lucia. Meskipun Lucia menawark
“Kau kuat juga.” Suara tenang dari Ethan tampak mengejek James saat dia ingin kembali ke mobilnya.James berhenti dan menatap ke arah belakang, disana Ethan tampak tenang menyandarkan tubuhnya di tembok.“Kak Ethan.” Ucap James dengan tenang. Dia tahu apa yang di maksud oleh pria itu.“Aku hanya tak ingin merusak suasananya.” Lanjutnya dengan santai.Ethan terkekeh sinis lalu mendekat, “Jika kau tak segera bertindak aku takut pria itu akan segera kembali dan merebut Claire. Apa kau ingin itu?” Tanya Ethan dengan menyeringai.James menghela napas panjang, menahan gejolak emosi yang perlahan muncul. "Aku tahu, Kak Ethan," jawabnya dengan nada yang sedikit getir. "Tapi aku tidak akan memaksanya. Jika Claire memilih pria lain, itu adalah haknya."Ethan mendekat lebih dekat, pandangannya tajam dan penuh sindiran. "Kau terlalu lemah, James. Jika kau tidak mengambil langkah sekarang, kau akan kehilangan dia selamanya." Senyum dingin terukir di wajah Ethan saat dia memandang adiknya dengan ta
Gedung tinggi pencakar langit.Pengusaha dan penguasa muda, Leonidas Hawthorne. Pemimpin seluruh bisnis Hawthorne dan mencetak sejarah keluarga sebagai pemimpin yang membawa Hawthorne pada puncak kejayaannya.“Anda sudah berdiri sejauh ini dalam satu tahun, tuan. Sepertinya ini waktu yang tepat.” Ucap Kendrick di belakang Leonidas yang tengah menikmati pemandangan kota Jerman malam ini.Leonidas memutar gelas berisi wine miliknya, lalu meminumnya dengan tenang. “Apa sudah ada informasi tentang keluarga Filbert?” Tanya Leonidas dengan dingin.“Tidak ada, kita kehilangan jejak setelah mereka menghilang. Tapi, ada sesuatu yang ingin saya tunjukkan.” Ucap Kendrick dengan tenang.“Aku tak ingin basa-basi.” Leonidas memutar tubuhnya dan menatap Kendrick dengan dingin.Satu tahun telah merubah segalanya, kini dia bukanlah orang yang sabar.Kendrick tersenyum tipis, “Saya membawa calon tunangan tuan muda Filbert.” Kendrick menyeringai. Karena ini bisa menjadi alat untuk mereka menemui Claire.
“Selamat datang, nona Ashilla ini jadwal anda hari ini.” Ucap Eva, sekretaris pribadiAshilla selama lima tahun.“Terima kasih.” Ucap Ashilla menerima jadwal itu dan melihatnya sekilas. “Tunggu, kenapa ada jadwal di malam hari dan di restoran starwhite?”Eva tersenyum, “Itu jadwal yang diminta tuan Jason, nona. Kata beliau anda akan berkencan hari ini.”Mendengar itu Ashilla terdiam, baru kemarin dia mengatakan tentang kencan tapi ayahnya sudah mengatur jadwal hari ini. “Dia sangat berambisi.” Gumam Ashilla dengan datar.“Baiklah, kau bisa pergi.” Kata Ashilla dengan datar.Eva mengangguk dengan patuh, lalu keluar dari ruangan, meninggalkan Ashilla yang masih menatap jadwal di tangannya. Dia menghela napas panjang, menggeleng pelan. "Ayah memang selalu cepat bertindak," gumamnya sambil meletakkan jadwal itu di atas meja.Sore harinya, Ashilla mulai bersiap untuk kencan yang tak direncanakannya sendiri. Meskipun sedikit enggan, dia tahu bahwa ayahnya, hanya ingin yang terbaik untuknya.
“Kau tak akan mendapatkan apapun dengan mengurungku seperti ini, Leonidas. Jika kau pikir Ethan Filbert akan datang kau salah besar.” Ucap Ashilla dengan datar.Sudah hampir seharian Ashilla di kurung oleh Leonidas, meskipun tak melakukan hal kasar padanya tetap saja Leonidas hanya bisa mengancam dan melihat pergerakan dari luar.Leonidas menghisap rokoknya dengan tenang lalu menatap ke arah ponselnya, tak memperdulikan ucapan Ashilla. Saat bunyi notifikasi dari ponselnya berbunyi dia tersenyum, “Pesawat dari Italia tiba kemarin dan daftar dari penumpangnya adalah, Ethan Filbert. Ternyata tanpa aku menyiksamu atau kau meminta pertolongan pada pria itu, dia sudah tahu kau dalam masalah ya, Ashilla.”Ashilla membeku, dia tak tahu jika Ethan akan menyadari masalah yang sedang dia alaminya. “Itu hanya kebetulan.” Ucap Ashilla mengelak.Leonidas tersenyum tipis dan mematikan asap rokoknya, “Tak masalah, karena aku sudah tahu kemana aku harus mencari pujaan hatiku. Terima kasih kerja saman
“Tuan saya menemukan lokasi dimana nona Claire bekerja, apakah anda ingin menghampirinya?” Tanya Kendrick pada tuannya, Leonidas.Leonidas yang baru tiba pagi ini di Italia menjadi tersenyum, “Atur aku sebagai pasiennya hari ini, aku tak ingin tahu kau harus mengaturnya.” Ucap Leonidas yang tak sabar bertemu dengan Claire.Kendrick mengangguk cepat, tanpa menunggu lama langsung bergerak untuk mengatur segala sesuatu sesuai instruksi Leonidas. Ia tahu betapa pentingnya hal ini bagi tuannya. Leonidas, dengan pandangan dingin namun penuh tekad, menghisap rokoknya sekali lagi sebelum memadamkannya di asbak.“Sudah terlalu lama,” gumam Leonidas sambil melihat ke luar jendela, memperhatikan kota yang mulai bergerak di pagi hari. Dia tidak sabar untuk melihat Claire, wanita yang dulu pernah menjadi bagian dari hidupnya, dan yang kini ingin dia temui kembali, meskipun hubungannya sudah kandas.Beberapa saat kemudian, Kendrick kembali dengan laporan. “Semuanya sudah diatur, tuan. Anda akan men