Pelanggan kedai tempat Aira bekerja semakin ramai di siang dan sore hari.
Aira sempat kewalahan, begitu juga Vina.Mereka bekerja multitalent, sebagai kasir, barista, mencuci perlengkapan, sekaligus menghandle kebersihan kedai. Pekerjaan Vina dan Aira tidak ada bedanya, Vina tidak bersikap Jemawa sebagai bos, dia tidak malu untuk mengerjakan tugas seperti karyawannya lakukan."Ra, kamu kecapean gak ya kira kira kalau besok aku minta buatin 50 donat. Aku takut kamu dropp, soalnya hari ini kita kerja keras banget."Aira tersenyum mendengar ucapan Vina."Mba, saya seneng ngelakuin ini, mimpi saya memang seperti ini. kerja, dapat uang sekaligus ngembangin kemampuan aku. Jadi aku ga keberatan soal pesanan donat kamu buat besok," Ucap Aira."Hm, mimpinya di ubah ya Ra, kamu harus punya mimpi jadi pengusaha yang sukses, jangan jadi pekerja." Ucap Vina menasehati.Aira tertawa pelan, "Iya mba, aku ubah mimpinya.""Ra Makasi banget ya, udah jadi karyawan, teman sekaligus vendor buat aku," Kata Vina sambil mengelus bahu Aira.***Aira bangun lebih awal, karna dia harus membuat donat dalam jumlah double. Sebenarnya dia ingin libur dulu untuk memasok donat ke warung, tapi Aira tidak mau sampai pelanggannya kecewa dan beralih ke makanan lain.Aira selesai memasok donat, di kagetkan dengan mobil yang terparkir di depan kostnya . Siapa lagi kalau bukan Vina.Sedari malam Vina antusias ingin cepat mengenalkan menu baru kepada para pelanggannya.Aira dan Vina berangkat bersama hari itu, dan hari hari selanjutnya Vina selalu menjemput Aira di kost, untuk memudahkan Aira membawa donat ke kedai.Para pelanggan kedai tidak sedikit yang menyukai donat Aira , hari pertama Vina memberika promosi beli 1 gratis 1 untuk donatnya, hari selanjutnya para pelanggan sudah di buat ketagihan dengan rasanya, dan membeli dengan harga normal.Hari ke hari Aira semakin di sibukan dengan dengan pekerjaan dan hobi nya itu.Aira melihat tabungan yang dia simpan di amplop lemari kost nya sudah berjumlah lumayan.Yang pertama Aira lakukan adalah pergi ke sebuah counter di pinggiran jalan kota. Dia membeli ponsel dengan merk dan spesifikasi yang standar. Baginya adalah ponselnya berguna untuk internet dan komunikasi.Aira memeluk ponsel hasil jerih payahnya itu. "Akhirnya aku punya ponsel juga." Aira berbicara sambil mengeotak Atik benda pipih tersebut.***Selesai jam kerja di kedai, Aira berbincang santai dengan Vina, sambil tangannya membersihkan cangkir dan sendok di wastafel.Mba tolong catat nomor ponsel kamu di kertas, saya sudah beli ponsel kemarin." Ucap Aira malu malu."Wah selamat ya Ra, aku iri deh sama kamu, beli ponsel pertama pake hasil usaha kamu sendiri. Kalau saya dulu masih bergantung sama orang tua.""Jalan hidup orang beda beda mba, intinya kita bersyukur aja ya.""Ra kamu ga ada niatan kuliah? Kamu ada potensi loh. kalau di barengi kuliah dan nanti punya gelar kamu pasti bisa sukses besar.""Iya ada sih mba, tapi saya abis pakai sebagian tabungan saya buat beli ponsel dulu. Nanti kalau sudah terkumpul baru saya siap untuk daftar di universitas." Jawab Aira."Semangat Aira. kalau butuh bantuan, aku harus jadi orang pertama yang kamu mintain tolong, selagi aku bisa tapi hehehe."***6 bulan kemudian, kedai kecil bertemakan food truck itu sudah berubah menjadi outlet. Perkembangan usaha pesat karena jerih payah yang menjalaninya.Vina mempekerjakan beberapa orang tambahan, ada yang sebagai administrasi, kebersihan , dan yang melakukan pemasaran di sosial media. Agar orang orang mengetahui keberadaan kedai dan menu yang di sediakan.Malam harinya ...Aira sedang mencari universitas di sekitar tempatnya tinggal dan bekerja, dengan biaya yang minim. Beruntung Aira sekarang sudah pintar menggunakan internet di ponselnya jadi dengan mudah dia mencari tanpa harus menyewa jasa warnet seperti awal dia datang ke kota.Besoknya Aira mendaftarkan diri di unversitas pilihannya, dengan jurusan baking and pastry art sesuai dengan hobinya.Vina sangat bangga saat mendengar Aira sudah resmi berkuliah, dia ingat betul Aira saat memohon pekerjaan padanya sangat polos dan belum tau apa apa.Sekarang Aira jadi wanita yang mandiri, pintar dan banyak mencari tahu,"Mbak Vin, Nanti kalau sudah mulai kuliah nanti, saya masih bisa bekerja paruh waktu disini kan ?""Bisa Aira, bekerjalah disini sampai kamu ga butuh pekerjaan lagi. Semoga kamu bisa buka usaha seperti ini juga kedepannya."Aira memeluk Vina erat, "Makasih, mba Vina sudah seperti keluargaku, Aku seperti punya kakak perempuan di kota ini. Di kampung aku selalu merasa sendiri, padahal itu tanah kelahiranku."Vina menepuk punggung Aira lembut. "Iya, makasih juga udah nemenin saya berjuang dari nol Ra."***Hari pertama kuliah Aira sangat bersemangat, dia sudah berhenti memasok donat ke warung, karena penghasilan dari kedai sudah lumayan. Aira mengarahkan para pelanggannya di warung untuk ke kedai saja jika ingin membeli donat buatannya.Aira melihat lihat ruangan kampusnya, dia mencari kelas jurusannya.Aira melihat wanita seumurannya yang sedang duduk sendirian dengan membaca buku tentang baking, Aira yakin bahwa wanita itu memilih jurusan yang sama dengan Aira.Aira memberanikan diri untuk menghampiri wanita tersebut, walaupun dari desa Aira bukan wanita yang pemalu dia bisa menempatkan sikap dengan siapa dia berbicara."Permisi mba, boleh saya bertanya ?" Tanya Aira.Wanita yang sedang membaca buku itu menutup bukunya dan membenarkan kacamata yang sedang dia gunakan . "Boleh kak, bertanya apa ?""Saya mahasiswa baru disini, saya bingung. Ini hari pertama saya di kampus, tapi saya belum menemukan kelas pastry, saya sudah bertanya kepada admin kampus, tapi petunjuknya kurang spesifik," Ucap Aira."Sama dong, akupun jurusan baking and pastry art."Dugaan Aira tepat, wanita itu satu jurusan dengannya. hanya melihat buku bacaan yang sedang dia baca Aira sudah bisa menyimpulkan."Wah beruntungnya saya, perkenalkan saya Aira." Aira menjulurkan lengannya mengajak bersalaman."Widya Laras, panggil saja Widya." Membalas jabatan tangan Aira dengan senyum yang ramah."Kelas kita dimana Widya?" Tanya Aira."Nanti aku tunjukkin yah Ra, kelasnya masih 30 menit lagi. Makanya aku baca buku dulu disini sambil nunggu." Jawab Widya.Aira mengangguk sambil menduduk dirinya di samping teman barunya itu.Aira berbincang santai denga Widya, sambil mencari informasi tentang kampus barunya ini. Widya dan Aira pun bertukar nomor ponsel, mereka sudah seperti teman dekat sejak lama, karena Aira akan langsung akrab dengan orang yang sefrekuensi dengannya."Yuk masuk kelas Ra, 5 menit lagi di mulai. Dosen ya jutek tapi ganteng." Widya berbicara sambil tertawa ringan."Bagus tuh , kebetulan aku jomblo." Aira membalas ucapan Widya dengan candaan."Eh ... Punyaku loh Ra." Ucap Widya sambil memanyunkan bibirnya.Aira berjalan beriringan dengan Widya karena sebentar lagi kelas akan di mulai. Widya membimbing Aira di kelas, sebagai mahasiswa baru Aira benar benar tidak tahu apa apa. Aira hanya membawa keberanian dan tekad untuk belajar dikampus ini.Selesai kelas Aira bergegas merapihkan peralatan tulisnya."Buru buru amat Ra," Ucap Widya."Saya harus jaga kedai, duluan ya Widya ... " Aira hendak berjalan keluar kelas, dengan cepat Widya memanggil untuk menahan Aira."Ra ... Tunggu aku bawa kendaraan." Langkah kaki Widya di percepat untuk mengejar Aira."Gausah Ra, kedai aku Deket kok cuman beberapa ratus meter dari sini." Ucap Aira."Udaaaaah ayo ikut aja." Widya menarik tangan Aira.Widya sekarang sudah mengetahui tempat bekerja Aira, teman barunya itu sangat salut terhadap sikap mandiri Aira. Sedangkan dirinya, sampai sekarang masih di fasilitasi oleh orang tuanya."Saya masuk kerja dulu ya Wid, makasih tumpangannya." Kata Aira menutup pintu m
Aira dan Widya sampai di kedai.Widya di minta Aira untuk langsung duduk di meja pelanggan, tanpa memesan terlebih dahulu.Sedangkan Aira, wanita itu masuk ke ruangan karyawan untuk menggunakan rompi kerja nya.Aira menghampiri Widya membawa 1 cangkir capuccino dan 1 donat dengan toping choco scrumble."Wah, jadi aku di traktir nih ceritanya." Ucap Widya sumringah.Aira tersenyum, "Bisa di bilang begitu.""Aira enaaaaak banget donatnya, fluffy banget. Ini kamu buat disini?" "Enggak, aku buatnya di rumah Wid." "Hah? Di rumah? Maksudnya ini kamu yang bikin sendiri?" Tanya Widya tidak percaya.Aira menganggukan kepalanya polos, tidak ada maksud untuk menyombongkan diri. Aira hanya menjawab jujur pertanyaan Widya."Aku bawa kesini dalam bentuk setengah matang, jadi begitu sampe sini langsung di Frozen sama ownerku.""Owner kamu jomblo gak? Tanya Widya iseng."Kayaknya sih iya jomblo.Bersamaan dengan itu Vina datang untuk mengecek mesin kasir, karena kebetulan sedang tidak ada pelanggan
Aira bekali kali membungkukkan badannya dan meminta maaf, karena tidak fokus saat mengantar pesanan."It's oke Ra, gak usah minta maaf terus. temen saya juga gak masalah. Iya kan by?" Tanya Alfian kepada temannya.Abyan Ethan Kaviza adalah teman dari Alfian, dosen nya Aira.secara kebetulan Aira dan Byan di pertemukan di kedai tempat wanita itu bekerja.Byan adalah laki laki idaman para wanita di luar sana, siapa yang bisa menolak visual Byan yang mempesona dan selalu nampak terlihat segar, dari segi finansial sudah tidak di ragukan lagi, Byan adalah pemilik perusahaan PT.GO RUNNING.tbk ,yang bergerak di bidang pelayanan transportasi online.Perusahaan yang didirikan atas perjuangan sendiri menjadi kebanggan untuk Byan, walaupun orang tuanya kaya tapi Byan selalu berusaha sendiri sejak lulus kuliah 7 tahun lalu, sampai sekarang Byan mempunyai semuanya. Tapi soal asmara Byan selalu kalah dari rekan seperjuangannya, sebagian besar temannya sudah menikah dan mempunyai anak. Hanya Alfian d
"Eh lo , disini juga ?" Tanya nya basa basi.Aira mengangguk, "kamu suka baca juga ?" "Engga juga." Jawabnya singkat.Byan reflek bersikap jual mahal, dia tidak mau terlihat seperti orang bodoh di hadapan Aira. Byan meyakini sikap dinginnya akan membuat Aira menjadi tertarik, dan di mata Aira, Byan seperti laki laki yang berkualitas. Tapi itu menurut Byan ... lain lagi dengan pemikiran Aira.Aira menganggap Byan merasa risih karena sudah di sapa dan di tanya oleh Aira soal aktifitasnya di toko buku. Wanita itu merasa tidak enak karna sikap Byan yang tidak welcome."Oh ya, Silahkan di lanjut." Aira meninggalkan Byan dan kembali ke rak novel bersama Widya yang masih fokus dengan bacaannya."Ng ... " Tangan Byan sedikit terangkat beberapa cm, ingin sekali menahan Aira untuk pergi meninggalkannya, Tapi rasa gengsinya terlalu besar, lalu dia lebih memilih meninggalkan toko buku, dengan tujuan menetralkan perasaannya yang naik turun akibat
"Bapak ... " Panggil Aira, saat Alfian akan mengemudikan mobilnya."Ya Ai, kenapa ?""Mm .. maaf pak panggilnya Aira aja atau Ra, jangan ai. Bapak udah punya pacar ? Alfian tersenyum mendengar pertanyaan Aira, "Kebetulan engga punya Ai." "Pak, jangan panggil aku ai ... " Rengek Aira."Kamu juga manggil saya bapak, saya ga suka." Sahut Alfian tersenyum jail."Ya kan bapak dosen saya," Sanggah Aira."Kamu juga Aira Hanindya ... Gak salah dong panggilnya Ai." Aira memejamkan matanya rapat, rasanya sulit berdebat kecil dengan dosennya ini, padahal hanya perkara nama panggilan saja."Yasudah pak, senyaman nya bapak aja." "Iya Ai ... Yang." Alfian terus menggoda Aira yang wajahnya memerahHah? Aira memandang tajam dosennya."Yang aus , Yang aus ... Itu maksudku."Aira tak bisa menahan tawanya, dosen nya di kampus dan di luar sangatlah berbeda. Saat mengajar Alfian menjadi sosok yang dingin
"Ng ... Iya Byan, maaf ga fokus," ucap Aira sambil tertawa kecil.Byan duduk di samping Aira, tapi dengan jarak lumayan jauh, tidak berdekatan."Kamu sudah ngobrol sama Alfi?"Aira mengangguk, " Sudah, Oh ya Byan ... rasanya tidak sopan kalau manggil kamu dengan nama saja, sepertinya kamu lebih tua di atas aku." Ucap Aira polos.Byan tersenyum, ini pertama kalinya Aira melihat pria itu melengkungkan bibirnya, biasanya Byan berekspresi datar bila bertemu dengannya."Saya sama Alfian seumuran." "Oh berarti bedanya denganku sekitar 5 tahun ya, oke aku panggil kamu kakak." "B- Boleh." Ucap Byan."Gimana kak? bisa minta tolong di jelaskan, kenapa aku harus kesini? apa Kakak juga bagian dari team usaha yang Pak Alfian rencanakan?" "Enggak, Kakak cuman support menghubungkan tempat usaha kamu nanti, dengan aplikasi go running, agar cakupan lebih luas. tidak hanya mengandalkan customer yang datang langsung, t
(Aira ) : Taman tengah kota kak.Pandangan Byan mengelilingi sekitar taman, mencari keberadaan Aira yang tidak jelas menyebutkan letaknya pastinya dimana. Matanya berhenti pada wanita menggunakan rok hitam dengan sweater rajut, sedang menjilat es krim di bangku taman sambil menggoyang kedua kakinya yang menggantung.Byan mengembangkan senyumnya, melihat Aira dari jauh saja bisa semenyenangkan itu.Tanpa buang waktu pria itu melangkahkan kakinya mendekati Aira yang tengah duduk di taman.Aira melihat seseorang yang berjalan ke arahnya langsung melambaikan tangannya dengan wajah ceria." Kakak ga sibuk? kok bisa keluar kantor? ini kan belum jam makan siang." Byan tersenyum mendengar pertanyaan Aira, jelas bisa saja Byan melakukan apapun, toh Byan yang mempunyai kendali."Iya bisa aja Ra, kamu hari ini libur kuliah?" Aira mengangguk sambil menjilat es krimnya, "Tapi tetap masuk kerja." Jawabnya sambil tersen
Alfian terkejut dan langsung memandang Byan Tak bersahabat, "Ada nyamuk tadi," Ucap Byan datar."Yuk aku ambilin makanan favorite aku disana." Ajak Alfian sambil merangkul Aira.Widya kembali dengan beberapa dessert di tangannya, "Airaaaa, kemana sih dia?" Byan mengekori Aira dan Alfian dengan berjalan sangat lambat, "Ada apa sih By? Gue kok berasa lagi di intai ya." Ucap Alfian yang menyadari Byan ada di belakangnya."G-gue mau itu juga, yang di pegang Aira." Menunjuk dimsum yang Aira pegang. "Habis belum di refil lagi." Jawab Alfian."Ini aku ambil beberapa kok, buka mulutnya kak, tusukannya cuman satu lagi." Aira tidak sadar bahwa perlakuannya pada Byan membuat hati Alfian membara, sedangkan Byan tentu saja perasannya semakin di buat melayang.Byan menikmati dimsum yang berasal dari suapan Aira, dimsum yang rasanya tidak seberapa itu sangat lain ketika masuk di mulut Byan, rasanya mungkin seperti makan dimsum l
"Maaf""Gak masalah kak, aku cukup tau diri kok." Ucap Aira.Byan mengecup puncak kepala wanitanya itu, "Maaf harus liat adegan menjijikan tadi, itu semua aku lakukan untuk keamanan kamu, aku ga ada pilihan lain.""Iya kak, ada apa kamu datang kesini?""Tentu saja mau bertemu wanita pujaan hatiku."Aira menyunggingkan senyumnya, "Jangan memancing amarah mama kamu kak.""Pelindungku sudah datang, papa." Sahut Byan yang sudah duduk di samping Aira."Aku gak mau jadi penghancur keharmonisan keluarga kamu kak. Tolong ngertiin aku.""Kalau gitu berarti aku yang akan hancur Ai." Ucap Byan.Byan memeluk Aira sambil menyandarkan kepala di bahu wanitanya itu, "Apapun keadaannya, tolong tetap di sampingku, aku mohon."'Alfian yang sudah menenteng bungkusan berisi makanan mengurungkan niatnya untuk menghampiri pasangan yang sedang duduk berduaan di taman. Pria itu lebih memilih menyantap makanan itu sendirian sambil memantau dari kejauhan.
Alfian tercengang melihat seisi apartemen yang tadinya tidak sebagus ini. "Ai? Kamu bilang tadi ada yang buat onar di apartemen, mana? Ini rapih banget." "Udah di urus semua sama orang suruhan kak Byan. Pak please antar saya ke tempat ini." Ucap Aira sambil menunjukan layar ponselnya, tertera alamat lengkap yang di kirim oleh Tyas. "Saya gak nyangka Tante Tyas bisa segininya, padahal yang saya tau beliau termasuk orang tua yang acuh pada Byan." "Ayo Pak, kita langsung kesana aja." Ucap Aira yang sudah tidak sabar. Di mansion Tyas. Joane selalu menempel kemanapun gerakan Byan, pria itu sejujurnya risih dengan semua perlakuan wanita ini. Tapi mau tidak mau Byan harus menahannya,agar Aira tidak di sakiti oleh orang suruhan Tyas, sekuat apapun Byan melawan Tyas akan selalu mempunyai ratusan cara agar keinginannya terwujud. Aira menutup mobil Alfian sambi
Byan terpaksa pulang di malam hari dari apartemen Aira, karena wanita itu melarang Byan untuk menginap, sekalipun mereka tidur terpisah antara kamar dan ruang tv tetap Aira tidak mau. *Suara bel apartemen Aira Aira yang sudah sangat mengantuk, terpaksa berjalan untuk membuka pintu. Terlihat beberapa orang berbadan tegap memaksa masuk ke apartemen Aira, "Eh Bapak bapak ini siapa? kenapa kalian gak sopan kayak gini." Tanya Aira yang membuntuti pria yang berjumlah 5 orang yang menerobos masuk ke dalam. Tanpa aba aba , semua nya mengacau di dalam apartemen Aira, semua barang pecah belah, tv dan semua alat elektronik lainnya di banting ke lantai secara membabi buta oleh para pria misterius itu, Aira tidak ada daya untuk melawan karena sudah pasti akan
Byan terus memeluk Aira yang sedang menyiapkan minuman untuknya, "Mulai hari ini, kamu punyaku sayang." Bisik Byan. "Kak ... aku merinding jadinya." Aira bergidik saat Byan berbisik di telinganya. Byan mengangkat tubuh Aira yang ramping, dan mendudukkannya di meja dapur, "Jangan pernah berfikir buat jauh dari aku lagi, karena mulai sekarang udah gak akan bisa. Kamu masuk pantauan aku 24jam sayang." "Aku gak yakin kak, bisa aja ini cinta sesaat kamu ... jadi jangan terlalu dalam." "Gak yakin karena?" "Orang tua kamu tidak menyukai aku, dan kamu sudah punya calon istri." Byan membungkam mulut Aira dengan c1um4n yang menuntut, setelah beberapa menit Byan baru melepasnya. "Aku gak mau kata kata sejenis itu keluar dari mulut kamu. Calon istri ku cuman kamu. kalau kamu mau, besok aku bisa saja jadikan kamu istri yang sesungguhnya."
2 Minggu berlalu, Byan belum juga menemukan Aira ... Alfian sendiri tidak bisa mengorek data pribadi Aira di kampus, karena itu bersifat rahasia."By, lo makan dulu ... kerjaan lo ga kelar kelar kalau mikirin Aira terus. nanti juga dia balik kok." Ucap Alfian dengan semangkuk bubur di tangannya.laByan terlihat pucat, beberapa rambut juga tumbuh di wajahnya ... pri itu tidak menyempatkan mengurus dirinya sendiri. setiap hari Byan hanya menunggu anak buahnya memberi informasi tentang perkembangan pencarian lokasi Aira."Gimana? udah ada kabar Aira ada dimana?" Ucap Byan dengan suara lemahnya."Ya belum lah By ... kalau ada juga gue pasti kabarin." Ponsel Alfian.CHAT.(Aira ) : Pak maaf Aira baru aktifkan ponsel. Maaf panggilan telpon dari bapak 2 Minggu yang lalu tidak terjawab."BYAAAAAN !!!!!!" Alfian menaruh semangkok bubur di meja dan dengan cepat menunjukan layar ponselnya pada Byan.
"Nanti pagi pegawai kakak datang untuk antar barang barang kamu selama tinggal disini," Ucap Byan sambil menikmati makan malamnya."Emang kakak mau kemana?" "Kakak kerja Ra, besok ada pembahasan penting. gak apa apa kan di tinggal? nanti makan siang Kakak pulang. Tenang aja ... apartemen kakak aman." Aira mengangguk, "Oke.""Hm ... Ra, kakak ada sesuatu yang harus di sampaikan, rasanya mengganjal jika kakak Tahan terus." Aira menutup box makanan yang sudah kosong, menyudahi aktivitas makan malamnya. Aira sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Byan .. "Apaan ka? bikin penasaran aja." "Mm ... saya gak mau menjadi sekedar kakak di hati kamu" "Hah?" Aira menyelipkan rambut yang menghalangi wajah ke belakang telinganya, sambil terus menatap penasaran pada Byan.Byan memberanikan diri menggenggam tangan Aira, ""Aira , ayo kita berpacaran." Ucap Byan penuh keyakinan.Aira menatap Byan lirih."Tapi kit
"Yes." Ucap Byan.Alfian menepuk tangannya, "Tapi Aira ga segampang yang lo kira By." "Gue tau itu."***Aira berjalan di sepanjang trotoar jalan menuju halte bus dekat kampusnya, Sambil menunggu bus selanjutnya datang Aira akan mampir ke minimarket untuk membeli minum, saat melewati gang yang terhalang dua gedung besar, ada seorang pria yang bersiul kepadanya, Aira reflek menengok pada sumber suara. *Ih apaan sih, gak sopan banget. Ucap Aira dalam hati."Cantik, sini sayang ... kenalan dulu boleh dong." Ucap pria misterius itu.Aira mempercepat langkahnya, namun langkahnya kalah cepat dengan pria bertubuh kekar itu. "Suka di paksa ya?" Seringai Pria itu, yang dengan cepat mengalungkan lengannya di leher Aira dan sedikit merobek bajunya karna tarikannya yang sangat kuat.Aira terbatuk batuk, Pria itu menyeret Aira ke dalam gang yang gelap, entah keberanian darimana Aira menggigit tanga
Byan masuk ke store dengan raut wajah khawatirnya, dia ikut merasakan apa yang di rasakan oleh Alfian dan juga Aira.Pria itu berjalan tanpa memandang orang di sekitarnya, tatapannya hanya tertuju pada Aira yang sedang memijat pelipisnya di meja kasir. Ada beberapa karyawan yang sedang membereskan sisa roti yang tidak terjual, mau bagaimana lagi ... Aira harus menekan jumlah produksi rotinya untuk meminimalkan kerugian. "Aira ..." Ucap Byan yang mendadak muncul di hadapan."Eh, kakak ... sebentar ya kak, closing dulu." Ucap Aira.Byan menunggu Aira tepat di belakangnya, dia mendudukan diri sambil terus memantau pergerakan Aira. Sesekali Aira sibuk mondar mandir mengecek karyawannya yang sedang membereskan sisa roti. Aira mondar mandir melewati Byan yang sedang memperhatikannya.Saat Aira beranjak kembali dari duduknya, Byan dengan cepat menahan pergelangan tangannya, "Butuh apa? biar kakak yang ambil." Aira tertegun karena
"Byan sudah di jodohkan dengan wanita pilihan keluarga kami, saya harap kamu mengerti." Aira tersenyum sambil mendorong amplop coklat di tangan Tyas."Maaf ibu, saya tidak bisa menerima ini. Sebagai informasi untuk ibu, saya dan kak Byan hanya berhubungan sebatas teman dan partner usaha, tidak lebih." Tyas berdecak, raut wajahnya terlihat sangat meremehkan Aira."Masih kurang uang yang saya berikan? saya bisa belikan kamu penthouse, asalkan kamu benar benar tidak bertemu lagi dengan anak saya, dengan alasan apapun.""Maaf sebesar-besarnya Bu, pintu keluar ada di sebelah sana." Aira menunjuk pintunya dengan ibu jarinya, tetap sopan tapi penuh penekanan.Tyas dengan sombongnya berjalan melewati Aira, dan dengan sengaja menabrakan bahunya pada tubuh Aira.***Besok nya Aira sudah bersiap untuk kuliah, wanita itu sudah memesan ojek online pagi ini. Di dekat apartemennya Halte bis cukup jauh, jadi Nadya beralih ke transporta