"Ng ... Iya Byan, maaf ga fokus," ucap Aira sambil tertawa kecil.
Byan duduk di samping Aira, tapi dengan jarak lumayan jauh, tidak berdekatan."Kamu sudah ngobrol sama Alfi?"Aira mengangguk, " Sudah, Oh ya Byan ... rasanya tidak sopan kalau manggil kamu dengan nama saja, sepertinya kamu lebih tua di atas aku." Ucap Aira polos.Byan tersenyum, ini pertama kalinya Aira melihat pria itu melengkungkan bibirnya, biasanya Byan berekspresi datar bila bertemu dengannya."Saya sama Alfian seumuran.""Oh berarti bedanya denganku sekitar 5 tahun ya, oke aku panggil kamu kakak.""B- Boleh." Ucap Byan."Gimana kak? bisa minta tolong di jelaskan, kenapa aku harus kesini? apa Kakak juga bagian dari team usaha yang Pak Alfian rencanakan?""Enggak, Kakak cuman support menghubungkan tempat usaha kamu nanti, dengan aplikasi go running, agar cakupan lebih luas. tidak hanya mengandalkan customer yang datang langsung, t(Aira ) : Taman tengah kota kak.Pandangan Byan mengelilingi sekitar taman, mencari keberadaan Aira yang tidak jelas menyebutkan letaknya pastinya dimana. Matanya berhenti pada wanita menggunakan rok hitam dengan sweater rajut, sedang menjilat es krim di bangku taman sambil menggoyang kedua kakinya yang menggantung.Byan mengembangkan senyumnya, melihat Aira dari jauh saja bisa semenyenangkan itu.Tanpa buang waktu pria itu melangkahkan kakinya mendekati Aira yang tengah duduk di taman.Aira melihat seseorang yang berjalan ke arahnya langsung melambaikan tangannya dengan wajah ceria." Kakak ga sibuk? kok bisa keluar kantor? ini kan belum jam makan siang." Byan tersenyum mendengar pertanyaan Aira, jelas bisa saja Byan melakukan apapun, toh Byan yang mempunyai kendali."Iya bisa aja Ra, kamu hari ini libur kuliah?" Aira mengangguk sambil menjilat es krimnya, "Tapi tetap masuk kerja." Jawabnya sambil tersen
Alfian terkejut dan langsung memandang Byan Tak bersahabat, "Ada nyamuk tadi," Ucap Byan datar."Yuk aku ambilin makanan favorite aku disana." Ajak Alfian sambil merangkul Aira.Widya kembali dengan beberapa dessert di tangannya, "Airaaaa, kemana sih dia?" Byan mengekori Aira dan Alfian dengan berjalan sangat lambat, "Ada apa sih By? Gue kok berasa lagi di intai ya." Ucap Alfian yang menyadari Byan ada di belakangnya."G-gue mau itu juga, yang di pegang Aira." Menunjuk dimsum yang Aira pegang. "Habis belum di refil lagi." Jawab Alfian."Ini aku ambil beberapa kok, buka mulutnya kak, tusukannya cuman satu lagi." Aira tidak sadar bahwa perlakuannya pada Byan membuat hati Alfian membara, sedangkan Byan tentu saja perasannya semakin di buat melayang.Byan menikmati dimsum yang berasal dari suapan Aira, dimsum yang rasanya tidak seberapa itu sangat lain ketika masuk di mulut Byan, rasanya mungkin seperti makan dimsum l
Alfian dan Widya tercengang melihat adegan itu, sedangkan sang pelaku bersikap seolah itu perilaku yang sudah biasa.Aira memegang jarinya yang sudah tidak mengeluarkan darah, ingin mengucapkan terimakasih pun rasanya berat sekali, berat karna terlalu gugup menerima perlakuan Byan tadi."Semangat Ra, sebentar lagi kita sampai puncak." Ucap Byan memecahkan keheningan di antara mereka."Paaak, kita kayaknya jadi nyamuk kebon disini." Bisik Widya pada Alfian.Alfian menghiraukan itu, pria itu berjalan cepat meninggalkan tiga orang di belakangnya.Byan menyadari Alfian merasa kesal, pria itu menyunggingkan senyum kemenangannya. "Akhirnya setelah beberapa drama kita sampai juga di puncak, gak sabar liat sunsetnya." Ucap Aira sambil merentangkan kedua tangannya.Alfian mendekati Aira sambil membawa 2 kursi lipat, untuknya dan juga Aira.Widya yang melihat itu mendengus sebal, baru saja dia merasa lega karna melihat B
CHAT.(Kak Byan) : Ra, kakak ingin bertemu sepulang kuliah, Alfian ingin usahanya cepat di jalankan, karena kakak cerita bahwa kamu sudah tidak lagi bekerja di tempat yang lama.*Ga seharusnya aku jauhin kak Byan, ini kan bukan salahnya dia. aku aja yang di bawa perasaan sama komentar fans nya kak Byan, Batin Aira.(Aira) : Oke kak. aku tunggu di taman yang waktu itu ya, jam 13.00 siang.Byan mengembangkan senyumnya, pria itu fikir Aira tidak akan membalas chatnya, ternyata Aira masih bersikap sama seperti kemarin.Widya dan Aira hendak pulang saat selesai kelas, namun Alfian dengan sigap menahan keduanya. "Tunggu Ra, hmm ... Kamu udah dapet kabar dari Byan belum?" "Oh iya sudah kak." "Oke, sorry ya gak bisa ikut ngobrol, kerjaan saya masih banyak, semoga kamu setuju ya." Aira mengangguk lalu pamit untuk pulang lebih dulu dengan Widya."Kabar apaan sih Ra?" Tanya Widya saat sudah menjauh dari Alfian.
"Byan sudah di jodohkan dengan wanita pilihan keluarga kami, saya harap kamu mengerti." Aira tersenyum sambil mendorong amplop coklat di tangan Tyas."Maaf ibu, saya tidak bisa menerima ini. Sebagai informasi untuk ibu, saya dan kak Byan hanya berhubungan sebatas teman dan partner usaha, tidak lebih." Tyas berdecak, raut wajahnya terlihat sangat meremehkan Aira."Masih kurang uang yang saya berikan? saya bisa belikan kamu penthouse, asalkan kamu benar benar tidak bertemu lagi dengan anak saya, dengan alasan apapun.""Maaf sebesar-besarnya Bu, pintu keluar ada di sebelah sana." Aira menunjuk pintunya dengan ibu jarinya, tetap sopan tapi penuh penekanan.Tyas dengan sombongnya berjalan melewati Aira, dan dengan sengaja menabrakan bahunya pada tubuh Aira.***Besok nya Aira sudah bersiap untuk kuliah, wanita itu sudah memesan ojek online pagi ini. Di dekat apartemennya Halte bis cukup jauh, jadi Nadya beralih ke transporta
Byan masuk ke store dengan raut wajah khawatirnya, dia ikut merasakan apa yang di rasakan oleh Alfian dan juga Aira.Pria itu berjalan tanpa memandang orang di sekitarnya, tatapannya hanya tertuju pada Aira yang sedang memijat pelipisnya di meja kasir. Ada beberapa karyawan yang sedang membereskan sisa roti yang tidak terjual, mau bagaimana lagi ... Aira harus menekan jumlah produksi rotinya untuk meminimalkan kerugian. "Aira ..." Ucap Byan yang mendadak muncul di hadapan."Eh, kakak ... sebentar ya kak, closing dulu." Ucap Aira.Byan menunggu Aira tepat di belakangnya, dia mendudukan diri sambil terus memantau pergerakan Aira. Sesekali Aira sibuk mondar mandir mengecek karyawannya yang sedang membereskan sisa roti. Aira mondar mandir melewati Byan yang sedang memperhatikannya.Saat Aira beranjak kembali dari duduknya, Byan dengan cepat menahan pergelangan tangannya, "Butuh apa? biar kakak yang ambil." Aira tertegun karena
"Yes." Ucap Byan.Alfian menepuk tangannya, "Tapi Aira ga segampang yang lo kira By." "Gue tau itu."***Aira berjalan di sepanjang trotoar jalan menuju halte bus dekat kampusnya, Sambil menunggu bus selanjutnya datang Aira akan mampir ke minimarket untuk membeli minum, saat melewati gang yang terhalang dua gedung besar, ada seorang pria yang bersiul kepadanya, Aira reflek menengok pada sumber suara. *Ih apaan sih, gak sopan banget. Ucap Aira dalam hati."Cantik, sini sayang ... kenalan dulu boleh dong." Ucap pria misterius itu.Aira mempercepat langkahnya, namun langkahnya kalah cepat dengan pria bertubuh kekar itu. "Suka di paksa ya?" Seringai Pria itu, yang dengan cepat mengalungkan lengannya di leher Aira dan sedikit merobek bajunya karna tarikannya yang sangat kuat.Aira terbatuk batuk, Pria itu menyeret Aira ke dalam gang yang gelap, entah keberanian darimana Aira menggigit tanga
"Nanti pagi pegawai kakak datang untuk antar barang barang kamu selama tinggal disini," Ucap Byan sambil menikmati makan malamnya."Emang kakak mau kemana?" "Kakak kerja Ra, besok ada pembahasan penting. gak apa apa kan di tinggal? nanti makan siang Kakak pulang. Tenang aja ... apartemen kakak aman." Aira mengangguk, "Oke.""Hm ... Ra, kakak ada sesuatu yang harus di sampaikan, rasanya mengganjal jika kakak Tahan terus." Aira menutup box makanan yang sudah kosong, menyudahi aktivitas makan malamnya. Aira sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Byan .. "Apaan ka? bikin penasaran aja." "Mm ... saya gak mau menjadi sekedar kakak di hati kamu" "Hah?" Aira menyelipkan rambut yang menghalangi wajah ke belakang telinganya, sambil terus menatap penasaran pada Byan.Byan memberanikan diri menggenggam tangan Aira, ""Aira , ayo kita berpacaran." Ucap Byan penuh keyakinan.Aira menatap Byan lirih."Tapi kit
"Maaf""Gak masalah kak, aku cukup tau diri kok." Ucap Aira.Byan mengecup puncak kepala wanitanya itu, "Maaf harus liat adegan menjijikan tadi, itu semua aku lakukan untuk keamanan kamu, aku ga ada pilihan lain.""Iya kak, ada apa kamu datang kesini?""Tentu saja mau bertemu wanita pujaan hatiku."Aira menyunggingkan senyumnya, "Jangan memancing amarah mama kamu kak.""Pelindungku sudah datang, papa." Sahut Byan yang sudah duduk di samping Aira."Aku gak mau jadi penghancur keharmonisan keluarga kamu kak. Tolong ngertiin aku.""Kalau gitu berarti aku yang akan hancur Ai." Ucap Byan.Byan memeluk Aira sambil menyandarkan kepala di bahu wanitanya itu, "Apapun keadaannya, tolong tetap di sampingku, aku mohon."'Alfian yang sudah menenteng bungkusan berisi makanan mengurungkan niatnya untuk menghampiri pasangan yang sedang duduk berduaan di taman. Pria itu lebih memilih menyantap makanan itu sendirian sambil memantau dari kejauhan.
Alfian tercengang melihat seisi apartemen yang tadinya tidak sebagus ini. "Ai? Kamu bilang tadi ada yang buat onar di apartemen, mana? Ini rapih banget." "Udah di urus semua sama orang suruhan kak Byan. Pak please antar saya ke tempat ini." Ucap Aira sambil menunjukan layar ponselnya, tertera alamat lengkap yang di kirim oleh Tyas. "Saya gak nyangka Tante Tyas bisa segininya, padahal yang saya tau beliau termasuk orang tua yang acuh pada Byan." "Ayo Pak, kita langsung kesana aja." Ucap Aira yang sudah tidak sabar. Di mansion Tyas. Joane selalu menempel kemanapun gerakan Byan, pria itu sejujurnya risih dengan semua perlakuan wanita ini. Tapi mau tidak mau Byan harus menahannya,agar Aira tidak di sakiti oleh orang suruhan Tyas, sekuat apapun Byan melawan Tyas akan selalu mempunyai ratusan cara agar keinginannya terwujud. Aira menutup mobil Alfian sambi
Byan terpaksa pulang di malam hari dari apartemen Aira, karena wanita itu melarang Byan untuk menginap, sekalipun mereka tidur terpisah antara kamar dan ruang tv tetap Aira tidak mau. *Suara bel apartemen Aira Aira yang sudah sangat mengantuk, terpaksa berjalan untuk membuka pintu. Terlihat beberapa orang berbadan tegap memaksa masuk ke apartemen Aira, "Eh Bapak bapak ini siapa? kenapa kalian gak sopan kayak gini." Tanya Aira yang membuntuti pria yang berjumlah 5 orang yang menerobos masuk ke dalam. Tanpa aba aba , semua nya mengacau di dalam apartemen Aira, semua barang pecah belah, tv dan semua alat elektronik lainnya di banting ke lantai secara membabi buta oleh para pria misterius itu, Aira tidak ada daya untuk melawan karena sudah pasti akan
Byan terus memeluk Aira yang sedang menyiapkan minuman untuknya, "Mulai hari ini, kamu punyaku sayang." Bisik Byan. "Kak ... aku merinding jadinya." Aira bergidik saat Byan berbisik di telinganya. Byan mengangkat tubuh Aira yang ramping, dan mendudukkannya di meja dapur, "Jangan pernah berfikir buat jauh dari aku lagi, karena mulai sekarang udah gak akan bisa. Kamu masuk pantauan aku 24jam sayang." "Aku gak yakin kak, bisa aja ini cinta sesaat kamu ... jadi jangan terlalu dalam." "Gak yakin karena?" "Orang tua kamu tidak menyukai aku, dan kamu sudah punya calon istri." Byan membungkam mulut Aira dengan c1um4n yang menuntut, setelah beberapa menit Byan baru melepasnya. "Aku gak mau kata kata sejenis itu keluar dari mulut kamu. Calon istri ku cuman kamu. kalau kamu mau, besok aku bisa saja jadikan kamu istri yang sesungguhnya."
2 Minggu berlalu, Byan belum juga menemukan Aira ... Alfian sendiri tidak bisa mengorek data pribadi Aira di kampus, karena itu bersifat rahasia."By, lo makan dulu ... kerjaan lo ga kelar kelar kalau mikirin Aira terus. nanti juga dia balik kok." Ucap Alfian dengan semangkuk bubur di tangannya.laByan terlihat pucat, beberapa rambut juga tumbuh di wajahnya ... pri itu tidak menyempatkan mengurus dirinya sendiri. setiap hari Byan hanya menunggu anak buahnya memberi informasi tentang perkembangan pencarian lokasi Aira."Gimana? udah ada kabar Aira ada dimana?" Ucap Byan dengan suara lemahnya."Ya belum lah By ... kalau ada juga gue pasti kabarin." Ponsel Alfian.CHAT.(Aira ) : Pak maaf Aira baru aktifkan ponsel. Maaf panggilan telpon dari bapak 2 Minggu yang lalu tidak terjawab."BYAAAAAN !!!!!!" Alfian menaruh semangkok bubur di meja dan dengan cepat menunjukan layar ponselnya pada Byan.
"Nanti pagi pegawai kakak datang untuk antar barang barang kamu selama tinggal disini," Ucap Byan sambil menikmati makan malamnya."Emang kakak mau kemana?" "Kakak kerja Ra, besok ada pembahasan penting. gak apa apa kan di tinggal? nanti makan siang Kakak pulang. Tenang aja ... apartemen kakak aman." Aira mengangguk, "Oke.""Hm ... Ra, kakak ada sesuatu yang harus di sampaikan, rasanya mengganjal jika kakak Tahan terus." Aira menutup box makanan yang sudah kosong, menyudahi aktivitas makan malamnya. Aira sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Byan .. "Apaan ka? bikin penasaran aja." "Mm ... saya gak mau menjadi sekedar kakak di hati kamu" "Hah?" Aira menyelipkan rambut yang menghalangi wajah ke belakang telinganya, sambil terus menatap penasaran pada Byan.Byan memberanikan diri menggenggam tangan Aira, ""Aira , ayo kita berpacaran." Ucap Byan penuh keyakinan.Aira menatap Byan lirih."Tapi kit
"Yes." Ucap Byan.Alfian menepuk tangannya, "Tapi Aira ga segampang yang lo kira By." "Gue tau itu."***Aira berjalan di sepanjang trotoar jalan menuju halte bus dekat kampusnya, Sambil menunggu bus selanjutnya datang Aira akan mampir ke minimarket untuk membeli minum, saat melewati gang yang terhalang dua gedung besar, ada seorang pria yang bersiul kepadanya, Aira reflek menengok pada sumber suara. *Ih apaan sih, gak sopan banget. Ucap Aira dalam hati."Cantik, sini sayang ... kenalan dulu boleh dong." Ucap pria misterius itu.Aira mempercepat langkahnya, namun langkahnya kalah cepat dengan pria bertubuh kekar itu. "Suka di paksa ya?" Seringai Pria itu, yang dengan cepat mengalungkan lengannya di leher Aira dan sedikit merobek bajunya karna tarikannya yang sangat kuat.Aira terbatuk batuk, Pria itu menyeret Aira ke dalam gang yang gelap, entah keberanian darimana Aira menggigit tanga
Byan masuk ke store dengan raut wajah khawatirnya, dia ikut merasakan apa yang di rasakan oleh Alfian dan juga Aira.Pria itu berjalan tanpa memandang orang di sekitarnya, tatapannya hanya tertuju pada Aira yang sedang memijat pelipisnya di meja kasir. Ada beberapa karyawan yang sedang membereskan sisa roti yang tidak terjual, mau bagaimana lagi ... Aira harus menekan jumlah produksi rotinya untuk meminimalkan kerugian. "Aira ..." Ucap Byan yang mendadak muncul di hadapan."Eh, kakak ... sebentar ya kak, closing dulu." Ucap Aira.Byan menunggu Aira tepat di belakangnya, dia mendudukan diri sambil terus memantau pergerakan Aira. Sesekali Aira sibuk mondar mandir mengecek karyawannya yang sedang membereskan sisa roti. Aira mondar mandir melewati Byan yang sedang memperhatikannya.Saat Aira beranjak kembali dari duduknya, Byan dengan cepat menahan pergelangan tangannya, "Butuh apa? biar kakak yang ambil." Aira tertegun karena
"Byan sudah di jodohkan dengan wanita pilihan keluarga kami, saya harap kamu mengerti." Aira tersenyum sambil mendorong amplop coklat di tangan Tyas."Maaf ibu, saya tidak bisa menerima ini. Sebagai informasi untuk ibu, saya dan kak Byan hanya berhubungan sebatas teman dan partner usaha, tidak lebih." Tyas berdecak, raut wajahnya terlihat sangat meremehkan Aira."Masih kurang uang yang saya berikan? saya bisa belikan kamu penthouse, asalkan kamu benar benar tidak bertemu lagi dengan anak saya, dengan alasan apapun.""Maaf sebesar-besarnya Bu, pintu keluar ada di sebelah sana." Aira menunjuk pintunya dengan ibu jarinya, tetap sopan tapi penuh penekanan.Tyas dengan sombongnya berjalan melewati Aira, dan dengan sengaja menabrakan bahunya pada tubuh Aira.***Besok nya Aira sudah bersiap untuk kuliah, wanita itu sudah memesan ojek online pagi ini. Di dekat apartemennya Halte bis cukup jauh, jadi Nadya beralih ke transporta