Byan terpaksa pulang di malam hari dari apartemen Aira, karena wanita itu melarang Byan untuk menginap, sekalipun mereka tidur terpisah antara kamar dan ruang tv tetap Aira tidak mau.
*Suara bel apartemen Aira Aira yang sudah sangat mengantuk, terpaksa berjalan untuk membuka pintu. Terlihat beberapa orang berbadan tegap memaksa masuk ke apartemen Aira, "Eh Bapak bapak ini siapa? kenapa kalian gak sopan kayak gini." Tanya Aira yang membuntuti pria yang berjumlah 5 orang yang menerobos masuk ke dalam. Tanpa aba aba , semua nya mengacau di dalam apartemen Aira, semua barang pecah belah, tv dan semua alat elektronik lainnya di banting ke lantai secara membabi buta oleh para pria misterius itu, Aira tidak ada daya untuk melawan karena sudah pasti akanAlfian tercengang melihat seisi apartemen yang tadinya tidak sebagus ini. "Ai? Kamu bilang tadi ada yang buat onar di apartemen, mana? Ini rapih banget." "Udah di urus semua sama orang suruhan kak Byan. Pak please antar saya ke tempat ini." Ucap Aira sambil menunjukan layar ponselnya, tertera alamat lengkap yang di kirim oleh Tyas. "Saya gak nyangka Tante Tyas bisa segininya, padahal yang saya tau beliau termasuk orang tua yang acuh pada Byan." "Ayo Pak, kita langsung kesana aja." Ucap Aira yang sudah tidak sabar. Di mansion Tyas. Joane selalu menempel kemanapun gerakan Byan, pria itu sejujurnya risih dengan semua perlakuan wanita ini. Tapi mau tidak mau Byan harus menahannya,agar Aira tidak di sakiti oleh orang suruhan Tyas, sekuat apapun Byan melawan Tyas akan selalu mempunyai ratusan cara agar keinginannya terwujud. Aira menutup mobil Alfian sambi
"Maaf""Gak masalah kak, aku cukup tau diri kok." Ucap Aira.Byan mengecup puncak kepala wanitanya itu, "Maaf harus liat adegan menjijikan tadi, itu semua aku lakukan untuk keamanan kamu, aku ga ada pilihan lain.""Iya kak, ada apa kamu datang kesini?""Tentu saja mau bertemu wanita pujaan hatiku."Aira menyunggingkan senyumnya, "Jangan memancing amarah mama kamu kak.""Pelindungku sudah datang, papa." Sahut Byan yang sudah duduk di samping Aira."Aku gak mau jadi penghancur keharmonisan keluarga kamu kak. Tolong ngertiin aku.""Kalau gitu berarti aku yang akan hancur Ai." Ucap Byan.Byan memeluk Aira sambil menyandarkan kepala di bahu wanitanya itu, "Apapun keadaannya, tolong tetap di sampingku, aku mohon."'Alfian yang sudah menenteng bungkusan berisi makanan mengurungkan niatnya untuk menghampiri pasangan yang sedang duduk berduaan di taman. Pria itu lebih memilih menyantap makanan itu sendirian sambil memantau dari kejauhan.
Hujan mengguyur sedari pagi hingga sore belum usai juga, seorang wanita memakai baju SMA berlarian di tepi jalan di tengah hujan, payung yang dia gunakan untuk berlindung rusak akibat angin yang berhembus kencang.Anak perempuan itu adalah Aira Hanindya.Aira berlari di tengah hujan sambil menutup kepala dengan tas sekolahnya yang berbahan plastik, dengan harapan kepalanya tidak pusing karena terlalu basah kuyup terkena air hujan."Bu, Aira pulang." Aira melepas sepatunya yang basah di depan rumah, sambil sesekali melirik pintu yang tidak kunjung di buka.Biasanya bu Sulastri selalu menyambut Aira sepulang sekolah, tetapi kali ini berbeda. Pintu rumah masih tetap tertutup rapat sekalipun Aira mengetuk beberapa kali sambil memanggil ibunya."Mungkin ibu masih membantu ayah di kebun." Gumam Aira.Hari sudah hampir gelap, akan tetapi kedua orang tuanya belum juga muncul di hadapan Aira. Aku harus menyusul ke kebun, perasaanku tidak enak. Batin Aira.Hujan masih gemericik membasahi desa i
"Aku harus jemput bola, gak bisa kalau ngandelin desa ini terus buat jualan." Aira bangun pukul 03.00 dini hari, membersihkan diri terlebih dahulu lalu menyiapkan bahan untuk membuat kue. Pukul 05.00 pagi Aira sudah siap untuk berjualan keliling menggunakan box makanan.Tujuannya adalah desa yang bersebrangan dengan tempat tinggalnya, berharap disana banyak peminat untuk membeli kue nya. Waktu tempuh sekitar 1 jam dari rumah ke desa tujuan. Aira berkeliling desa menjajakan kue nya, cerdiknya Aira berjualan di jam sarapan, jadi tidak sedikit peminat yang membeli kuenya. Jika masih ada kue tersisa Aira menunggu pembeli di pinggir jalan raya tepatnya di depan sekolah.Aira menjalani rutinitas seperti ini sudah satu bulan lamanya. Hasil penjualan kue di gunakan untuk makan sehari hari, dengan lauk seadanya. Dan sebagian besarnya di tabung untuk mimpi Aira.Sore itu Aira hendak kembali ke rumah setelah selesai berjualan, karena jalanan licin sehabis hujan ada sepeda motor yang jatuh terg
Hari demi hari Aira jalani dengan ikhlas dan sabar, bantuan dari Galang pun lama lama kian menipis. Aira berencana nekad untung berjualan di depan rumah saja , wanita itu percaya tuhan akan memberikan rezeki selagi manusia itu berusaha. Aira memulai rutinitas seperti awal saat berjualan kue donat, kebetulan masih ada banyak stok bahan kue di rumahnya sebelum kecelakaan itu terjadi. Kaki Aira sudah mulai membaik, tongkat pun sudah tidak di perlukan lagi tetapi untuk berjalan jauh Aira masih belum bisa. Aira menggeser meja kecil yang ada di dapur nya ke luar rumah, tentu saja untuk tempatnya menjajakan kue buatannya.Hari pertama Aira berjualan di depan rumah hanya ada 10 pembeli, itupun hanya orang yang tidak sengaja lewat depan rumahnya. Sedangkan warga desa sudah tidak percaya pada apa yang Aira jual. Karena gosip yang beredar sebelumnya.Hari hari selanjutnya tidak ada perkembangan, pembeli hanya berjumlah sedikit setiap harinya. Aira mulai ingin menyerah saja rasanya. Seorang pri
Tidak terasa sudah 4 hari Aira bekerja di kedai kecil ini."Aira makan dulu , nanti kamu kecapean ini sudah jam 1 siang.""Iya mba Vina, sebentar saya lap meja dulu." Vina Amora pemilik kedai tersebut sangat perhatian dengan Aira, selalu memperlakukan Aira seperti adik perempuannya.Walaupun di perlakukan seperti itu, Aira tidak besar kepala, dia tetap selalu semangat setiap harinya dan sopan terhadap Vina yang bisa di bilang adalah bos nya."Mamaku buat tongseng ayam, kamu makan dulu sana di dapur. Saya sudah makan duluan barusan." Kata Vina sambil tersenyum."Mba Vina serius loh aku jadi gak enak kalau setiap hari selalu di bawakan bekal seperti ini, saya bisa beli di warteg depan mba. Besok besok gak usah bawain saya lagi ya." "Santai aja Ra , mama saya selalu masak banyak. Dan seringnya mubazir karna anaknya sibuk bekerja dan jarang makan masakan rumah...jadi biar Mama saya ga sedih saya bawain aja ke sini, buat kamu sekalian." Kata Vina menjelaskan.Aira mengangguk pelan. " Yaud
Pelanggan kedai tempat Aira bekerja semakin ramai di siang dan sore hari. Aira sempat kewalahan, begitu juga Vina.Mereka bekerja multitalent, sebagai kasir, barista, mencuci perlengkapan, sekaligus menghandle kebersihan kedai. Pekerjaan Vina dan Aira tidak ada bedanya, Vina tidak bersikap Jemawa sebagai bos, dia tidak malu untuk mengerjakan tugas seperti karyawannya lakukan."Ra, kamu kecapean gak ya kira kira kalau besok aku minta buatin 50 donat. Aku takut kamu dropp, soalnya hari ini kita kerja keras banget." Aira tersenyum mendengar ucapan Vina."Mba, saya seneng ngelakuin ini, mimpi saya memang seperti ini. kerja, dapat uang sekaligus ngembangin kemampuan aku. Jadi aku ga keberatan soal pesanan donat kamu buat besok," Ucap Aira."Hm, mimpinya di ubah ya Ra, kamu harus punya mimpi jadi pengusaha yang sukses, jangan jadi pekerja." Ucap Vina menasehati.Aira tertawa pelan, "Iya mba, aku ubah mimpinya.""Ra Makasi banget ya, udah jadi karyawan, teman sekaligus vendor buat aku," Kat
Aira berjalan beriringan dengan Widya karena sebentar lagi kelas akan di mulai. Widya membimbing Aira di kelas, sebagai mahasiswa baru Aira benar benar tidak tahu apa apa. Aira hanya membawa keberanian dan tekad untuk belajar dikampus ini.Selesai kelas Aira bergegas merapihkan peralatan tulisnya."Buru buru amat Ra," Ucap Widya."Saya harus jaga kedai, duluan ya Widya ... " Aira hendak berjalan keluar kelas, dengan cepat Widya memanggil untuk menahan Aira."Ra ... Tunggu aku bawa kendaraan." Langkah kaki Widya di percepat untuk mengejar Aira."Gausah Ra, kedai aku Deket kok cuman beberapa ratus meter dari sini." Ucap Aira."Udaaaaah ayo ikut aja." Widya menarik tangan Aira.Widya sekarang sudah mengetahui tempat bekerja Aira, teman barunya itu sangat salut terhadap sikap mandiri Aira. Sedangkan dirinya, sampai sekarang masih di fasilitasi oleh orang tuanya."Saya masuk kerja dulu ya Wid, makasih tumpangannya." Kata Aira menutup pintu m
"Maaf""Gak masalah kak, aku cukup tau diri kok." Ucap Aira.Byan mengecup puncak kepala wanitanya itu, "Maaf harus liat adegan menjijikan tadi, itu semua aku lakukan untuk keamanan kamu, aku ga ada pilihan lain.""Iya kak, ada apa kamu datang kesini?""Tentu saja mau bertemu wanita pujaan hatiku."Aira menyunggingkan senyumnya, "Jangan memancing amarah mama kamu kak.""Pelindungku sudah datang, papa." Sahut Byan yang sudah duduk di samping Aira."Aku gak mau jadi penghancur keharmonisan keluarga kamu kak. Tolong ngertiin aku.""Kalau gitu berarti aku yang akan hancur Ai." Ucap Byan.Byan memeluk Aira sambil menyandarkan kepala di bahu wanitanya itu, "Apapun keadaannya, tolong tetap di sampingku, aku mohon."'Alfian yang sudah menenteng bungkusan berisi makanan mengurungkan niatnya untuk menghampiri pasangan yang sedang duduk berduaan di taman. Pria itu lebih memilih menyantap makanan itu sendirian sambil memantau dari kejauhan.
Alfian tercengang melihat seisi apartemen yang tadinya tidak sebagus ini. "Ai? Kamu bilang tadi ada yang buat onar di apartemen, mana? Ini rapih banget." "Udah di urus semua sama orang suruhan kak Byan. Pak please antar saya ke tempat ini." Ucap Aira sambil menunjukan layar ponselnya, tertera alamat lengkap yang di kirim oleh Tyas. "Saya gak nyangka Tante Tyas bisa segininya, padahal yang saya tau beliau termasuk orang tua yang acuh pada Byan." "Ayo Pak, kita langsung kesana aja." Ucap Aira yang sudah tidak sabar. Di mansion Tyas. Joane selalu menempel kemanapun gerakan Byan, pria itu sejujurnya risih dengan semua perlakuan wanita ini. Tapi mau tidak mau Byan harus menahannya,agar Aira tidak di sakiti oleh orang suruhan Tyas, sekuat apapun Byan melawan Tyas akan selalu mempunyai ratusan cara agar keinginannya terwujud. Aira menutup mobil Alfian sambi
Byan terpaksa pulang di malam hari dari apartemen Aira, karena wanita itu melarang Byan untuk menginap, sekalipun mereka tidur terpisah antara kamar dan ruang tv tetap Aira tidak mau. *Suara bel apartemen Aira Aira yang sudah sangat mengantuk, terpaksa berjalan untuk membuka pintu. Terlihat beberapa orang berbadan tegap memaksa masuk ke apartemen Aira, "Eh Bapak bapak ini siapa? kenapa kalian gak sopan kayak gini." Tanya Aira yang membuntuti pria yang berjumlah 5 orang yang menerobos masuk ke dalam. Tanpa aba aba , semua nya mengacau di dalam apartemen Aira, semua barang pecah belah, tv dan semua alat elektronik lainnya di banting ke lantai secara membabi buta oleh para pria misterius itu, Aira tidak ada daya untuk melawan karena sudah pasti akan
Byan terus memeluk Aira yang sedang menyiapkan minuman untuknya, "Mulai hari ini, kamu punyaku sayang." Bisik Byan. "Kak ... aku merinding jadinya." Aira bergidik saat Byan berbisik di telinganya. Byan mengangkat tubuh Aira yang ramping, dan mendudukkannya di meja dapur, "Jangan pernah berfikir buat jauh dari aku lagi, karena mulai sekarang udah gak akan bisa. Kamu masuk pantauan aku 24jam sayang." "Aku gak yakin kak, bisa aja ini cinta sesaat kamu ... jadi jangan terlalu dalam." "Gak yakin karena?" "Orang tua kamu tidak menyukai aku, dan kamu sudah punya calon istri." Byan membungkam mulut Aira dengan c1um4n yang menuntut, setelah beberapa menit Byan baru melepasnya. "Aku gak mau kata kata sejenis itu keluar dari mulut kamu. Calon istri ku cuman kamu. kalau kamu mau, besok aku bisa saja jadikan kamu istri yang sesungguhnya."
2 Minggu berlalu, Byan belum juga menemukan Aira ... Alfian sendiri tidak bisa mengorek data pribadi Aira di kampus, karena itu bersifat rahasia."By, lo makan dulu ... kerjaan lo ga kelar kelar kalau mikirin Aira terus. nanti juga dia balik kok." Ucap Alfian dengan semangkuk bubur di tangannya.laByan terlihat pucat, beberapa rambut juga tumbuh di wajahnya ... pri itu tidak menyempatkan mengurus dirinya sendiri. setiap hari Byan hanya menunggu anak buahnya memberi informasi tentang perkembangan pencarian lokasi Aira."Gimana? udah ada kabar Aira ada dimana?" Ucap Byan dengan suara lemahnya."Ya belum lah By ... kalau ada juga gue pasti kabarin." Ponsel Alfian.CHAT.(Aira ) : Pak maaf Aira baru aktifkan ponsel. Maaf panggilan telpon dari bapak 2 Minggu yang lalu tidak terjawab."BYAAAAAN !!!!!!" Alfian menaruh semangkok bubur di meja dan dengan cepat menunjukan layar ponselnya pada Byan.
"Nanti pagi pegawai kakak datang untuk antar barang barang kamu selama tinggal disini," Ucap Byan sambil menikmati makan malamnya."Emang kakak mau kemana?" "Kakak kerja Ra, besok ada pembahasan penting. gak apa apa kan di tinggal? nanti makan siang Kakak pulang. Tenang aja ... apartemen kakak aman." Aira mengangguk, "Oke.""Hm ... Ra, kakak ada sesuatu yang harus di sampaikan, rasanya mengganjal jika kakak Tahan terus." Aira menutup box makanan yang sudah kosong, menyudahi aktivitas makan malamnya. Aira sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Byan .. "Apaan ka? bikin penasaran aja." "Mm ... saya gak mau menjadi sekedar kakak di hati kamu" "Hah?" Aira menyelipkan rambut yang menghalangi wajah ke belakang telinganya, sambil terus menatap penasaran pada Byan.Byan memberanikan diri menggenggam tangan Aira, ""Aira , ayo kita berpacaran." Ucap Byan penuh keyakinan.Aira menatap Byan lirih."Tapi kit
"Yes." Ucap Byan.Alfian menepuk tangannya, "Tapi Aira ga segampang yang lo kira By." "Gue tau itu."***Aira berjalan di sepanjang trotoar jalan menuju halte bus dekat kampusnya, Sambil menunggu bus selanjutnya datang Aira akan mampir ke minimarket untuk membeli minum, saat melewati gang yang terhalang dua gedung besar, ada seorang pria yang bersiul kepadanya, Aira reflek menengok pada sumber suara. *Ih apaan sih, gak sopan banget. Ucap Aira dalam hati."Cantik, sini sayang ... kenalan dulu boleh dong." Ucap pria misterius itu.Aira mempercepat langkahnya, namun langkahnya kalah cepat dengan pria bertubuh kekar itu. "Suka di paksa ya?" Seringai Pria itu, yang dengan cepat mengalungkan lengannya di leher Aira dan sedikit merobek bajunya karna tarikannya yang sangat kuat.Aira terbatuk batuk, Pria itu menyeret Aira ke dalam gang yang gelap, entah keberanian darimana Aira menggigit tanga
Byan masuk ke store dengan raut wajah khawatirnya, dia ikut merasakan apa yang di rasakan oleh Alfian dan juga Aira.Pria itu berjalan tanpa memandang orang di sekitarnya, tatapannya hanya tertuju pada Aira yang sedang memijat pelipisnya di meja kasir. Ada beberapa karyawan yang sedang membereskan sisa roti yang tidak terjual, mau bagaimana lagi ... Aira harus menekan jumlah produksi rotinya untuk meminimalkan kerugian. "Aira ..." Ucap Byan yang mendadak muncul di hadapan."Eh, kakak ... sebentar ya kak, closing dulu." Ucap Aira.Byan menunggu Aira tepat di belakangnya, dia mendudukan diri sambil terus memantau pergerakan Aira. Sesekali Aira sibuk mondar mandir mengecek karyawannya yang sedang membereskan sisa roti. Aira mondar mandir melewati Byan yang sedang memperhatikannya.Saat Aira beranjak kembali dari duduknya, Byan dengan cepat menahan pergelangan tangannya, "Butuh apa? biar kakak yang ambil." Aira tertegun karena
"Byan sudah di jodohkan dengan wanita pilihan keluarga kami, saya harap kamu mengerti." Aira tersenyum sambil mendorong amplop coklat di tangan Tyas."Maaf ibu, saya tidak bisa menerima ini. Sebagai informasi untuk ibu, saya dan kak Byan hanya berhubungan sebatas teman dan partner usaha, tidak lebih." Tyas berdecak, raut wajahnya terlihat sangat meremehkan Aira."Masih kurang uang yang saya berikan? saya bisa belikan kamu penthouse, asalkan kamu benar benar tidak bertemu lagi dengan anak saya, dengan alasan apapun.""Maaf sebesar-besarnya Bu, pintu keluar ada di sebelah sana." Aira menunjuk pintunya dengan ibu jarinya, tetap sopan tapi penuh penekanan.Tyas dengan sombongnya berjalan melewati Aira, dan dengan sengaja menabrakan bahunya pada tubuh Aira.***Besok nya Aira sudah bersiap untuk kuliah, wanita itu sudah memesan ojek online pagi ini. Di dekat apartemennya Halte bis cukup jauh, jadi Nadya beralih ke transporta