Share

44. Harap yang Melampau Ingin

"Azmi sebaiknya PAUD di sini saja." Ibu mendekat saat aku melipat mukena. Entah ke berapa kali permintaan itu beliau lontarkan.

Aku tahu, itu bentuk pelarangannya agar putrinya tak kembali lagi ke tanah rantau, mengingat statusku telah menjanda. Beliau memang sangat mengkhawatirkan nasib putrinya yang malang ini.

"Bulan pernah melewati masa-masa tersulit dibanding ini, Bu," jawabku memberi beliau keyakinan.

"Lagian, aku belum bisa berpisah sama Azmi, Bu. Kecuali kalau dia sudah besar."

"Sebaiknya kamu pindah saja ke sini lagi."

Dert ... Dert ...

Panggilan telepon menghentikan percakapan kami.

"Kamu di rumah, kan? Mbah mau ke situ." Suara wanita sepuh di balik telepon nomor Nailah, seketika membuatku tiba-tiba panik.

Bukan kerena lelaki dingin itu saja penyebabnya. Tapi, kulkas sedang kering dan aku belum sempat belanja ke pasar.

"S-simbah sudah di mana sekarang?" jawabku gagap efek panik.

"Masuk lorong."

"Oo, iyya, Mbah. Bulan tunggu," kataku menutup telepon sepihak, lalu gegas b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status