Di kehidupan pertama aku meninggal dengan cara gantung diri karena tidak kuat melihat suami selingkuh.Di kehidupan kedua aku meninggal karena tidak kuat dikatakan janda yang tidak bisa menjaga suami lalu menabrakkan mobilku.Di kehidupan ketiga, aku berhasil memiliki anak tapi banyak orang mencercaku karena tidak bisa merawat anak lalu aku bunuh diri bersama bayiku di lantai atas rumah sakit.Di kehidupan keempat, aku dicemooh rekan kerja dan dikatakan baper karena tidak terima dengan cemoohan mereka, sementara suami menganggap enteng masalah aku lalu dia ketahuan berselingkuh. Aku bunuh diri dengan minum racun.Di kehidupan kelima, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri- suamiku selingkuh lalu aku menembak kepala.Di kehidupan keenam yang sekarang, aku berdiri di depan suami dan tertawa bahagia sambil menangis sementara suamiku menatap horor.Sambil menangis, aku mengambil pistol ilegal miliknya. "Beritahu aku, apakah selama ini kamu mencintaiku?""Aku- aku-""Kamu tidak pernah me
"Sena Davinia, artinya anak yang dilindungi dewi bulan.""Dewi bulan? Kenapa dilindungi dewi bulan? Kan ada Tuhan.""Hahahaha- buat cadangan, siapa tahu Tuhan sedang sibuk jadinya dewi bulan bisa membantu.""Oh."Itulah percakapan yang berulang kali Sena dengar dari cerita ibunya. Ayah membuat nama yang terlihat romantis lalu kakak laki-laki yang antusias menyambut kehadirannya di dunia ini.Sena pikir selamanya bisa bahagia bersama mereka, tapi ternyata dia salah. Setelah tumbuh dewasa dan menjadi cantik, dia di jual ke seorang keluarga pria kaya untuk dijadikan istri ke putranya yang mata keranjang.Sena kembali menatap cermin, sebentar lagi suami dan selingkuhannya masuk. Lebih baik dia keluar terlebih dahulu sebelum bencana itu datang!Sekarang akhirnya dia percaya bahwa dirinya mengulang waktu.Sena masuk ke dalam perpustakaan dengan gaun tidur panjang dan telanjang kaki, rumah ini memiliki perpustakaan besar. Ayah mertuanya sangat suka membaca."Nyonya."Sena menoleh dan melihat
Sena yang sedang minum teh dengan santai di taman belakang, kedatangan seorang wanita cantik dengan dandan menor, dari atas sampai bawah terlihat mewah dan bermerk.Sena meletakkan cangkir teh dengan tenang. Di kehidupan pertama, dirinya sempat stres karena mengetahui sang suami memiliki wanita idaman lain dan dengan bodohnya, dia bunuh diri."Hallo."Sena tidak menjawab, hanya fokus dengan majalah fashion di pangkuannya."Ah, percuma saja bersikap sombong di depanku. Suami kamu sudah sama aku lho.""Terus?""Hah?"Sena tidak mengatakan apa pun lagi."Hei, apakah kamu tidak marah?"Sena tidak menjawab.Wanita itu semakin salah paham lalu tertawa keras. "Ah, ingin bermain menjadi istri yang baik ya?"Sena menutup majalah dan menatap jijik wanita itu. "Kamu tadi kemana?""Apa?""Tadi siang aku melihat pria yang kamu banggakan itu sedang bersama wanita lain, melakukan hal dewasa. Aku kira dia bersama kamu, ternyata bukan toh."Wanita itu berdiri dan menggebrak meja dengan keras. "JANGAN
"Nyonya. Jika ada masalah, anda bisa cerita kepada saya."Sena menatap ngeri Adrian. Tidak, aku tidak bisa membahasnya dengan orang lain!"Terima kasih atas niatnya, tapi tidak. Saya bisa mengatasinya sendiri." Sena berdiri lalu berjalan meninggalkan Adrian.Adrian tersenyum geli dan menatap punggung Sena yang sudah berjalan menjauh. "Begitu, ya."Sena memeluk majalahnya dengan erat, lalu tanpa sengaja bertemu dengan Ducan di lorong saat hendak menuju tangga lantai tiga.Ducan yang sedang bahagia, melihat wajah Sena dengan muak. "Kenapa kamu di sini?"Sena menatap dingin Ducan dan berjalan melewatinya.Ducan yang terkejut dengan reaksi Sena, balik badan dan berteriak marah. "APAKAH KAMU SEDANG BERMAIN SEKARANG? PERCUMA! AKU TIDAK PEDULI PADAMU!"Sena menghentikan langkah lalu balik badan dan tersenyum. "Hei, apakah kamu tidak lelah?"Kedua mata Ducan menyipit. "Apa?""Jika aku jadi kamu, aku akan lelah.""Apa maksud kamu?""Siang bersama sepupuku lalu sore ini bersama siapa? Ah, apaka
"Anda istri Ducan Emrick?" tanya salah satu wanita dengan gelang emas banyak di tangannya. "Memperkenalkan diri sendiri?" Para nyonya kaya menertawakan Sena. Sena menegakkan punggung dan tersenyum. "Benar, saya memperkenalkan diri sendiri sebagai istrinya. Mungkin anda semua terkejut karena kami tiba-tiba menikah begitu saja." Orang-orang yang bergosip dan menertawakan Sena, terdiam. "Tapi saya menghormati para tamu yang bersedia datang untuk menghargai niat baik suami saya." Adrian yang mendengar itu mengangkat sudut bibir, begitu Ducan melihat dirinya, segera mengangkat gelas koktail untuk bersulang. Ducan menatap masam Sena dan tidak bisa berbuat apa pun. Mungkin karena tekad untuk menang dan melangkah maju, Sena mulai bisa berbaur dengan para istri kaya, meskipun sempat ada yang menyindir, dia bisa menanganinya dengan mudah. Adrian bergumam kecil. "Sampah yang tidak paham arti dari berlian." ------- Ducan marah melihat tindakan Sena yang bergaul dengan para nyonya kaya
Sena yang mendengar kabar itu, minum teh dengan tenang di atas tempat tidur. "Nyonya, anda baik-baik saja? Tuan besar menyarankan anda untuk pergi berlibur.""Tidak, terima kasih." Tolak Sena. "Saya tidak mau menghabiskan uang ayah mertua, suamiku selama ini hanya merepotkan ayah mertua. Sebagai seorang istri, inilah yang terbaik.""Nyonya, untung saja tangga dipasang karpet tebal sehingga anda tidak terlalu-""Tidak apa, memang aku yang salah. Selama ini tidak bisa mengikuti perintah suami dan selalu merepotkan kalian.""Nyonya, jangan bicara seperti itu. Kami sendiri tidak menyangka tuan akan melakukan hal sejahat itu kepada anda. Jika anda perlu sesuatu, anda bisa memanggil kami."Sena tersenyum manis. "Terima kasih sudah peduli padaku.""Sudah menjadi tugas saya."Pelayan senior menutup pintu, Sena tertawa bahagia tanpa suara. Dulu dirinya takut berinteraksi dengan orang-orang rumah ini karena merasa terintimidasi sekaligus malu bahwa dirinya hanyalah anak yang dijual orang tua,
"Apa yang sudah diberikan putraku kepadamu?" tanya ayah Ducan dengan nada tenang. "Sena, habiskan makanan kamu sebelum aku menyuruh Ducan menghabiskan semua makanan di atas meja."Sudah menjadi rahasia umum, Ducan selalu cerewet dalam menjaga makanan dan berat badannya.Sena memainkan makanannya dengan raut wajah bosan. Dia sudah tahu semua belang suaminya.Ayah Ducan bertanya lagi. "Ada apa? Kenapa tidak bicara? Aku sudah mendengar suara teriakan kamu di luar sana."Wanita itu hanya ingin bertemu Ducan, mengira di dalam hanya ada Ducan dan istrinya, tapi ternyata ada tuan besar di dalamnya."Tuan muda memberikan banyak cinta dan kenyamanan untuk saya." Jawab wanita itu.Jawaban sederhana dan terlihat dangkal.Ducan menatap cemas ayahnya. "Ayah.""Dia hanya berselingkuh dengan kamu?" tanya ayah Ducan sambil menyerahkan potongan daging ke Sena.Sena terkejut lalu menatap ayah mertuanya."Kenapa kamu berhenti makan? Apakah Ducan mengejek berat badan kamu?"Sena benar-benar tidak paham d
Sena tidak kembali ke kamar, melainkan pergi ke taman belakang rumah. Melihat bintang bersinar di langit."Nyonya."Sena terkejut lalu memutar kepala. "Oh, hallo.""Kita bertemu lagi.""Ya." Jawab Sena lalu kembali menatap bintang."Masalah tuan, apakah anda benar-benar tidak marah?""Tidak.""Saya yang melapor, termasuk provokasi selingkuhan tuan terhadap anda."Sena menatap Adrian dengan bingung. "Kenapa?""Saya tidak tega melihat anda sedih.""Aku sedih? Apakah aku terlihat sedih saat itu?"Adrian menjawab jujur. "Tidak.""Lalu kenapa kamu mengatakan hal itu?""Karena saya ingin membuat tuan besar tahu semua perbuatan tuan selama ini.""Pasti ada yang lain 'kan? Kamu pasti punya hal lain 'kan?"Adrian hanya bisa menunjukan senyum terbaiknya. "Nyonya, kenapa anda menyembunyikan semuanya sendirian?""Apa?""Ketika tuan melakukan kesalahan, seharusnya sebagai istri- anda menegurnya. Kenapa anda hanya diam saja?"Kedua tangan Sena mengepal erat, mengigit lidahnya supaya tidak ada kata
Sena sudah mulai paham, alasan dirinya tidak boleh merasakan kesedihan di hadapan Ducan ataupun mengemis cinta seperti yang dirinya lakukan di masa lalu.Ducan benci Sena sejak awal. Jika Sena menangis, akan dianggap lemah dan tidak berguna lalu jika dirinya mengemis cinta serta kasih sayang kepada suaminya sendiri, maka dianggap rendah.Entah kenapa Sena yang dulu tidak pernah menyadarinya, sehingga rela bunuh diri. Ducan sejak awal tidak pernah mencintainya dan tidak akan mau mencintai istrinya.Perawat segera memeluk dan menenangkan Sena. "Nyonya, tenanglah. Anda baru bangun tidur."Sena menunjuk pasangan selingkuh dengan tangan gemetar dan mata sembab. "Usir mereka berdua! Aku tidak mau melihat mereka! Usir mereka sekarang!"Perawat lainnya yang baru tiba dan tidak tahu kronologi awal, tapi lebih mengutamakan kondisi pasien, segera mendorong Sella dan Ducan keluar dari kamar Sena. "Tolong jaga kondisi pasien, tolong keluar," ujarnya dengan nada sopan.Sella dan Ducan menjadi bingu
"BERANI SEKALI KAMU BERTINDAK DI LUAR BATAS TANPA PERINTAHKU!" Teriak ayah Ducan. "Bagaimana jika anak itu mendapat masalah? Apakah kamu sudah gila?""Saya yakin sekali, wanita itu tidak akan bisa menyentuh Emrick. Semua sudah saya perhitungkan dengan baik, Tuan besar. Tolong fokus dengan kesehatan anda sendiri." Adrian menghela napas panjang. "Asbak tadi harganya sangat mahal, meskipun hanya berfungsi sebagai pajangan.""Hah! Apakah aku akan mempedulikan barang murahan yang dijual banyak?""Merek terkenal, anda tidak mungkin lupa dengan harganya yang-""Aku tidak peduli pada asbak murahan itu! Beritahu aku, apa yang terjadi dengan wanita itu? Kenapa kamu tidak mengatakannya kepadaku terlebih dahulu?""Sata rasa tidak perlu mengatakannya kepada anda karena kesehatan anda yang tidak baik." Adrian tersenyum dan mengeluarkan sebuah flash disk dari saku dalam jasnya. "Mungkin anda perlu melihat isi videonya, supaya anda tidak perlu marah lagi.""Marah? Bagaimana bisa kamu mengatakan aku t
"Kamu terkejut?" tanya ayah Ducan.Julia menggeleng. "Tidak, anda pasti berbohong demi menyelamatkan wanita tidak tahu diri itu. Ducan-""Kamu selalu mendengarkan perkataan Ducan, tapi tidak pernah mendengarkan perkataan orang lain. Coba kamu dengar dari semua karyawan yang melihat kegilaan kamu sekarang, apakah benar yang aku katakan itu?" tanya ayah Ducan yang tidak takut dengan reputasi. "Aku melindungi Ducan karena dia anakku dan sebagai Ayahnya, aku harus bekerja sebagaimana mestinya. Tapi, menantu aku, bukan orang yang bisa kamu hina sesuka hati meskipun Ducan tidak menyukainya.""Anda pasti berbohong! Saya tahu anda berusaha menyelamatkan reputasi karena melakukan kesalahan di masa lalu."Ayah Ducan tertawa. "Menyelamatkan reputasi? Nama putraku sudah rusak di luar, mau cara apa lagi aku menyelamatkannya? Sementara dia main gila dengan wanita gila seperti kamu- aku harus marah? Menghukumnya?""Tapi anda, menghancurkan bisnis saya!" teriak Julia yang tidak terima. "Hentikan kebo
Ducan dan ayahnya turun dari mobil bersama, disusul dengan Adrian yang membantu atasannya duduk di kursi roda, setelah turun dari mobil di belakangnya.Ducan menjadi khawatir dengan tindakan ayahnya, setelah mengetahui Sena masuk rumah sakit akibat ulahnya dan memaksakan diri untuk masuk kerja meskipun sedang sakit. "Ayah-"Ayah Ducan tidak mengatakan apa pun dan membiarkan Adrian menolongnya sementara sang anak hanya berdiri diam melihat proses tindakan Adrian, dia menghela napas panjang dan menyindir secara halus. "Memang benar, kata pepatah. Tidak semua anak mampu merawat orang tuanya."Ducan tidak paham dengan sindiran sang ayah dan tertawa renyah, menganggap bahwa ayahnya hanya bercanda. Adrian memutar bola mata diam-diam. Ducan terlalu bodoh untuk memahami sindiran sederhana.Setelah membantu ayah Ducan duduk di kursi roda, Adrian mendorong kursi roda menaiki tangga khusus kursi roda, tangga ini memang dibangun untuk ayah Ducan yang mulai duduk di kursi roda. Ducan dengan perca
Julia memang tidak pernah hidup mewah seperti sosialita yang selalu memakai barang mahal, tumbuh di lingkungan kalangan menengah ke atas. Orang tuanya memiliki bisnis pakaian jadi kecil-kecilan yang dititipkan ke beberapa toko baju. Namun, semangatnya untuk memajukan bisnis keluarga patut dikagumi. Tidak hanya menjalankan bisnis orang tuanya, Julia pun belajar membuat perhiasan dengan tangannya sendiri. Kerja kerasnya bisa membuat bisnis warisan orang tua sekaligus bisnis sendiri bisa maju, meskipun tidak sehebat keluarga Emrick yang mampu membuat takut kalangan ormas atau oknum pejabat yang suka memalak pengusaha. Julia harus mati-matian menjaga bisnisnya sendiri, itulah sebabnya dia bersandar pada Ducan, disamping mendapatkan manfaat kekayaan lainnya. Julia menggigit bibir dengan geram. Padahal aku sudah berusaha keras supaya bisa mencapai di posisi sekarang, aku tidak akan memaafkan siapa pun yang sudah mengacaukan semua usaha aku. Batinnya. Termasuk Sena sialan itu, suatu hari
Ducan menatap Sena yang sudah tertidur pulas setelah mendapat jahitan di belakang kepala dan dokter mengabarkan kondisinya sudah stabil, wanita yang sudah menjadi istrinya itu tidak bergerak sama sekali. Adrian mendampingi Sena, setelah mengabarkan kondisinya ke ayah Ducan.Ducan kecewa pada Adrian. "Kamu seharusnya tidak melaporkan kepada ayahku, ini hanya pertengkaran kecil.""Salah satu terluka, sudah bukan pertengkaran kecil lagi. Tuan muda.""Kamu bertindak seperti itu, hanya untuk menjilat Ayah. Sekarang aku jadi memikirkan perkataan teman-temanku. Sangat berbahaya menempatkan kamu di sisi Ayah, karena bisa saja- kamu menggantikan posisi aku.""Ada rapat dewan direksi dan komisaris, posisi tidak bisa dirubah begitu saja. Anda juga harus percaya diri menghadapi mereka semua, saat menggantikan Tuan besar.""Benar, memang ada mereka. Tapi jangan lupakan, kamu yang selalu di sisi Ayah dan bisa menjilat mereka semua." Ducan menatap Adrian dengan tatapan kebencian. "Kamu bahkan bisa
Ducan marah dengan tindakan Adrian, bahkan bodyguard dari keluarga ayahnya pun datang untuk menghalangi."Jangan mendekati Nyonya.""Ducan, aku minta maaf- ini bukan salahku, aku tidak menyangka dia akan terjatuh dan membentur wastafel. Aku-" Julia semakin panik dengan sikap tidak peduli Ducan, dia tidak ingin kehilangan Ducan. "Ducan, kamu percaya sama aku kan?"Ducan tidak peduli, tatapan matanya masih melekat pada Adrian yang menghalanginya.Ducan memang tidak peduli pada Sena, dia takut wanita itu akan melakukan gerakan menuntut dirinya, dia juga takut ayahnya akan marah karena melukai Sena di rumah seorang pelacur.Julia memang kekasih Ducan, tapi wanita itu juga dianggap pelacur. Ketika tidak berguna sama sekali, dia tidak akan menoleh.Petugas ambulans membawa kereta dorong berisi Sena, Adrian hanya meliriknya sekilas, tidak berani maju karena dihalangi.Setelah semua kekacauan hilang dengan sendirinya, pelayan di rumah juga membersihkan darah di kamar mandi. Ducan menatap ding
Adrian yang perasaannya tidak enak, bergegas masuk ke dalam rumah. Dia melihat Sena sudah tergeletak di kamar mandi dan berteriak. "NYONYA!"Julia dan kedua sahabatnya saling berpelukan, bingung dengan perubahan yang mendadak."Aku tidak menyentuhnya," kata salah satu sahabat Julia."Aku hanya membuka pintu," sahut sahabat Julia yang lain.Julia menggigit bibirnya dengan bingung. "Aku tidak tahu apa pun, dia yang memaksa masuk ke dalam rumah."Adrian melihat belakang kepala Sena yang sudah digenangi dengan darah. "Nyonya."Sena membuka mata lalu menyentuh pipi Adrian dan tersenyum. "Ak... hirnya... ....ku..."Adrian tidak bisa mendengar dengan jelas suara Sena dan menghubungi ambulans, benaknya berkecamuk tapi dia harus tetap menjaga akal sehat untuk menyelamatkan Sena.Julia hampir menangis bersama kedua sahabatnya, sekarang mereka bertiga tidak bisa melarikan diri. Sementara ketujuh teman mereka, pamit pulang tanpa pamit karena tidak mau dilibatkan.Salah satu teman arisan Julia men
Sena yang sudah berdiri di luar gerbang dalam keadaan hujan, diusir oleh suami sendiri dan dikunci di depan gerbang, tidak tahu harus berbuat apa. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?Sena merogoh handphone di saku jaket, memastikan handphonenya aman dan segera mencari tempat berteduh terdekat.Adrian pasti pura-pura tidak mengenalinya. Ya, pria itu pasti memiliki rencana yang baik untuk masa depan mereka berdua. Tunggu! Tidak!Sena menggigit kuku jari jempolnya dengan bingung. Dia sudah berjanji akan selalu disisiku dan tidak akan meninggalkan aku. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?"Lihat itu, si janda kegatelan datang lagi ke rumah keluarga Emrick.""Tidak tahu malu! Padahal dia sudah diceraikan!""Kalau lakinya tidak mau, ya tidak perlu paksa dong. Memangya kalau sudah dipaksa, dapat apa? Duit?""Berarti benar, gosip yang beredar- dia sudah menjual dirinya demi uang."Sena semakin bingung dan melihat handphone. Jantungnya berdebar keras ketika melihat tanggal dan waktu