Kekasih Ducan, Natasha. Membalas perkataan Sena. "Aku tidak pernah berselingkuh dengan siapa pun, aku selalu bersama Ducan. Jika kamu tidak bisa memiliki anak, jangan menuduh aku sembarangan!""Tidak suka menuduh kalian sembarangan tapi kalian sendiri yang suka menuduh orang lain, aku adalah istri sah Ducan." Sahut Sena dengan santai.Ayah Ducan mengangguk setuju.Ducan dan Natasha yang melihat reaksi ayah Ducan, merasa tidak senang."Sena, berpikirlah dengan jernih. Natasha tidak pernah kemanapun selain di sisiku sementara aku juga tidak bisa jauh darinya.""Ah, bukankah waktu itu kamu sedang menepuk pantat salah satu pelayan muda? Kepala pelayan terpaksa mengusirnya." Sena mengangkat kedua bahu dengan santai.Ducan berdiri dan menunjuk Sena dengan marah. "JADI KAMU PELAKUNYA?!"Natasha menatap Ducan dengan waspada. "Sayang?"Ducan tersadar dan salah tingkah. "Ah, tidak. Hanya iseng, kami sudah lama berteman jadi-"Ducan menjelaskan dengan gugup. "Lihat, kan. Kamu bahkan hanya pasra
Sena bertanya ke ayah mertuanya. "Apakah ayah tahu, pekerjaan apa yang diberikan Adrian? Supaya saya bisa mempersiapkannya dengan baik."Ayah Ducan melirik sekilas Ducan lalu menjelaskan pada Sena. "Kata Adrian, bekerja sebagai admin di gudang. Kamu tidak masalah 'kan?"Ducan terbelalak ngeri begitu mendengar jawaban sang ayah. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar? Sena akan bekerja di gudang? Yang benar saja!"Ayah Ducan mengerutkan kening. "Ducan, ada apa?""Ayah, apakah tidak malu punya menantu yang bekerja sebagai admin gudang? Berapa gaji yang akan dia terima?"Natasha ikut memanasi Ducan. "Mungkin karena dia tidak puas diberikan uang banyak, jadinya kurang dan-"Sena meletakan sendok dan garpu dengan kasar di atas meja dan menatap lurus sang suami seolah menantangnya. "Apa yang kamu inginkan?""Apa?" Tanya Ducan tidak mengerti."Selama kita menikah, aku tidak pernah mengeluh jumlah uang yang kamu berikan kepadaku, meskipun tidak bisa mencukup kebutuhan harianku. Kamu berikan perh
"Nyonya, anda sudah bangun pagi? Tidak biasanya anda bangun lebih awal." Sapa pelayan yang masuk ke dalam kamar Sena sambil membawa nampan berisi sarapan.Sena yang sedang berdiri di depan cermin satu badan dan memutar badannya untuk melihat pakaian yang dipakainya untuk kerja hari ini, otomatis menoleh. "Ah, terima kasih sudah membawanya.""Tidak masalah, saya senang melihat anda sudah kembali sehat seperti saat pertama kali anda masuk ke rumah ini."Sena mengucapkan terima kasih dengan tulus dan duduk di atas tempat tidur sambil memakan sarapannya.Pelayan membuka tirai kamar Sena supaya cahaya matahari masuk dan mulai merapikan kamar Sena. "Para pelayan mendukung anda untuk bekerja, jika anda di rumah terlihat seperti tidak punya semangat hidup. Kami semua merasa bersalah karena tidak bisa menghibur anda."Semua pelayan di rumah tahu mengenai perselingkuhan Ducan dan kesedihan Sena, namun mereka tidak bisa ikut campur dan hanya bisa menutup mata dan telinga. Sena di masa lalu juga
Natasha yang mengurung diri seharian di dalam kamar karena terlalu malu dengan peringatan ayah Ducan, mengadu pada Ducan ketika pulang ke rumah. "Sayang, kamu tidak akan percaya jika mendengarnya, aku tidak menyangka ternyata Sena bisa sejahat itu kepadaku."Tangan Ducan berhenti ketika berusaha melepas jasnya. "Sena?""Dia mengambil alih pekerjaan yang kamu berikan dan mulai angkuh kepadaku di depan ayah mertua."Ducan duduk di samping tempat tidur dan mendecak marah. "Wanita itu benar-benar tidak bisa dididik dengan baik, bagaimana bisa memperlakukan kamu seperti itu? Apa sih maunya dia setelah mempermalukan aku?"Natasha terisak sedih. "Sayang, sekarang ayah mertua sudah membela Sena karena kena pengaruh. Apakah kamu tidak bisa membantuku?"Ducan menepuk pelan pundak Natasha. "Tenang saja, aku akan membuat Sena membayar mahal semua dan menghancurkan persiapannya sehingga-"Natasha menggeleng sedih. "Tidak, tidak perlu. Aku bicara kepadamu untuk mencari teman bicara, aku masih cangg
Sebelum kepala pelayan berhasil menarik mereka berdua, Sella dan Natasha saling mendorong lalu menjatuhkan barang-barang di atas meja. Saat Sela berhasil lepas, Natasha melempar barang-barang yang ada dalam jangkauannya ke arah Sella.Sella berusaha menghindar dan membalas Natasha sambil menjerit marah.Mereka berdua mengacaukan seisi ruangan, mengabaikan teriakan para pelayan yang berusaha melerai mereka."AKU ISTRI TUAN MUDA KALIAN! JANGAN HALANGI AKU!" teriak Natasha.Sella melakukan hal sama. "AKU ADIK SENA, ISTRI SAH TUAN MUDA KALIAN! JANGAN HENTIKAN AKU MENGHADAPI WANITA TIDAK TAHU DIRI INI!"Natasha dan Sella sama-sama tidak mau saling mengalah hingga lelah dan mulai menyadari kesalahan mereka.Para pelayan hanya berdiri mengawasi mereka, memang ada barang-barang yang bisa diselamatkan tapi tidak banyak, semuanya hancur karena ulah dua wanita simpanan tuan muda mereka.Kepala pelayan melirik kamera pengawas dan menyuruh salah satu pelayan untuk mengamankan rekaman, tidak mau Du
Ducan berhasil menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan sang ayah satu hari sebelumnya, dengan wajah lelah dia masuk ke dalam rumah lalu tanpa sengaja bertemu dengan Sena yang akan menaiki tangga.Ducan menjadi kesal begitu melihat wajah santai Sena. "Kamu senang?"Sena yang sudah di tengah tangga, balik badan lalu melihat Ducan yang masih berdiri di bawah tangga.Ducan tertawa mengejek. "Ayah selalu bela kamu dan bahkan proyek ulang tahun ayah diambil dari tangan Natasha."Ducan tahu masalah ulang tahun ayahnya, Sena sebagai menantu selalu membuat acara untuk ulang tahun ayah Ducan selama tiga tahun pernikahan, dia juga tidak peduli wanita yang sudah dibeli ayahnya melakukan sesuatu di rumah.Sena masih menatap Ducan dengan dingin.Ducan tertawa mencemooh. "Apakah kamu bisu? Kamu sudah bisa menjilat ayahku dan juga berhasil mendapatkan simpatinya sehingga Natasha tidak punya tempat di rumah ini."Kamu juga berhasil buat aku menjadi suami tidak bertanggung jawab. Kerja di gudang? Apakah
Adrian bertanya pada ayah Ducan. "Tuan besar, tentang kekasih tuan muda yang mengacaukan barang-barang-"Ayah Ducan menggeleng singkat. "Aku tidak akan ikut campur urusan rumah tangga anak-anak, tapi... Ducan memang sudah keterlaluan, di sini aku juga rugi. Undang mereka semua untuk makan malam, aku akan memberikan peringatan keras ke mereka bertiga.""Nyonya juga kena masalah?""Sena ceroboh karena membiarkan barang-barang berharga di tempat seperti itu tanpa adanya pengamanan, dia juga salah."Seperti yang diduga Adrian, tuam besar selalu memiliki penilaian adil. Dia membungkuk lalu keluar dari ruang kerja ayah Ducan dan memberikan konfirmasi ke kepala pelayan.Tok! Tok!Sena buka pintu dan melihat Adrian berdiri di depan pintunya, sangat mengejutkan. "Ada apa? Apakah ada masalah dengan ayah mertua?""Nyonya dimohon berkumpul hari ini di ruang makan."Tadinya Sena ingin minta izin lagi untuk tidak makan malam di bawah karena terlalu lelah, selain itu juga tidak ingin bertemu dengan
"Sena, kamu juga salah karena tidak meletakan petugas keamanan di tempat seperti itu, sehingga membuat dua ekor kecoak menghancurkan barang-barangku." Tegur ayah Ducan ke Sena.Sena mengangguk paham. "Iya, ayah. Minta maaf saja tidak cukup, tapi saya tidak punya cukup banyak uang untuk menggantinya.""Kenapa kamu harus menggantinya? Bukankah kamu punya suami?"Kedua mata Ducan terbelalak lalu menjerit kecil. "Ayah!""Ducan, kamu bisa menanggung beban Natasha tapi tidak bisa menanggung Sena? Padahal yang membuat kerugian adalah Sena. Apa yang kamu pikirkan?" Tanya ayah Ducan.Ducan terdiam."Kamu menanggung kerugian sesuka hati, apakah kamu masih belum paham arti dari tanggung jawab?"Ducan tidak berani membalas perkataan ayahnya."Lebih baik aku makan di kamar, daripada melihat orang bodoh yang menyakitkan mata." Ayah Ducan memutuskan membawa makanan ke dalam kamar karena tidak terlalu mood makan di ruang makan dan diinstruksikan ke kepala pelayan.Kepala pelayan menyuruh pelayan memb
Sena sudah mulai paham, alasan dirinya tidak boleh merasakan kesedihan di hadapan Ducan ataupun mengemis cinta seperti yang dirinya lakukan di masa lalu.Ducan benci Sena sejak awal. Jika Sena menangis, akan dianggap lemah dan tidak berguna lalu jika dirinya mengemis cinta serta kasih sayang kepada suaminya sendiri, maka dianggap rendah.Entah kenapa Sena yang dulu tidak pernah menyadarinya, sehingga rela bunuh diri. Ducan sejak awal tidak pernah mencintainya dan tidak akan mau mencintai istrinya.Perawat segera memeluk dan menenangkan Sena. "Nyonya, tenanglah. Anda baru bangun tidur."Sena menunjuk pasangan selingkuh dengan tangan gemetar dan mata sembab. "Usir mereka berdua! Aku tidak mau melihat mereka! Usir mereka sekarang!"Perawat lainnya yang baru tiba dan tidak tahu kronologi awal, tapi lebih mengutamakan kondisi pasien, segera mendorong Sella dan Ducan keluar dari kamar Sena. "Tolong jaga kondisi pasien, tolong keluar," ujarnya dengan nada sopan.Sella dan Ducan menjadi bingu
"BERANI SEKALI KAMU BERTINDAK DI LUAR BATAS TANPA PERINTAHKU!" Teriak ayah Ducan. "Bagaimana jika anak itu mendapat masalah? Apakah kamu sudah gila?""Saya yakin sekali, wanita itu tidak akan bisa menyentuh Emrick. Semua sudah saya perhitungkan dengan baik, Tuan besar. Tolong fokus dengan kesehatan anda sendiri." Adrian menghela napas panjang. "Asbak tadi harganya sangat mahal, meskipun hanya berfungsi sebagai pajangan.""Hah! Apakah aku akan mempedulikan barang murahan yang dijual banyak?""Merek terkenal, anda tidak mungkin lupa dengan harganya yang-""Aku tidak peduli pada asbak murahan itu! Beritahu aku, apa yang terjadi dengan wanita itu? Kenapa kamu tidak mengatakannya kepadaku terlebih dahulu?""Sata rasa tidak perlu mengatakannya kepada anda karena kesehatan anda yang tidak baik." Adrian tersenyum dan mengeluarkan sebuah flash disk dari saku dalam jasnya. "Mungkin anda perlu melihat isi videonya, supaya anda tidak perlu marah lagi.""Marah? Bagaimana bisa kamu mengatakan aku t
"Kamu terkejut?" tanya ayah Ducan.Julia menggeleng. "Tidak, anda pasti berbohong demi menyelamatkan wanita tidak tahu diri itu. Ducan-""Kamu selalu mendengarkan perkataan Ducan, tapi tidak pernah mendengarkan perkataan orang lain. Coba kamu dengar dari semua karyawan yang melihat kegilaan kamu sekarang, apakah benar yang aku katakan itu?" tanya ayah Ducan yang tidak takut dengan reputasi. "Aku melindungi Ducan karena dia anakku dan sebagai Ayahnya, aku harus bekerja sebagaimana mestinya. Tapi, menantu aku, bukan orang yang bisa kamu hina sesuka hati meskipun Ducan tidak menyukainya.""Anda pasti berbohong! Saya tahu anda berusaha menyelamatkan reputasi karena melakukan kesalahan di masa lalu."Ayah Ducan tertawa. "Menyelamatkan reputasi? Nama putraku sudah rusak di luar, mau cara apa lagi aku menyelamatkannya? Sementara dia main gila dengan wanita gila seperti kamu- aku harus marah? Menghukumnya?""Tapi anda, menghancurkan bisnis saya!" teriak Julia yang tidak terima. "Hentikan kebo
Ducan dan ayahnya turun dari mobil bersama, disusul dengan Adrian yang membantu atasannya duduk di kursi roda, setelah turun dari mobil di belakangnya.Ducan menjadi khawatir dengan tindakan ayahnya, setelah mengetahui Sena masuk rumah sakit akibat ulahnya dan memaksakan diri untuk masuk kerja meskipun sedang sakit. "Ayah-"Ayah Ducan tidak mengatakan apa pun dan membiarkan Adrian menolongnya sementara sang anak hanya berdiri diam melihat proses tindakan Adrian, dia menghela napas panjang dan menyindir secara halus. "Memang benar, kata pepatah. Tidak semua anak mampu merawat orang tuanya."Ducan tidak paham dengan sindiran sang ayah dan tertawa renyah, menganggap bahwa ayahnya hanya bercanda. Adrian memutar bola mata diam-diam. Ducan terlalu bodoh untuk memahami sindiran sederhana.Setelah membantu ayah Ducan duduk di kursi roda, Adrian mendorong kursi roda menaiki tangga khusus kursi roda, tangga ini memang dibangun untuk ayah Ducan yang mulai duduk di kursi roda. Ducan dengan perca
Julia memang tidak pernah hidup mewah seperti sosialita yang selalu memakai barang mahal, tumbuh di lingkungan kalangan menengah ke atas. Orang tuanya memiliki bisnis pakaian jadi kecil-kecilan yang dititipkan ke beberapa toko baju. Namun, semangatnya untuk memajukan bisnis keluarga patut dikagumi. Tidak hanya menjalankan bisnis orang tuanya, Julia pun belajar membuat perhiasan dengan tangannya sendiri. Kerja kerasnya bisa membuat bisnis warisan orang tua sekaligus bisnis sendiri bisa maju, meskipun tidak sehebat keluarga Emrick yang mampu membuat takut kalangan ormas atau oknum pejabat yang suka memalak pengusaha. Julia harus mati-matian menjaga bisnisnya sendiri, itulah sebabnya dia bersandar pada Ducan, disamping mendapatkan manfaat kekayaan lainnya. Julia menggigit bibir dengan geram. Padahal aku sudah berusaha keras supaya bisa mencapai di posisi sekarang, aku tidak akan memaafkan siapa pun yang sudah mengacaukan semua usaha aku. Batinnya. Termasuk Sena sialan itu, suatu hari
Ducan menatap Sena yang sudah tertidur pulas setelah mendapat jahitan di belakang kepala dan dokter mengabarkan kondisinya sudah stabil, wanita yang sudah menjadi istrinya itu tidak bergerak sama sekali. Adrian mendampingi Sena, setelah mengabarkan kondisinya ke ayah Ducan.Ducan kecewa pada Adrian. "Kamu seharusnya tidak melaporkan kepada ayahku, ini hanya pertengkaran kecil.""Salah satu terluka, sudah bukan pertengkaran kecil lagi. Tuan muda.""Kamu bertindak seperti itu, hanya untuk menjilat Ayah. Sekarang aku jadi memikirkan perkataan teman-temanku. Sangat berbahaya menempatkan kamu di sisi Ayah, karena bisa saja- kamu menggantikan posisi aku.""Ada rapat dewan direksi dan komisaris, posisi tidak bisa dirubah begitu saja. Anda juga harus percaya diri menghadapi mereka semua, saat menggantikan Tuan besar.""Benar, memang ada mereka. Tapi jangan lupakan, kamu yang selalu di sisi Ayah dan bisa menjilat mereka semua." Ducan menatap Adrian dengan tatapan kebencian. "Kamu bahkan bisa
Ducan marah dengan tindakan Adrian, bahkan bodyguard dari keluarga ayahnya pun datang untuk menghalangi."Jangan mendekati Nyonya.""Ducan, aku minta maaf- ini bukan salahku, aku tidak menyangka dia akan terjatuh dan membentur wastafel. Aku-" Julia semakin panik dengan sikap tidak peduli Ducan, dia tidak ingin kehilangan Ducan. "Ducan, kamu percaya sama aku kan?"Ducan tidak peduli, tatapan matanya masih melekat pada Adrian yang menghalanginya.Ducan memang tidak peduli pada Sena, dia takut wanita itu akan melakukan gerakan menuntut dirinya, dia juga takut ayahnya akan marah karena melukai Sena di rumah seorang pelacur.Julia memang kekasih Ducan, tapi wanita itu juga dianggap pelacur. Ketika tidak berguna sama sekali, dia tidak akan menoleh.Petugas ambulans membawa kereta dorong berisi Sena, Adrian hanya meliriknya sekilas, tidak berani maju karena dihalangi.Setelah semua kekacauan hilang dengan sendirinya, pelayan di rumah juga membersihkan darah di kamar mandi. Ducan menatap ding
Adrian yang perasaannya tidak enak, bergegas masuk ke dalam rumah. Dia melihat Sena sudah tergeletak di kamar mandi dan berteriak. "NYONYA!"Julia dan kedua sahabatnya saling berpelukan, bingung dengan perubahan yang mendadak."Aku tidak menyentuhnya," kata salah satu sahabat Julia."Aku hanya membuka pintu," sahut sahabat Julia yang lain.Julia menggigit bibirnya dengan bingung. "Aku tidak tahu apa pun, dia yang memaksa masuk ke dalam rumah."Adrian melihat belakang kepala Sena yang sudah digenangi dengan darah. "Nyonya."Sena membuka mata lalu menyentuh pipi Adrian dan tersenyum. "Ak... hirnya... ....ku..."Adrian tidak bisa mendengar dengan jelas suara Sena dan menghubungi ambulans, benaknya berkecamuk tapi dia harus tetap menjaga akal sehat untuk menyelamatkan Sena.Julia hampir menangis bersama kedua sahabatnya, sekarang mereka bertiga tidak bisa melarikan diri. Sementara ketujuh teman mereka, pamit pulang tanpa pamit karena tidak mau dilibatkan.Salah satu teman arisan Julia men
Sena yang sudah berdiri di luar gerbang dalam keadaan hujan, diusir oleh suami sendiri dan dikunci di depan gerbang, tidak tahu harus berbuat apa. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?Sena merogoh handphone di saku jaket, memastikan handphonenya aman dan segera mencari tempat berteduh terdekat.Adrian pasti pura-pura tidak mengenalinya. Ya, pria itu pasti memiliki rencana yang baik untuk masa depan mereka berdua. Tunggu! Tidak!Sena menggigit kuku jari jempolnya dengan bingung. Dia sudah berjanji akan selalu disisiku dan tidak akan meninggalkan aku. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?"Lihat itu, si janda kegatelan datang lagi ke rumah keluarga Emrick.""Tidak tahu malu! Padahal dia sudah diceraikan!""Kalau lakinya tidak mau, ya tidak perlu paksa dong. Memangya kalau sudah dipaksa, dapat apa? Duit?""Berarti benar, gosip yang beredar- dia sudah menjual dirinya demi uang."Sena semakin bingung dan melihat handphone. Jantungnya berdebar keras ketika melihat tanggal dan waktu