"Sena, kamu juga salah karena tidak meletakan petugas keamanan di tempat seperti itu, sehingga membuat dua ekor kecoak menghancurkan barang-barangku." Tegur ayah Ducan ke Sena.Sena mengangguk paham. "Iya, ayah. Minta maaf saja tidak cukup, tapi saya tidak punya cukup banyak uang untuk menggantinya.""Kenapa kamu harus menggantinya? Bukankah kamu punya suami?"Kedua mata Ducan terbelalak lalu menjerit kecil. "Ayah!""Ducan, kamu bisa menanggung beban Natasha tapi tidak bisa menanggung Sena? Padahal yang membuat kerugian adalah Sena. Apa yang kamu pikirkan?" Tanya ayah Ducan.Ducan terdiam."Kamu menanggung kerugian sesuka hati, apakah kamu masih belum paham arti dari tanggung jawab?"Ducan tidak berani membalas perkataan ayahnya."Lebih baik aku makan di kamar, daripada melihat orang bodoh yang menyakitkan mata." Ayah Ducan memutuskan membawa makanan ke dalam kamar karena tidak terlalu mood makan di ruang makan dan diinstruksikan ke kepala pelayan.Kepala pelayan menyuruh pelayan memb
Natasha tidak suka melihat pekerjaan Sena sukses, disaat mengantarkan Ducan berangkat kerja di pagi hari, dia memikirkan cara untuk menghancurkannya.Lalu dia teringat dengan Sella. Natasha bertanya pada Ducan. "Sayang, aku boleh pinjam handphone kamu?"Ducan mengabaikan pertanyaan Natasha dan langsung masuk ke dalam mobil begitu sopir membuka pintu untuk dirinya.Natasha terkejut dengan sikap Ducan dan ingin marah tapi tidak bisa melampiaskannya.Natasha yakin, sikap dingin Ducan karena ulah si Sena sialan itu. Dia harus cepat-cepat mencari orang itu dan kerja sama. Masalahnya bagaimana dia bisa menghubungi orang itu?Tiba-tiba Natasha teringat cerita Ducan mengenai Sena yang berusaha melukai dirinya lalu pingsan dan pelayan menghubungi sepupu Sena untuk bantu merawat Sena.Natasha pergi mencari kepala pelayan setelah Sena, ayah Ducan dan sekretarisnya sudah berangkat kerja.Natasha melihat kepala pelayan sedang di dapur, memberikan arahan ke chef dan pelayan lain. Setelah selesai,
Sena yang sibuk dengan pekerjaannya di gudang, lalu harus mengurus acara ulang tahun ayah mertuanya, tiba-tiba dipanggil ke ruang kerja.Begitu masuk di ruang kerja, Sena melihat Ducan dan Natasha ada di dalam ruangan, berdiri menghadap sang kepala keluarga.Sena menghela napas dan bertanya di dalam hati. Kali ini apalagi?Ayah ducan bertanya kepada Sena. "Kamu bawa handphone?"Sena mengeluarkan handphone dari sakunya. "Lihat media sosial dan baca apa gosip terbaru tentang kamu." Perintah ayah Ducan.Sena menaikan salah satu alisnya lalu membuka akun media sosial miliknya, sejak menikah Sena jarang membuka akun media sosialnya. Natasha tersenyum tipis di samping Ducan.Ducan diam dan hanya melihat Sena yang melihat handphone jadulnya dengan serius.Sena membaca gosip mengenai dirinya yang tidak mau menikah dengan Ducan, lalu mengatakan Ducan adalah pria mesum dan hanya mengandalkan harta keluarganya.Rekaman pertengkaran dirinya sebelum menikah dengan Ducan dan dikonfirmasi ayah Sen
"A! Aaah... sayang... sayang... kumohon!" Jerit Natasha yang kesakitan karena tiba-tiba Ducan mendorongnya ke atas tempat tidur dan masuk ke dalam dirinya.Hanya tubuh bagian atasnya di atas tempat tidur, Natasha takut keguguran karena Ducan main kasar. "Sa- sayang! Tolong, tolong jangan kasar. Ah!" Ducan memaksa masuk ke dalam Natasha dan bergerak secara kasar. "Keguguran? Bukankah kamu bisa punya anak lagi jika keguguran?"Natasha menjerit di dalam hati. Apakah kamu sudah gila?!Ducan meremas dada mungil Natasha dengan tangan kiri sementara tangan kanannya mencekik leher Natasha.Kedua tangan Natasha berusaha melepas cekikan dari Ducan. Upayanya sia-sia karena Ducan terlalu erat mencengkram dirinya.Natasha pasrah menerima semua perlakuan kasar selama Ducan bahagia dan masih mempertahankan dirinya.Ducan membalik tubuh Natasha hingga punggungnya menghadap Ducan.Natasha menggeleng lemah. "Tidak, tolong jangan belakang!"Ducan mengabaikan permohonan Natasha dan masuk lewat belakang
Di pagi hari, Sena terbangun dengan kepala sakit. "Nyonya, tuan besar memberikan perintah supaya anda tidak masuk kerja hari ini, tuan Adrian yang akan mengurus surat izinnya.""Kenapa aku bisa ada di sini?" Tanya Sena sambil memijat keningnya."Tuan muda membawa anda ke kamar, dokter bilang anda terlalu lelah dan stres. Istirahat satu hari sudah cukup, sebentar lagi ulang tahun tuan besar, anda harus fit."Sena bingung. "Ducan yang membawaku?""Ya, nyonya."Sena teringat dengan pertengkaran mereka semalam di taman. "Nyonya, apakah ada yang ingin anda makan atau minum sesuatu yang hangat?"Sena menggeleng pelan. "Tidak, aku ingin istirahat sebentar."Pelayan mengangguk paham lalu keluar kamar Sena.Ducan yang berdiri cemas di luar kamar, bertanya ke pelayan yang keluar kamar. "Istriku sudah bangun? Dia butuh sesuatu?""Tuan muda, nyonya muda hanya ingin istirahat.""Aku dengar kemarin dia tidak sempat makan malam, perutnya pasti masih kosong. Aku akan mengirim makanan untuk dirinya,
"Sate?""Ya, aku pikir jauh lebih baik memberikan sate untuk makanan pembuka atau sesuatu yang ditusuk sehingga para tamu undangan bisa menikmati makanannya juga.""Apakah anda ingin membuat para tamu makan sambil berdiri?""Bukankah itu tidak sopan?""Ada orang kaya yang menerapkan aturan tata krama dan ada yang tidak, anda ingin ikut yang mana?""Sate hanyalah pilihan, yang lain bisa mengambil menu makanan yang lain. Aku ingin coba merakyat."Kepala pelayan menatap curiga Natasha. "Anda melakukan ini bukan karena alasan lain?""Alasan seperti apa contohnya?"Kepala pelayan berpikir sebentar lalu mengangguk setuju. "Saya akan mengikuti saran anda dan mengubah beberapa menu.""Mengubah? Ditambahkan saja tidak apa, aku tidak ingin orang lain jadi bekerja sia-sia." "Ada beberapa menu makanan yang tidak bisa dibuat secepatnya, sementara sate juga membutuhkan waktu untuk bisa matang dengan sempurna. Salah satu menu harus mengalah.""Begitu ya, aku jadi merasa bersalah pada Sena. Padahal d
"Sate?""Ya, pasangan tuan muda ingin menambah menu sate. Saya pikir lebih baik mengubah beberapa menu supaya tidak menjadi beban untuk kalian semua."Chef menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Saya tidak masalah mengikuti aturan rumah ini, tapi apa benar tidak apa-apa memakai hidangan sate?""Ya, tidak masalah. Tuan besar juga setuju."Kedua mata chef terbelalak. "Tuan besar juga setuju?"Kepala pelayan merasa aneh dengan sikap chef. "Ada apa? Apakah ada masalah?"Chef menggeleng cepat. "Tidak, tidak ada masalah. Saya hanya terkejut karena ada perubahan mendadak, bagaimana dengan hidangan barbeque?""Pada awalnya saya juga memikirkan hal yang sama dan sempat menawarkan ke pasangan tuan muda, tapi jika saya pikir ulang, lebih baik jangan. Barbeque biasanya dinikmati untuk pesta bebas, sementara pesta yang diadakan adalah ulang tahun tuan besar, jadi saya tidak bicara mengenai hal ini ke tuan besar.""Ah, begitu." Chef menjadi canggung. Begitu kepala pelayan keluar dari dapur, para p
Ulang tahun ayah Ducan, mengundang rekan bisnis, keluarga cabang dan teman dekat. Acaranya bertema gold dan terlihat sederhana tapi mewah dan elegan.Masing-masing tamu membawa kado dan menyerahkannya ke penerima tamu lalu menyerahkan undangan untuk validasi."Acaranya diadakan di rumah lagi ya?""Tuan besar lebih suka mengadakan acara di rumah daripada di luar.""Hm? Siapa wanita di samping tuan muda?""Ah, itu- dia kekasih tuan muda.""Hah?!""Gosip yang aku dengar, nyonya belum bisa memiliki anak sehingga tuan muda mencari wanita lain untuk mendapatkan penerus.""Bukankah itu hanya alasan karena tuan muda berselingkuh?""Jangan bicara terang-terangan seperti itu, anggap saja tidak tahu apa pun."Para keluarga cabang saling bergosip begitu melihat sosok Natasha yang mendampingi Ducan.Sena menjadi cemas, ketika melihat dari lantai dua, tidak ada yang melihat sosoknya karena sembunyi di balik tiang. Para tamu sudah berdatangan tapi entah kenapa perasaannya tidak enak. "Sena."Sena t
Sena sudah mulai paham, alasan dirinya tidak boleh merasakan kesedihan di hadapan Ducan ataupun mengemis cinta seperti yang dirinya lakukan di masa lalu.Ducan benci Sena sejak awal. Jika Sena menangis, akan dianggap lemah dan tidak berguna lalu jika dirinya mengemis cinta serta kasih sayang kepada suaminya sendiri, maka dianggap rendah.Entah kenapa Sena yang dulu tidak pernah menyadarinya, sehingga rela bunuh diri. Ducan sejak awal tidak pernah mencintainya dan tidak akan mau mencintai istrinya.Perawat segera memeluk dan menenangkan Sena. "Nyonya, tenanglah. Anda baru bangun tidur."Sena menunjuk pasangan selingkuh dengan tangan gemetar dan mata sembab. "Usir mereka berdua! Aku tidak mau melihat mereka! Usir mereka sekarang!"Perawat lainnya yang baru tiba dan tidak tahu kronologi awal, tapi lebih mengutamakan kondisi pasien, segera mendorong Sella dan Ducan keluar dari kamar Sena. "Tolong jaga kondisi pasien, tolong keluar," ujarnya dengan nada sopan.Sella dan Ducan menjadi bingu
"BERANI SEKALI KAMU BERTINDAK DI LUAR BATAS TANPA PERINTAHKU!" Teriak ayah Ducan. "Bagaimana jika anak itu mendapat masalah? Apakah kamu sudah gila?""Saya yakin sekali, wanita itu tidak akan bisa menyentuh Emrick. Semua sudah saya perhitungkan dengan baik, Tuan besar. Tolong fokus dengan kesehatan anda sendiri." Adrian menghela napas panjang. "Asbak tadi harganya sangat mahal, meskipun hanya berfungsi sebagai pajangan.""Hah! Apakah aku akan mempedulikan barang murahan yang dijual banyak?""Merek terkenal, anda tidak mungkin lupa dengan harganya yang-""Aku tidak peduli pada asbak murahan itu! Beritahu aku, apa yang terjadi dengan wanita itu? Kenapa kamu tidak mengatakannya kepadaku terlebih dahulu?""Sata rasa tidak perlu mengatakannya kepada anda karena kesehatan anda yang tidak baik." Adrian tersenyum dan mengeluarkan sebuah flash disk dari saku dalam jasnya. "Mungkin anda perlu melihat isi videonya, supaya anda tidak perlu marah lagi.""Marah? Bagaimana bisa kamu mengatakan aku t
"Kamu terkejut?" tanya ayah Ducan.Julia menggeleng. "Tidak, anda pasti berbohong demi menyelamatkan wanita tidak tahu diri itu. Ducan-""Kamu selalu mendengarkan perkataan Ducan, tapi tidak pernah mendengarkan perkataan orang lain. Coba kamu dengar dari semua karyawan yang melihat kegilaan kamu sekarang, apakah benar yang aku katakan itu?" tanya ayah Ducan yang tidak takut dengan reputasi. "Aku melindungi Ducan karena dia anakku dan sebagai Ayahnya, aku harus bekerja sebagaimana mestinya. Tapi, menantu aku, bukan orang yang bisa kamu hina sesuka hati meskipun Ducan tidak menyukainya.""Anda pasti berbohong! Saya tahu anda berusaha menyelamatkan reputasi karena melakukan kesalahan di masa lalu."Ayah Ducan tertawa. "Menyelamatkan reputasi? Nama putraku sudah rusak di luar, mau cara apa lagi aku menyelamatkannya? Sementara dia main gila dengan wanita gila seperti kamu- aku harus marah? Menghukumnya?""Tapi anda, menghancurkan bisnis saya!" teriak Julia yang tidak terima. "Hentikan kebo
Ducan dan ayahnya turun dari mobil bersama, disusul dengan Adrian yang membantu atasannya duduk di kursi roda, setelah turun dari mobil di belakangnya.Ducan menjadi khawatir dengan tindakan ayahnya, setelah mengetahui Sena masuk rumah sakit akibat ulahnya dan memaksakan diri untuk masuk kerja meskipun sedang sakit. "Ayah-"Ayah Ducan tidak mengatakan apa pun dan membiarkan Adrian menolongnya sementara sang anak hanya berdiri diam melihat proses tindakan Adrian, dia menghela napas panjang dan menyindir secara halus. "Memang benar, kata pepatah. Tidak semua anak mampu merawat orang tuanya."Ducan tidak paham dengan sindiran sang ayah dan tertawa renyah, menganggap bahwa ayahnya hanya bercanda. Adrian memutar bola mata diam-diam. Ducan terlalu bodoh untuk memahami sindiran sederhana.Setelah membantu ayah Ducan duduk di kursi roda, Adrian mendorong kursi roda menaiki tangga khusus kursi roda, tangga ini memang dibangun untuk ayah Ducan yang mulai duduk di kursi roda. Ducan dengan perca
Julia memang tidak pernah hidup mewah seperti sosialita yang selalu memakai barang mahal, tumbuh di lingkungan kalangan menengah ke atas. Orang tuanya memiliki bisnis pakaian jadi kecil-kecilan yang dititipkan ke beberapa toko baju. Namun, semangatnya untuk memajukan bisnis keluarga patut dikagumi. Tidak hanya menjalankan bisnis orang tuanya, Julia pun belajar membuat perhiasan dengan tangannya sendiri. Kerja kerasnya bisa membuat bisnis warisan orang tua sekaligus bisnis sendiri bisa maju, meskipun tidak sehebat keluarga Emrick yang mampu membuat takut kalangan ormas atau oknum pejabat yang suka memalak pengusaha. Julia harus mati-matian menjaga bisnisnya sendiri, itulah sebabnya dia bersandar pada Ducan, disamping mendapatkan manfaat kekayaan lainnya. Julia menggigit bibir dengan geram. Padahal aku sudah berusaha keras supaya bisa mencapai di posisi sekarang, aku tidak akan memaafkan siapa pun yang sudah mengacaukan semua usaha aku. Batinnya. Termasuk Sena sialan itu, suatu hari
Ducan menatap Sena yang sudah tertidur pulas setelah mendapat jahitan di belakang kepala dan dokter mengabarkan kondisinya sudah stabil, wanita yang sudah menjadi istrinya itu tidak bergerak sama sekali. Adrian mendampingi Sena, setelah mengabarkan kondisinya ke ayah Ducan.Ducan kecewa pada Adrian. "Kamu seharusnya tidak melaporkan kepada ayahku, ini hanya pertengkaran kecil.""Salah satu terluka, sudah bukan pertengkaran kecil lagi. Tuan muda.""Kamu bertindak seperti itu, hanya untuk menjilat Ayah. Sekarang aku jadi memikirkan perkataan teman-temanku. Sangat berbahaya menempatkan kamu di sisi Ayah, karena bisa saja- kamu menggantikan posisi aku.""Ada rapat dewan direksi dan komisaris, posisi tidak bisa dirubah begitu saja. Anda juga harus percaya diri menghadapi mereka semua, saat menggantikan Tuan besar.""Benar, memang ada mereka. Tapi jangan lupakan, kamu yang selalu di sisi Ayah dan bisa menjilat mereka semua." Ducan menatap Adrian dengan tatapan kebencian. "Kamu bahkan bisa
Ducan marah dengan tindakan Adrian, bahkan bodyguard dari keluarga ayahnya pun datang untuk menghalangi."Jangan mendekati Nyonya.""Ducan, aku minta maaf- ini bukan salahku, aku tidak menyangka dia akan terjatuh dan membentur wastafel. Aku-" Julia semakin panik dengan sikap tidak peduli Ducan, dia tidak ingin kehilangan Ducan. "Ducan, kamu percaya sama aku kan?"Ducan tidak peduli, tatapan matanya masih melekat pada Adrian yang menghalanginya.Ducan memang tidak peduli pada Sena, dia takut wanita itu akan melakukan gerakan menuntut dirinya, dia juga takut ayahnya akan marah karena melukai Sena di rumah seorang pelacur.Julia memang kekasih Ducan, tapi wanita itu juga dianggap pelacur. Ketika tidak berguna sama sekali, dia tidak akan menoleh.Petugas ambulans membawa kereta dorong berisi Sena, Adrian hanya meliriknya sekilas, tidak berani maju karena dihalangi.Setelah semua kekacauan hilang dengan sendirinya, pelayan di rumah juga membersihkan darah di kamar mandi. Ducan menatap ding
Adrian yang perasaannya tidak enak, bergegas masuk ke dalam rumah. Dia melihat Sena sudah tergeletak di kamar mandi dan berteriak. "NYONYA!"Julia dan kedua sahabatnya saling berpelukan, bingung dengan perubahan yang mendadak."Aku tidak menyentuhnya," kata salah satu sahabat Julia."Aku hanya membuka pintu," sahut sahabat Julia yang lain.Julia menggigit bibirnya dengan bingung. "Aku tidak tahu apa pun, dia yang memaksa masuk ke dalam rumah."Adrian melihat belakang kepala Sena yang sudah digenangi dengan darah. "Nyonya."Sena membuka mata lalu menyentuh pipi Adrian dan tersenyum. "Ak... hirnya... ....ku..."Adrian tidak bisa mendengar dengan jelas suara Sena dan menghubungi ambulans, benaknya berkecamuk tapi dia harus tetap menjaga akal sehat untuk menyelamatkan Sena.Julia hampir menangis bersama kedua sahabatnya, sekarang mereka bertiga tidak bisa melarikan diri. Sementara ketujuh teman mereka, pamit pulang tanpa pamit karena tidak mau dilibatkan.Salah satu teman arisan Julia men
Sena yang sudah berdiri di luar gerbang dalam keadaan hujan, diusir oleh suami sendiri dan dikunci di depan gerbang, tidak tahu harus berbuat apa. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?Sena merogoh handphone di saku jaket, memastikan handphonenya aman dan segera mencari tempat berteduh terdekat.Adrian pasti pura-pura tidak mengenalinya. Ya, pria itu pasti memiliki rencana yang baik untuk masa depan mereka berdua. Tunggu! Tidak!Sena menggigit kuku jari jempolnya dengan bingung. Dia sudah berjanji akan selalu disisiku dan tidak akan meninggalkan aku. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?"Lihat itu, si janda kegatelan datang lagi ke rumah keluarga Emrick.""Tidak tahu malu! Padahal dia sudah diceraikan!""Kalau lakinya tidak mau, ya tidak perlu paksa dong. Memangya kalau sudah dipaksa, dapat apa? Duit?""Berarti benar, gosip yang beredar- dia sudah menjual dirinya demi uang."Sena semakin bingung dan melihat handphone. Jantungnya berdebar keras ketika melihat tanggal dan waktu