Share

Saran dari teman

Penulis: Miss Kay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-26 00:06:06

Berkali-kali Alan menghubungi Violet setelah bertemu dengan kolega bisnisnya meeting bersama membicarakan projek iklan untuk brand miliknya. Alan menginginkan Violet untuk kembali ke Indonesia secepat mungkin. Dia sudah membayar penalti perusahaan lain yang terlibat kontrak dengan kekasihnya itu.

"Come on Dude, Kau hanya membuang-buang waktumu saja. Kekasihmu itu sedang tidak ingin diganggu," sarkas Biza yang sedang berkunjung ke kantornya karena ada dokumen penting yang harus dia berikan kepada temannya itu.

"Shut up! Kenapa belum pergi dari ruanganku. Kau itu bukan penganggurankan?" sahut Alan menyipitkan matanya ke arah Biza.

"Yah sejak memutuskan keluar dari perusahanmu dan bekerja dengan Tuan Darwin Aku lebiih santai. Tapi tetap saja selalu direpotkan Kamu," sarkas Biza.

"Jelas saja kerjamu santai yang Kamu jaga itu wanita yang tidak menyulitkan dibanding diriku. Hey, Abi jangan permainkan Adik iparnya Darwin sepertinya Dia sangat mencintaimu. Perlu Kau ingat,, Kau akan berhadapan dengan Darwin si manusia yang berdarah dingin hati-hati dengannya. Manusia itu sudah lama pensiun dari kelompok mafia."

Tiba-tiba ada ketukan pintu dari luar. Alan memerintahkan asistennya itu masuk keruangannya. Weni masuk keruangan bosnya dengan wajah cemas.

"Yah Aku tidak sebodoh itu ... Kau pikir Aku menyukai wanita itu. Dia hanya terobsesi saja setelah bosan pasti menyerah. Kau pikirkan saja mantan istrimu itu. Kau lebih parah dariku bisa-bisanya menegurku. Dasar playboy gadungan!" ejek Biza.

"Aku hanya membantu mantan istriku saja, yah ... hanya gertakan agar wanita itu mau kembali tinggal bersamaku tentunya tidak gratis," ucap Alan sambil memutar pulpen emasnya yang mewah.

"Bullshit! Kau pikir Aku tidak tahu sudahlah Alan, Kau harus rujuk kembali bersamanya. Seperti yang ku bilang Kau akan menyesal jika terpaksa menjadikan Violet sebagai istrimu. Aku peringatkan Kau sekali lagi kekasihmu itu seorang wanita manipulatif. Kau bertemu dengannya karena nafsu semata sedangkan Valeria wanita yang Kau cintai sejak dulu. Jangan bebal otakmu itu! Sudahlah Aku mau pergi ... nih ihat di dalamnya ada yang inginku perlihatkan untukmu semoga otak dan hatimu terbuka," ucap Biza yang menyerahkan amplop coklat besar kepadanya.

Biza menyerahkan sebuah amplop coklat berukuran besar kepada Alan setelah itu dia beranjak pergi meninggalkan Alan yang masih galau dengan perasaannya.

Suara deheman Weni membuat Alan mengurungkan tangannya membuka isi amplop yang diberikan Biza. Dengan sekali lirikan dari bosnya Weni mulai bicara.

"Permisi Tuan Alan, sejak tadi pelayan dari rumah Anda menghubungi Saya karena Anda tidak menjawab panggilannya," ucap Weni.

"Ada apa," sahut Alan dengan dahi berkerut bingung tak biasanya para pelayan meneleponnya.

"Nona Valeria pergi dari rumah utama melewati lorong tersembunyi. Nona Vale berhasil mengambil kunci pagar yang Anda sembunyikan, Tuan."

Brak! Pukulan keras di atas meja membuat Weni berjingkat kaget dengan tubuh gemetar melihat Tuannya marah.

"Kenapa tidak memberitahuku sejak tadi dasar bodoh!" maki Alan melotot tajam kepada asistennya itu.

"Saya pikir Anda sedang berbicara serius dengan Tuan Abizar, Tuan."

"Sudahlah Kau hubungi pengawal yang berada di rumah perintahkan mereka agar mencarinya sampai ketemu, kalau tidak menemukan Vale. Aku tidak segan -segan akan menghukum kalian semua!" titah Alan dengan mata melotot tajam kepada Weni.

"Ba ... baik Tuan, permisi," sahut Weni keluar dari ruangan Alan menghubungi kembali orang-orang yang bekerja di rumah bosnya.

Alan membuang semua dokumen yang ada di atas mejanya. Dia berteriak meluapkan amarah. Alan mengusap wajahnya dengan kasar berkali-kali memikirkan Vale yang kabur. Segera dia menghubungi Biza yang untungnya langsung diangkat pria itu.

"Cepat Kau kembali Aku butuh bantuanmu!" titah Alan tanpa bantahan.

Biza yang sedang menghisap rokoknya di dalam mobil bergegas keluar dari mobilnya menemui Alan diruangannya. Sebelum Biza memasuki lift Alan sudah lebih cepat keluar dari lift khusus atasan.

"Vale kabur dari rumah tolong bantu Aku mencarinya."

"Ya, akan ku kerahkan anak buahku. Apa Dia membawa ponselnya."

"Tidak, tapi Aku sudah menaruh alat pelacak di tasnya. Wanitaku seperti zig zag pintar sekali mengelabui anak buahku."

"Hem, menarik Aku suka gayanya! Ayo Kita berpetualang," ucap Biza dengan semangat. Biza mengendarai mobil sportnya dengan kencang menuju tempat di mana Vale berada.

Sedangkan di tempat lain tepatnya di jalan raya ada Vale bersama driver online sedang kebut-kebutan mengelabui anak buah Alan yang berhasil mengikuti mereka.

"Nyonya Valeria tolong berhenti Anda harus kembali sebelum Tuan Alan menemukan Anda," teriakan pengawal berkepala pelontos kepada Vale yang tak digubrisnya.

"Aduh mbak gimana ini Saya takut. Nanti kalau Saya di tembak gimana," ucap driver itu ketakutan.

"Tenang saja mereka tak akan berani, nanti Masnya Saya kasih uang yang banyak sebagai ganti rugi kalau terjadi apa-apa," sahut Vale yang juga cemas takut ditangkap Alan.

Tin!

Tin!

Cacian makian dilontarkan kepada mereka di jalan. Vale tidak perduli lagi, dia ingin pergi dari cengkraman Alan mantan suaminya itu yang otoriter suka memaksa.

Satu jam sebelum kaburnya Vale ...

Vale tak sengaja membuka ruang kerja Alan yang tak tertutup rapat sedang dibersihkan pelayan. Di dalamnya ada dua pelayan yang sedang membersihkannya. Vale pura-pura masuk ingin melihat buku bisnis Alan yang berjejer rapi di raknya yang tidak pernah berubah selama dia masih menjadi istrinya dulu.

"Ehem... bolehkah Aku membaca salah satu buku di sana," tunjuk Vale kebagian atas rak buku.

"Silahkan Nyonya, Tuan Alan tidak pernah melarang Anda menyentuh barang-barangnya," ujar pelayan itu sambil tersenyum ramah.

Vale mengambil buku yang berada di bagian atas tapi tatapannya teralih dengan kunci yang terselip di salah satu buku. Tanpa ragu dia mengambil kunci itu yang tidak di ketahui mereka yang sedang sibuk membersihkan ruangan kerja Alan. Dia masih ingat kalau kunci itu, kunci gerbang lorong rahasia di rumah ini. Tiba-tiba wajahnya tersenyum merekah mendapatkan jalan keluar dari rumah ini dengan sembunyi-sembunyi.

"Ah aduh ... ssshhh perutku tiba-tiba sakit. Aku baca di kamar saja kalau begitu," ucap Vale dengan wajah berpura-pura menahan sakit.

"Apa Anda perlu bantuan Nyonya?"

"Kalian tidak usah khawatir Aku hanya sakit perut biasa, mungkin dibawa tidur istrirahat sebentar sudah hilang. Kalian lanjutkan saja pekerjaan kalian."

"Baik Nyonya," jawab mereka serentak tanpa menaruh curiga kepada Valeria yang keluar begitu cepat dari ruangan kerja Alan.

"Yes! Yes! Akhirnya Aku bisa pergi juga dari rumah ini. Alan memang ceroboh masih saja menaruh kunci ini sembarangan. Aku harus secepatnya keluar dari sini," gumamnya pelan.

Vale memasuki kamar mengganti pakaiannya dengan hoodie kebesaran dan celana leging panjang. Tasnya dia masukkan ke dalam hoodie. Setelah melihat situasi aman Vale berjalan mengendap-ngendap kebelakang rumah mewah itu melalui jalan rahasia yang hanya diketahuinya. Tapi sialnya ada satu orang penjaga sedang berjaga di sana. Vale yang panik mengambil sebuah kayu tak jauh dari sana memukul belakang kepala penjaga itu sampai hampir pingsan.

"Ah maaf ini tidak kuat Kau pasti akan sembuh nanti," ucapnya kepada penjaga itu yang mengaduh kesakitan sampai berguling-guling. Vale berlari ke dalam lorong itu dengan cepat. Setelah sampai menemukan pintu gerbang rahasia. Dia langsung membuka gembok kunci dengan tangan gemetaran. "Ayo cepat terbukalah!" gumamnya. Setelah berhasil membuka pintu itu secepat kilat dia berlari sampai ke ujung jalan raya . Tanpa sengaja ada seorang driver online yang sedang berhenti dipinggir jalan. Vale langsung meneriakinya dan memintanya pergi. Sedangkan tak jauh darinya pengawal Alan tergopoh-gopoh mengejarnya.

"Nyonya jangan pergi aaaakkkh sial! Aku harus memberitahukan penjaga yang lain," ucapnya sambil menahan darah yang keluar dari belakang kepalanya dan mengambil hate yang jatuh terpental karena ulah Vale.

'Roger ... Roger Nyonya Vale kabur tolong kalian cepat cari dari arah belakang lorong!'

'Baik laksanakan, Kau cepat hubungi bos besar! Bisa habis Kita kalau sampai tidak menemukan Nyonya Vale.'

'Ya!'

Bip! Pengawal itupun bergegas pergi ke dalam rumah memberitahukan kepada kepala pelayan dengan darah yang sudah membasahi bagian belakang pakaiannya.

Bab terkait

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Tidak Bisa Pergi Darinya

    Aksi kejar-kejaran Vale dan anak buah Alan seperti di film. Driver online yang membawanya ke bandara tak kalah keren seperti pembalap international. Sampai di bandara Vale memberikan uang 30 juta kepada driver itu yang kaget di bayar mahal tanpa henti driver itu memuji Vale dan banyak mengucapkan terima kasih. Tapi sebelum uang itu masuk ke dalam jaketnya dua orang mengambilnya dan menahan tangannya kebelakang. Vale yang buru-buru tidak memperhatikan lagi nasib driver itu. Setelah itu dia berjalan cepat untuk memesan tiket ke dalam. Rambut yang acak-acakan jangan lupakan alas kaki berupa sandal tidur hello kitty yang dia pakai. Membuat seorang dua pria tampan yang berdiri tak jauh dari petugas check in counter sambil menyilangkan tangan di dada menatapnya tanpa berkedip. Vale yang tak sadar melewati pria itu tanpa menaruh curiga kalau sebenarnya keadaan bandara begitu sepi hanya ada dia dan pegawai ticket dan pria yang berdiri tak jauh di belakangnya dan beberapa pengawal. "Perm

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bertemu saingan

    Britania Raya - London wilayah metropolitan berlokasi disepanjang sungai Thames. Pemukiman utama yang di dirikan oleh romawi pada abad ke-1. Disinilah selama 3 tahun Vale menenangkan hati dan pikiran setelah diceraikan Alan. Thames Residences Hyde Park, apartemen mewah tempat di mana Vale tinggal selama di London. Sebagai ibu kota Inggris, kota ini selalu menawarkan kehidupan yang sibuk dan penuh gairah, tempat di mana keinginan dan kenyataan sering bertabrakan dengan cara yang tidak terduga. Di tengah segala hiruk-pikuk ini, Vale telah menemukan kedamaian yang ia cari selama bertahun-tahun. Di dalam kamar apartemen milik Vale, Alan memandangi wajah Vale yang sedang duduk di sofa dengan mulut tertutup rapat tanpa mau menjawab pertanyaannya sejak keluar dari jet pribadi miliknya. "Kau masih tak mau jawab juga." "Untuk apa? Aku mendapatkan itu semua darinya secara cuma-cuma. I think ... dia berhak dapat perhatian dariku," jawab Vale akhirnya setelah bungkam selama 30 menit yang la

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Perjanjian baru

    Alan menatap Vale, perasaan marah bercampur cemas merayapi hatinya. Di hadapan Vale, ia merasa tak berdaya, tak mampu mengendalikan dirinya lagi. Namun, di dalam dirinya ada perasaan yang lebih besar: bahwa Bram Ludwig adalah ancaman nyata yang harus segera dihadapi, jika ia ingin kembali merebut hati Vale.Tiba di Jakarta ... Di ruang tamu Vale berdiri, membalikkan tubuhnya dengan langkah pelan. "Aku setuju," ujarnya, memecah kesunyian yang sudah lama menyesakkan. Alan mengangkat alisnya, ekspresinya berubah. "Kau serius?" tanyanya, tak percaya dengan kata-kata Vale. Vale mengangguk perlahan. "Tapi ada syarat. Kau harus menghentikan hubunganmu dengan Violet," tegasnya, matanya tak terlepas dari Alan. Alan menelan ludah, terkejut dengan permintaan itu. Violet, kekasihnya yang berasal dari Jerman, adalah sosok yang membuatnya melupakan Vale, setidaknya itu yang dia percayai. Namun, Vale tak memberi kesempatan untuk mempertimbangkan lagi. "Apa yang kamu maksud?" Alan mengernyit

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Kartu Perselingkuhan

    Pagi yang tenang itu terasa penuh dengan kesunyian yang memekakkan telinga. Alan mencoba mengalihkan perhatian dari pikiran yang mengganggunya dengan menatap dokumen yang tergeletak di meja. Dokumen yang seharusnya ia baca beberapa hari lalu, yang diserahkan Abizar dengan begitu serius. Alan menarik tumpukan kertas dan membuka lembar demi lembar dengan perasaan yang tidak menentu. Setelah beberapa halaman berlalu, matanya berhenti pada sesuatu yang menarik perhatian—sebuah foto. Foto yang cukup mengejutkan untuk membuat napasnya tercekat. Di sana, Violet—kekasihnya yang telah ia putuskan untuk tinggalkan—terlihat sedang berdiri di samping seorang pria muda dengan wajah tampan, di sebuah pesta di Italia. Ia melirik foto lainnya. Di foto berikutnya, Violet dan Boy tampak lebih intim—lebih dari sekedar rekan kerja. Mereka berdua saling berpegangan tangan, tersenyum mesra. Alan merasakan kepalanya berputar, tubuhnya seakan membeku sejenak. Ada perasaan yang sulit dijelaskan ketika melih

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Perubahan tak terduga

    Pagi itu, hujan turun deras di luar mengaburkan jendela-jendela rumah besar yang dulunya selalu ramai oleh tawa dan canda. Alan Mendes berdiri di jendela, menatap langit yang mendung, seakan ingin menutupi seluruh kenyataan pahit yang harus dia hadapi. Di meja, selembar surat yang ia tulis dengan tangan sendiri terbuka, tergeletak begitu saja, tanpa ada yang menyentuhnya. Itu adalah surat yang berisi ultimatum kepada Tuan Satia, Ayah dari mantan istrinya, Valeria. "Vale." Suara Alan memecah keheningan, membuat Valeria menoleh. Alan tampak serius, bahkan lebih serius dari biasanya. "Aku sudah menulis surat untuk ayahmu. Aku akan mengambil semua saham Vale Group jika dia tidak segera kembali ke Indonesia dan menyelesaikan masalahnya. Aku ingin dia bertanggung jawab." Valeria menatapnya dengan tatapan kosong. Sudah berapa kali Alan mengancam untuk melakukan hal yang sama? Berapa kali dia menggunakan Vale Group sebagai alat untuk memaksanya kembali ke kehidupannya? Namun, kali ini,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Penghianatan dan bayangan kejatuhan

    Bagi Alan Mendes, hari ini tampaknya tidak akan berakhir dengan tenang. Lantai marmer di ruang kerja pribadinya terasa lebih dingin dari biasanya, seolah mencerminkan ketegangan yang melingkupi dirinya. Di meja kerjanya, tumpukan berkas dan laptop yang terbuka menunjukkan kekacauan. Semua ini akibat satu kejadian yang mengejutkan, keuangan bank miliknya, Alan CC, diretas oleh hacker. Kerugiannya bukan main—tiga triliun rupiah hilang begitu saja. Alan menatap layar laptopnya, mencoba mencari celah, mencari penjelasan, namun tidak ada yang bisa menjelaskan dengan gamblang apa yang terjadi. Kecanggihan hacker yang menyerang banknya terlalu luar biasa untuk dilawan hanya dengan teknologi biasa. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, menarik napas panjang, berusaha meredam amarah yang hampir meledak. 'Apa ini? Kenapa aku bisa sebodoh ini?' gumam Alan pada dirinya sendiri, dengan tangan mengepal di meja. Violet, mantan kekasihnya yang sudah dia campakkan, tidak tampak belakangan ini.. Sej

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Akhir dari Pengkhianatan

    Abizar duduk dengan tenang di ruangannya, menunggu dengan sabar kedatangan Alan temannya yang telah dia beri tahu bahwa Boy dan Violet telah ditangkap dan dibawa ke markasnya. Matanya bersinar dengan niat jahat, siap untuk memberikan hukuman kepada kedua pengkhianat itu. Sementara itu, di ruang sebelah, Boy dan Violet diseret masuk dengan kasar oleh anak buah Abizar. Mata mereka ditutup dan tangan mereka diikat rapat, membuat mereka tidak bisa bergerak atau melihat apa pun di sekeliling mereka. Violet mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya berdebar kencang, namun Boy tidak bisa menahan diri. Dia berontak dan mencoba melawan, namun hanya mendapat pukulan oleh anak buah Abizar. "HEY! Bangun, kau masih kuat?" suara pria plontos yang tersenyum jahat di sampingnya. Boy merasakan dirinya diangkat dengan kasar dan dilemparkan ke lantai. Ia merasakan beberapa pukulan mengenai tubuhnya, membuatnya menjerit kesakitan. "Berhenti! Jangan lakukan itu!" caci Violet, yang sedari tad

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Keputusan Terakhir

    "Benar, Nyonya Valeria Rush dengan sadar sudah menandatangani surat rujuk, Tuan Bram," kata Abizar suara tegasnya menggema di ruang yang penuh ketegangan. Bram menatap Abizar dengan mata yang lebar, tak percaya. Langkahnya terhenti seketika, seolah tubuhnya terkunci dalam ruang sempit. "Apa?!" ujar Bram."Ya, Tuan Bram semuanya sudah tertulis. Nyonya Vale menandatanganinya sendiri," jawab Abizar dengan nada yang sepertinya tak mengindahkan rasa kecewa Bram. "Dia memilih Tuan Alan," tambahnya lagi. Alan, yang sejak tadi berdiri dengan sikap begitu percaya diri, tersenyum penuh kemenangan. "Apa yang aku katakan, Tuan Bram? Akhirnya, Vale kembali ke sisiku. Tidak ada yang bisa menghalau jalanku. "Kamu lihat, kan? Semua yang kamu coba lakukan sia-sia." Bram menatap Alan dengan pandangan dingin. "Kau pikir kau pemenangnya?" suaranya terdengar lebih rendah, penuh ancaman. "Aku belum selesai dengan ini." Tapi Alan hanya tertawa sinis, seperti menganggap semuanya sudah berakhir. "Ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04

Bab terbaru

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bincang-bincang wanita

    Marsya yang sibuk melamun dikejutkan oleh Siska yang tiba-tiba berdiri di sampingnya. "Hei, Dokter Marsya! Apa yang kamu pikirkan sampai begitu serius?" tanya Siska ramah. Marsya tersentak dan memalingkan wajahnya dari lamunan. "Oh, maaf Sis. Aku hanya sedang memikirkan laporan keuangan klinik saja," jawab Marsya sambil tersenyum tipis. Siska mengangguk mengerti, lalu melanjutkan. "Dokter, katanya mau jalan-jalan ke taman komplek. Mau aku temani?" tanya Siska. Marsya terkekeh. "Ya, sebentar. Aku sedang bersiap-siap. Kamu mau menemaniku, Sis?" Siska tersenyum lebar. "Boleh. Kebetulan pekerjaanku juga sudah selesai. Ayo, Dokter. Kita ke taman!" ajak Siska semangat. Mereka berdua meninggalkan rumah dan berjalan menuju taman komplek yang terletak tidak jauh dari rumah mereka. Di tengah perjalanan, mereka berbincang-bincang ringan tentang pekerjaan, hobi, dan rencana masa depan.

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Menyelidiki seseorang yang pernah di hati

    Juan duduk di kursi di ruang kerja kantornya. Pikirannya kacau memikirkan mantan istrinya, Marsya. Yang menurut informasi dari anak buahnya masih tinggal di Bandung, tepatnya di sebuah klinik kecil di pinggiran kota. Juan masih belum bisa melupakan kenangan indah bersama Marsya, meskipun sudah lama mereka berpisah. Juan menimbang-nimbang untuk menemui Marsya langsung, namun ia sadar bahwa tidak mungkin baginya untuk kembali bersama dengan wanita itu. Akhirnya, ia memutuskan untuk meminta bantuan seseorang untuk memata-matai Marsya dan memberinya informasi terbaru tentang kehidupan mantan istrinya tersebut. Juan pun segera menghubungi salah satu bawahannya, seorang pria bernama Ardi. “Ardi, aku butuh bantuanmu. Aku ingin kamu memata-matai mantan istriku, Marsya yang katanya masih tinggal di Bandung. Bisakah kamu melakukan tugas itu untukku?” pinta Juan kepada Ardi. Ardi meng

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Kisah Dokter baby Alva

    Tok! Tok! "Selamat malam, bumil, sudah waktunya makan malam." Siska membawa nampan berisi makanan kesukaan Dokter Marsya sejak hamil, Caramel, dan udang rebus saos Thailand. "Terima kasih, Siska. Maafkan aku yang selalu merepotkan," ujar Marsya sambil tersenyum lembut. "Haduh, jangan gitu dong. Tentu saja saya sangat senang merawat Anda," balas Siska ramah. "Oh ya, terima kasih banyak, Siska sudah mau merawatku," ucap Marsya dengan senyum tulus. "Hem, sama-sama. Ayo, saya bantu duduk. Eleh-eleh Dede bayinya kayaknya manja nih. Apa masih mual, Dokter?" tanya Siska sambil mengelus lembut perut Marsya yang sudah terlihat buncit di usia empat bulan. "Sedikit mual, tapi tidak terlalu parah seperti kemarin," jawab Marsya sambil menikmati hidangan di depannya. "Ha ha ha, dasar masih di dalam perut saja sudah kesal sama Ayahnya, gimana kalau sudah lahir. Maka

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Dokter pribadi dan paman hebat

    "Vale, Alva kelihatan sehat ya saat bersama Dokter Marsya tadi." "Iya, Alva memang senang sekali saat berada dekat dengan Dokter Marsya." "Mungkin karena Dokter Marsya begitu perhatian dan lembut saat memeriksa Alva. Aku senang kita memilihnya sebagai dokter pribadi keluarga kita." "Ya, aku juga senang meskipun dia sedang hamil tanpa suami Dokter Marsya begitu mandiri dan kuat." "Yang ku tahu mantan suaminya itu pengusaha dan Dokter juga." "Oh begitu, aku selalu berdoa semoga Dokter Marsya mendapatkan kebahagiaan." "Ya, semoga," ucap Alan tersenyum kepada Vale sambil menoel-noel pipi gembul Alva. Malam hari tiba, Alva terus menangis sejak beberapa jam yang lalu. Alan dan Vale cemas melihat kondisi bayi mereka yang rewel. "Apa yang seharusnya kita lakukan, Alan? Alva terus menangis dan tidak mau dihibur." "Aku akan menghubungi Dokter Marsya. Mungkin dia bisa memberikan saran atau datang ke rumah untuk memeriksa Alva." "Tapi ini sudah malam nanti mengganggunya."

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Masa lalu

    flasback masa lalu Bela dan Alan adalah pasangan yang sangat serasi di sekolah. Mereka diidolakan oleh banyak teman karena hubungan mereka yang begitu manis dan harmonis. Alan sangat mencintai Bela, begitu pula sebaliknya. Mereka sering dikatakan sebagai pasangan yang paling romantis di sekolah mereka. Namun, segalanya mulai berubah ketika Bela mulai dekat dengan teman Alan, Mike. Alan tidak merasa curiga atau khawatir, karena dia telah percaya sepenuhnya pada Bela dan persahabatan mereka. Namun, tanpa sepengetahuan Alan, Bela dan Mike sering bertemu tanpa sepengetahuannya. Suatu hari, Alan dan Bela berencana untuk makan bersama di restoran favorit mereka. Alan sangat antusias. Namun, Alan terkejut ketika tiba di restoran melihat Mike dan bela. Mereka tertawa, bercanda, dan terlihat sangat dekat satu sama lain. Alan menatap Bela dengan wajah penuh kekecewaan. "Apa yang kalian lakukan di sini, Bela? Dan kenapa bisa bersamanya?" tanyanya, menunjuk ke arah Mike yang duduk di s

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Berita bahagia

    Beberapa hari yang lalu Vale mulai berubah menjadi manja dan sering merasa mual-mual. Alan pun merasa bingung dengan perubahan sikap istrinya. Ia mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Vale. Dengan cemas, Alan menghubungi dokter pribadi mereka, Dokter Marsya, untuk memeriksa kondisi Vale. Keesokan harinya, Dokter Marsya datang ke rumah mereka untuk memeriksa Vale. Setelah melakukan pemeriksaan yang cermat, Dokter Marsya tersenyum dan berkata. "Tuan Alan, saya mempunyai berita baik untukmu. Gejala yang istrimu alami sebenarnya disebabkan oleh sindrom kehamilan." Alan begitu terkejut mendengarnya. "Apakah itu mungkin? Aku kira cuma masuk angin biasa, tapi ternyata kamu hamil, sayang," ucapnya lembut kepada Vale. Dokter Marsya mengangguk sambil tersenyum. "Ya, Tuan Alan. Nyonya Vale sedang hamil. Anda akan menjadi seorang calon ayah sekarang." Vale tersenyum bahagia. "Tentu saja, sayang. Aku bahagia sekali mendengar berita ini." Alan pun langsung mencium keni

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Dewa penolong

    Abizar sedang duduk santai di balkon sambil menghisap rokok. Malam itu, udara di Jakarta begitu sejuk dan angin bertiup lembut. Tiba-tiba, anak buahnya mengetuk pintunya yang memang dibiarkan terbuka. "Maaf mengganggu, Tuan. Tampaknya ada masalah dengan Tuan Alan. Kode sinyal beliau sudah berkedip selama 45 menit, lokasi berada di sebuah Villa.""Sialan! Bagaimana bisa dia berada di sana tanpa memberi tahu saya? Siapkan pesawat, kita harus segera pergi untuk menyelamatkannya. Dimana titik terakhir keberadaannya?" "Mereka berada di Maladewa, Tuan. Di sebuah villa milik Dori. Sepertinya Tuan Alan dan istrinya disandera."Abizar menghembuskan asap rokoknya. "Sialan! Baik, segera persiapkan semua perlengkapan. Kita harus segera menolongnya." "Kami siap, Tuan. Kami akan mengumpulkan tim secepat mungkin." Abizar segera meninggalkan rokok yang masih menyala di tangan dan bergegas menuju markas untuk menyiapkan segala perlengkapan yang diperlukan. Di pesawat dalam perjalanan menuju Malad

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Sebuah ancaman

    Alan menggenggam tangan Vale dengan erat, mencoba menenangkan dirinya, meskipun hatinya terus berdebar kencang. Pesan yang diterima tadi dan kemunculan dua pria besar yang tiba-tiba menghadang mereka membuat perasaan cemas semakin menguasai dirinya. Alan menggenggamnya lebih kuat, seolah memberikan kekuatan yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. "Alan... apa yang sedang terjadi?" Vale berbisik, suaranya terengah, kebingungan dan ketakutan bercampur aduk di matanya. Pria yang menghadang mereka itu, dengan tubuh kekar dan pakaian gelap, memandangi mereka berdua dengan tatapan tajam. "Kalian berdua, ikuti kami," katanya dengan suara yang rendah, namun tegas. "Ada orang yang ingin berbicara dengan kalian." Alan berdiri tegak, menatap dua pria itu dengan intens. "Siapa yang mengirim pesan itu?" tanyanya, nada suaranya begitu tegas, meskipun di dalam dirinya terasa ketegangan yang luar biasa. Salah satu pria itu tersenyum tipis, namun senyuman itu penuh ancaman. "Tanyakan

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Maladewa pulau yang tertunda

    Lima bulan kemudian ...Alan dan Vale sudah lama bermimpi untuk pergi ke Maladewa. Mereka akhirnya bisa mewujudkan impian mereka setelah sempat berpisah selama bertahun-tahun. Saat mereka tiba di pulau yang indah itu, mata mereka terpana oleh keindahan alamnya. "Vale, lihatlah keindahan Maladewa ini. Sungguh luar biasa," ucap Alan sambil tersenyum. "Betul sekali, Alan. Tempat ini benar-benar seperti surga di bumi," jawab Vale sambil merasakan kebahagiaan yang mendalam. Mereka berdua langsung menuju pantai untuk menikmati matahari terbenam. Suasana di pantai begitu tenang dan damai. Pasir putih yang lembut, air laut yang jernih, dan sinar matahari yang hangat membuat mereka betah berada di sana. "Sungguh romantis, bukan? Kita berdua di sini, menikmati keindahan alam bersama," ujar Alan sambil menggandeng tangan Vale. "Ya, ini benar-benar luar biasa. Aku tidak pernah membayangkan bisa datang ke tempat ini," balas Vale dengan senyum bahagia di wajahnya. Mereka duduk di

DMCA.com Protection Status