Home / Romansa / MENGEJAR CINTA SANG MANTAN / Akhirnya Ketemu Ibumu Lagi

Share

Akhirnya Ketemu Ibumu Lagi

Author: Riana
last update Last Updated: 2022-03-10 14:23:40

 

Hari berganti. Tiba waktunya untuk menjalankan tugas utama. Yaitu menyiapkan keperluan Aris sebelum ia berangkat kerja.

 

Pertama sekali aku harus mengurus diriku sendiri. Setelah selesai mematut diri di depan cermin dan kurasa sudah cukup rapi, aku segera meluncur ke kamar Aris.

 

Kubuka pintunya dengan perlahan, dia masih tengkurap tertutup selimut sebatas leher. Hanya kepalanya yang terlihat.

 

"Ris! Bangun!" suaraku agak keras.

 

Ia hanya bergerak-gerak sedikit merenggangkan tangannya.

 

"Ris!"

 

Kutambah satu oktaf suaraku supaya telinganya mendengar lebih jelas. Akhirnya, dengan malas ia bangun juga. 

 

Kulemparkan selembar anduk padanya, supaya ia bergegas mandi. Tanpa ada perlawanan Aris menurut saja.

 

Kurapikan tempat tidurnya, setelah itu aku menuju ruang pakaian. Kuambil beberapa kemeja supaya dia bisa memilih dan segala perlengkapannya. 

 

Selesai, aku pun keluar. Sekarang menuju meja rias, disana berjejer parfum yang kutakar hargnaya pasti mahal. Aku memilih satu di antaranya dan kupisahkan, tanda untuk di pakai Aris nanti.

 

Hhh, pekerjaan ini bahkan tidak pernah aku lakukan dulu saat masih punya suami. Ya, karena dulu Bang Umar hanya pulang kerumah paling cepat dua Minggu sekali, entah kemana dia nyangkut setiap harinya.

 

Sekilas aku melihat foto seorang wanita dengan paras cantik dan elegan. Rambut yang bergelombang membuatnya terlihat bukan kaleng-kaleng. Dia pasti Siska, wanita yang di sebut Ema kemarin, aku menerka-nerka.

 

Kalau benar, memang cocok sekali bila di sandingkan dengan Aris yang tampan.

 

"Sedang apa kamu disitu, Yuke?" tanya Aris dari belakang mengagetkanku.

 

"Eh- enggak. Aku hanya sedang menyiapkan parfummu saja, sudah aku sisihkan. Pakaianmu juga sudah aku siapkan di ruang ganti," jawabku tanpa menoleh.

 

Aris tak menjawab, tapi sesat kemudian dia sudah keluar dari rumah ganti dengan salah satu kemeja yang aku pilihkan tadi.

 

"Pasangkan dasiku!" titahnya memaksa.

 

"Pasang sendiri, Ris! Aku tidak bisa dan tidak biasa!" sergahku cepat. Apa-apaan dia menyuruhku seperti itu. Aku 'kan asisten bukan istrinya. Ck!

 

"Ini perintah!" sahutnya memaksa.

 

Baiklah, akan kulakukan tuan raja. Dag-dig-dug irama jantung ini berpacu, tanganku sedikit gemetaran memasang dasinya. Bukan karena apa, tapi memang aku tidak bisa.

 

"Makanya cari istri, Ris. Biar ada yang memasangkan dasimu!" 

 

"Iya, segera. Aku sedang berencana, Ke!" sahutnya tanpa beban membuatku penasaran. Benarkah wanita yang disebutkan Ema kemarin atau yang di foto itu.

 

"Dengan siapa? Apa yang di foto itu?" tanyaku penasaran. 

 

"Bagaimana penampilanku? Aku akan menemui wanita itu!" jawabannya sengaja ia alihkan.

 

Aris mematut dirinya didepan cermin, sedikit berputar. Sempurna, batinku.

 

"Boleh aku tahu, siapa wanita itu?" desakku pelan.

 

Aris menatapku licik, senyumnya kembali ia pamerkan. Senyum aneh itu, membuatku semakin penasaran.

 

"Nanti kamu juga tahu sendiri! Aku akan memperkenalkannya pada ibuku hari ini!"

 

Ekspresinya penuh kemenangan. Kulihat dari belakang dia berjalan meninggalkan kamar. 

Ris, sungguh! Hatiku sedikit terguncang. Seandainya benar wanita itu Siska. 

 

Ibu?

 

Kembali bayanganku pada ibunya Aris yang dulu pernah menghinaku di lampu merah itu. Seorang ibu yang menganggapku pengemis sehingga ia dengan sombongnya melempar uang recehan dan air mineral di cup plastik bening yang isinya tak sampai separuh tepat di mukaku. Hatiku masih sakit sampai kini bila mengingat itu, dan almarhum Bang Adi tak memberi pembelaan sedikitpun untukku. Almarhum Adi, kakaknya Aris yang waktu itu tahu bahwa aku ini kekasih adiknya tak berdaya atas kelakuan rendah ibunya.

 

****

 

Sampai di kantor tempat Aris bekerja dan menghabiskan waktu sepanjang hari. Aku yang terus membuntutinya sampai ke ruangan khusus untuknya menimbulkan sedikit kegaduhan.

 

Kusadari banyak karyawan yang memperhatikanku. Pasti mereka bertanya tentang siapa diriku. Ah, pasti mereka iri padaku karena bisa sedekat ini dengan Aris, sampai dengan leluasa masuk ke ruang kerjanya.

 

Tugasku hanya duduk dan menunggunya. Menungguinya bekerja dengan setumpuk map yang ada di atas meja.

 

Sembari menunggu, aku kembali menulis. Hobi yang sempat tertunda dan terkendala akibat kehabisan paket data. Waktuku lumayan banyak, sangat memungkinkan bagiku untuk melakukannya di ruangan ber-AC ini.

 

Akan kuperjuangkan lagi cita-citaku dulu. Menjadi penulis hebat, meskipun kini masih merangkak. Aku tahu, semua tidak mudah. Harus selalu semangat.

 

"Ke!"

 

Panggilan Aris memaksaku berhenti mengetik cerita yang hampir selesai satu part. Dengan segera aku mendekat, menanti tugas yang akan di berikannya untukku.

 

"Kita pulang cepat hari ini, ibu akan datang ke rumah!" katanya sambil menutup map yang ia pegang.

 

"Ibu?"

 

"Iya, Ibuku!" sahutnya meyakinkan.

 

Apa yang harus aku lakukan sekarang, mudah-mudahan saja dia tidak ingat padaku. Bila itu terjadi, bukan tidak mungkin aku di depak dari rumah itu. Bukan! Tidak cuma di depak dari rumah, tapi akan disingkirkan dari kehidupan Aris juga. Siapa aku? Si mantan anak jalanan.

 

Tiba-tiba tanganku tersentak. Aris menariknya kuat.

 

"Konsentrasilah kalau sedang kerja, ayo!" ajaknya setengah menyeretku.

 

Aku mengikuti langkah cepatnya sampai hampir tersangkut kaki ini. Dasar Aris! Apa tidak bisa dia berlaku lembut padaku, gumamku.

 

"Bisa! Tapi nanti!" sahutnya cepat, sambil memandangku lekat di tambah mendelik.

 

Hah? Bukankan aku tadi hanya berkata dalam hati, apa dia benar-benar bisa mendengarnya? 

 

****

 

Akhirnya sampai kembali di rumah megah ini. Rasanya lelah sekali, meskipun aku gak melakukan apa-apa di kantornya tadi. Ah, pasti Aris lebih lelah dariku.

 

Rupanya Ibunda Aris sudah menunggu di dalam. Duduk di sofa ruang tamu bersama Ema, cucu kesayangannya. Bahkan sekarang aku pun mulai menyayangi Ema. Bersenda gurau, tertawa lega. Sepertinya mereka sangat bahagia.

 

Melihat Aris memeluk dan mencium ibunya dengan penuh kasih membuatku iri. Tidak pernah sekalipun aku melakukannya pada ibuku. Ibu?

 

Ibu yang mana?

 

Aku tak pernah mengenal kata ibu dan ayah sepanjang hidupku, sedari kecil aku sudah hidup di jalanan bareng teman seperjuangan ku. Entah sejak kapan aku berada di sana, seingatku hanya teman-teman saja yang ada di dekatku.

 

Aku duduk jauh dari mereka, mataku terus memperhatikan. Ternyata seperti itu ya, kalau punya ibu. Bisa peluk, bisa cium. Seandainya saja aku juga punya! 

 

Sebuah panggilan menyadarkanku dari lamunan. Aris melambaikan tangannya, menyuruhku mendekat. Pelan-pelan kulangkahkan kaki. Melihat sosok wanita yang sedang bersama Aris yang ia sebut ibu, kembali hatiku bergolak. Satu kalimat yang terlintas di pikiranku saat ini, ibu itu jahat.

 

"Ke, ini ibuku! Ingat?"

 

Tentu saja aku ingat, Ris. Dia yang pernah menghinaku. Dan itulah alasan terbesarku meninggalkanmu dulu tanpa kamu ketahui. Dan itu juga yang selalu kusimpan sendiri selama ini, sampai kau mengira aku berhianat di belakangmu bersama Umar sahabatmu itu.

 

"Siapa dia, Ris?" tanya wanita itu dengan tutur lembut. 

 

Hah, dusta!

 

Aku masih tak bergeming. Berdiri di hadapan mereka.

 

"Dia ini Tante Yuke, Nek!" sahut Ema penuh semangat.

 

Kupaksakan tersenyum kecil.

 

"Duduklah, Ke," kata Aris pelan dengan ulasan senyum simpulnya, "Dia, asisten pribadiku, Bu!"

 

Jawaban Aris membuat ibunya terbelalak, mungkin kaget. Namun, aku berharap dia kena serangan jantung saja.

 

"Asisten pribadi? Apa dia mengurus semua keperluan pribadimu? Apa dia masuk ke kamarmu? Apa dia juga mengikutinya selalu, hah?" tanya wanita tua itu dengan tak sabar.

 

Aku, Aris dan Ema saling pandang.

Related chapters

  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Tuduhan Keji

    Aku, Aris dan Ema saling pandang.Sekarang keluar sifat aslinya, Aris dan Ema masih keheranan mendengar pertanyaan ibu sekaligus nenek ini yang mungkin tidak biasa bicara dengan nada keras seperti itu.Aku tidak heran sama sekali, kurasa ingatannya masih baik dan benar. Mudah sekali ia menyimpulkan, berarti dia tahu siapa aku.Lagi-lagi Aris tersenyum, berusaha menenangkan ibunya yang menurutku sudah hampir hilang kendali karena kaget atau mungkin juga frustasi karena anak kesayangannya ini belum juga beristri. Hhh."Ibu jangan khawatir, aku tahu batasan ku!" terang Aris pada ibunya.Cihh!Aris!Pandai sekali kamu berkilah, kalau jaga batasan tidak mungkin menyuruhku memasangkan dasimu tadi pagi.

    Last Updated : 2022-03-10
  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Kukatakan Satu Saja Rahasiaku

    "Aris! Lepaskan,sakit!""Ikut aku!"Aris menyeretku keluar dari kamar menuju ruang tamu. Di sana ibu itu sudah terlihat memasang wajah seram.Ema di pojok sofa menangis tersedu-sedu. Aku kasihan melihatnya. Apa yang terjadi barusan?Sampai anak manis itu sesenggukan begitu. Dasar jahat! Mereka semua jahat."Ini kan, yang menggoda abangmu dulu sampai ia bercerai?"Jari telunjuk wanita tua itu mengarah tepat ke jidatku. Sumpah! Tuduhannya membuatku naik pitam."Jaga batasanmu, Bu! Aku masih menghormatimu sampai saat ini!" jawabku dengan berani.Aris menusukkan tatapan mautnya untukku."Katakan padaku itu tidak benar, Yuke!"

    Last Updated : 2022-03-10
  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Sebenarnya Kamu manis, Yuke!

    (ARIS)"Ke, sini!"Enak sekali dia jam segini sudah mapan saja, mainan ponsel lagi. Dasar tidak tahu diri banget janda mantan pacar satu ini.Suaraku yang menggelegar tidak serta-merta membuatnya kaget, batu memang. Kugedor sekali lagi pintu kamarnya dengan keras supaya dia mendengar."Apaan sih, Ris? Kamu itu, ya. Nggak tahu waktu banget sih!" jawabnya seenak sendiri."Eh, disini kamu aku gaji. Jadi bekerjalah .....""Dengan baik dan benar! Aku tahu, Bos!" jawabnya sambil mendelik.Eh, cepat sekali dia menjawabku. Dan sudah pintar menantangku juga sekarang, dasar mantan tidak tahu diri. Bikin kerjaanku nambah saja, ngurusin dia."Bikinkan aku mie, aku tunggu di ruang tamu. A

    Last Updated : 2022-03-10
  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Fitting Baju Nikah

    Klontengan alarm dari ponsel yang kupasangtepat jam setengah lima pagi memaksaku mengakhiri mimpi. Terpaksa mata ini terbuka walaupun berat, aku tidak boleh malas-malasan. Rupanya tadi malam Aris tidak membangunkanku. Tega sekali dia membiarkanku tidur di sofa begini, kelihatan sekali kalau aku ini sedang menumpang. Hhh!Setelah kutunaikan dua rakaat wajib dan semua keperluanku sendiri, segera aku menuju kamar Aris. Kubuka pintu dengan kunci serep yang ia beri. Terlihat dia sudah tidak ada di tempat tidur. Oh, mungkin sedang mandi.Tak mau membuang waktu lagi, segera kusiapkan pakaiannya yang kuambil dari ruang ganti. Meletakkan di meja khusus yang ada di ruang itu. Dia sudah mengerti.Tinggal jas yang belum, dan itu ada lemari sendiri. Warna nafi yang kupilih kali ini untuk memadankan kemeja abu rokok. Akan terlihat elegan sekali."Yuke, sudah siap bajuku?" tiba-tiba dia masuk keruang ganti tanpa mengetuk pintu dahulu.Spontan

    Last Updated : 2022-03-10
  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Calon Istri

    "Jangan sembunyikan apapun dariku, Ke. Kamu tidak akan pernah berhasil menipuku," ucapnya setengah berbisik.Katakan padaku, Ris. Apakah ini sandiwara baru untuk membalaskan sakit hatimu dulu.Adakah kamu mencuri kesempatan dari ketidakberdayaanku saat ini?Sungguh aku tidak sanggup!Beberapa asisiten butik terpana menyaksikan kami yang seperti sedang beradegan drama Korea. Bahkan ada dari mereka yang ikut tersedu saking meresapi setiap momentum yang terjadi. Kami berdua menjadi pusat perhatian, sebelum akhirnya Siska kembali datang.Aku kaget bukan kepalang, bagaimana caraku nanti menjelaskan padanya soal gaun ini. Apa mungkin aku mengatakan sangat ingin mencobanya untuk terakhir kali?Betapa pintarnya aku tadi, sampai tidak berfikir jauh tentang ini."Hai, Yuke!" sapanya tidak menunjukkan raut marah sama sekali.Aku dilema."Maafkan aku, seharusnya aku tidak lancang memak

    Last Updated : 2022-03-10
  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Undangan Tanpa Wajah

    Satubulan berlalu, Aris mentransfer uang gajiku sebagai asisten pribadinya. Sesuai rencana, aku akan mentraktir Ema yang kuketahui baru saja menerima raport karena ujian semester pertama telah usai, itung-itung hadiah kecil karena nilainya yang lumayan bagus.Aku juga mengajak Aris yang kebetulan hari ini tidak ada jadwal lembur, biar tambah seru. Ah, bukan! Kali aja dia akan merasa tak enak jika aku yang keluar duit, jadi bisa dibayari, deh! Oh, pintarnya aku!Sebuah tempat makan sea food kupilih, bukan yang mentereng cuma yang kaki lima saja. Jaga-jaga kalau Aris tega membiarkanku membayar, setidaknya masih terjangkau oleh isi dompetku. Tahu sendiri kan, si Aris itu bagaimana? Pria yang sebulan lalu mengikrarkan diriku sebagai calon istrinya, dia memang selalu membuatku mati kutu."Kamu punya duit ngajak aku makan disini?" tanya Aris sambil membenahi cara duduknya.Ya ampun, ini orang. Ya, punya lah, kan aku baru gajian. Remeh bang

    Last Updated : 2022-03-10
  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Ditalak Gara-gara Hutang Tujuh Ribu

    ."Astaga! Dasar operator, cuma tujuh ribu doang ditagih mulu," celotehku karena kesal setiap kali pesan masuk ke ponselku, memberitahu kalau pinjaman pulsa kemarin belum kulunasi.Yah, tentu saja. Kalau saja aku punya uang untuk apa aku menerima pinjaman pulsa dari si Om Teko itu, kan? Kurang kerjaan saja jadinya. Sudah tahu tanggal tua begini seharusnya pihak mereka mengerti kalau suamiku belum gajian. Lagian nunggu gaji dari menulis juga belum tahu entah kapan, orang tulisannya aja sudah dibaca atau belum sama pemirsa aku 'nggak tau. Boro-boro buka gemboknya. Sabar."Ada apa, sih, Dek?" tanya suamiku yang mungkin muak dengan suara cemprengku, "Orang, kok, setiap hari ngomel mulu. Enggak bosen apa? Entar cepet tua baru tahu rasa!" sambungnya ketus seperti biasa."Eh-eh, Abang! Apa-apaan, sih. Malah 'ndoakan adek cepet tua. Seneng, ya, kalau Adek cepet mati terus kawin lagi gitu, hah?" gertakku tak terima, masa iya aku dibilang ce

    Last Updated : 2022-02-14
  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Astaga, dia?

    Dengan mantap jiwa seperti slogan sopir-sopir truck kekinian kubulatkan tekad, tak akan membiarkan hatiku hancur di acak-acak pria yang selalu menyakiti hati ini. Meskipun tulang ini serasa lunglai, tapi aku tak boleh terlihat lemah apalagi didepan mantan suamiku yang super duper angkuh bin sombong.Sebentar kutoleh ke arah tempatnya duduk yang masih asik dengan ponselnya, kemudian dengan cepat dia berbalik menolehku. Kini kami saling pandang tapi terlihat beda tatapannya, tak seperti sesaat tadi yang sempat berapi-api seperti orang kerasukan jin kuda lumping.Bang Umar bangkit dan secepat kilat ia meraih tanganku, menggenggam erat, "Kau mau kemana, Dek?!" Terduduk ia dilantai seolah berlutut, "jangan tinggalin Abang, ku mohon. Tadi aku tak serius, cuma emosi saja. Tolong, Dek! Kau sudah mengenalku, kan?" Rengeknya seperti orang yang hilang ingatan. Cihh ...Enteng sekali dia berkata seperti itu.Kubiarkan dia mengiba, mengais sisa

    Last Updated : 2022-02-14

Latest chapter

  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Undangan Tanpa Wajah

    Satubulan berlalu, Aris mentransfer uang gajiku sebagai asisten pribadinya. Sesuai rencana, aku akan mentraktir Ema yang kuketahui baru saja menerima raport karena ujian semester pertama telah usai, itung-itung hadiah kecil karena nilainya yang lumayan bagus.Aku juga mengajak Aris yang kebetulan hari ini tidak ada jadwal lembur, biar tambah seru. Ah, bukan! Kali aja dia akan merasa tak enak jika aku yang keluar duit, jadi bisa dibayari, deh! Oh, pintarnya aku!Sebuah tempat makan sea food kupilih, bukan yang mentereng cuma yang kaki lima saja. Jaga-jaga kalau Aris tega membiarkanku membayar, setidaknya masih terjangkau oleh isi dompetku. Tahu sendiri kan, si Aris itu bagaimana? Pria yang sebulan lalu mengikrarkan diriku sebagai calon istrinya, dia memang selalu membuatku mati kutu."Kamu punya duit ngajak aku makan disini?" tanya Aris sambil membenahi cara duduknya.Ya ampun, ini orang. Ya, punya lah, kan aku baru gajian. Remeh bang

  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Calon Istri

    "Jangan sembunyikan apapun dariku, Ke. Kamu tidak akan pernah berhasil menipuku," ucapnya setengah berbisik.Katakan padaku, Ris. Apakah ini sandiwara baru untuk membalaskan sakit hatimu dulu.Adakah kamu mencuri kesempatan dari ketidakberdayaanku saat ini?Sungguh aku tidak sanggup!Beberapa asisiten butik terpana menyaksikan kami yang seperti sedang beradegan drama Korea. Bahkan ada dari mereka yang ikut tersedu saking meresapi setiap momentum yang terjadi. Kami berdua menjadi pusat perhatian, sebelum akhirnya Siska kembali datang.Aku kaget bukan kepalang, bagaimana caraku nanti menjelaskan padanya soal gaun ini. Apa mungkin aku mengatakan sangat ingin mencobanya untuk terakhir kali?Betapa pintarnya aku tadi, sampai tidak berfikir jauh tentang ini."Hai, Yuke!" sapanya tidak menunjukkan raut marah sama sekali.Aku dilema."Maafkan aku, seharusnya aku tidak lancang memak

  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Fitting Baju Nikah

    Klontengan alarm dari ponsel yang kupasangtepat jam setengah lima pagi memaksaku mengakhiri mimpi. Terpaksa mata ini terbuka walaupun berat, aku tidak boleh malas-malasan. Rupanya tadi malam Aris tidak membangunkanku. Tega sekali dia membiarkanku tidur di sofa begini, kelihatan sekali kalau aku ini sedang menumpang. Hhh!Setelah kutunaikan dua rakaat wajib dan semua keperluanku sendiri, segera aku menuju kamar Aris. Kubuka pintu dengan kunci serep yang ia beri. Terlihat dia sudah tidak ada di tempat tidur. Oh, mungkin sedang mandi.Tak mau membuang waktu lagi, segera kusiapkan pakaiannya yang kuambil dari ruang ganti. Meletakkan di meja khusus yang ada di ruang itu. Dia sudah mengerti.Tinggal jas yang belum, dan itu ada lemari sendiri. Warna nafi yang kupilih kali ini untuk memadankan kemeja abu rokok. Akan terlihat elegan sekali."Yuke, sudah siap bajuku?" tiba-tiba dia masuk keruang ganti tanpa mengetuk pintu dahulu.Spontan

  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Sebenarnya Kamu manis, Yuke!

    (ARIS)"Ke, sini!"Enak sekali dia jam segini sudah mapan saja, mainan ponsel lagi. Dasar tidak tahu diri banget janda mantan pacar satu ini.Suaraku yang menggelegar tidak serta-merta membuatnya kaget, batu memang. Kugedor sekali lagi pintu kamarnya dengan keras supaya dia mendengar."Apaan sih, Ris? Kamu itu, ya. Nggak tahu waktu banget sih!" jawabnya seenak sendiri."Eh, disini kamu aku gaji. Jadi bekerjalah .....""Dengan baik dan benar! Aku tahu, Bos!" jawabnya sambil mendelik.Eh, cepat sekali dia menjawabku. Dan sudah pintar menantangku juga sekarang, dasar mantan tidak tahu diri. Bikin kerjaanku nambah saja, ngurusin dia."Bikinkan aku mie, aku tunggu di ruang tamu. A

  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Kukatakan Satu Saja Rahasiaku

    "Aris! Lepaskan,sakit!""Ikut aku!"Aris menyeretku keluar dari kamar menuju ruang tamu. Di sana ibu itu sudah terlihat memasang wajah seram.Ema di pojok sofa menangis tersedu-sedu. Aku kasihan melihatnya. Apa yang terjadi barusan?Sampai anak manis itu sesenggukan begitu. Dasar jahat! Mereka semua jahat."Ini kan, yang menggoda abangmu dulu sampai ia bercerai?"Jari telunjuk wanita tua itu mengarah tepat ke jidatku. Sumpah! Tuduhannya membuatku naik pitam."Jaga batasanmu, Bu! Aku masih menghormatimu sampai saat ini!" jawabku dengan berani.Aris menusukkan tatapan mautnya untukku."Katakan padaku itu tidak benar, Yuke!"

  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Tuduhan Keji

    Aku, Aris dan Ema saling pandang.Sekarang keluar sifat aslinya, Aris dan Ema masih keheranan mendengar pertanyaan ibu sekaligus nenek ini yang mungkin tidak biasa bicara dengan nada keras seperti itu.Aku tidak heran sama sekali, kurasa ingatannya masih baik dan benar. Mudah sekali ia menyimpulkan, berarti dia tahu siapa aku.Lagi-lagi Aris tersenyum, berusaha menenangkan ibunya yang menurutku sudah hampir hilang kendali karena kaget atau mungkin juga frustasi karena anak kesayangannya ini belum juga beristri. Hhh."Ibu jangan khawatir, aku tahu batasan ku!" terang Aris pada ibunya.Cihh!Aris!Pandai sekali kamu berkilah, kalau jaga batasan tidak mungkin menyuruhku memasangkan dasimu tadi pagi.

  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Akhirnya Ketemu Ibumu Lagi

    Hari berganti. Tiba waktunya untukmenjalankan tugas utama. Yaitu menyiapkan keperluan Aris sebelum ia berangkat kerja.Pertama sekali aku harus mengurus diriku sendiri. Setelah selesai mematut diri di depan cermin dan kurasa sudah cukup rapi, aku segera meluncur ke kamar Aris.Kubuka pintunya dengan perlahan, dia masih tengkurap tertutup selimut sebatas leher. Hanya kepalanya yang terlihat."Ris! Bangun!" suaraku agak keras.Ia hanya bergerak-gerak sedikit merenggangkan tangannya."Ris!"Kutambah satu oktaf suaraku supaya telinganya mendengar lebih jelas. Akhirnya, dengan malas ia bangun juga.Kulemparkan selembar anduk padanya, supaya ia bergegas mandi. Tanpa ada perlawanan Aris menurut sa

  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Dia Mengingatkanku

    Aku termangu melihat suasana ramai dimana kami berada sekarang. Sebuah pelataran parkir yang luas, di depannya ada gedung megah menjulang bertuliskan 'LV MALL' .Berapa tahun aku tak berkunjung ke daerah sini sampai aku tak mengenali pusat perbelanjaan ini. Akhirnya bisa cuci mata juga aku, hal yang belum pernah kulakukan sepanjang lima tahun menjadi istri Bang Umar."Ayo, Tante, kita turun!"Tak kujawab seruan Ema, mengikut saja.Aah!Nafasku terasa lega.Baiklah, aku akan menikmati hari ini meskipun hanya sebagai asisten Aris saja. Tapi cukuplah membuatku senang. Setidaknya aku bisa melihat dunia luar lagi setelah bertahun aku di kurung dalam rumah oleh Bang Umar si pelit itu.Ema melonjak, melambaik

  • MENGEJAR CINTA SANG MANTAN   Pasangan Mantan yang Suka Ribut

    "Aris! Ngapain?"Tanyaku penasaran ada apa ia membangunkan ku tengah malam begini. Pekerjaanku baru di mulai esok pagi tapi mengapa ia datang jam segini. Apa ada tugas mendadak, batinku menerka.Tak langsung menjawab, ia malah mendorong pintu agak keras."Buka! Aku mau masuk!""Eh ... eh, mau ngapain masuk! Tidak boleh!" jawabku cepat. Aku mulai takut dengan sikapnya.Beberapa saat kami saling dorong, persis anak berumur lima tahun rebutan mainan. Tentu saja akhirnya aku yang kalah karena tenaganya lebih kuat.Aku terjengkang ke belakang, "ups, Aris!"Teriakanku membuatnya berang. Matanya membulat seperti jengkol tua untuk gulai."Apa, sih, berisik!" gertaknya tak kalah kuat seolah tidak merasa bersalah sedikitpun melihatku tersungkur.Kuusap pinggul kiri yang tadi membentur lantai, sakit. Aris sengaja melempar senyum mengejek mungkin senang melihatku meri

DMCA.com Protection Status