Arum semakin menderita. Perasaannya sakit bagaikan tertusuk pisau yang sangat tajam.. Ujungnya yang tajam, semakin merobek ke dalam. Membelah semua urat dan nadinya berkeping-keping. Hancur dalam sekejap.Perkataan Romo tidak pernah berubah. Lelaki tua yang sangat kaya raya itu selalu saja membuat Arum sangat terhina. Semakin ... menghinanya. Hanya karena kasta yang tidak dimiliki Arum. "Romo. Kenapa mengetahui kebohongan, namun membuat anak Romo satu-satunya merasakan malu yang sangat luar biasa?""Aku sudah sangat malu dengan perbuatan kalian!" bentak Romo kencang. Arum semakin menarik napas. Jantungnya berdetak hebat."Arum. Apakah kamu tidak sadar sudah mempengaruhi Pandu seperti itu? Berani membantah perkataan orang tua dan menjadi anak durhaka!" "Cukup, Romo! Mas Pandu tidak pernah seperti itu. Dia bersamaku karena hanya ingin bahagia. Kami tidak memerlukan yang lain. Kami Hanya ingin bersama. Aku ... hanya ingin bersamanya."Arum masih saja menatap Romo yang kemudian berdiri
Joko tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Kedatangan Ardi akan membuat Sabrina mengalami bahaya yang sangat luar biasa. Semua rencana yang berjalan dengan sempurna pasti akan gagal. Ardi adalah satu-satunya orang yang sudah melihat Sabrina dengan semua rencananya. Ardi pasti akan membela Pandu. Membuat Pandu bersama Arum kembali bersama."Aku tidak akan membuat mereka bersama."Joko tidak akan pernah membuat hal itu terjadi. Dia akan mencegahnya. Dengan sangat cepat Joko kembali menatap semua pesuruh yang masih terpaku menatap ekspresi Joko. "Jangan beritahukan ini kepada Nona sabrina. Aku akan mengatasi sendiri. Aku akan menemui Raden Ardi agar dia tidak merusak rencana semuanya. Akan aku atasi sendiri," ucap Joko sembari menarik napas. "Berjanjilah kalian tidak akan pernah membicarakan ini kepada mereka."Kedua pesuruh itu semakin menatap Joko. Mereka menggelengkan kepala dan tidak ingin Joko melakukan hal itu sendirian. Semua yang terjadi harus dilaporkan kepada Sabrina. Kare
Pandu masih menatap tegang narapidana itu. Dia terpaksa menyetujui semua saran gila yang sebenarnya sangat takut dia lakukan. Hanya saja itu adalah salah satu cara yang bisa digunakan untuk segera menemui Arum."Aku menyetujuinya. Segeralah kau atur semuanya. Aku malam ini ingin sekali menemui Arum. Kondisinya sangat tidak sehat. Dia membutuhkan seseorang untuk memeriksanya. Kebetulan aku bekerja sebagai dokter. Aku sangat paham dengan Arum. Dia tidak akan pernah mau ke rumah sakit kalau tidak aku yang memaksanya.""Semua akan aku atur. Tapi, berjanjilah. Kau akan menyiapkan uang itu untuk membayarnya. Ini resiko terbesar yang harus dia lakukan. Dan ... jabatanku adalah taruhannya." "Aku mengerti," jawab Pandu singkat.Waktu berjalan cukup singkat. Matahari yang semula menerangi bumi, kini perlahan menghilang. Polisi wanita yang sudah ditunggu narapidana itu kini masuk ke dalam ruangan. Seperti biasanya. Polisi itu membawa baki yang diatasnya ada beberapa cangkir kopi untuk semua pol
Sabrina berjalan cepat menuju pintu keluar kamar. Diq mengejutkan kedua orang tuanya yang masih bergeming kaku saat melihatnya."Apa yang akan kau lakukan, Sabrina? Jangan melakukan tindakan yang bodoh. Semuanya harus dipikirkan dengan secara matang. Kau tahu sendiri semua skenario ini adalah perbuatanmu. Ayah tidak akan pernah membiarkan dirimu menanggung dengan semua rahasia yang tidak sengaja kau buka sendiri. Kami sangat paham dengan sikapmu. Jika kau panik, maka mulutmu itu tidak bisa kau kendalikan. Sekarang Kembalilah dan duduk di sini. Karena, kali ini kami akan mendampingimu. Kau tidak akan kami biarkan sendirian mengatasi semuanya," ucap Ayah Sabrina dengan tegas. Menatap putrinya dengan tatapan yang sangat tajam. Bahkan Sabrina pun tidak pernah melihat sebelumnya."Sudahlah. Jangan bertengkar. Lebih baik kamu menuruti apa yang ayahmu katakan. Kita akan menunggu Joko. Aku sangat yakin. Dia pasti melakukan ini karena menurut dia, itu adalah yang terbaik untukmu. Sekarang diam
Suasana semakin memanas. Di dalam kamar, mereka meluapkan hasrat masing-masing. Napas yang saling menderu bersahut-sahutan. Keduanya cukup berkeringat menerima hasrat yang kini terlampiaskan. Pandu semakin menghentakkan miliknya dengan cukup kencang. Bahkan mereka melakukan dengan berbagai gaya. Arum tersenyum dengan suara desahan yang membuat Pandu semakin bergairah. Dia menikmati semua tubuh Arum tanpa ada yang tersisa sedikitpun."Arum, aku mencintaimu ....""Mas Pandu, kau benar-benar luar biasa. Ah, sangat nikmat sentuhan itu. Membuatku melayang. Jangan pernah kau lepaskan, karena waktu kita masih cukup banyak," ucap Arum dengan desahan saat Pandu memainkan miliknya dengan bibirnya."Mas ...."Pandu terus melakukannya. Hingga Arum mencapai puncak birahinya. "Mas! Ah ...." Kemudian Pandu kembali memasukkan miliknya dan menghentakkannya sekali lagi.Senyuman yang disertai dengan desahan, terdengar cukup keras di dalam kamar itu. Mereka saling memandang dengan memperlihatkan hasra
Seseorang masuk ke dalam mobil dengan tergesa-gesa. Polisi wanita dan narapidana itu menarik napas lega saat melihat Pandu. Apalagi dia sudah membawa uang yang sudah mereka tentukan."Aku sudah membawanya sekarang. Kita harus pergi dari sini," ucap Pandu membuat polisi wanita itu tersenyum dan segera menyalakan mesin mobil. Dia melesat cukup kencang menuju sebuah kantor polisi yang berada di daerah lain. Mereka sampai dan tidak membuat polisi yang lain merasa curiga.Pandu masih dengan terborgol, keluar dari mobil itu saat polisi wanita membuka dan mengantarnya masuk ke dalam. Semua di dalam masih sangat sibuk untuk menangani beberapa kasus yang baru saja datang. Para polisi itu tidak memperhatikan Pandu dan narapidana yang sudah dibawa oleh polisi wanita itu."Jangan pernah membawa nama aku. Sekarang kita tidak ada hubungan lagi. Dan ... lupakan semuanya," ucap sang polisi wanita sebelum kemudian meninggalkan Pandu begitu saja."Bagaimana. Kau sudah bertemu dengan istrimu? Kalau aku
Arum bersama semuanya segera masuk ke dalam. Ardi mengawasi kanan kiri, memastikan tidak ada siapa pun yang mengawasi mereka. Dia segera menutup pintu dengan sangat rapat dan menguncinya. Hatinya cukup cemas dengan semua yang sudah dia dengar dari mulut Joko. Dia tidak menyangka Joko akan mengatakan sesuatu hal yang sangat mengejutkan. Padahal, sebelumnya lelaki itu adalah satu-satunya lelaki yang sangat melindungi Sabrina.Ardi mengikuti Arum, Mawar dan Saras yang sudah duduk di kursi sofa. Mereka saling menolehkan pandangan. "Apa yang sebenarnya terjadi? Aku tidak mengerti. Bagaimana mungkin ada seseorang yang akan membuat Mas Pandu terbebas? Apakah itu Joko?" tanya Arum sekali lagi dengan sangat penasaran."Arum. Ternyata kau mengetahui apa yang berada di pikiran kami. Yah, memang benar. Joko sudah memberitahukan keinginannya. Dia akan membebaskan Pandu dengan bersaksi di pengadilan," jawab Saras membuat Arum semakin melebarkan kedua matanya."Apakah kau yakin?" tanya Arum memasti
Waktu berjalan dengan cukup singkat. Bulan yang semula menerangi bumi pada saat malam hari, kini perlahan berganti dengan cahaya yang mengeluarkan semburat sinarnya dengan sangat cepat. Hingga sampai di dalam penjara, di mana Pandu berada.Cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela, membuat Pandu membuka kedua matanya. Dia terbangun dengan mendadak. Kemudian berdiri dari duduknya dan kembali mencengkeram jeruji besi. Kedua matanya mengamati semua polisi yang mulai berdatangan masuk ke dalam kantor."Pak! Apakah aku akan menjalani persidangan hari ini?" tanyanya kepada polisi muda yang duduk tidak jauh dari posisi jeruji besi."Kau akan melakukan persidangan ... kira-kira siang hari. Jadi, sekarang lebih baik kau membersihkan dirimu saat aku membuka pintu itu. Lakukan dengan cepat. Jangan terlalu lama," jawab polisi itu. Dia kemudian mengambil kunci dan mulai membuka semua ruangan narapidana satu persatu."Untung saja kau masih menjalani persidangan. Jadi, kau tidak tinggal di penja