Beranda / Rumah Tangga / MENCURI BENIH SUAMI MANDUL / Bab206# Penerbangan Tercepat

Share

Bab206# Penerbangan Tercepat

Penulis: Blue_Starlight
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 07:00:48

Pasangan suami istri baru saja tiba di rumah setelah menghadiri pesta pernikahan Chelsea dan Kenan. Keduanya tampak lelah, namun ada senyum kepuasan yang masih tersisa di wajah mereka, setelah merayakan hari bahagia tersebut.

Max membuka pintu kamar dengan perlahan dan menoleh ke arah Grace, yang tampaknya sudah siap untuk beristirahat setelah hari yang panjang.

“Sayang, kamu baik-baik saja?” tanya Max dengan lembut, merasa betapa beratnya hari itu bagi sang wanita.

Grace mengangguk ragu. Jika di tempat pesta ia bisa mengelabui Max, maka di rumah ia pun juga harus demikian. "Gimana kalau dia tau penyebab tidak stabilnya tubuhku! Tidak, Max tidak boleh tau hal ini ...!" batinnya bergejolak.

Berdiri dengan mengangkat kedua alis, Max menunggu jawaban sang wanita, "Ada apa? Sepertinya ada yang kamu pikirkan?"

"Ah tidak, Max. Aku hanya kelelahan ..." ungkap Grace, melangkah semakin ke dalam mendekati sang suami. "Aku cuma butuh tidur seb
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (27)
goodnovel comment avatar
kurotul uyun i
terus z sembunyiin Grace
goodnovel comment avatar
windy
jangan bilang freya bakal ketemu max di jerman dan bikin salahpaham grace... semoga leon baik baik aja
goodnovel comment avatar
Novi M Q
Semoga kali ini max bisa ketemu Leon, kalopun gak tau langsung siapa Leon minimal mereka udah ketemu trus akrab deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab207# Potongan Puzzle

    Matahari pagi menyinari taman kecil di halaman belakang rumah sakit Chartie dan memberikan kehangatan yang lembut. Burung-burung berkicau riang, mengiringi langkah kecil Alika yang mendorong kursi roda Leon dengan penuh keceriaan.Di belakang mereka, Edward berjalan sejenak lalu duduk di bangku taman, asyik dengan ponselnya. Stella, dengan seragam perawatnya yang rapi, berjalan santai mendampingi Alika dan Leon."Leon, lihat itu! Bunga kuningnya cantik sekali," ujar Alika sambil menunjuk rumpun bunga matahari di sudut taman.Leon menoleh lalu tersenyum, menatap wajah ceria Alika yang tampak seperti matahari kecil baginya. "Cantik, ya. Sama cantiknya dengan semangatmu hari ini, Alika.""Kamu lucu, Leon! Tapi aku lebih cantik daripada bunga matahari, kan?" tanya Alika seraya terkikik, mendorong kursi roda Leon sedikit lebih cepat.Bocah tampan yang duduk di kursi roda itu tertawa kecil, suara tawanya terdengar ringan. "Tentu saja, Lika

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab208# Siapa Mirip Aku?

    Edward menatap Leon lama. "Seperti katamu, Leon. Kadang orang bisa sangat mirip tanpa kita sadari," katanya pelan, berusaha menenangkan suasana. Tetap saja, di dalam hatinya, rasa curiga mulai tumbuh. Ada yang tidak beres dengan cerita ini. "Tapi, jika apa yang Lika katakan benar, ini bisa jadi petunjuk yang cukup penting."Namun, berbeda di dalam hati Edward, keraguan semakin menguat. "Tunggu sebentar ... apa benar ada seseorang yang mirip Leon? Atau, ini hanya kebetulan saja? Mungkin ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini. Aku akan cari tahu lebih banyak," bisik Edward dalam hati.Alika yang melihat perubahan ekspresi Edward, menyadari ada sesuatu yang sedang dipikirkan oleh pria itu. "Om Edward, ada apa?" tanya Alika dengan nada khawatir.Edward menatapnya, mencoba menyembunyikan keraguannya. "Tidak ada apa-apa, Lika. Aku hanya berpikir tentang apa yang kamu katakan."Percakapan itu berlanjut dengan sedikit keheningan, namun di da

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab209# Rundingan Bersama Anthony

    Christ mengangguk, memahami dilema yang dihadapi tuannya. "Semoga perjalanan ini berjalan lancar, Tuan. Mungkin setelah urusan ini selesai, Anda bisa meluangkan lebih banyak waktu untuk Nyonya Grace.""Benar katamu, Christ ... aku harus melakukan itu."Setelah perjalanan sekitar setengah jam, mereka tiba di bandara internasional Milan. Seorang staf bandara sudah menunggu di pintu keberangkatan untuk mengarahkan mereka ke ruang VIP.Di dalam ruang tunggu eksklusif, Max dan Christ duduk bersebelahan. Christ menyerahkan tiket dan jadwal penerbangan kepada Max. "Penerbangan kita dijadwalkan tepat pukul sembilan malam, Tuan. Waktu tiba di Jerman kurang lebih sekitar pukul sebelas."Max menerima dokumen itu dan membacanya sekilas. "Bagaimana dengan yang di sana? Hotel dan transportasi sudah diurus?""Semua sudah siap, Tuan. Kita akan dijemput oleh staf Anthony di bandara Jerman," jawab Christ dengan penuh percaya diri.Max me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab210# Jalankan Misi

    Di sebuah gudang tua yang tersembunyi di pinggiran kota, Freya duduk di kursi besar. Cahaya lampu redup menggantung di atas, menampakkan nuansa menyeramkan pada ruangan itu. Alfonso dan Carlos berdiri di sudut, saling berbisik, sementara Jack mondar-mandir dengan ekspresi serius. Keduanya berhasil mengawasi kegiatan di dalam rumah sakit itu, pagi maupun malam. Kini, kedua anak buah Freya menemukan cara. Freya mengetukkan jemarinya di meja, nada suaranya tajam ketika ia berkata, "Kalian berdua berhenti bermain-main. Kita di sini untuk merencanakan sesuatu yang besar, bukan berbisik-bisik seperti seperti sekumpulan jangkrik!" Jack menghentikan langkahnya dan menatap Freya. "Aku hanya memastikan semuanya berjalan lancar. Dan, jangan sampai gagal!" "Itu sebabnya aku memilih kalian. Jangan kecewakan aku!" dengus Freya dengan nada dingin. "Bos, aku masih tidak ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab211# Rasa Bersalah

    Mereka berlari ke arah van hitam yang telah diparkir di luar. Alfonso dan Carlos segera memasukkan Leon dan Alika ke dalam mobil dengan hati-hati, memastikan tidak ada suara keras yang mencurigakan. Sementara Jack masuk terakhir, menutup pintu dengan suara keras sebelum memerintahkan sopir untuk segera pergi.Di dalam mobil, Alfonso dan Carlos saling menatap dengan ekspresi penuh rasa bersalah."Apa kau yakin kita melakukan hal yang benar?" bisik Alfonso.Carlos menghela napas berat. "Aku tidak tau. Tapi kalau kita tidak melakukannya, Freya akan menghancurkan kita."Sementara itu, Jack duduk dengan tenang di kursinya, tatapannya penuh kepuasan. "Kerja bagus, kalian. Sekarang kita tinggal menunggu langkah berikutnya dari Freya."Mobil melaju menjauh, membawa Leon dan Alika ke arah yang tidak mereka ketahui. Malam yang tenang berubah menjadi awal dari mimpi buruk bagi mereka yang menyayangi kedua anak itu."Leon, Ali

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab212# Ambil Gambar Mereka

    Seluruh ruangan terasa sunyi, hanya tersisa kekacauan. Peralatan medis yang berantakan, beberapa kursi terbalik, dan noda kecil di lantai seperti obat yang jatuh dan pecah. "Astaga! Leon? Alika?!" seru Stella dengan suara parau, matanya melebar penuh ketakutan. Ia menutupi mulutnya, mencoba menahan rasa panik yang mulai menyerang. Edward segera berdiri, matanya menyapu seluruh ruangan. "Argh! Sialan! Pasti Leon dan Alika diculik!" geramnya memukul angin. "Diculik?! Tapi ... siapa?" Stella bangkit dengan gemetar, tangannya mencengkeram lengan Edward. "Kita harus menemukannya! Sekarang juga, Edward!" "Aku akan menyusul jejak mereka," Edward berkata sambil menyerahkan ponselnya. "Kamu hubungi Brian dulu. Katakan padanya apa yang terjadi, dan minta bantuannya untuk melacak ke mana mereka dibawa!" "Baiklah, Edward!" Stella mengangguk, bergegas mengambil ponselnya dan menelepon Brian. Sementara itu, Edward keluar dari ruangan, berlari menyusuri lorong rumah sakit yang sepi. Ia m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab213# Gelisah

    l"Haha! Idemu bagus juga," sahut Jack seraya terkekeh. Lalu ia pun segera mengeluarkan ponselnya dan mulai merekam. Freya mendekati Leon dan Alika, lalu dengan kejam melepas ikatan Leon dan mencengkeram lengan bocah itu, membuatnya meringis kesakitan."Berhenti menangis!" bentak Freya saat Alika mulai terisak. Ia menyentakkan tangan Leon dengan kasar, membuat bocah itu jatuh tersungkur ke lantai.Bruk!"Urgh! Tante ... sakit!" erang Leon."Bangun!" bentak Freya. Namun, saat Leon hendak berdiri, Freya lantas menendang tubuh mungil bocah itu sehingga ia kembali tersungkur di atas lantai. Freya pun tertawa puas saat melihat pemandangan itu."Leon!" teriak Alika. "Dasar wanita jahat!" umpat Alika semakin emosi. "Hoo ... apa yang dikatakan gadis kecil ini. Bukannya itu tidak sopan, Nak?" cibir Freya seraya menampar wajah Alika.Plak!"Argh! S-sakit!" teriak Alika sembari menahan rasa pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab214# Siksa Dua Bocah

    Di ruangan tertutup yang berada di dalam gudang, Freya mulai menyiksa Leon dan Alika dengan kejam. Jack terlihat menikmati pemandangan itu. Di sisi lain, Alfonso dan Carlos malah berpaling muka tak ingin melihat hal tersebut. Mereka begitu tak tega saat dua bocah yang mereka kenal itu disiksa tepat di depan mata mereka. Namun, ketegangan mereka tiba-tiba memuncak tatkala Alika dan Leon meminta pertolongan. Hal itu membuat Freya terkejut sekaligus curiga."Tunggu! Bagaimana mereka bisa mengenal kalian?" tanya Freya dengan sinis penuh kecurigaan.Alfonso dan Carlos terdiam, wajah mereka pucat. "Kami ... kami tidak tahu apa maksud mereka, Bos!" jawab Carlos dengan gugup.Namun, Leon kembali berseru. Kali ini dengan lebih tegas meski suaranya bergetar. "Paman Alfonso dan Paman Carlos adalah teman kami. Mereka berdua orang baik dan sering makan bersama kami!"Sontak saja, Freya melangkah cepat mendekati Alfonso dan Carlos, matanya menyipit pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab231# Perjalanan

    Setelah berhasil meyakinkan tidak terjadi apa-apa, Grace kini sudah bersiap dengan semua perlengkapan. Sementara Max pun tidak menaruh curiga meski perasaannya sedikit ragu. Grace memastikan tidak ada lagi kebutuhannya selama perjalanan yang tertinggal, terutama dua dokument yang bisa meloloskannya dari negara itu. "Aku harus bersiap," ucap Grace di depan cermin. Tak banyak barang-barang yang dibawa Grace, ia hanya membawa koper kecil, tas, serta topi dan kacamata untuk menyamarkan penampilan. Setelah semua siap, ia langsung turun ke lantai dasar. Di bawah, sang pelayan pun memergokinya saat turun dari kamar. "Nyonya mau ke mana?" tanya sang ART "Uhm, eh, aku mau ke rumah Agatha sebentar, Bi, ada yang perlu aku antarkan ke sana," pamit Grace mengelabui. "Oh ya, aku tidak bawa mobil. Aku mau naik taksi karena nanti Agatha yang mengantarku pulang." San ART pun hanya

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab230# Momen Manis

    Setelah membaca pesan misterius yang ia terima, Grace berusaha menghilangkan keresahan di hati.Ia langsung bangkit, melangkah keluar ruangan. Grace berencana langsung pulang ke rumah dan memberesi barang penting yang akan ia bawa, termasuk visa dan pasport.Setelah perjalanan beberapa menit, Grace sedikit terkejut saat melihat mobil Max ada di rumah, pasalnya saat dia ke kantor, Max memang belum berangkat. "Apa dia libur?" gumamnya mulai tak tenang.Langkah kakinya terhenti saat suara bariton yang ia kenali, menyapa, "Baby, kenapa kembali? Kamu tidak jadi ke kantor?"Grace melepas sepatu hak tingginya dan berjalan ke arah suara itu. Max sedang duduk di sofa, mengenakan kemeja santai dan celana panjang. Wajahnya tampak penasaran, tetapi ia tersenyum ketika melihat Grace. "Hei, sayang," sapanya lembut. Grace mendekat dan duduk di sampingnya. "Aku hanya mampir sebentar tadi. Rasanya aku ingin istirahat." Max menggeleng pelan.

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab229# Persiapan Matang

    Persiapan Grace benar-benar matang, mulai dari berpamitan kepada dua orang meskipun secara tidak langsung. Namun, setidaknya ia bisa meredakan rasa sesak dalam hatinya.Pagi ini, Grace melangkah masuk ke kantor, sepatu hak tingginya mengeluarkan bunyi ketukan teratur di lantai marmer. Wajahnya terlihat tegas, meskipun matanya menyimpan kelelahan yang sulit disembunyikan. Di meja resepsionis, Vio—sekretaris pribadinya—sudah menunggu. Satu jam yang lalu, Grace sudah mengirim pesan padanya. Wanita itu selalu siap kapan pun Grace membutuhkan. "Vio, kamu sudah cek semua dokumen yang aku minta tadi?" tanya Grace langsung, tanpa basa-basi. Sang sekretaris berdiri dan mengangguk. "Sudah, Nyonya. Semuanya sudah siap di meja Anda. Apa ada tambahan yang perlu saya urus lagi?" Grace mengangguk kecil, lalu melangkah menuju ruang kerjanya. Vio mengikuti di belakangnya, membawa tablet dan sejumlah dokumen penting. Ketika mereka tiba di

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab228# Maaf yang Kedua Kali

    Setelah beberapa saat pertemuannya dengan Arthur, mobilnya melaju perlahan di sepanjang jalan yang lengang. Grace menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Ia tahu ke mana tujuannya malam ini—ke rumah orang tuanya, Victor dan Evelyn. Ketika mobilnya berhenti di depan pagar, Grace mematikan mesin dan duduk diam selama beberapa detik. Ia menatap rumah itu, mengingat momen-momen masa kecilnya. "Maaf, Ma... Pa..." bisiknya pelan. Air mata hampir saja mengalir, tapi ia buru-buru menghapusnya. "Aku tidak punya pilihan." Setelah menarik napas panjang, Grace keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu depan. Ia mengetuk pintu beberapa kali sebelum akhirnya Evelyn membukanya. “Grace?” Evelyn memandang putrinya dengan sedikit terkejut. “Kamu tidak bilang mau datang.” Grace tersenyum kecil. “Ma, aku cuma ingin mampir. Sudah lama kan, aku tidak ngobrol sama Mama sama Papa.”

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab227# Keputusan Akhir

    Bab227#Setelah menghabiskan waktu untuk berbulan madu. Keduanya kini mengakhiri masa libur mereka.Chelsea tersenyum kecil, memandangi wajah suaminya yang tetap fokus mengemudi. Meski ia tahu perjalanan mereka menuju rumah masih panjang, hatinya terasa ringan. Ada rasa nyaman yang tak terjelaskan, seolah semua percakapan mereka sepanjang perjalanan ini menjadi semacam pengikat. Mobil terus melaju melewati jalan-jalan yang mulai ramai. Chelsea bersandar di kursinya, menyandarkan kepala ke bahu Kenan. “Aku tidak sangka perjalanan ini cepat usai, Ken.” Kenan menoleh sedikit, menatapnya lembut. “Aku juga merasa begitu. Tapi kan, kita sudah sepakat. Ini bukan yang terakhir.” “Janji, ya?” Chelsea mendongak, menatap suaminya dengan mata berbinar. Kenan tersenyum kecil, lalu mengecup keningnya. “Janji. Nanti kita buat rencana lagi.” Chelsea tersenyum puas. Ia memejamkan mata, mencoba menikmati perjalanan pulang mereka

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab226# Penyatuan

    Chelsea menahan senyumnya, lalu melipat kedua kakinya di atas ranjang. “Tentang kamu. Masa lalumu. Kamu jarang bahkan tidak pernah cerita, Ken. Aku tahu kamu tidak suka bicara soal itu, tapi aku mau tau. Apa kamu pernah merasa ... ya, kesepian?” Kenan menghela napas perlahan, lalu menoleh ke arah jendela yang masih memperlihatkan sedikit kilauan bintang. Udara malam dari celah jendela terasa dingin, tapi juga menenangkan. Ia menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang, mencoba mengatur kata-kata dalam pikirannya. “Masa kecilku, ya?” Kenan akhirnya membuka suara. “Itu tidak pernah jadi sesuatu yang aku banggakan, Chelsea. Aku tidak pernah punya keluarga yang utuh. Mama meninggal beberapa waktu yang lalu. Beliau mungkin masih menyisakan luka yang dalam akibat papaku. Aku bahkan hampir tidak ingat wajahnya. Papa ..."Kenan berhenti sejenak, menelan ludah. “Papa pergi sejak Anna bayi. Ia lebih pilih hidup dengan wanita lain yang dianggapnya lebi

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab225# Malam Romantis

    Mendengar ungkapan Kenan, tentu saja membuat Chelsea penasaran, siapa yang mengajari suaminya itu. Kenan pura-pura berpikir sebentar, lalu tersenyum jahil. “YouTube.” Chelsea langsung memukul punggung sang pria, seraya mendengus geli. "Oh, pantas saja. Kukira kamu serius belajar dari chef terkenal atau gimana. Ternyata hasil tutorial."“Tapi yang penting hasilnya enak, kan?” Kenan membalas sambil menatap Chelsea yang sedang sibuk menyantap spaghetti buatannya. Chelsea mengangguk kecil sambil menyuapkan lagi spaghetti ke mulutnya lagi. “Enak sekali, Ken. Kalau gini pun aku tidak bingung kalau pelayan pulang kampung, hehehe ...” tawanya.“Ya, aku kan suami yang serba bisa,” jawab Kenan santai, tapi senyumnya tetap lebar. Chelsea hanya menggeleng-geleng pelan, mencoba menahan tawa. “Iya, iya. Suami serba bisa. Tidak salah aku nikah sama kamu.” Kenan tertawa kecil, tapi kemudian menatap Chelsea dengan lembut. “Aku c

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab224# Tempat Ternyaman

    Angin dingin khas pegunungan perlahan menyelinap di sela-sela kulit. Chelsea menarik syal yang melingkar di lehernya, mencoba menghangatkan diri. Di hadapan mereka, villa yang mereka sewa untuk beberapa hari ke depan berdiri megah. Bangunannya bergaya rustic modern, dengan dominasi kayu cokelat tua yang berpadu dengan kaca besar yang memantulkan pemandangan hijau di sekitarnya. Di belakang villa, pegunungan menjulang tinggi, membingkai lanskap alami yang seperti lukisan. “Ken, aku tidak tau kalau tempat ini akan seindah ini …” Chelsea berujar, suaranya pelan namun penuh kekaguman. Kedua mata tak henti-henti memindai setiap detail villa. Balkon kayu yang menghadap langsung ke lembah, kolam renang kecil yang airnya jernih seperti kaca, hingga taman kecil di samping villa yang dihiasi dengan bunga-bunga musim semi yang sedang mekar. Kenan terkekeh kecil. “Aku tau. Makanya aku tidak kasih lihat detail fotonya ke kamu waktu pesan.” Che

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab223# Perjalanan Manis

    Chelsea menatap Kenan, bibirnya sedikit terbuka, seakan ingin bicara. Tapi, seperti ada sesuatu yang membekukan lidahnya. Pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepalanya seakan berlomba-lomba keluar, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil terucap. Mata Kenan yang tenang menatapnya dengan lembut. "Chelsea, ada sesuatu yang mau kamu ucapkan?" tanyanya lagi, suaranya rendah, penuh perhatian.Chelsea menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Tapi akhirnya, hanya sebuah senyuman kecil yang berhasil keluar. "Tidak, aku cuma ... cuma kepikiran saja," katanya pelan.Mengangguk lirih, meskipun demikian, Kenan terlihat tidak sepenuhnya percaya. Tapi, seperti kebiasaannya, dia tidak memaksa. "Kalau begitu, jangan pikirkan terlalu berat, ya. Kita harus saling berbagi." Kenan menepuk punggung tangan Chelsea dengan lembut, lalu berdiri, "Tidur yang nyenyak. Besok kita jalan pagi-pagi."Chelsea hanya mengangguk, meski hatinya tidak bena

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status